• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP

TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

HUSIN KADERI

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru

RINGKASAN

Percobaan pemupukan bahan organik terhadap tanaman padi dilakukan dirumah kaca pada bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Januari 2001. Percobaan ini menggunakan tiga jenis bahan organik, yaitu

Sesbania sp, Crotalaria sp, dan Calopogonium sp. Pengamatan pertumbuhan tanaman padi meliputi tinggi

tanaman; jumlah anakan tanaman setiap rumpun; jumlah anakan tanaman produktif tiap rumpun; jumlah gabah isi dan gabah hampa setiap malai; berat 1000 biji, dan berat gabah kering setiap rumpun. Pengamatan percobaan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan hijauan seperti Sesbania sp,

Crotalaria sp, dan Calopogonium sp sebagai pupuk organik tanaman padi. Hasil pengamatan penggunaan

pupuk organik menunjukkan hasil yang berbeda mulai dari tinggi tanaman padi hingga berat gabah kering. Hasil tertinggi diperoleh (pertumbuhan dan berat gabah kering) tanaman padi yang diberi pupuk Sesbania sp.

Kata kunci: Pengamatan, padi, dan bahan organik.

PENDAHULUAN

Jumlah penduduk Indonesia yang sudah sedemikian besar dengan perkiraan lebih dari 200 juta jiwa, mengharuskan ketersediaan pangan dalam jumlah yang besar pula, bukan saja berpengaruh terhadap kesehatan individu manusia dan bencana kelaparan, tetapi juga akan menimbulkan kerawanan sosial.

Kondisi kerawanan pangan terakhir kali terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998. Penyebab utamanya adalah kemarau panjang dan krisis moneter. Kemarau panjang merupakan gejala alam yang sulit diatasi, krisis moneter mengakibatkan kelangkaan dan mahalnya sarana produksi, memberikan pengaruh cukup besar terhadap penurunan produktivitas. Disamping itu daya beli petani terhadap sarana produksi sudah sedemikian lemah. Untuk mengatasi itu, pemerintah terpaksa mengimport beras secara besar-besaran dan menyediakan dana subsidi demi bahan pangan ini. Keadaan demikian sebenarnya sangat ironis sekali, dimana kita yang dikenal sebagai negara agraris justru kekurangan bahan pangan.

Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka meningkatkan produksi padi. Upaya meningkatkan produktivitas lahan dengan berbagai cara telah banyak dilakukan, salah satunya melalui pemupukan.

Pupuk organik merupakan jenis pupuk yang sekarang makin banyak dipergunakan, karena kelebihan pupuk organik dibanding pupuk buatan adalah kandungan hara mikro banyak didapat dalam pupuk organik (Aribawa, 2002).

Pengamatan terhadap tanaman padi meliputi pengukuran tinggi tanaman, penghitungan jumlah padi yang tumbuh dalam satu rumpun, dan penimbangan gabah kering.

(2)

Tulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada penyuluh mengenai pemanfaatan hijauan seperti Sesbania sp, Crotalaria sp, dan Calopogonium sp sebagai pupuk organik tanaman padi.

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Banjarbaru. Waktu pelaksanaan dari bulan Oktober 2000 sampai dengan bulan Januari 2001.

Materi

Benih yang digunakan adalah varietas IR 66, sedangkan bahan organiknya adalah Sesbania, Crotalaria dan Calopogonium dalam bentuk kering. Sebagai pupuk dasar digunakan urea sebagai sumber N, SP-36 untuk sumber P2O5 dan KCl untuk sumber K2O.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggiling tanaman, oven, timbangan, gunting, ember, ayakan berdiameter 2 mm, penggaris, kayu, cangkul, karung, sprayer dan alat-alat tulis.

Metode

Pengamatan dilakukan dengan dua fase yaitu, fase pertumbuhan vegetatif dan fase generatif dengan cara pengukuran, penghitungan dan penimbangan

Fase pertumbuhan tanaman padi, meliputi: a) pengukuran tinggi tanaman padi: b) penghitungan jumlah anakan tanaman padi tiap rumpun

Komponen hasil, meliputi: a) penghitungan jumlah anakan tanaman padi produktif; b) penghitungan jumlah gabah isi tiap malai; c) penimbangan berat gabah 1000 biji; d) penimbangan berat gabah kering tiap pot; e) penimbangan berat kering tanaman tiap pot.

Teknik pengamatan dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Pengukuran tinggi tanaman padi

Tinggi tanaman padi diukur mulai dari pangkal batang di atas permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman padi berumur 30 hari setelah tanam sampai 60 hari setelah tanam dengan selang waktu pengamatan selama 15 hari. Satuan pengukuran dalam centimeter (cm).

b. Penghitungan jumlah anakan tanaman padi tiap rumpun

Jumlah anakan tanaman padi dihitung mulai dari umur 30 hari setelah tanam. Anakan dihitung dengan cara menghitung jumlah anakan tanaman padi yang tumbuh dari batang padi

(3)

utama dan dilakukan 15 hari sekali sampai umur 60 hari setelah tanam. Apabila dalam rumpun tanaman padi tiap pot ada 20 batang, maka jumlah anakan tanaman padi adalah 19 batang, karena satu batang sisanya adalah tanaman padi induk.

c. Penghitungan jumlah anakan tanaman padi produktif

Jumlah anakan tanaman padi produktif dihitung berdasarkan jumlah anakan tanaman padi yang menghasilkan malai dan bulir padi. Perhitungan dilakukan satu minggu sebelum panen, dengan satuan pengukuran dalam batang. Cara menghitung adalah apabila dalam rumpun tanaman padi terdapat 20 anakan, kemudian lima anakan tanaman padi tidak bermalai, maka jumlah anakan tanaman padi produktif adalah 15 batang.

d. Jumlah gabah isi tiap malai

Jumlah gabah isi tiap malai adalah jumlah gabah bernas dalam setiap malai. Jumah gabah isi tiap malai ditentukan dengan cara memberi nomor dan diambil secara acak sebanyak tiga malai, kemudian dihitung jumlah gabah bernasnya. Hasil perhitungan dinyatakan dalam biji. e. Berat gabah 1000 biji

Berat 1000 biji gabah tiap pot diperoleh dengan menimbang gabah bernas sebanyak 1000 biji yang diambil secara acak menggunakan alat timbang analitik. Hasil perhitungan berat gabah 1000 biji dinyatakan dalam gram.

f. Berat gabah kering tiap pot

Berat gabah kering adalah hasil gabah bersih setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C selama 24 jam, dengan kadar air gabah dikonversi pada kadar air 14% agar gabah disimpan tahan lama, warna beras tidak berubah serta biji beras tidak patah saat penggilingan. Cara menghitungnya adalah dengan cara menimbang dengan alat timbang yang mempunyai kepekaan tinggi yaitu 3 digit. Satuan penimbangan dinyatakan dalam gram.

Pengukuran kadar air digunakan alat Iseki-Rika Moisture Meter Ts-5. Untuk pengukuran kadar air, maka ditimbang 1,5 gram gabah kemudian dimasukkan ke dalam alat pengukur. Angka yang ditunjukkan oleh jarum setelah dikoreksi dengan tempratur, merupakan kadar air gabah.

g. Berat kering tanaman

Berat kering tanaman didapat dengan cara memotong batang tanaman padi tepat di atas permukaan tanah dalam pot. Berangkasan tanaman yang sudah dipotong, bersama daun yang sudah layu dikumpulkan kecuali gabah, dimasukkan ke dalam kantong kertas yang telah disiapkan sebelumnya. Kantong kertas kemudian dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 60 oC selama 48 jam dan selanjutnya berangkasan tanaman yang telah kering,

ditimbang dengan alat timbang yang kepekaan 3 digit sehingga diperoleh berat kering tanaman (gram/pot).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Yoshida dalam Taslim dkk., (1989) membagi pertumbuhan tanaman padi menjadi tiga fase yaitu fase vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai dengan inisiasi primordia malai; fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai sampai berbunga; dan fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai panen. Lama fase vegetatif tidak sama untuk setiap varietas, sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan umur panen, sedang fase reproduksi dan pemasakan umumnya sama untuk tiap varietas. Siregar (1987) menyebutkan, bahwa fase vegetatif ditandai oleh pembentukan anakan aktif yaitu pertambahan anakan yang cepat sampai tercapai anakan yang maksimal, bertambah tingginya tanaman, dan daun tumbuh secara teratur. Fase reproduktif ditandai dengan memanjangya ruas batang, berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting dan pembungaan. Inisiasi primordia malai biasanya dimulai 30 hari sebelum pembungaan. Pembungaan adalah stadia keluarnya malai sedangkan antesis mulai bila benagsari bunga paling ujung pada tiap cabang malai telah keluar. Setelah antesis, gabah mengalami fase pemasakan yang terdiri dari masak susu, masak tepung, menguning dan masak panen. Fase pemasakan ditandai dengan menuanya daun dan pertumbuhan biji tiap gabah, yaitu bertambahnya ukuran biji, berat dan perubahan warna.

1. Pengukuran tinggi tanaman padi

Salah satu parameter dari pertumbuhan tanaman padi yang diamati akibat dari pemupukan bahan organik adalah tinggi tanaman. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan selang waktu 15 hari, diamati dari umur 30 sampai dengan 60 HST. Data pengukuran tinggi tanaman padi seperti tercamtun pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra

Tinggi tanaman (cm) pada umur (HST) Perlakuan

pemupukan 30 (hari) 45 (hari) 60 (hari)

Tanpa B.Organik Sesbania Crotalaria Calopogonium 42,90 63,57 58,48 60,31 60,83 81,22 74,06 76,83 70,00 91,20 81,60 86,40 Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam

Adanya perbedaan rata-rata tinggi tanaman padi diantara jenis bahan organik yang dicoba, diduga karena dekomposisi/penguraian bahan organik dalam melepaskan unsur hara berlangsung tidak sama sehingga unsur hara yang terkandung di dalamnya untuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan tinggi tanaman padi juga tidak sama. Dari angka-angka pada Tabel 1 juga banyak hal yang dapat dipelajari, dengan melihat kepada angka-angka tinggi tanaman padi dalam pot percobaan yang tidak diberi pemupukan bahan organik, dapat dilihat bahwa ketiga jenis pemupukan bahan organik yang dicoba dapat menambah tinggi tanaman padi yang tidak sama tingginya. Ketiga jenis bahan organik menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap tingginya tanaman. Tertinggi diberikan oleh pupuk organik Sesbania sp.

(5)

Pemberian jenis bahan organik Sesbania, meningkatkan rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam, juga pemberian Sesbania ini dapat menambah jumlah anakan tetapi jumlah anakan yang dihasilkan tidak sama banyaknya dengan jenis bahan organik Calopogonium. Hal ini diduga pada pemberian jenis bahan organik Sesbania ini apabila dibanding dengan jenis bahan organik Calopogunium, proses dekomposisi bahan organik Sesbania ini menjadi anorganik terutama untuk melepaskan unsur hara yang terdapat di dalam Sesbania itu berjalan lambat sehingga belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan oleh tanaman padi untuk menghasilkan jumlah anakan tanaman padi dibawah umur 60 hari setelah tanam.

Penghitungan jumlah anakan, malai dan panjang malai tanaman padi tiap rumpun

Penghitungan terhadap jumlah anakan tanaman padi dilakukan selang 15 hari dan dimulai pada umur 30 HST. Data penghitungan jumlah anakan tanaman padi seperti yang disajikan pada Tabel 2, sedangkan penghitungan terhadap jumlah malai dan panjang malai dilakukan satu minggu sebelum panen berdasarkan jumlah anakan tanaman padi yang menghasilkan malai serta diukur panjang malai. Data penghitungan jumlah malai dan panjang malai seperti yang disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2. Hasil pengamatan rata-rata jumlah anakan tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari setelah tanam pertanaman padi pada pot percobaan di rumah kaca

Balittra

Jumlah anakan tanaman (btg/rpn) pada umur (HST) Perlakuan

pemupukan 30 (hari) 45 (hari) 60 (hari)

Tanpa B.Organik Sesbania Crotalaria Calopogonium 6,0 14,2 13,8 12,2 11,0 25,7 24,0 23,8 12,0 26,0 25,0 28,0

Keterangan : HST = Hari Setelah Tanam Btg = batang; rpn = rumpun

Tabel 3 Hasil pengamatan rata-rata jumlah malai dan panjang malai tanaman padi dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra

Perlakuan pemupukan jumlah malai (btg) Panjang malai (cm) Tanpa B.Organik Sesbania Crotalaria Calopogonium 10,0 25,7 23,1 23,3 19,9 22,3 21,1 21,7

Pemberian Sesbania menghasilkan masing-masing jumlah malai dan panjang malai tanaman padi paling tinggi, yaitu rata-rata 25,7 malai tiap pot dan 22,3 cm tiap pot. Sedangkan pengamatan penghitungan jumlah gabah isi dan hampa diperoleh data seperti pada Tabel 4,

(6)

yaitu rata-rata gabah hampa terkecil dihasilkan oleh tanaman padi akibat diberi Crotalaria (22,8 biji tiap pot), kemudian diikuti oleh Calopogunium (35,0 biji tiap pot) dan Sesbania (37,0 biji tiap pot).

1. Penghitungan jumlah gabah isi dan gabah hampa

Penghitungan terhadap jumlah gabah isi dan hampa dilakukan dengan cara memberi nomor dan diambil secara acak sebanyak tiga malai, kemudian dihitung jumlah gabah yang ada isinya dan yang hampa. Data penghitungan jumlah gabah isi dan hampa seperti yang disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil pengamatan rata-rata jumlah gabah hampa dan gabah isi tanaman padi pada pot percobaan di rumah kaca Balittra

Perlakuan pemupukan gabah hampa (butir) Gabah isi (butir) Tanpa B.Organik Sesbania Crotalaria Calopogonium 44,0 37,0 22,8 35,0 47,0 98,6 92,0 92,6

Rata-rata gabah isi terbanyak dihasilkan oleh tanaman padi yang diberi Sesbania yaitu 98,6 biji tiap pot, kemudian diikuti oleh calopogonium yaitu 92,6 biji tiap pot dan Crotalaria yaitu 92,0 biji tiap pot. Tanaman padi yang tidak diberi bahan organik hanya mampu menghasilkan rata-rata gabah isi sebanyak 47,0 biji tiap pot.

2. Penimbangan berat gabah kering

Berat gabah merupakan salah satu parameter yang menentukan tinggi rendahnya hasil, hasil padi diperoleh dengan cara menimbang seluruh gabah isi pada setiap pot percobaan. Padi setelah dipanen kemudian dirontokkan dan dijemur sampai kadar airnya mencapai 14% setelah itu dilakukan penimbangan. Data berat gabah seperti yang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Hasil pengamatan rata-rata berat gabah 1000 biji dan berat gabah tiap pot pada pot percobaan di rumah kaca Balittra

Perlakuan pemupukan berat gabah 1000 biji (g) berat gabah per pot (g) Tanpa B.Organik Sesbania Crotalaria Calopogonium 19,00 20,02 19,40 19,70 11,10 48,83 40,56 43,97

Rata-rata berat gabah 1000 biji dan berat gabah tiap pot tertinggi diperoleh pada pemberian Sesbania, hal ini diduga tidak terlepas dari cepatnya ketersediaan hara dari bahan organik Sesbania ini yang mampu mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi karena proses dekomposisi bahan organik Sesbania telah berjalan sehingga unsur hara yang tersedia dapat diserap oleh tanaman padi mengakibatkan berat gabah 1000 biji maupun berat gabah setiap pot lebih banyak.

(7)

KESIMPULAN

Pengamatan terhadap pertumbuhan dan komponen hasil sangat diperlukan karena menentukan validitas data yang akan dihasilkan, dilakukan dalam dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif.

Hijauan seperti Sesbania sp, Crotalaria sp, dan Calopogonium sp dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik tanaman padi.

Dengan metode pengamatan pengukuran, penghitungan, dan penimbangan yang sama ternyata tinggi tanaman, jumlah anakan, dan bobot gabah, diperoleh data yang tidak sama sebagai akibat perlakuan pemupukan yang tidak sama. Hasil tertinggi diperoleh pada pemberian pupuk organik sesbania sp.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Drs. Isdijanto Ar-Riza, MS. yang telah memberi masukan dan dukungan dalam penulisan makalah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Trip Alihamsyah, MSc. Selaku Kepala Balittra Banjarbaru yang telah memberikan kesempatan mengikuti Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian.

DAFTAR BACAAN

Aribawa, IB. 2002. Pengaruh kapur dan bokashi purun tikus terhadap tampilan tanaman padi dan perubahan beberapa sifat kimia tanah sulfat masam. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Universitas Lambung Mangkurat. Pp. 154.

Siregar, H. 1987. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT. Sastra Hudaya. Pp. 319. Taslim, H., S. Partohardjino, dan Djunainah. 1989. Bercocok Tanam Padi Sawah. Dalam

M. Ismunadji, M. Syam, dan Yuswadi. Buku Padi 2. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. Pp. 481-505.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman padi pada umur 30, 45 dan 60 hari  setelah tanam dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra
Tabel 3 Hasil pengamatan rata-rata jumlah malai dan panjang malai tanaman               padi dalam pot percobaan di rumah kaca Balittra
Tabel 5 Hasil pengamatan rata-rata berat gabah 1000 biji dan berat gabah tiap pot               pada pot percobaan di rumah kaca Balittra

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dalam Kajian Stabilitas Sistem Keuangan (2014), ketika Indonesia diterpa krisis tahun 2005 dan 2008, indikasi perilaku prosiklikalitas perbankan

Jika pada standar KNN proses hanya dilakukan dengan menyimpan data latih, yang kemudian akan dibandingkan dengan data uji baru dengan cara menghitung jarak satu

Selhnjutnya dalam ayat (4) dinyatakan, rencana ke j a dan anggaran yang dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada DPRD untuk dibahas. Maka jelasiah bahwa ketentuan

memberikan sosialisasi pajak lebih giat dengan cara membagikan brosur yang berisi tata cara perhitungan pajak terutang untuk orang pribadi kepada wajib pajak agar

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan akan mengalami technical rebound dengan saham-saham blue chip akan yang akan menjadi motornya, indeks EIDO menguat 5,3% yang dapat

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar fisika siswa SMA pada kelas yang diterapkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan dengan gaya belajar field independent memiliki tingkat penguasaan integral yang lebih tinggi dari mahasiswa dengan dengan

Dari definisi tersebut apabila kita analogikan sekolah sebagai sistem maka ketiga komponen diatas harus berinteraksi secara optimal untuk saling mendukung agar