• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun

Salah satu tokoh Indonesia yang dikenal dalam bidang seni sastra dengan ribuan karyanya berupa puisi, buku, dan pementasan teater yaitu MH Ainun Najib. MH Ainun Najib juga dikenal lagi dengan panggilan „Cak Nun‟. Tokoh beragama islam yang memegang teguh ajaran agamanya, namun tetap ramah pada perbedaan keyakinan di masyarakat. Tokoh yang selalu menyelipkan nilai-nilai kehidupan di dalam setiap hasil karya seninya.Seorang budayawan yang dengan ketulusan hatinya selalu bersedia untuk melakukan apapun juga demi melestarikan budaya. Beliau saat ini berumur 66 Tahun, lahir di Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada tanggal 27 Mei 1953. Cak Nun yang dikenal sebagai budayawan, seniman, intelektual muslim, dan juga kolomnis ini merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Terlahir di tengah-tengah keluarga sederhana dengan seorang ayah yang bekerja sebagai petani sekaligus kiai yang memiliki sebuah surau dan seorang ibu yang mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

Sejak kecil, Cak Nun sudah memiliki jiwa sosial yang tinggi. Lingkungan masa kecilnya yang membentuk karakter Cak Nun tumbuh sebagai sosok dengan kepedulian sosial yang begitu besar. Ayah dan ibu Cak Nun adalah tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh besar di

masyarakat. Di masa kecilnya, Cak Nun biasa digendong sang ibu lalu diajak berjalan-jalan menyusuri kampung tempat mereka tinggal. Sang ibu menanyakan masalah yang dihadapi para tetangga.Misalnya menanyakan adakah yang dimakan pada hari itu, apakah anak-anak mereka sehat, bagaimana dengan sekolah anak-anak.Hampir semua permasalahan yang biasa terjadi di masyarakat ditanyakan oleh ibu Cak Nun. Dari situlah, Cak Nun terbiasa untuk peduli kepada orang lain. Dan dari situlah dari diri Cak Nun mulai tumbuh jiwa sosial yang begitu kuat.

Sebagai seorang budayawan sejati yang mengusung tinggi nilai-nilai Islami, Cak Nun tidak hanya berkarya lewat tulisan dan teater.Beliau juga aktif di grup musik Kiai Kanjeng.Lewat grup musik ini beliau menyampaikan pesan-pesan Islam yang dikemas dengan alunan nada-nada indah.Lewat karier-nya bersama grup musik ini pula Cak Nun mendapatkan sebuah cerita kehidupan yang cukup menarik.Sebuah cerita mengenai bagaimana kita seharusnya memandang sebuah keberagaman dan perbedaan.Begini ceritanya.Dalam kehidupannya sehari-hari, Cak Nun terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang mencakup dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, dan sinergi ekonomi.Keempat unsur ini berpadu untuk menumbuhkan potensi yang dimiliki rakyat.Kemampuan Cak Nun untuk berbaur dengan masyarakat ditunjukkan dengan bergabungnya beliau dalam sebuah komunitas yang bernama Masyarakat Padhang Bulan.Selain aktivitas rutin bulanan di komunitas ini, Cak Nun juga berkeliling ke berbagai wilayah di

seluruh nusantara rata-rata 10-15 kali per bulan bersama rombongan Gamelan Kiai Kanjeng.

Agenda rutin bulanan Cak Nun lainnya adalah Mocopat Syafaat Yogyakarta, Padhangmbulan Jombang, Gambang Syafaat Semarang, Bangbang Wetan Surabaya, Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lain yang bersifat tentatif namun sering diselenggarakan seperti Obro Ilahi Malang. Dalam pertemuan-pertemuan sosial ini, Cak Nun melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola komunikasi, metoda perhubungan budaya, pendidikan mengenai cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat seperti yang dilakukan orang tua Cak Nun ketika beliau masih kecil.Cak Nun menyadari benar akan hal ini.

Dalam beberapa diskusi yang digelar bersama komunitasnya, Cak Nun seringkali menyinggung masalah pluralisme.Menurutnya tak ada yang harus dipermasalahkan mengenai pluralisme.Tidak ada yang harus dibahas dan dibuat-buat menjadi masalah besar seperti yang sering terjadi akhir-akhir ini.Kata beliau pluralisme seharusnya memang tidak menimbulkan masalah sejak zaman kerajaan Majapahit sampai sekarang. Bagi Cak Nun, sejak zaman nenek moyang dulu pun bangsa ini sudah plural dan terbukti bisa hidup rukun. Jika sekarang ada beberapa hal yang menyulut konflik di tengah-tengah pluralisme, Cak Nun berpendapat bahwa itu adalah salah

satu bentuk dari intervensi negara luar.

(http://www.berkuliah.com/2014/12/mh-ainun-najib-cak-nun-tokoh-sastrawan-indonesia-dengan-sejuta-karya.html, diakses tanggal 2 Januari 2019)

2. Isu Politik #2019GantiPresiden

Gerakan isu politik #2019GantiPresiden saat ini sangat mempengaruhi semua kalangan masyarakat. Dari kalangan atas hingga bawah akan merasakan dampak dari isu ini. Tidak semua kalangan masyarakat akan memahami dengan mudah apa yang diinginkan partai politik di gerakan #2019GantiPresiden. Beberapa kalangan masyarakat memanfaatkan momen ini untuk mengungkapkan pendapatnya mengenai Pemilu Presiden yang akan datang. Isu gerakan #2019GantiPresiden ini dimanfaatkan beberapa orang yang tidak bertanggungjawab untuk memberikan berita dan kesan yang negative kepada salah satu pasangan calon Presiden. Dari berita Jokowi mengenakan kaos bertulisan #2019GantiPresiden hingga beberapa unggahan atau postingan di media social yang mengarah untuk merugikan salah satu pihak. Tagar tersebut dimaksudkan sebagai tanda protes sebagian masyarakat agar di pemilu tahun 2019 Jokowi kalah dan digantikan oleh presiden yang baru. Ratusan orang berkumpul di depan Patung Arjuna Wiwaha di dekat kawasan Thamrin, Jakarta Pusat, pada Minggu (6/5) untuk mendeklarasikan gerakan #2019GantiPresiden. Rekaman langsung dari acara tersebut diunggah oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera ke akun Facebook-nya dan, saat berita ini ditulis, sudah dibagikan lebih dari 4.300 kali dan ditonton 141.000 kali, serta mendapat 6.500 komentar.

Meski dalam panduan acara, para peserta diminta untuk mengenakan atribut dengan tagar tersebut, namun peserta "dilarang membawa dan memakai atribut ormas, parpol, dan capres siapapun".Dalam acara Hari Bebas Kendaraan Bermotor sepekan sebelumnya, akhir April lalu, massa yang berkumpul melakukannya secara sukarela.

Sebuah unggahan di media sosial menyatakan bahwa kehadiran massa pekan lalu, "Bermula dari pesan berantai di WA, tanpa orasi, tanpa korlap, tanpa dibayar, tanpa disuruh2."Selain deklarasi gerakan relawan, acara tersebut juga mengumumkan situs resmi bagi pendaftaran relawan dan pembagian buku manual. (https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-44021089, diakses tanggal 2 Januari 2019)

Sumber :https://portalislam123.blogspot.com/2018/05/ex-wartawan-senior-bbc-jangan-represif.html

3. Profil Informan

Dalam penelitian ini terdapat 3 Informan yang dibutuhkan peneliti dalam melakukan wawancara, adapun ketiga informan tersebut yaitu :

a. Ihfan Nugroho Saputro S.Psi , laki-laki berusia 28 Tahun merupakan mahasiswa lulusan Psikologi Universitas Semarang tahun 2018. Ihfan saat ini memiliki kesibukan untuk meneruskan usaha sembako grosir warisan dari almarhum ayahnya yang sudah meninggal 8 tahun yang lalu. Ihfan adalah salah satu dari puluhan ribu juta jamaah maiyah Cak Nun asal Kota Semarang. Ihfan mengenal maiyah ini dari seorang teman lamanya dulu dibangku SMK. Seringnya Ihfan menghadiri disetiap kegiatan maiyah ini menjadikan Ihfan merasa senang dan nyaman akan banyaknya ilmu pengetahuan dalam aspek kehidupan yang dijelaskan oleh Cak Nun. Hingga saat ini Ihfan resmi menjadi jamaah maiyah Cak Nun sudah 6 Tahun lamanya, dari mulai bergabung sebagai anggota jamaah Maiyah Cak Nun pada tahun 2013 dan diangkat sebagai koordinator setelah satu tahun menjadi jamaah, tepatnya pada tahun 2014. Alasan diangkatnya dia sebagai koordinator karena dalam setiap kegiatan, dialah yang paling aktif dan selalu mau tampil ke depan serta mengungkapkan beberapa ideatau gagasan mengenai kegiatan-kegiatan maiyah Cak Nun. Salah satu gagasan yang diungkapkannya yaitu bakti sosial dengan berjualan dan mengumpulkan pakaian layak pakai. Sebagai seorang

koordinator, dia mengatur jalannya kegiatan sebaik mungkin, mulai dari membantu mengatur jadwal kegiatan hingga mengumumkan kapan dan dimana kegiatan akan berlangsung melalui beberapa media sosial. Media social yang biasa digunakan adalah Instagram dan juga WhatsApp. Selain menjadi koordinator, dia juga tetap melaksanakan bakti sosial dengan berjualan makanan ringan aneka rasa yang dibantu oleh beberapa rekannya yang juga merupakan anggota jamaah Maiyah Cak Nun disaat kegiatan sedang berlangsung. Makanan ringan yang dijualnya adalah keripik pisang yang diberi nama Bangnana Chipsdengan 4 varian rasa yait coklat, keju, balado dan barbeque. Setiap satu orang atau jamaah yang membeli keripik, maka secara otomatis telah mendonasikan sebagian uangnya bagi yang membutuhkan. Tidak hanya berjualan makanan ringan saja, namun juga mengumpulkan beberapa pakaian layak pakai yang didapatkan dari beberapa anggota jamaah dan juga masyarakat umum. Hasil pendapatan dari berjualan sepenuhnya didonasikan kepada yang membutuhkan, tak jarang ke beberapa panti asuhan di berbagai kota.

b. Dwi Hastiti wanita berusia 26 Tahun , lulusan S1 Manajemen di Undip pada tahun 2015. Dwi Hastiti juga salah satu koordinator dalam jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun, tetapi Dwi lebih mengarah ke bagian keuangan atau bendahara. Dwi bertugas

membuat rekapan untuk rincian penjualan makanan dalam 1 Bulan. Tidak hanya itu, dwi juga turut membantu berjualan snack. Sehingga pada saat donasi ke panti asuhan atau orang yang kurang mampu seluruh anggota koordinator bisa tahu jumlah total uang serta pakaian layak pakai yang akan didonasikan. Tidak hanya itu, Dwi juga trut membantu dalam mengatur jalannya acara dengan sebaik mungkin. Dwi bergabung dengan Maiyah Sinau Bareng Cak Nun pada tahun 2016. Kegemaran Dwi pada sosok Cak Nun membuatnya selalu mengikuti kegiatan Maiyah Cak Nun kemana pun. Dalam setiap kegiatan, Dwi jarang absen untuk tidak mengikutinya. Petuah dari Cak Nun membuat Dwi menjadi orang yang penuh pertimbangan dan pemikir efek negative atau positif di suatu masalah.

c. Septian Hartanto S,Pd , laki-laki berusia 28 Tahun, lulusan Sarjana Pendidikan di UPGRIS pada tahun 2016. Setelah lulus S1 dia memutuskan untuk menikah. Septian saat ini sudah memiliki istri dan satu anak perempuan berusia 7 Bulan. Septian bekerja di PT. Propan Jl. Madukoro Semarang. Dia mengenal Maiyah Sinau Bareng Cak Nun dari teman kuliah dulu pada semester ke-2. Dia hanya bisa menghadiri Maiyah di Semarang , Kudus dan Kendal. Karena Septian saat itu belum memiliki motor sendiri hanya membonceng teman kuliahnya untuk menghadiri Maiyah di kota Semarang , Kudus dan Kendal. Septian sudah menjadi jamaah

Maiyah Sinau Bareng Cak Nun selama 5 Tahun. Kecintaan Septian terhadap Maiyah Sinau Bareng Cak Nun dibuktikannya hingga sampai sekarang tetap mengikuti tour keliling kota dan kabupaten. Keinginan Septian suatu saat dapat mengajak istri dan anaknya untuk menghadiri Maiyah Sinau Bareng Cak Nun. Dia menyukai cara Cak Nun menyampaikan suatu ilmu atau prinsip kehidupan dengan mengandaikan suatu istilah yang dapat dimengerti dan dipahami semua kalangan masyarakat. Prinsip-prinsip yang dibagi telah diberikan atau dibagikan oleh Cak Nun sangat benar-benar dilakukan Septian, dari aspek hal yang sepele hingga yang akan dapat mengubah jalan hidup Septian di masa depan.

B. Hasil Wawancara

1. Hasil Wawancara Informan 1 ( Koordinator )

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan Ihfan Saputro, salah satu koordinator Jamaah Maiyah Sinau Bareng Cak Nun Semarang.Ihfan selalu hadir dalamsetiap kegiatan Maiyah Cak Nun di berbagai kota. Dalam Maiyah, kegiatan tidak hanya berfokus pada maiyahan saja. Sering kali Maiyah melakukan acara acara untuk komunitas dan organisasi tertentu.

“Maiyahan gak cuma pengajian biasa mas, sering juga ada kegiatan khusus buat para komunitas yang ada di Semarang atau di kota kota lain di luar Semarang”

Kegiatan maiyah dilaksanakan di setiap bulannya. Beberapa komunitas sering kali melakukan kegiatan Maiyah bersama di hari jadi mereka.

“Komunitas komunitas itu sering maiyahan.Ada yang melakukan kegiatan di hari jadi mereka, ada juga yang melakukan kegiatan di hari hari tertentu.Seperti minggu lalu ada kegiatan Maiyah bersama PSIS Semarang dalam rangka menyambut kembalinya club PSIS berlaga kembali.Terkadang juga saat PSIS menang dalam pertandingan.”

Pendukung PSIS Semarang merupakan salah satu komunitas yang membuat acara Maiyah bersama Cak Nun. Masih ada banyak lagi komunitas serta organisasi lain yang melakukan kegiatan Maiyahah bersama Cak Nun. Kegiatan maiyah dituukan untuk mempererat tali silaturahmi antar teman masyarakat dan memperdalam religiusitas dalam diri masing masing jamaah.

“gak hanya para pendukung PSIS saja mas, masih banyak lagi komunitas lain yang ikut maiyahan bareng Cak Nun. Beberapa ada dari kantor Telkom yang diikuti para karyawan.”

Di masa masa mendekati musim politik seperti saat ini, banyak para pejabat Negara yang tidak jarang memanfaatkan moment seperti ini untuk membentuk citra baik mereka dengan berkegiatan pengajiandan semacamnya. Pemilu saat ini, benar-abenar berbeda dengan pemilu sebelumnya. Pemilu masa sekarang ini lebih sensitive terhadap agama. Seakan memperebutkan para ulama besar dan

tersohor untuk menarik simpatik dan dukungan dari masyarakat luas. Agama seakan digunakan sebagai alat politik.

“kalau dalam hal politik, Maiyah Sinau Bareng Cak Nun sendiri tidak mau kearah sana. Kalau tawaran untuk ikut serta mendukung salah satu paslon pasti ada, tapi dari kami pihak kepengurusan jamaah sendiri tidak mau kearah sana mas, selain memang dari diri masing masing yang ingin netral tapi juga pesan dari Cak Nun sendiri. Beliau berpesan untuk tidak ikut-ikutan dalam hal politik, kita netral saja.” Politik yang semakin memanas menimbulkan munculnya berbagai isu-isu politik antar kedua kubu.Isu-isu politik bertebaran di berbagai media terutama internet. Tidak jarang, isu yang dibuat oleh masing-masing pendukung pasangan calon yang cenderung saling serang dan ingin menjatuhkan satu sama lain antar pasangan calon. Dapat dipastikan bahwa banyaknya isu politik sengaja dibuat untuk mempengaruhi suara masyarakat hingga dapat menang dalam pemilihan umum Presiden nantinya.

Ihfan mengaku bahwa akhir-akhir ini setelah semakin mendekati hari pemilu, dia sering melihat berita di internet yang berkaitan dengan Pemilu Presiden 2019. Dia mengungkapkan #2019GantiPresiden sering kali disebutkan dalam pemberitaan. Pemilu Presiden 2019 ini diperingati sebagai pesta demokrasi masyarakat Indonesia untuk ajang menyuarakan pendapat dan pilihannya sesuai masing-masing individu kehendaki. Menurutnya, adanya tagar tersebut merupakan suatu bentuk kampanye dari salah satu pendukung partai politik lain

sehingga sah-sah saja, namun seharusnya tetap pada porsinya sehingga tidak menjadi berlebihan, agar tidak terjadi gesekan dari pihak lain.Lebih baik dalam melakukan kampanye PilPres ini tidak menyalahi aturan dari Bawaslu.

Ia beranggapan bahwa hal tersebut dapat membuat kondisi semakin tidak kondusif sehingga untuk tetap bersikap diam adalah langkah yang tepat agar tidak terjadinya gesekan.

“Kalo saya sih netral ya mas , mungkin hashtag itu bentuk kampanye, ya jadi sah-sah aja gitu. Tapi ada baiknya

jangan terlalu berlebihan biar tidak terjadi keributan. Ya

intinya saling menghargai pilihannya masing-masing”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 ) Masyarakat Indonesia saat ini bukanlah orang yang gaptek akan informasi. Melalui media informasi manapun masyarakat akan sangatlah mudah melihat dan mencari berita terupdate saat ini. Tetapi dalam menggunakan media tersebut sebaiknya bijak dan sangat perlu dicermati sumber asal berita itu sebenarnya seperti apa. Saat ini seringkali munculnya berita Pemilu Presiden 2019 di media massa dengan berbagai argument dari pendukung masing-masing calon pasangan. Tidak Jarang hal-hal yang tidak baikbernilai negative atau hoax sering dipakai dalam berkampanye untuk menjatuhkan salah satu calon pasangan Pemilihan Presiden.

“Untuk para pendukung partai politik pasangan calon Presiden, sebaiknya tidak saling mengejek atau menghina satu dengan yang lain, karena hal ini akan menimbulkan

perseteruan hingga permusushan dari masing-masing pendukung disetiap daerah”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Pria yang sudah tergabung menjadi Jamaah Maiyah Semarang sejak tahun 2013 ini juga menambahkan seandainya pilihannya bertolak belakang dengan hashtag tersebut, ia menegaskan tidak akan mengikuti trend tersebut. Sesuai ajaran dari Cak Nun atau sering disebut Mbah Nun ini sebaik-baiknya manusia ialah manusia yang taat akan peraturan yang ada.Manusia harus memiliki prinsip hidup yang baik, karena prinsip yang baik akan mendapatkan jalan kehidupan yang baik.

“Siapapun pemimpinnya saya yakin, warga Indonesia pasti menginginkan Negaranya agar dapat lebih baik lagi dari sebelumnya. Perubahan itu juga perlu dilakukan, tetapi tergantung dari masing-masing individu itu mau tidak untuk diajak mengikuti perubahan” ( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Masyarakat harus siap menerima dengan lapang dada semua hasil keputusan Pemilu Presiden, agar tidak terjadi keributan setelah hasil Pemilu Presiden 2019 diumumkan nantinya.

“Entah nanti siapa pun Presiden dan Wakil Presiden yang nanti akan terpilih saya akan selalu mendukung dan mendoakan semoga Indonesia tetap selalu menjadi Negara yang maju dan berkembang”( wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019 )

Dalam setiap moment pemilihan umum Presiden, masyarakat harus benar-benar kritis menentukan pilihannya.Mendukung boleh, fanatic jangan.Itulah yang diungkapkan oleh Ihfan Saputro.Baginya

ketika mendukung salah satu pasangan calon, yang diperlukan hanyalah berdoa dan memilihnya.Dengan demokrasi, maka masyarakat bebas memilih siapapun yang menjadi pilihannya.Lebih baik netral saja untuk menciptakan kedamaian dan persatuan antar masyarakat.

“mendukung salah satu itu boleh, tapi kalau mau fanatik ya jangan. Bagi saya lebih baik netral saja dan berdoa yang terbaik.” (wawancara : Ihfan Saputro, Senin 11 Februari 2019)

2. Hasil Wawancara Informan 2 ( Koordinator )

Untuk melengkapi data penelitian, peneliti kemudian mewawancarai koordinator lainnya yang bernama Dwi Hastiti. Wanita yang merupakan lulusan UNDIP pada tahun 2015 ini mengemukakan bahwa tahun 2019 merupakan tahun politik yang paling berkesan dari tahun politik sebelumnya. Berbagai media massa terutama internet sangat sering memberitakan tentang isu politik #2019GantiPresiden. Dwi Hastiti berpendapat hal ini sangat mempengaruhi di semua bidang, tidak hanya di bidang politik saja namun segala aspek kehidupan hingga persatuan masyarakat pun ikut turut serta terpengaruh oleh isu tersebut.

“Saya yakin Pemilu #2019GantiPresiden ini mempengaruhi segala aspek bidang yang saat ini berjalan di Indonesia, karena menurut isu-isu yang bererdar salah satu calon pasangan Pemilu Presiden sangat ambisius dalam memenangkan Pemilu Presiden kali ini. Segala cara

telah dilakukan para pendukung calon pasanganuntuk memenangkan PilPres. Alangkah baiknya untuk warga Indonesia tetap selektif terhadap apa yang dipilih, bukan karena adanya paksaan atau hal yang menyudutkan dalam PilPres” ( wawancara : Dwi Hatiti, Sabtu 16 Februari 2019 )

Pengaruh yang ditimbulkan oleh isu gerakan tersebut sangatlah besar.Pertikaian terjadi dimana-mana, perdebatan hingga permusuhan antar teman terjadi diberbagai daerah.Dwi mengaku hal tersebut juga tengah terjadi pada teman temannya. Dikarenakan perang status di media social, teman dwi jadi bermusuhan dan saling balas membalas status.

“pengaruhnya dahsyat benget sih, karna teman saya juga saat ini bertengkar, padahal sebelumnya mereka teman baik. Awal mulanya mereka memliki pilihan yang berbeda,salah satu membuat status tentang pasangan calon yang dipilihnya dan yang tidak dipilihnya. Akhirnya terjadi balas balasan status dan mereka saling berdebat satu sama lain. Oke oke saja sih mendukung salahs satu calon, tapi nggak baik juga kalau harus bermusuhan sesame teman hanya karna isu politik semata.”

Pengaruh politik yang besar dapat terjadi pada siapapun.Dwi pun mengakui bahwa dirinya sempat terpengaruh dengan membalas status teman melalui pesan Whatsapp.

“saya pun pernah hampir saja bertengkar dengan teman cuma gara gara politik ini. gara gara isu #2019GantiPresiden. Seringnya lihat status teman di Instagram dan Whatsapp, saya jadi sebel kenapa sih hal seperti ini kok lebay,sedikit sedikit dibuat status yang isinya sindir sindiran. Akhirnya saya balas statusnya lewat pesan whatsapp sampai terjadi perdebatan antar kami.Tapi pas sadar ya saya minta maaf saja karna buat apa debat yang

berujung ke permusuhan dengan teman sendiri. Gak ada untungnya juga kan. Demi politik harus kehilangan teman dan menambah dosa. ”

Sebagai warga Negara yang bijak harusnya tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk membawa Indonesia di masa mendatang. Baik buruknya itu tergantung kinerja dari masing-masing calon pasangan PilPres, bukan karena janji manis yang telah diberikan kepada masyarakat. Isu-isu yang beredar di media massa saat ini, sebaiknya jangan terlalu diyakini kebenarannya. Terkadang berita hoax pun bermunculan untuk menjatuhkan nama baik para calon pasangan Presiden dan wakilnya di mata masyarakat. Budaya untuk saling menghargai dan menghormati pilihan antar masing-masing masyarakat terutama para pendukung harus tetap dilakukan.

Permusuhan dan persaingan di antara para pedukung calon pasangan PilPres, sebaiknya jangan ditiru masyarakat luas. Apalagi hingga meluapkan sikap emosi di depan umum, yang seharusnya tidak terjadi. Seperti yang tengah terjadi saat ini,banyak sekali

Dokumen terkait