• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESEPSI MASYARAKAT SEMARANG TERHADAP ISU POLITIK #2019GANTIPRESIDEN DI BBC.COM PADA JAMAAH MAIYAH SINAU BARENG CAK NUN SEMARANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESEPSI MASYARAKAT SEMARANG TERHADAP ISU POLITIK #2019GANTIPRESIDEN DI BBC.COM PADA JAMAAH MAIYAH SINAU BARENG CAK NUN SEMARANG SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH M. Ali Fauzi G.331.14.0111

PROGRAM STUDI S1 – ILMU KOMUNIKASI JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS SEMARANG

SEMARANG 2019

(2)

ii

POLITICAL ISSUES #2019REPLACEMENTPRESIDENT ON

BBC.COM AT THE CONGREGATION MAIYAH LEARN

WITH CAK NUN

ESSAY

BY M. Ali Fauzi G.331.14.0111

STUDY PROGRAM S1 COMMUNICATION SCIENCE COMMUNICATION SCIENCE DEPARTMENT

INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY FACULTY SEMARANG UNIVERSITY

SEMARANG 2019

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

Jujur adalah kunci dari sebuah hubungan

kerja keras adalah kunci dari sebuah kesuksesan.

Semangat dan tetap Optimis

Persembahan :

Skripsi dipersembahkan kepada :

1. Keluarga Tercinta 2. Almamater 3. Orang Terdekat

(8)

viii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Resepsi Masyarakat Semarang Terhadap Isu Politik #2019gantipresiden di BBC.com pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang” sebagai persyaratan memperoleh gelar sarjana di Jurusan Ilmu Komunikasi pada Fakultas Teknologi Informasi Komunikasi Universitas Semarang.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan beberapa pihak, baik berupa material maupun moril berupa saran-saran, informasi, motivasi, bimbingan dan sebagainya. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Terimakasih kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada saya sehingga penulis selalu diberi kesehatan, kekuatan dan kemudahan selama penyusunan tugas akhir skripsi ini.

2. Susanto, S.Kom., M.Kom selaku Dekan Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang.

3. Fajriannoor Fanani, S.Sos, M.I.Kom, selaku dosen pembimbing utama dan selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi dan Firdaus Azwar Ersyad, S.Sn, M.Sn selaku pembimbing kedua yang telah memberi banyak masukan, saran dan telah meluangkan waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 4. Errika Dwi Setya Watie,S.Sos, M.I.Kom selaku wali dosen yang telah

(9)

ix

6. Kepada Bapak dan Ibu Penulis, Bapak Suyono,SH dan Ibu Siti Rofi’ah yang selalu mendengar keluh kesah serta memberi dukungan penuh selama penulis menempuh pendidikan sarjana di Universitas Semarang.

7. Kepada Bapak dan Ibu mertua Alimin dan Ibu Tumilah atas dukungan dan semangatnya selama ini untuk penulis.

8. Kedua adik tersayang Nur Aziizah Ramadhani dan Rindi Rosaria Indah yang selalu mendukung dan memberi hiburan kepada penulis dalam berjuang menjalani pendidikan sarjana di Universitas Semarang.

9. Kepada istri tercinta, Septi Handayani, terimakasih atas dukungan, semangat serta segala bantuannya selama ini baik berupa materil maupun moral kepada penulis selama ini dan juga teruntuk Aurelino Nizar Alfarizi yang telah menjadi semangat penulis selama ini untuk terus semangat berjuang menyelesaikan pendidikan hingga akhir.

10. Teman-teman Ilmu Komunikasi Universitas Semarang kelas sore angkatan 2014 dan khususnya yang tergabung dalam grub whatsapp si Bocah Tua Nakal yang telah menemani, membantu serta memberi semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini dan setia menjadi teman baik susah maupun senang selama 4 tahun menempuh pendidikan di Universitas Semarang.

(10)
(11)

xi

Halaman Pengesahan ... iv

Pernyataan... vi

Moto dan Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

Abstrak ... xvii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Perumusan Masalah ... 8 C. Tujuan Penelitian ... 8 D. Manfaat Penelitian ... 8 1. Manfaat Teoritis ... 8 2. Manfaat Praktis ... 9

BAB II : KAJIAN TEORI A. Analisis Resepsi ... 10

B. Teori Resepsi ... 12

C. Teori New Media ... 17

(12)

xii

F. Jenis-Jenis Isu ... 21

G. Proses Pengendalian & Pengelolaan Isu ... 22

H. Kerangka Berpikir ... 22

BAB III : METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 24

B. Bentuk & Strategi Penelitian ... 24

C. Sumber Data ... 25

1. Sumber Data Premier ... 25

2. Sumber Dara Sekunder ... 25

D. Teknik Sampling ... 26

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

1. Dokumentasi ... 27

2. Observasi Non Partisipan ... 27

3. Wawancara Mendalam ... 27

F. Validitas Data ... 28

G. Teknik Analisis Data ... 29

H. Reduksi Data ... 29

I. Sajian Data ... 29

J. Penarikan Kesimpulan ... 30

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 31

(13)

xiii 1. Informan 1 ... 39 2. Informan 2 ... 44 3. Informan 3 ... 48 C. Pembahasan ... 49 1. Prefered Reading ... 51

2. Dominant Hegemonic Position ... 52

3. Negotiated Position ... 54 4. Oppositional Position ... 60 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 64 B. Implikasi ... 65 1. Implikasi Teoritis ... 65 2. Implikasi Metodologi ... 65 3. Implikasi Praktis ... 66 C. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN ... 72

(14)

xiv

(15)

xv

(16)

xvi 1. Fieldnote Informan 1 2. Fieldnote Informan 2 3. Fieldnote Informan 3 4. Dokumentasi 5. Log Konsultasi

6. Lembar Persetujuan Revisi 7. Bukti Pembayaran Skripsi

8. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

(17)

xvii

Cak Nun Semarang. Skripsi : Program S1 Ilmu Komunikasi Universitas Semarang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Resepsi Masyarakat Semarang Terhadap Isu Politik #2019Ganti Presiden Di BBC.com Pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang. Teori yang digunakan adalah Analisis Resepsi dari Stuart Hall yang mengkaji bahwa khalayak dapat memainkan peran aktif dalam mendekodekan (decoding) pesan karena mereka bergantung pada konteks social mereka sendiri, dan mungkin mampu mengubah pesan sendiri melalui tindakan kolektif.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Dengan observasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dimana sample yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang mengacu pada tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan tentang isu politik #2019GantiPresiden pada anggota dan jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun berada pada posisi Negotiated dan Oppositional yang dapat dibuktikan dari jawaban informan.

(18)

xviii

M. Ali Fauzi G.331.14.0131. The Recepetion of Community in Semarang about Political Issue #2019ChangePresident On BBC.Com to The Member of Learn Maiyah with Nun in Semarang. Thesis : Bachelor Degree in Communication Program Semarang University.

The study aims to determine The Recepetion of Community in Semarang about Political Issue #2019ChangePresident On BBC.Com to The Member of Learn Maiyah with Nun in Semarang. The used theory is reception analysis theory from Stuart Hall who reviews the audience could play active role in message decoding as they depended by their social context and it might be change the message itself through collective act.

The used method is qualitative method with ovservation and deep interview. The research uses purposive sampling technique hence the selected sample according to certain criterias refer to this research purpose. The result shows the meaning about political issue #2019ChangePresident to the member of Learn Maiyah with Nun is in Negotiated and Oppositional which is proven by informant respond

(19)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara demokrasi yang memiliki 659 suku bangsa yang terdiri dari berbagai agama dan kepercayaan. Sebagai Negara demokrasi, masyarakat Indonesia bebas mengemukakan pendapat, pandangan dan pemikirannya mengenai Negara serta system politiknya. Dengan semakin berkembangnya Negara, maka semakin pesat pula perkembangan politiknya. Bahkan semakin banyak pula isu-isu politik yang beredar di masyarakat dengan tujuan untuk saling menjatuhkan satu sama lain demi suatu kekuasaan. Namun, masyarakat pun semakin tahun semakin kritis terhadap perkembangan politik yang ada. Masyarakat sekarang tidak serta merta begitu saja terpengaruh dengan berbagai isu politik yang ada. Mereka sudah pandai dalam menentukan pilihan masing-masing.Apabila dilihat dari perkembangannya, isu-isu politik yang beredar di masyarakat saat ini lebih mengarah ke isu SARA dan Hoax. Hal tersebut terjadi semata-mata untuk menjatuhkan lawan politik satu sama lain demi bisa mendapatkan kekuasaan.

Pemilu seakan-akan menjadi suatu moment yang tepat dimanfaatkan untuk membuat isu-isu politik untuk menarik banyak suara masyarakat.isu-isu politik dibuat tidak hanya untuk menarik banyak suara dari masyarakat, tetapi tujuan utama isu dibuat untuk menjatuhkan lawan politik sebelum pemilihan

(20)

dimulai. Isu politik di Indonesia saat ini seakan-akan menjadi senjata utama bagi para elite politik dalam menjatuhkan lawan politiknya. Apalagi di era globalisasi seperti saat ini, dengan sangat mudahnya menyebarkan berbagai berita dan informasi melalui internet terutama media sosial. Di balik banyaknya isu politik yang bermunculan, banyak pula berita hoax yang dibuat untuk menjatuhkan lawan politik. Di Indonesia saat ini, sedang ramai isu politik gerakan #2019GantiPresiden. Hal tersebut terjadi menjelang pemilu pemilihan Presiden tahun 2019 yang akan datang. Menurut observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, hampir seluruh media memberitakan mengenai isu politik gerakan #2019GantiPresiden, terutama media online saat ini seperti Kompas.com, Tirto.Id, CCNIndonesia, Detik.Com, Tempo.Co, BBC.Com, Majalahayah.Com, Suara.Com, Panjimas.Com, Hidayatullah.Com, Antara News, Liputan6.Com, Lintas Berita.Com, MetroTv News.Com, Okezone.Com, Republika Online, KapanLagi.Com, Tempo Interaktif, Suara Merdeka.Com, TribunNews.Com, Merdeka.Com, Viva News, Jawa Pos.

Isu politik gerakan #2019GantiPresiden pertama kali dikemukakan oleh Presiden partai PKS yaitu Mardani Ali Sera dengan alasan berharap ada presiden baru selain Joko Widodo usai pipres pada April 2019 nanti. Sumber https://tirto.id/presiden-pks-mardani-ali-sera-pencetus-gerakan

2019gantipresiden-cHus, diakses pada 23 Januari 2019 pukul 02.00 WIB. Sesuai dengan observasi peneliti, adanya gerakan #2019gantipresiden, telah menyebabkan masyarakat terpengaruh dan terprovokasi. Setelah beredarnya isu tersebut di media sosial, maka saat ini hal tersebut tidak hanya

(21)

di gembar-gemborkan saja tetapi juga sudah sampai ke ranah perpecahan antar masyarakat yang saling dukung antar kedua kubu.Sejumlah daerah banyak mengalami konflik antara masyarakat pendukung dan penolak gerakan #2019gantipresiden. Banyaknya bermunculan kaos, stiker, spanduk yang bertuliskan #2019gantipresiden hingga lagu yang berjudul 2019 ganti presiden justru semakin membuat kedua kubu pendukung memanas dan saling serang. Ada pula yang membuat kaos bertuliskan “Dia Sibuk Kerja” sebagai jawaban atau perlawan terhadap gerakan tersebut.Isu gerakan tersebut juga menjadi perdebatan diantara elite politik di Indonesia.Hal yang menjadikannya sebuah perdebatan adalah gerakan tersebut termasuk sebuah Kampanye, Makar atau justru hal yang wajar dilakukan oleh pendukung.Tetapi sudah jelas terlihatisu-isu politik seperti itu menjadi sebuah boomerang yang memecah belah persatuan rakyat Indonesia.

Baru-baru ini, sedang viral di masyarakat mengenai kemunculan spanduk di jalan tol yang ditujukan untuk para pendukung Prabowo dengan bertuliskan “Pendukung #2019GantiPresiden, Anda sedang melewati jalan Tol Pak Jokowi”. Tidak hanya itu, ada pula spanduk yang betuliskan “Mudik Lebaran Lancar Berkat Pak Jokowi”. Ada juga spanduk dengan ucapan “Trimakasih Pak Jokowi Atas Tol Baru, Mudik Menjadi Lancar”. Hal tersebut serta merta langsung membuat masyarakat terutama para pengguna jalan tol kaget.Ada sebagian masyarakat yang mendukung adanya spanduk tersebut, tapi ada pula yang justru marah.Terjadi perdebatan sengit diantara para warganet di beberapa media sosial. Bahkan kemunculan spanduk tersebut

(22)

membuat para pendukung Prabowo juga membuat spanduk yang bertuliskan “Yang Setuju Ganti Presiden KLAKSON 3X”. Banyak warganet yang menjadi saling serang melalui komentar di media sosial terkait kemunculan spanduk-spanduk tersebut. Namun sebenarnya, warga tidak harus menerima dan berkomentar hingga saling serang dan menyalahkan antar pendukung satu sama lain. Karena hal semacam itu tidak seharusnya diterima secara mentah, harus diselidiki lebih lanjut mengenai maksud dan tujuan si pembuat spanduk itu. Masyarakat pun tidak mengetahui pasti siapa yang telah membuat dan memasang spanduk semacam itu. Mengingat hal semacam ini dapat dimanfaatkan oleh siapapun hanya untuk mengadu domba kedua kubu pendukung Jokowi dan juga Prabowo.

(https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44429551 diakses tanggal 10 November 2019 Pukul 09.00 WIB)

Gambar 1.1

Sumber :https://portalislam123.blogspot.com/2018/05/ex-wartawan-senior-bbc-jangan-represif.html

(23)

Berbagai pendapat bermunculan setelah ramainya #2019GantiPresiden tersebut ada pihak yang menganggap gerakan ini sebagai ekspresi politik yang wajar dan ada juga yang menganggap gerakan ini cenderung mengkhawatirkan.Gerakan 2019gantipresiden menimbulkan pro kontra di masyarakat. Bahkan ada yang beranggapan bahwa gerakan ini cenderung mengarah ke kampanye hitam dan memancing provokasi.Maka dari itu, wajar ketika gerakan tersebut mendapatkan perlawanan, karena terlihat cenderung menebar kebencian terhadap presiden yang saat ini sedang menjalankan jabatannya. Di kalangan partai politik Gerindra, gerakan #2019GantiPresiden merupakan perbedaan pendapat yang patut dihargai.Seperti yang telah diungkapkan oleh Sekjen Gerindra Ahmad Muzani bahwa gerakan tersebut sederajat dengan gerakan mendukung Jokowi dua periode.Dengan banyaknya pendapat yang bermunculan, semakin membuat gerakan tersebut menjadi kontroversi.

(https://nasional.kompas.com/read/2018/08/28/08065821/pro-kontra-gerakan-2019gantipresiden-dan-bagaimana-menyikapinya, diakses pada tanggal 30 November 2018 pukul 09.00 WIB)

Agar tidak semakin menimbulkan permusuhan antar kedua kubu pendukung, maka masyarakat harus pandai-pandai dalam menyikapi hal tersebut. Masyarakat harus lebih menahan diri dan tidak mudah terprovokasi. Tidak hanya masyarakat umum saja, namun terutama para ulama dan perkumpulannya.Karena berbagai isu yang muncul tidak hanya menyinggung masalah kinerja, tetapi juga menyinggung hingga ke masalah agama. Dalam

(24)

hal ini salah satunya adalah pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun di Semarang. Jamaah tersebut merupakan sebuah perkumpulan dakwah di kota Semarang. Sinau Bareng Cak Nun sendiri merupakan sebuah komunitas agama yang sebagian besar pengikutnya adalah anak muda dewasa.Perkumpulan tersebut banyak mengadakan kegiatan keagamaan seperti dakwah pengajian di berbagai tempat.Namun dakwah yang diberikan lebih sering diselingi oleh kalimat-kalimat yang lucu dan menghibur. Perkumpulan Sinau Bareng Cak Nun berawal dari sebuah puisi yang dibuat oleh Muhammad Ainun Najib atau Emha Ainun Najib (Cak Nun). Puisi tersebut dibuat sebagai sarana protes atas pemerintahan orde baru yang terkesan menghalangi umat muslim dalam menerapkan syariat islam dalam keseharian. Protes tersebut terjadi karena adanya kasus pelarangan penggunaan jilbab di sekolah negeri pada tahun 1982 dan kasus serupa pula terjadi di Inggris dan Perancis. Cak Nun gelisah dengan kondisi tersebut yang menurutnya jelas telah melanggar hak asasi manusia.Oleh karena itu Cak Nun membuat puisi dengan judul “Lautan Jilbab”.Hingga pusis tersebut akhirnya

dikembangkan menjadi lakon teater. Hingga akhirnya diterbitkan dalam sebuah antologi Syair Lautan Jilbab pada tahun 1989.Akibat protes tersbut, akhirnya larangan berjilbab pun dicabut.Sejak saat itu, Cak Nun selalu menuangkan setiap protesnya pada setiap permasalahan di Indonesia melalui puisi dan lakon teater hingga dia dijuluki sebagai tukang protes.

Perjalanan hidup Cak Nun di mulai dari Tahun 1968-1970 Cak Nun hidup menggelandang di Malioboro dan belajar sastra di Persada Studi Klub

(25)

(PSK).Pada tahun 1980 mulai aktif bersama kelompok Teater Dinasti.Pada tahun 1990 Perahu Retak Pak Kanjeng yang memuat sindiran kritik sosial.Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktifitas-aktifitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensi rakyat. Cak Nun pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 pada bulan Maret 2011. Penghargaan tersebut diberikan berdasarka pertimbangan bahwa penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah maupun nasional serta hasil karyanya yang berguna bagi masyarakat.Hingga akhirnya tahun 2000 hingga sekarang merintis dan mengasuh Sinau Bareng Cak Nun. Cak Nun selalu berkeliling ke berbagai wilayah nusantara dalam menyelenggarakan kajian-kajian islam.

Dari penjelasan di atas terdapat sebuah permasalahan bahwa, persaingan ketat yang terjadi dalam pemilihan presiden 2019 yang akandatang telah menimbulkan sebuah pro kontra di masyarakat dan juga di kalangan para elite politik.Hal tersebut memicu timbulnya provokasi dan perpecahan antar warga masyarakat.Munculnya berbagai isu diharapkan dapat mempengaruhi pilihan masyarakat untuk memilih presiden baru di pemilihan umum 2019 nanti. Seperti halnya yang terjadi pada Ahok (Gubernur Jakarta) yang saat itu dituding melakukan pelecehan terhadap surat Al Maidah yang kemudian juga memunculkan berbagai gerakan untuk menjatuhkan Ahok dengan tujuan dapat berpengaruh pada pilihan masyarakat. Akhirnya gerakan tersebut benar-benar

(26)

berhasil dan mampu merubah pilihan masyarakat.Hal semacam itulah yang saat ini sedang dilakukan untuk merubah pilihan masyarakat ketika pemilu Presiden nantinya.Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Resepsi Masyarakat Semarang Terhadap Isu Politik

#2019GantiPresiden Di BBC.com Pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang”.

B. Perumusan Masalah

Masalah pokok yang telah dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Resepsi Masayarakat Semarang Terhadap Isu Politik #2019GantiPresiden di BBC.Com pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mengarahkan kajiannya secara teliti mengenai Resepsi pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun di Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang berupa kajian yang mendalam tentang resepsi pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun di Semarang diharapkan bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tersendiri bagi kajian ilmu komunikasi, terutama tentang resepsi masyarakat terhadap isu politik yang sedang ramai saat ini yaitu gerakan #2019GantiPresiden. Diharapkan dari hasil ini dapat menambah

(27)

khasanah pustaka di Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi di Universitas Semarang tempat dimana peneliti menimba ilmu selama berada di bangku perkuliahan dan dapat menjadi acuan pihak-pihak yang kemungkinan akan melakukan penelitian pada hal yang sama maupun berkaitan dengan apa yang peneliti teliti saat ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang berupa kajian yang mendalam tentang bagaimana Resepsi Masyarakat Semarang Terhadap Isu Politik Gerakan #2019GantiPresiden Di BBC.Com Pada Jamaah Maiyah Sinau areng Cak Nun ini diharapkan bermanfaat :

a. Bagi peneliti, bermanfaat untuk menerapkan teori yang diperoleh dari perkuliahan dan bermanfaat dalam penggunaan teori tersebut dalam pengaplikasian langsung dalam kehiupan nyata

b. Bagi pihak yang lainnya, sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

(28)

10

KAJIAN TEORI

A. Analisis Resepsi

Analisis resepsi menaruh perhatian terhadap keadaan-keadaan sosial spesifik dimana pembacaan berlangsung (Burton, 1999: 186-193). Menurut McRobbie (1991 dalam CCMS: 2002) analisis resepsi merupakan sebuah “pendekatan kulturalis” dimana makna media dinegosiasikan oleh individual berdasarkan pengalaman hidup mereka. Dengan kata lain pesan-pesan media secara subjektif dikonstruksikan khalayak secara individual.

Teori resepsi mementingkan pendapat khalayak pada sebuah isi media ataupun karya, bisa pendapat umum yang bisa berubah-ubah terhadap suatu karya. Menurut Fiske pemanfaatan teori analisis resepsi merupakan pendukung dalam kajian terhadap khalayak sesungguhnya hendak memanfaatkan khalayak tidak semata-mata pasif tapi dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang mempunyai kuasa sendiri dalam menghasilkan makna dari berbagai wacana konten yang ditawarkan media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske dalam Tri Nugroho Adi, 2008).

Perkembangan riset media budaya telah diberitahu dalam tiga generasi studi.Pengembangan ini ditandai pertama sebagai encoding /decoding

(29)

etnografi penonton dan kemudian ke tampilan diskursif atau konstruksionis media dan khalayak (Alaasutari, 1999:2-8).Encoding merupakan kegiatan sumber dalam menerjemahkan gagasan dan ide-ide ke dalam indra yang dapat diterima pihak penerima. Sedangkan decoding adalah kegiatan untuk menerjemahkan atau menginterpretasikan pesan-pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi penerima (Morissan, 2013: 21).

Pesan-pesan dari media merupakan gabungan dari simbol, tanda, dan makna dimana „preferred reading‟ (pemaknaan utama) sudah ditentukan, tetapi masih berpeluang pesan tersebut diterima dengan cara berbeda dari pesan tersebut dikirimkan. Preferred reading adalah makna dominan atau makna terpilih dari sebuah teks. Disebut sebagai dominan, karena ada pola pembacaan yang lebih dipilih, dan pembacaan ini menjadikan tatanan ideologis atau politik atau institusional tertanam dalam pembacaan maupun menjadikan pembacaan terinstitusionalisasikan (Hall, 2011: 223).

Ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “the collection, analysis, and interpretation of

reception data” (pengumpulan, analisis, dan interpretasi data penerimaan)

(Jensen, 1999: 139). Ketiga elemen tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data dari khalayak atau audiens

Data bisa diperoleh melalui wawancara mendalam (baik individual maupun kelompok). Dalam analisis resepsi, wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana sebuah isi

(30)

pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya.

2. Menganalisis hasil

Data yang telah diperoleh melalui wawancara atau rekaman proses jalannya focus group discussions (FGD) harus dikaji. Data-data wawancara dapat dirapikan dengan dikategorikan sesuai pertanyaan, pernyataan, atau komentar.

3. Melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya

Selanjutnya adalah mengkolaborasikan hasil temuan di lapangan dengan teori yang digunakan sehingga membuahkan hasil bagaimana penerimaan audiens atau khalayak dari konteks penelitian tersebut yang sesungguhnya.

B. Teori Resepsi

Teori resepsi pertama kali dikenalkan oleh Stuart Hall, teori ini biasanya digunakan untuk meganalisis audiens yang dipasangkan dengan analisis resepsi. Stuard Hall menganggap resepsi atau pemaknaan khalayak merupakan adaptasi dari model encoding-decoding yang merupakan model komunikasi yang ditemukannya pada tahun 1973. Berbeda dengan teori-teori media lain yang memperbolehkan pemberdayaan khalayak, Stuart Hall memajukan gagasan bahwa anggota audiens dapat memainkan peran aktif dalam mendekodekan (decoding) pesan karena mereka bergantung pada

(31)

konteks sosial mereka sendiri, dan mungkin mampu mengubah pesan sendiri melalui tindakan kolektif.

Menurut beberapa ahli yang mengkaji tentang Teori Resepsi :

1. Althusser merupakan teks yang memanfaatkan ideologi bertujuan melakukan pemanggilan (healling) kepada subyek (khalayak sasaran) dan ketika khalayak sasaran tersebut terpanggil berarti dia telah memposisikan dirinya sebagai subyek dan siap pula tertundukkan dengan ritual-ritual tertentu. Karena itu penting untuk mengetahui bagaimana teks yang ada di media mencoba menggiring khalayak (subyek) ke arah pembacaan tertentu sesuai kebutuhan media. (Althusser:1984:47-49). 2. Ien Ang menyatakan analisis resepsi meneliti bagaimana khalayak

mengkonstruksi makna keluar dari yang ditawarkan oleh media. Asumsi awal yang dikemukakan oleh Ien Ang, makna di dalam media bukanlah suatu yang tidak bisa berupah atau inheren di dalam teks. Media teks memunculkan makna hanya pada saat resepsi, adalah ketika teks itu di baca, di lihat atau di dengar. Dengan kata lain, khalayak dipandang sebagai produser makna, tidak hanya konsumen isi media, Mereka menginterpretasi teks media dengan cara yang sesuai dengan pengalaman subjektif yang berkaitan dengan situasi tertentu. Analisis resepsi tidak langsung ditujukan kepada individu yang mencoba memaknai sebuah teks tetapi juga makna sosial yang melingkupinya (Storey, 1993).

3. Antariksa, para penggagas kajian resepsi mengatakan bahwa makna dominan yang diajukan oleh para produsen teks, belum bisa dipastikan

(32)

merupakan makna apa yang akan diambil atau dipahami oleh para pembaca atau khalayak yang sesungguhnya. Artinya, khalayak merupakan pencipta makna yang aktif dalam hubungannya dengan teks. Mereka menerapkan berbagai latar belakang sosial dan kultural yang diperoleh sebelumnya untuk membaca teks, sehingga khalayak yang memiliki kharakteristik berbeda-beda dalam memaknai suatu teks yang sama tetapi pemaknaan yang di hasilkan akan secara berbeda pula.

Memahami pesan juga merupakan praktek yang problematik, sebagaimanapun itu tampak transparan dan alami. Pengiriman pesan secara satu arah akan selalu mungkin untuk diterima atau dipahami dengan cara yang berbeda. Peristiwa yang sama dapat dikirimkan atau diterjemahkan lebih dari satu cara. Pesan selalu mengandung lebih dari satu potensi pembacaan. Tujuan pesan dan arahan pembacaan memang ada, tetapi itu tidak akan bisa menutup hanya menjadi satu pembacaan saja: mereka masih polisemi (secara prinsip masih memungkinkan munculnya variasi interpretasi).

Model teori ini menyatakan bahwa makna yang dikodekan (encoded) oleh pengirim dapat diartikan (decoded) menjadi hal yang berbeda oleh si penerima. Pengirim akan mengirimkan makna sesuai dengan persepsi dan tujuan mereka, sedangkan penerima menerjemahkan pesan atau makna sesuai dengan persepsi mereka. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor.

“Teori ini mengacu pada bagaimana khalayak melakukan decoding pada seluruh isi yang disampaikan media dalam hubungannya berinteraksi dengan makna dari pesan yang disampaikan” (McQuails, 2004: 326).

(33)

Gambar 1.2 Diagram proses resepsi Stuart Hall (1976) (Dalam Storey, 1996: 10)

Dalam teori ini, kode yang digunakan (encode) dan yang disandi balik

(decode) tidak selalu berbentuk simetris. Derajat simetris dalam teori ini

diartikan sebagai derajat pemahaman dan kesalahpahaman dalam pertukaran pesan dalam proses komunikasi, tergantung pada reaksi simetris atau tidak yang terbentuk antara encoder (komunikator) dan decoder (komunikan). Posisi encoder (komunikator) dan decoder (komunikan) jika dipersonifikasikan menjadi pembuat dan penerima pesan.

Menurut Stuart Hall, khalayak melakukan decoding pesan media melalui tiga kemungkinan posisi:

(34)

a. Dominant hegemonic position ( Posisi Hegemonic Dominan)

Stuart Hall menjelaskan Hegemoni Dominan sebagai situasi dimana “the media produce the message; the masses consume it.

The audience reading coincide with the preferred reading”

(media menyampaikan pesan, khalayak menerimanya. Apa yang disampaikan media secara kebetulan juga disukai oleh khalayak). Jadi di posisi ini khalayak akan menerima makna secara penuh yang dikehendaki oleh pembuat program atau pesan tersebut. Dengan kata lain, program atau pesan yang telah dibuat dan disampaikan oleh media,benar benar dapat diterima dengan baik oleh khalayak.

b. Negotiated position ( Posisi Negosiasi )

Diposisi ini khalayak akan menerima ideologi dominan dan menolak untuk menerapkannya pada kasus-kasus tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Stuart Hall; “the audience assimilates the

leading ideology in general but opposes its application in specific case”. Khalayak akan menerima ideologi secara umum tapi akan

menolak menerapkannya jika terdapat perbedaan dengan kebudayaan mereka. Lebih jelasnya, khalayak akan menolak suatu program atau pesan yang dibuat jika tidak sesuai dengan keyakinan khalayak.

(35)

c. Opositional position (posisi oposisi)

Didalam posisi oposisi ini, audiens atau khalayak menolak makna yang diberikan oleh media dan menggantikannya dengan makna pemikiran mereka sendiri sesuai dengan pemikiran mereka terhadap isi media tersebut. Dalam hal ini, khalayak tidak menerima bahkan benar benar menolak program yang dibuat dan disampaikan oleh media.

Menurut Althusser teks dengan memanfaatkan ideologi melakukan pemanggilan (healling) kepada subyek (khalayak sasaran) dan ketika khalayak sasaran tersebut terpanggil berarti dia telah memposisikan dirinya sebagai subyek dan siap pula tertundukkan dengan ritual-ritual tertentu. Karena itu penting untuk mengetahui bagaimana teks yang ada di media mencoba menggiring khalayak (subyek) ke arah pembacaan tertentu (Althusser:1984:47-49).

C. Teori New Media

Teori media baru merupakan teknologi komunikasi digital yang terhubung dengan jaringan internet, dimana dalam penyampaiannya harus di distribusikan melalui internet atau online (kompas.com, detik.com). Media baru meliputi online berupa televise online, radio streaming. Namun sekarang ini media sosial seperti facebook, twitter, instagram dan lain sebagainya juga dapat dikatakan media baru karena informasi dapat didistribusikan melalui media sosial tersebut. Media baru lebih menekankan pada system jaringan, berbeda dengan media lama yang menekankan pada penyiaran. Media baru

(36)

digunakan masyarakat untuk mengekspresikan diri dan menyampaikan segala pandangan terhadap sesuatu hal. Ciri-ciri media baru itu sendiri adalah desentralisasi, dua arah, diluar kendali situasi, demokratisasi, mengangkat kesadaran individu dan orientasi individu. Berikut adalah karakteristik dari media baru, yaitu :

1. Informasi pada situs tertentu tidak bersifat formal sehingga kredibilitas informasi tidak dapat dipertanggungjawabkan

2. Mudah dalam pencarian informasi yang ingin didapatkan dan tidak terbatas pada waktu tertentu

3. Para pengguna dapat terhubung secara langsung

4. Tidak memungkinkan untuk bersinggungan dengan ruang publik

Kelebihan dari media baru itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Informasi dapat disimpan dan dibuka kembali sewaktu-waktu 2. Informasi dapat diakses dimana saja dan kapan saja

3. Dapat berupa teks, gambar maupun video

4. Serta pengguna dapat saling berinteraksi satu sama lain

Karakteristik audiens media baru adalah :

1. Khalayak dapat terhubung dengan media 2. Khalayak dapat berinteraksi satu sama lain

(37)

D. Isu Politik

Isu terjadi ketika sebuah masalah menjadi terfokus pada suatu pertanyaan khusus yang bisa mengarahkan pada pertikaian dan beberapa jenis resolusi. Isu adalah suatu pertanyaan tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan. Ada beberapa pengertian isu menurut beberapa ahli :

1. Menurut Regester dan Larkin, isu mempresentasikan suatu kesenjangan antara praktek koorporat dengan harapan-harapan para stakeholdernya 2. Hainsworth dan Meng, isu adalah sebagai suatu konsekuensi atas

beberapa tindakan yang dilakukan oleh satu atau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sector swasta, kasus pengadilan sipil atau dapat menjadi masalah kebijakan public melalui tindakan legislative.

3. Barry Jones dan Chase, isu adalah sebuah masalah yang belum terpecahkan yang siap diambil keputusannya.

Berdasarkan beberapa penegertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa isu adalah sesuatu hal yang terjadi, baik di dalam maupun di luar organisasi yang apabila tidak ditangani secara baik akan memberikan efek negative terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis. Isu politik adalah sesuatu hal yang terjadi di dunia perpolitikan yang mengakibatkan suatu konflik antar organisasi atau sekelompok orang hingga menimbulkan efek saling serang.

(38)

Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi dan nilai yang tengah berlangsung dalam kehidupan masyarakat. Penyebab munculnya sebuah isu adalah :

1. Ketidakpuasan sekelompok masyarakat 2. Terjadinya peristiwa dramatis

3. Perubahan sosial

4. Kurang optimalnya kekuatan pemimpin

Dari penjelasan diatas, pengertian isu menjurus pada adanya masalah dalam suatu organisasi yang membutuhkan penanganan.

E. Tahapan Isu

Menurut Hainsworth dan Meng, isu berada dalam 4 tahap yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Permulaan

Tidak ada isu yang tampak namun kondisi muncul dengan jelas yang berpotensi untuk berkembangnya menjadi sesuatu yang penting.

2. Tahap Mediasi

Di tahap ini, isu telah berkembang dan memberikan pengaruh terhadap organisasi secara jelas

3. Tahap Organisasi

Isu sedang berkembang dan menjadi topic pembicaraan yang berkembang menjadi kritis hingga menimbulkan sebuah permasalahan

(39)

4. Tahap Resolusi

Telah ada anggapan bahwa isu telah selesai F. Jenis-Jenis Isu

Secara umum menurut Gaunt dan Ollenburger (1995), isu dapat diklasifikasikan dalam dua jenis. Berdasarkan sumber isu, yaitu :

1. Isu internal, isu yang bersumber dari internal organisasi yang hanya diketahui oleh pihak manajemen dan anggota organisasi

2. Isu eksternal, mencakup peristiwa atau fakta yang berkembang diluar organisasi yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung pada aktivitas organisasi

Dalam tulisan Harrison (2008), dideskripsikan dua aspek jenis isu, yaitu :

1. Aspek Dampak

a. Defensive Issues yaitu isu yang cenderung memunculkan ancaman terhadap organisasi, karena organisasinya harus mempertahankan diri agar tidak mengalami kerugian reputasi.

b. Offensive Issues yaitu isu yang dapat digunakan untuk meningkatkan reputasi perusahaan,eksistensi perusahaan.

2. Aspek Keluasan Isu, yang di dalamnya terdapat 4 jenis isu, sebagai berikut:

a. Isu universal, isu yang mempengaruhi banyak orang secara langsung, bersifat umum dan berpotensi mempengaruhi secara personal.

b. Isu advokasi, isu yang tidak terlalu mempengaruhi banyak orang c. Isu selektif, isu yang hanya mempengaruhi kelompok tertentu

(40)

d. Isu praktis, isu yang hanya melibatkan atau berkembang diantara para pakar.

G. Proses Pengendalian dan Pengelolaan Isu

1. Fase kesadaran diri, organisasi harus mempelajari isu untuk melakukan penelitian secara terstruktur

2. Fase eksplorasi, ada kepentingan yang meningkat mengenai isu

3. Fase pembuat keputusan, organisasi telah melibatkan top manajemen untuk mempertimbangkan tindakan dan memutuskan secara tepat alternative yang telah di dapat

4. Fase implementasi, pengambilan keputusan telah dibuat dan dianggap tepat

5. Fase modifikasi, evaluasi terhadap program yang tengah dilaksanakan 6. Fase penyelesaian, fase relaksasi bagi organisasi dimana adanya

anggapan bahwa isu telah mereda. H. Kerangka Berpikir

Tujuan dari kerangka berfikir adalah untuk menggambarkan secara jelas bagaimana kerangka berfikir yang digunakan peneliti untuk mengkaji serat memahami permasalahan yang akan diteliti (Gunawan, 2017 : 36). Kerangka berfikir diaplikasikan dalam kerangka pemilihan konseptual sesuai dengan penelitian yang akan dikaji, yaitu resepsi masyarakat Semarang terhadap isu politik gerakan #2019GantiPresiden.

(41)

Bagan 1.1. Kerangka berfikir penelitian resepsi masyarakat Semarang terhadap isu politik #2019GantiPresiden

Berdasarkan bagan diatas, maksud dari kerangka berfikir tersebut adalah peneliti akan mengkaji berbagai resepsi masyarakat terutama Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun tentang isu politik #2019GantiPresiden dengan menggunakan teori Analisis Resepsi dan New Media. Penelitian ini didasari dari munculnya gerakan #2019GantiPresiden hingga adanya poster-poster di jalan tol yang menjadi viral di BBC.Com.dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji tentang bagaimana respon serta tanggapan para anggota Sinau Bareng Cak Nun tentang hal tersebut.

Sinau Bareng Cak Nun Semarang

Analisis Resepsi New Media

Isu Politik #2019GantiPresiden

(42)

24

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang khususnya di rumah para informan yang telah di wawancara secara mendalam oleh peneliti :

1. Ihfan Saputro Nugroho, Jl. WR. Supratman X No. 27 Gisikdrono Semarang Barat

2. Dwi Hastiti, Jl. WR. Supratman X No. 39 Gisikdrono, Semarang Barat 3. Septian Nugroho, Jl. Kuncen No. 38, Mijen

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif hendak menentukan pilihan perolehan sajian data dalam bentuk cerita rinci, mendalam dari responden atau informan. Sementara itu, menurut Bogdan dan Taylor (Maleong, 2008 : 6) menyatakan metode kualitatif digunakan sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara menyeluruh dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan berbagai metode. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan

(43)

adalah jenis penelitian kualitatif.Sehingga dalam penelitian ini cenderung menelaah atau meneliti tentang resepsi masyarakat terhadap isu politik gerakan #2019GantiPresiden di BBC.com pada Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun.

C. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2005 : 84) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya. Sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama di lapangan.Sunber data ini bisa diperoleh dari responden, subyek riset dari hasil wawancara. Hasil pengujian, observasi atau data lainnya (Sugiyono, 2013 : 231). Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara beberapa anggota Sinau Bareng Cak Nun.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder diambil untuk menunjang data primer diantaranya dengan melakukan studi pustaka dan dokumentasi.Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya.Sumber data sekunder yang dipakai adalah sumber tertulis seperti sumber buku, majalah ilmiah dan dokumen-dokumen dari pihak yang terkait.Data sekunder diperoleh dari catatan-catatan, dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diambil. Selain

(44)

kata-kata dan tindakan sebagai sumber data utama, diperlukan juga data-data tambahan seperti, dokumen tertulis, dokumentasi dan lain-lain sebagai sumber data sekunder (Moleong, 2012 : 112).

D. Teknik Sampling

Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut yang hasilnya dapat mewakili (Sugiyono, 2008 : 116). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan mengumpulkan informasi dan informan yang bersangkutan dengan penelitian.

Pada saat pengumpulan data, peneliti mengambil sampel hasil wawancara dari narasumber dengan kriteria sebagai berikut :

1. Anggota jamaah Sinau Bareng Cak Nun yang mengakses internet minimal 4 kali dalam sehari

2. Anggota jamaah Sinau Bareng Cak Nun yang berusia 25 sampai 30 tahun

3. Anggota jamaah Sinau Bareng Cak Nun yang berpendidikan sarjana

Berdasarkan kriteria tersebut, maka nama-nama informan adalah sebagai berikut :

1. Ihfan Saputro 2. Dwi Hastiti 3. Septian Hartanto

(45)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

Dalam penelitian ini menggunakan foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun yang diambil secara langsung oleh peneliti maupun dokumen dari salah satu anggota perkumpulan tersebut.

2. Observasi Non Partisipan

Peneliti akan melakukan observasi yang bersifat pasif, artinya tidak ikut terlibat dalam kegiatan obyek penelitian (Sugiyono, 2011 : 197). Menurut Kriyantono (2006 : 108), observasi non partisipan merupakan metode observasi dimana periset hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan oleh obyek yang diteliti.

3. Wawancara Mendalam

Wawancara dalam penelitian terjadi dimana peneliti sedang berbincang-bincang dengan narasumber dengan tujuan menggali informasi melalui pertanyaan-pertanyaan dan menggunakan teknik tertentu. “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dua orang, pewawancara sebagai yang mengajukan pertanyaan dan naraasumber memberikan jawaban”, (moleong, 2007 : 186). Tujuan utama wawancara adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang, dalam konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktifitas, organisasi, peraasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan

(46)

sebagainya untuk mengkonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau dan memproyeksikan hal-hal yang dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

Wawancara dalam penelitian kualitatif biasanya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dengan pertanyaan tertutup seperti pada penelitian kuantitatif, tetapi dilakukan secara tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik wawancara mendalam, karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open ended, dan mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. Dalam hal ini, subyek yang diteliti posisinya lebih berperan sebagai informan bukan responden.

F. Validitas Data

Dalam penelitian ini, untuk mengecek hasil penelitian dan menguatkannya penulis menggunakan Teknik Triangulasi Data.Teknik ini dapat juga disebut Triangulasi Sumber.Cara ini mengarahkan penulis agar di dalam mengumpulkan data, penulis berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada dengan sumber teks dan dokumen literature dari berbagai sumber perpustakaan yang menguatkan tentang isu politik yang beredar di masyarakat.

(47)

G. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011 : 244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu :

H. Reduksi Data

Data yang dicatat dalam catatan lapangan yang jumlahnya banyak akan mempersulit penarikan kesimpulan, maka perlu dipersingkat, dirangkum dan dipilih data yang penting dan berkaitan dengan pokok persoalan, kegiatan ini disebut reduksi data. Reduksi data dilakukan dengan hati-hati dan diulang terus untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekeliruan dalam mereduksi, karena dapat saja data yang ternyata penting dan perlu tetapi direduksi dan data yang tidak penting judtru tidak direduksi.

I. Sajian Data

Data yang telah direduksi perlu disajikan dalam bentuk tulisan yang disusun secara sistematis atau dibuat matrik, grafik atau table supaya mudah dilihat dan dipahami hubungannya antara satu data dengan data lainnya sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.

(48)

J. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung. Data yang diperoleh sejak awal penelitian sudah mulai dilakukan dan diambil kesimpulannya. Ketika data masih sedikit jumlahnya, kesimpulan yang ditarik akan belum jelas, sedangkan semakin banyak data yang yang diperoleh maka akan memperkuat penulisan tersebut.

(49)

31 A. Gambaran Umum

1. Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun

Salah satu tokoh Indonesia yang dikenal dalam bidang seni sastra dengan ribuan karyanya berupa puisi, buku, dan pementasan teater yaitu MH Ainun Najib. MH Ainun Najib juga dikenal lagi dengan panggilan „Cak Nun‟. Tokoh beragama islam yang memegang teguh ajaran agamanya, namun tetap ramah pada perbedaan keyakinan di masyarakat. Tokoh yang selalu menyelipkan nilai-nilai kehidupan di dalam setiap hasil karya seninya.Seorang budayawan yang dengan ketulusan hatinya selalu bersedia untuk melakukan apapun juga demi melestarikan budaya. Beliau saat ini berumur 66 Tahun, lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953. Cak Nun yang dikenal sebagai budayawan, seniman, intelektual muslim, dan juga kolomnis ini merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Terlahir di tengah-tengah keluarga sederhana dengan seorang ayah yang bekerja sebagai petani sekaligus kiai yang memiliki sebuah surau dan seorang ibu yang mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Cak Nun sudah memiliki jiwa sosial yang tinggi. Lingkungan masa kecilnya yang membentuk karakter Cak Nun tumbuh sebagai sosok dengan kepedulian sosial yang begitu besar. Ayah dan ibu Cak Nun adalah tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar di

(50)

masyarakat. Di masa kecilnya, Cak Nun biasa digendong sang ibu lalu diajak berjalan-jalan menyusuri kampung tempat mereka tinggal. Sang ibu menanyakan masalah yang dihadapi para tetangga.Misalnya menanyakan adakah yang dimakan pada hari itu, apakah anak-anak mereka sehat, bagaimana dengan sekolah anak-anak.Hampir semua permasalahan yang biasa terjadi di masyarakat ditanyakan oleh ibu Cak Nun. Dari situlah, Cak Nun terbiasa untuk peduli kepada orang lain. Dan dari situlah dari diri Cak Nun mulai tumbuh jiwa sosial yang begitu kuat.

Sebagai seorang budayawan sejati yang mengusung tinggi nilai-nilai Islami, Cak Nun tidak hanya berkarya lewat tulisan dan teater.Beliau juga aktif di grup musik Kiai Kanjeng.Lewat grup musik ini beliau menyampaikan pesan-pesan Islam yang dikemas dengan alunan nada-nada indah.Lewat karier-nya bersama grup musik ini pula Cak Nun mendapatkan sebuah cerita kehidupan yang cukup menarik.Sebuah cerita mengenai bagaimana kita seharusnya memandang sebuah keberagaman dan perbedaan.Begini ceritanya.Dalam kehidupannya sehari-hari, Cak Nun terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang mencakup dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, dan sinergi ekonomi.Keempat unsur ini berpadu untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki rakyat.Kemampuan Cak Nun untuk berbaur dengan masyarakat ditunjukkan dengan bergabungnya beliau dalam sebuah komunitas yang bernama Masyarakat Padhang Bulan.Selain aktivitas rutin bulanan di komunitas ini, Cak Nun juga berkeliling ke berbagai wilayah di

(51)

seluruh nusantara rata-rata 10-15 kali per bulan bersama rombongan Gamelan Kiai Kanjeng.

Agenda rutin bulanan Cak Nun lainnya adalah Mocopat Syafaat Yogyakarta, Padhangmbulan Jombang, Gambang Syafaat Semarang, Bangbang Wetan Surabaya, Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lain yang bersifat tentatif namun sering diselenggarakan seperti Obro Ilahi Malang. Dalam pertemuan-pertemuan sosial ini, Cak Nun melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola komunikasi, metoda perhubungan budaya, pendidikan mengenai cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat seperti yang dilakukan orang tua Cak Nun ketika beliau masih kecil.Cak Nun menyadari benar akan hal ini.

Dalam beberapa diskusi yang digelar bersama komunitasnya, Cak Nun seringkali menyinggung masalah pluralisme.Menurutnya tak ada yang harus dipermasalahkan mengenai pluralisme.Tidak ada yang harus dibahas dan dibuat-buat menjadi masalah besar seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini.Kata beliau pluralisme seharusnya memang tidak menimbulkan masalah sejak zaman kerajaan Majapahit sampai sekarang. Bagi Cak Nun, sejak zaman nenek moyang dulu pun bangsa ini sudah plural dan terbukti bisa hidup rukun. Jika sekarang ada beberapa hal yang menyulut konflik di tengah-tengah pluralisme, Cak Nun berpendapat bahwa itu adalah salah

satu bentuk dari intervensi negara luar.

(52)

(http://www.berkuliah.com/2014/12/mh-ainun-najib-cak-nun-tokoh-sastrawan-indonesia-dengan-sejuta-karya.html, diakses tanggal 2 Januari 2019)

2. Isu Politik #2019GantiPresiden

Gerakan isu politik #2019GantiPresiden saat ini sangat mempengaruhi semua kalangan masyarakat. Dari kalangan atas hingga bawah akan merasakan dampak dari isu ini. Tidak semua kalangan masyarakat akan memahami dengan mudah apa yang diinginkan partai politik di gerakan #2019GantiPresiden. Beberapa kalangan masyarakat memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai Pemilu Presiden yang akan datang. Isu gerakan #2019GantiPresiden ini dimanfaatkan beberapa orang yang tidak bertanggungjawab untuk memberikan berita dan kesan yang negative kepada salah satu pasangan calon Presiden. Dari berita Jokowi mengenakan kaos bertulisan #2019GantiPresiden hingga beberapa unggahan atau postingan di media social yang mengarah untuk merugikan salah satu pihak. Tagar tersebut dimaksudkan sebagai tanda protes sebagian masyarakat agar di pemilu tahun 2019 Jokowi kalah dan digantikan oleh presiden yang baru. Ratusan orang berkumpul di depan Patung Arjuna Wiwaha di dekat kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada Minggu (6/5) untuk mendeklarasikan gerakan #2019GantiPresiden. Rekaman langsung dari acara tersebut diunggah oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera ke akun Facebook-nya dan, saat berita ini ditulis, sudah dibagikan lebih dari 4.300 kali dan ditonton 141.000 kali, serta mendapat 6.500 komentar.

(53)

Meski dalam panduan acara, para peserta diminta untuk mengenakan atribut dengan tagar tersebut, namun peserta "dilarang membawa dan memakai atribut ormas, parpol, dan capres siapapun".Dalam acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor sepekan sebelumnya, akhir April lalu, massa yang berkumpul melakukannya secara sukarela.

Sebuah unggahan di media sosial menyatakan bahwa kehadiran massa pekan lalu, "Bermula dari pesan berantai di WA, tanpa orasi, tanpa korlap, tanpa dibayar, tanpa disuruh2."Selain deklarasi gerakan relawan, acara tersebut juga mengumumkan situs resmi bagi pendaftaran relawan dan pembagian buku manual. (https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44021089, diakses tanggal 2 Januari 2019)

Sumber :https://portalislam123.blogspot.com/2018/05/ex-wartawan-senior-bbc-jangan-represif.html

(54)

3. Profil Informan

Dalam penelitian ini terdapat 3 Informan yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan wawancara, adapun ketiga informan tersebut yaitu :

a. Ihfan Nugroho Saputro S.Psi , laki-laki berusia 28 Tahun merupakan mahasiswa lulusan Psikologi Universitas Semarang tahun 2018. Ihfan saat ini memiliki kesibukan untuk meneruskan usaha sembako grosir warisan dari almarhum ayahnya yang sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Ihfan adalah salah satu dari puluhan ribu juta jamaah maiyah Cak Nun asal Kota Semarang. Ihfan mengenal maiyah ini dari seorang teman lamanya dulu dibangku SMK. Seringnya Ihfan menghadiri disetiap kegiatan maiyah ini menjadikan Ihfan merasa senang dan nyaman akan banyaknya ilmu pengetahuan dalam aspek kehidupan yang dijelaskan oleh Cak Nun. Hingga saat ini Ihfan resmi menjadi jamaah maiyah Cak Nun sudah 6 Tahun lamanya, dari mulai bergabung sebagai anggota jamaah Maiyah Cak Nun pada tahun 2013 dan diangkat sebagai koordinator setelah satu tahun menjadi jamaah, tepatnya pada tahun 2014. Alasan diangkatnya dia sebagai koordinator karena dalam setiap kegiatan, dialah yang paling aktif dan selalu mau tampil ke depan serta mengungkapkan beberapa ideatau gagasan mengenai kegiatan-kegiatan maiyah Cak Nun. Salah satu gagasan yang diungkapkannya yaitu bakti sosial dengan berjualan dan mengumpulkan pakaian layak pakai. Sebagai seorang

(55)

koordinator, dia mengatur jalannya kegiatan sebaik mungkin, mulai dari membantu mengatur jadwal kegiatan hingga mengumumkan kapan dan dimana kegiatan akan berlangsung melalui beberapa media sosial. Media social yang biasa digunakan adalah Instagram dan juga WhatsApp. Selain menjadi koordinator, dia juga tetap melaksanakan bakti sosial dengan berjualan makanan ringan aneka rasa yang dibantu oleh beberapa rekannya yang juga merupakan anggota jamaah Maiyah Cak Nun disaat kegiatan sedang berlangsung. Makanan ringan yang dijualnya adalah keripik pisang yang diberi nama Bangnana Chipsdengan 4 varian rasa yait coklat, keju, balado dan barbeque. Setiap satu orang atau jamaah yang membeli keripik, maka secara otomatis telah mendonasikan sebagian uangnya bagi yang membutuhkan. Tidak hanya berjualan makanan ringan saja, namun juga mengumpulkan beberapa pakaian layak pakai yang didapatkan dari beberapa anggota jamaah dan juga masyarakat umum. Hasil pendapatan dari berjualan sepenuhnya didonasikan kepada yang membutuhkan, tak jarang ke beberapa panti asuhan di berbagai kota.

b. Dwi Hastiti wanita berusia 26 Tahun , lulusan S1 Manajemen di Undip pada tahun 2015. Dwi Hastiti juga salah satu koordinator dalam jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun, tetapi Dwi lebih mengarah ke bagian keuangan atau bendahara. Dwi bertugas

(56)

membuat rekapan untuk rincian penjualan makanan dalam 1 Bulan. Tidak hanya itu, dwi juga turut membantu berjualan snack. Sehingga pada saat donasi ke panti asuhan atau orang yang kurang mampu seluruh anggota koordinator bisa tahu jumlah total uang serta pakaian layak pakai yang akan didonasikan. Tidak hanya itu, Dwi juga trut membantu dalam mengatur jalannya acara dengan sebaik mungkin. Dwi bergabung dengan Maiyah Sinau Bareng Cak Nun pada tahun 2016. Kegemaran Dwi pada sosok Cak Nun membuatnya selalu mengikuti kegiatan Maiyah Cak Nun kemana pun. Dalam setiap kegiatan, Dwi jarang absen untuk tidak mengikutinya. Petuah dari Cak Nun membuat Dwi menjadi orang yang penuh pertimbangan dan pemikir efek negative atau positif di suatu masalah.

c. Septian Hartanto S,Pd , laki-laki berusia 28 Tahun, lulusan Sarjana Pendidikan di UPGRIS pada tahun 2016. Setelah lulus S1 dia memutuskan untuk menikah. Septian saat ini sudah memiliki istri dan satu anak perempuan berusia 7 Bulan. Septian bekerja di PT. Propan Jl. Madukoro Semarang. Dia mengenal Maiyah Sinau Bareng Cak Nun dari teman kuliah dulu pada semester ke-2. Dia hanya bisa menghadiri Maiyah di Semarang , Kudus dan Kendal. Karena Septian saat itu belum memiliki motor sendiri hanya membonceng teman kuliahnya untuk menghadiri Maiyah di kota Semarang , Kudus dan Kendal. Septian sudah menjadi jamaah

(57)

Maiyah Sinau Bareng Cak Nun selama 5 Tahun. Kecintaan Septian terhadap Maiyah Sinau Bareng Cak Nun dibuktikannya hingga sampai sekarang tetap mengikuti tour keliling kota dan kabupaten. Keinginan Septian suatu saat dapat mengajak istri dan anaknya untuk menghadiri Maiyah Sinau Bareng Cak Nun. Dia menyukai cara Cak Nun menyampaikan suatu ilmu atau prinsip kehidupan dengan mengandaikan suatu istilah yang dapat dimengerti dan dipahami semua kalangan masyarakat. Prinsip-prinsip yang dibagi telah diberikan atau dibagikan oleh Cak Nun sangat benar-benar dilakukan Septian, dari aspek hal yang sepele hingga yang akan dapat mengubah jalan hidup Septian di masa depan.

B. Hasil Wawancara

1. Hasil Wawancara Informan 1 ( Koordinator )

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Ihfan Saputro, salah satu koordinator Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang.Ihfan selalu hadir dalamsetiap kegiatan Maiyah Cak Nun di berbagai kota. Dalam Maiyah, kegiatan tidak hanya berfokus pada maiyahan saja. Sering kali Maiyah melakukan acara acara untuk komunitas dan organisasi tertentu.

“Maiyahan gak cuma pengajian biasa mas, sering juga ada kegiatan khusus buat para komunitas yang ada di Semarang atau di kota kota lain di luar Semarang”

(58)

Kegiatan maiyah dilaksanakan di setiap bulannya. Beberapa komunitas sering kali melakukan kegiatan Maiyah bersama di hari jadi mereka.

“Komunitas komunitas itu sering maiyahan.Ada yang melakukan kegiatan di hari jadi mereka, ada juga yang melakukan kegiatan di hari hari tertentu.Seperti minggu lalu ada kegiatan Maiyah bersama PSIS Semarang dalam rangka menyambut kembalinya club PSIS berlaga kembali.Terkadang juga saat PSIS menang dalam pertandingan.”

Pendukung PSIS Semarang merupakan salah satu komunitas yang membuat acara Maiyah bersama Cak Nun. Masih ada banyak lagi komunitas serta organisasi lain yang melakukan kegiatan Maiyahah bersama Cak Nun. Kegiatan maiyah dituukan untuk mempererat tali silaturahmi antar teman masyarakat dan memperdalam religiusitas dalam diri masing masing jamaah.

“gak hanya para pendukung PSIS saja mas, masih banyak lagi komunitas lain yang ikut maiyahan bareng Cak Nun. Beberapa ada dari kantor Telkom yang diikuti para karyawan.”

Di masa masa mendekati musim politik seperti saat ini, banyak para pejabat Negara yang tidak jarang memanfaatkan moment seperti ini untuk membentuk citra baik mereka dengan berkegiatan pengajiandan semacamnya. Pemilu saat ini, benar-abenar berbeda dengan pemilu sebelumnya. Pemilu masa sekarang ini lebih sensitive terhadap agama. Seakan memperebutkan para ulama besar dan

(59)

tersohor untuk menarik simpatik dan dukungan dari masyarakat luas. Agama seakan digunakan sebagai alat politik.

“kalau dalam hal politik, Maiyah Sinau Bareng Cak Nun sendiri tidak mau kearah sana. Kalau tawaran untuk ikut serta mendukung salah satu paslon pasti ada, tapi dari kami pihak kepengurusan jamaah sendiri tidak mau kearah sana mas, selain memang dari diri masing masing yang ingin netral tapi juga pesan dari Cak Nun sendiri. Beliau berpesan untuk tidak ikut-ikutan dalam hal politik, kita netral saja.” Politik yang semakin memanas menimbulkan munculnya berbagai isu-isu politik antar kedua kubu.Isu-isu politik bertebaran di berbagai media terutama internet. Tidak jarang, isu yang dibuat oleh masing-masing pendukung pasangan calon yang cenderung saling serang dan ingin menjatuhkan satu sama lain antar pasangan calon. Dapat dipastikan bahwa banyaknya isu politik sengaja dibuat untuk mempengaruhi suara masyarakat hingga dapat menang dalam pemilihan umum Presiden nantinya.

Ihfan mengaku bahwa akhir-akhir ini setelah semakin mendekati hari pemilu, dia sering melihat berita di internet yang berkaitan dengan Pemilu Presiden 2019. Dia mengungkapkan #2019GantiPresiden sering kali disebutkan dalam pemberitaan. Pemilu Presiden 2019 ini diperingati sebagai pesta demokrasi masyarakat Indonesia untuk ajang menyuarakan pendapat dan pilihannya sesuai masing-masing individu kehendaki. Menurutnya, adanya tagar tersebut merupakan suatu bentuk kampanye dari salah satu pendukung partai politik lain

(60)

sehingga sah-sah saja, namun seharusnya tetap pada porsinya sehingga tidak menjadi berlebihan, agar tidak terjadi gesekan dari pihak lain.Lebih baik dalam melakukan kampanye PilPres ini tidak menyalahi aturan dari Bawaslu.

Ia beranggapan bahwa hal tersebut dapat membuat kondisi semakin tidak kondusif sehingga untuk tetap bersikap diam adalah langkah yang tepat agar tidak terjadinya gesekan.

“Kalo saya sih netral ya mas , mungkin hashtag itu bentuk kampanye, ya jadi sah-sah aja gitu. Tapi ada baiknya

jangan terlalu berlebihan biar tidak terjadi keributan. Ya

intinya saling menghargai pilihannya masing-masing”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Masyarakat Indonesia saat ini bukanlah orang yang gaptek akan informasi. Melalui media informasi manapun masyarakat akan sangatlah mudah melihat dan mencari berita terupdate saat ini. Tetapi dalam menggunakan media tersebut sebaiknya bijak dan sangat perlu dicermati sumber asal berita itu sebenarnya seperti apa. Saat ini seringkali munculnya berita Pemilu Presiden 2019 di media massa dengan berbagai argument dari pendukung masing-masing calon pasangan. Tidak Jarang hal-hal yang tidak baikbernilai negative atau hoax sering dipakai dalam berkampanye untuk menjatuhkan salah satu calon pasangan Pemilihan Presiden.

“Untuk para pendukung partai politik pasangan calon Presiden, sebaiknya tidak saling mengejek atau menghina satu dengan yang lain, karena hal ini akan menimbulkan

(61)

perseteruan hingga permusushan dari masing-masing pendukung disetiap daerah”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Pria yang sudah tergabung menjadi Jamaah Maiyah Semarang sejak tahun 2013 ini juga menambahkan seandainya pilihannya bertolak belakang dengan hashtag tersebut, ia menegaskan tidak akan mengikuti trend tersebut. Sesuai ajaran dari Cak Nun atau sering disebut Mbah Nun ini sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang taat akan peraturan yang ada.Manusia harus memiliki prinsip hidup yang baik, karena prinsip yang baik akan mendapatkan jalan kehidupan yang baik.

“Siapapun pemimpinnya saya yakin, warga Indonesia pasti menginginkan Negaranya agar dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Perubahan itu juga perlu dilakukan, tetapi tergantung dari masing-masing individu itu mau tidak untuk diajak mengikuti perubahan” ( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Masyarakat harus siap menerima dengan lapang dada semua hasil keputusan Pemilu Presiden, agar tidak terjadi keributan setelah hasil Pemilu Presiden 2019 diumumkan nantinya.

“Entah nanti siapa pun Presiden dan Wakil Presiden yang nanti akan terpilih saya akan selalu mendukung dan mendoakan semoga Indonesia tetap selalu menjadi Negara yang maju dan berkembang”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Dalam setiap moment pemilihan umum Presiden, masyarakat harus benar-benar kritis menentukan pilihannya.Mendukung boleh, fanatic jangan.Itulah yang diungkapkan oleh Ihfan Saputro.Baginya

(62)

ketika mendukung salah satu pasangan calon, yang diperlukan hanyalah berdoa dan memilihnya.Dengan demokrasi, maka masyarakat bebas memilih siapapun yang menjadi pilihannya.Lebih baik netral saja untuk menciptakan kedamaian dan persatuan antar masyarakat.

“mendukung salah satu itu boleh, tapi kalau mau fanatik ya jangan. Bagi saya lebih baik netral saja dan berdoa yang terbaik.” (wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019)

2. Hasil Wawancara Informan 2 ( Koordinator )

Untuk melengkapi data penelitian, peneliti kemudian mewawancarai koordinator lainnya yang bernama Dwi Hastiti. Wanita yang merupakan lulusan UNDIP pada tahun 2015 ini mengemukakan bahwa tahun 2019 merupakan tahun politik yang paling berkesan dari tahun politik sebelumnya. Berbagai media massa terutama internet sangat sering memberitakan tentang isu politik #2019GantiPresiden. Dwi Hastiti berpendapat hal ini sangat mempengaruhi di semua bidang, tidak hanya di bidang politik saja namun segala aspek kehidupan hingga persatuan masyarakat pun ikut turut serta terpengaruh oleh isu tersebut.

“Saya yakin Pemilu #2019GantiPresiden ini mempengaruhi segala aspek bidang yang saat ini berjalan di Indonesia, karena menurut isu-isu yang bererdar salah satu calon pasangan Pemilu Presiden sangat ambisius dalam memenangkan Pemilu Presiden kali ini. Segala cara

(63)

telah dilakukan para pendukung calon pasanganuntuk memenangkan PilPres. Alangkah baiknya untuk warga Indonesia tetap selektif terhadap apa yang dipilih, bukan karena adanya paksaan atau hal yang menyudutkan dalam PilPres” ( wawancara : Dwi Hatiti, Sabtu 16 Februari 2019 )

Pengaruh yang ditimbulkan oleh isu gerakan tersebut sangatlah besar.Pertikaian terjadi dimana-mana, perdebatan hingga permusuhan antar teman terjadi diberbagai daerah.Dwi mengaku hal tersebut juga tengah terjadi pada teman temannya. Dikarenakan perang status di media social, teman dwi jadi bermusuhan dan saling balas membalas status.

“pengaruhnya dahsyat benget sih, karna teman saya juga saat ini bertengkar, padahal sebelumnya mereka teman baik. Awal mulanya mereka memliki pilihan yang berbeda,salah satu membuat status tentang pasangan calon yang dipilihnya dan yang tidak dipilihnya. Akhirnya terjadi balas balasan status dan mereka saling berdebat satu sama lain. Oke oke saja sih mendukung salahs satu calon, tapi nggak baik juga kalau harus bermusuhan sesame teman hanya karna isu politik semata.”

Pengaruh politik yang besar dapat terjadi pada siapapun.Dwi pun mengakui bahwa dirinya sempat terpengaruh dengan membalas status teman melalui pesan Whatsapp.

“saya pun pernah hampir saja bertengkar dengan teman cuma gara gara politik ini. gara gara isu #2019GantiPresiden. Seringnya lihat status teman di Instagram dan Whatsapp, saya jadi sebel kenapa sih hal seperti ini kok lebay,sedikit sedikit dibuat status yang isinya sindir sindiran. Akhirnya saya balas statusnya lewat pesan whatsapp sampai terjadi perdebatan antar kami.Tapi pas sadar ya saya minta maaf saja karna buat apa debat yang

Gambar

Gambar 1.1 Demo #2019gantipresiden  .........................................................
Diagram 1.2 Diagram Kerangka Berfikir........................................................
Gambar 1.2 Diagram proses resepsi Stuart Hall (1976) (Dalam Storey, 1996: 10)

Referensi

Dokumen terkait