• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI AFIF FAKHRUZZAMAN H"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang ubang Jawa Barat Barat). SKRIPSI. AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010.

(2) RINGKASAN. AFIF FAKHRUZZAMAN. Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA) Pada tahun 2008 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan penelitian untuk mengembangkan varietas baru ikan nila yaitu ikan nila gesit, varietas baru ini mempunyai pertumbuhan lebih cepat 50 persen dari varietas ikan nila lain. Untuk itu perlu perhitungan dari segi ekonomi untuk mengetahui kelayakan pengusahaan pembenihan ikan varietas baru ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis aspek pasar, manajemen, hukum dan lingkungan pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (2) Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi (3) Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit. Penelitian ini dilakukan di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi), wawancara sekaligus pengisian kuesioner dengan pimpinan UPR Citomi, para menejer dan supervisi produksi. Sedangkan semua data sekunder diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupeten Subang, website Departemen Kelautan dan Perikanan, Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi serta beberapa literatur yang diperoleh dari jurnal dan penelitian yang telah dilakukan. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan kelayakan investasi. Analisis kelayakan investasi dilakukan secara kuantutaif (NPV, Net B/C dan IRR) dan yang lainnya secara kulalitatif dan dipaparkan secara deskriptif. Industri budidaya ikan nila gesit sangat dipengaruhi musim, dimana saat musim hujan produksi ikan nila di semua sub sistem budidaya ikan nila mengalami penurunan, penurunan terbesar terjadi pada pembesaran ikan nila yang berpusat di waduk Jatiluhur dan Cirata, penurunan produksi ini terjadi akibat up welling. Usaha pembenihan ikan nila gesit yang telah dijalankan oleh UPR Citomi layak untuk dilanjutkan dengan kriteria kelayakan dalam skenario I NPV senilai Rp Rp 221.214.785, Net B/C sebesar 3,20, IRR sebesar 62 persen dan PP 0,24 tahun. Dalam skenario II diperoleh NPV Senilai Rp 216.171.853, Net B/C senilai 3,15, IRR senilai 79 persen dan PP 0,25 tahun. Cross-Over Discount Rate terbentuk pada saat sukubunga sebesar 14 persen. Hasil perhitungan analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi tidak layak dijalankan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen dan penurunan harga jual larrva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva. Baik dalam skenario I maupun skenario II. Kata kunci : kelayakan usaha dan ikan nila gesit.

(3) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN NILA GESIT (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat). AFIF FAKHRUZZAMAN H34076008. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis. DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010.

(4) Judul Skripsi. : Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi Unit Pembenihan Rakyat Citomi di Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab.Subang Jawa Barat). Nama. : Afif Fakhruzzaman. NIM. : H34076008. Disetujui Pembimbing. Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001. Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dr.Ir Nunung Kusnadi, MS NIP.19580908 198403 1 002. Tanggal Lulus :.

(5) PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.. Bogor,. Februari 2010. Afif Fakhruzzaman H34076008.

(6) RIWAYAT HIDUP. Penulis dilahirkan di Subang tanggal 12 Januari 1987. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Putera dari pasangan Bapak M Abd Sodik dan Ibu Yuyu Yuhaeni, dua orang yang paling berjasa di sepanjang hidup penulis. Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri Sukaasih pada tahun 1992 dan lusus pada tahun 1998. Selanjutnya pada tahun kelulusan Sekolah Dasar penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Subang dan lulus pada tahun 2001. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Ponpes Pagelaran III dan Sekolah Menengah Umum Plus Pagelaran III di Kecamatan Cisalak dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun kelulusan SMU penulis mendapat undangan dari Institut pertanian Bogor Untuk menempuh pendidikan pada program Diploma III Manajemen Bisnis Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, kesempatan ini pun diambil dan diselesaikan pada tahun 2007. Selepas menempuh program Diploma III, penulis melanjutkan pendidikan pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun 2010. Semasa kuliah, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi kampus. Di Diploma III penulis aktif pada Lingkar Seni Jaring, organisasi seni di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Melalui organisasi ini penulis diberi kesempatan untuk melakukan pementasan di beberapa Kota. Saat menempuh pedidikan S1, penulis aktif berorganisasi pada Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi (LSima x)..

(7) KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas semua kesempatan yang telah diberikan kepada hamba-hamba-Nya untuk dapat terus berada dalam Rahmat dan Hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga terus tercurahkan kepada Baginda Alam, Rasul Pilihan Muhammad SAW yang telah menjaga sebuah sistem suci (Islam) yang diamanatkan Allah kepada seluruh umat manusia, juga kepada seluruh keluarga dan sahabatnya yang senantiasa ada berjuang bersama beliau. Syukur Alhamdulillah penulis ucapka atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit (Studi : Unit Pembenihan Rakyat Citomi Desa Tanggulun Barat, Kec. Kalijati, Kab. Subang Jawa Barat)”. Skripsi ini ditulis dengan tujuan menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pembaca. Segala bentuk usaha telah penulis kerahkan untuk penulisan skripsi ini agar menghasilkan karya yang maksimal, namun dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis akan selalu membuka hati terhadap semua bentuk kritik dan saran yang dapat memperbaiki skripsi ini.. Bogor,. Februari 2010. Afif Fakhruzzaman.

(8) UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini tidak berjalan dengan lancar dan banyak pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, terutama kepada 1. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen Pembimbing dengan penuh kesabaran membimbing serta memberikan arahan selama proses penulisan. 2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen evaluator yang menyempurnakan proposal penelitian ini dalam kolokium. 3. Dr. Ir. Anna Fariyanti, Msi dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji yang memberikan respon, kritik serta saran yang membangun terhadap karya ini. 4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan serta kasih sayangnya. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang membanggakan. 5. Bapak S Nana Sulyana selaku pimpinan UPR Citomi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di UPR Citomi 6. Seluruh. karyawan UPR Citomi yang telah memberikan informasi yang. dibutuhkan penulis 7. Seluruh staff sekretariat Ekstensi Agribisnis yang membantu penulis. 8. Rekan-rekan mahasiswa Agribisnis yang telah memberikan suport, terutama rekan-rekan seperjuangan di L-Sima Semoga tali persaudaraan kita tetap terjalin dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan yang talah diberikan, amin.. Bogor,. Februari 2010. Afif Fakhruzzaman.

(9) DAFTAR ISI Halaman I.. PENDAHULUAN .................................................................................... 1. 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1.2 Tujuan penelitian ................................................................................ 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 1 4 6 6. II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7. 2.1 Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila ................................. 2.2 Deskripsi Ikan Nila Gesit .................................................................... 2.3 Proses Pembenihan.............................................................................. 2.4 Persyaratan Lokasi Pemeliharaan Ikan Nila ......................................... 2.5 Intensitas Budidaya ............................................................................. 2.6 Sistem Budidaya ................................................................................. 2.7 Tinjauan Studi Terdahulu .................................................................... 2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila ............................................. 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha .................... 7 9 10 11 11 13 13 14 15. III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 18 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................... 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek ........................................... 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat .................................................. 3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayak Proyek ......................................... 3.1.3.1 Aspek Pasar .................................................................. 3.1.3.2 Aspek Teknis ................................................................ 3.1.3.3 Aspek Manajemen ........................................................ 3.1.3.4 Aspek Hukum................................................................ 3.1.3.5 Aspek Lingkungan ........................................................ 3.1.3.6 Aspek Finansial ............................................................. 3.1.4 Cross Over Discount Rate ......................................................... Analisis Sensitivitas ......................................................................... 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 18 18 19 19 20 20 22 23 23 24 25 26 27. IV. METODE PENELITIAN ....................................................................... 29 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 4.3 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ............................. 4.4 Metode Analisis Data .......................................................................... 4.4.1 Analisis Aspek Pasar ................................................................. 4.4.2 Analisis Aspek Teknis ............................................................... 4.4.3 Analisis Aspek Manajemen ...................................................... 4.4.4 Analisis Aspek Hukum ............................................................. 4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ....................................................... 4.4.6 Analisis Aspek Finansial ........................................................... 4.4.7 Analisis Sensitifitas .................................................................... 29 29 29 29 30 30 30 30 30 31 35.

(10) V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................... 36 5.1 Gambaran Umum Desa Tanggulun Barat ............................................ 5.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah ............................................ 5.1.2 Kependudukan ........................................................................... 5.2 Sejarah Unit Pembenihan Rakyat Citomi ............................................. 5.3 Organisasi Perusahaan dan Ketenaga Kerjaan UPR Citomi .................. 36 36 36 37 37. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 39 6.1 Analisis Aspek Non Finansial ............................................................. 6.1.1 Analisis Aspek Pasar ................................................................. 6.1.2 Analisis Aspek Teknis ............................................................... 6.1.3 Analisis Aspek Manajemen ....................................................... 6.1.4 Analisis Aspek Hukum .............................................................. 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan ....................................................... 6.2 Analisis Aspek Finansial ..................................................................... 6.2.1 Analisis Biaya ........................................................................... 6.2.2 Analisis Manfaat ....................................................................... 6.2.3 Proyeksi Rugi/Laba ................................................................... 6.2.4 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi ........................................ 6.3 Analisis Sensitivitas ............................................................................. 39 39 44 52 54 55 56 57 61 62 64 69. VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 72 7.1 Kesimpulan ......................................................................................... 72 7.2 Saran ................................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 74 LAMPIRAN ................................................................................................... 76.

(11) DAFTAR TABEL. Nomor 1.. Halaman. Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007 ....................................................................................... 1. 2.. Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Indonesia 2003-2007 ........................... 2. 3.. Produksi Ikan Nila Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila ........................................................................ 3. 4.. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila ............................ 9. 5.. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur .............................................. 10. 6.. Contoh Tabel Cashflow............................................................................. 34. 7.. Komposisi Angkatan Kerja Desa Tanggulun Barat Tahun 2007 ................ 37. 8.. Proyeksi Perkiraan Produksi Ikan Nila Konsumsi Dan Permintaan Benih Ikan Nila Tahun 2010-2011 .......................................... 39. 9.. Permintaan Larva Nila Hitam UPR Citomi Setiap Bulan tahun 2008 ......... 40. 10. Perkiraan Penawaran Larva Ikan Nila Gesit .............................................. 40 11. Proyeksi Perhitungan Harga Pokok Produksi............................................. 42 12. Kebutuhan Input Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ............................... 51 13. Kebutuhan Investasi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ........................... 57 14. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Pertama ............................................. 58 15. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Kedua ................................................ 59 16. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi ................................... 60 17. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi .......................................................................................... 61 18. Perhitungan Pembayaran Angsuran Modal Pinjaman ................................ 61 19. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ........................................ 62 20. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I ........... 63 21. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II ......... 64 22. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I .......... 65 23. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II ......... 66 24. Proyeksi Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas ....................................... 71.

(12) DAFTAR GAMBAR. Nomor. Halaman. 1.. Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus) ................................................. 2.. Kondisi Cros-Over Discont Rate Digambarkan dalam Grafik.................... 25. 3.. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 28. 4.. Saluran Distribusi Benih Ikan Nila Gesit ................................................... 43. 5.. Grafik Produksi Larva Ikan Nila Gesit ...................................................... 47. 6.. Struktur Organisasi UPR Citomi ............................................................... 52. 7.. Grafik CDR Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit ....................................... 68. 7.

(13) I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan pertama tahun 2009 dibandingkan triwulan ke empat tahun 2008 mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi ini diindikasikan oleh meningkatnya Produk Domestik Bruto Indinesia sebesar 1,6 persen. Pertumbuhan ini terjadi pada sektor pertanian, listrik, gas, air bersih, pengangkutan-komunikasi, keuangan, real estat dan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 19,3 persen. Pertanian dalam skala umum pencakup sektor perikanan, peternakan, kehutanan dan pertanian (tanaman) itu sendiri. Menurut laporan Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, peningkatan produksi perikanan Indonesia diperkirakan mencapai 10,18 juta ton pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 12,73 juta ton pada awal tahun 2009. Peningkatan ini memberikan kontribusi terhadap GDP nasional sebesar 2,67 persen pada tahun 2008 dan meningkat menjadi 2,85 persen pada tahun 2009. Serta meningkatkan peluang kerja kumulatif dari 8.94 juta orang pada tahun 2008 menjadi 10.02 juta orang pada tahun 2009. Ikan merupakan salah satu komoditi pertanian yang memberikan kontribusi bagi konsumsi protein penduduk Indonesia. Bahkan sejak tahun 2003 konsumsi protein penduduk Indonesia paling besar disuplay oleh daging putih (ikan) seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Trend Suplay Protein dan Kalori Per Kapita Indonesia Tahun 2003-2007 Uraian Kalori Total kebutuhan protein Total protein dari sayur Total protein dari hewan - Ikan - Ternak. Satuan Kkal/tahun Gram/hari Gram/hari Gram/hari Gram/hari Gram/hari. 2003 3,082 75,52 1,88 10,93 7,57 3,36. 2004 3,005 76,22 2 11,62 7,81 3,81. Tahun 2005 2,912 76,79 2,19 10,93 7,48 3,45. 2006 2,932 77,84 2,23 11,84 7,92 3,92. 2007 2,957 78,36 2,21 12,24 8,17 4,07. Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009. Dalam tabel satu dapat dilihat bahwa konsusmi protein penduduk Indonesia masih berada jauh dibawah kebutuhan protein yang seharusnya. 1.

(14) dikonsumsi. Rata-rata kebutuhan protein setiap hari adalah 76,946 untuk memenuhi kebutuhan kalori, tetapi rata total konsumsi protein yang dihasilkan dari sayur dan hewan hanya 13,614 gram per hari. Sektor perikanan yang merupakan penyumbang terbesar dalam memenuhi kebutuhan protein nasional, masih dapat terus ditingkatkan produksinya. Salah satu potensi perikanan Indonesia adalah aquaculture atau budidaya perikanan. Potensi budidaya perikanan Indonesia diperkirakan seluas 11,81 ha. Tepatnya 2,22 juta ha berpotensi untuk budidaya air tawar, 1,22 juta ha untuk air payau dan 8,36 juta ha untuk budidaya air laut. Dari sekian luas lahan yang berpotensi, pemanfaatannya belum optimal. 10,14 persen potensi budidaya air tawar yang dimanfaatkan, 36,99 persen pada budidaya air payau dan 1,01 persen untuk budidaya air laut. Ikan nila adalah salah satu komoditi budidaya perikanan yang mempunyai reputasi baik dalam budidaya ikan. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Hal ini terlihat pada Tabel 2 yang menujukan bahwa produksi ikan nila menempati urutan ke dua. Tabel 2. Produksi budidaya Ikan Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007 No. Jenis Ikan. 1 2 3 4 5. Patin Nila Gurami Ikan mas Mujair. Tahun 2003 12,90 71,95 22,67 219,39 52,52. 2004 23,96 97,12 23,76 192,46 41,55. 2005 32,58 148,25 25,44 216,92 38,21. 2006 31,67 169,39 28,71 247,69 10,54. 2007 36,76 188,06 35,71 264,35 23,47. Ratarata produksi. Kenaikan produksi (%). 27,57 134,95 27,26 228,16 33,26. 33.73 28.23 12.28 5.34 5.32. Sumber : Indonesian Fisheries Book, 2009. Ikan nila adalah salah satu komoditi perikanan yang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya sebagai barang konsumsi, ikan nila pun populer dikalangan petani. Proses budidaya yang mudah membuat ikan nila diminati para petani ikan dalam budidaya air tawar. Pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa produksi ikan nila Indonesia mengalami kenaikan sebesar 28,23 persen.. 2.

(15) Tabel 3. Produksi Ikan Nila Ukuran Konsumsi dan Kebutuhan Benih Ikan Nila Nasional Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata. Ukuran Konsumsi(Kg) 71.947.000 97.116.000 148.249.000 169.390.000 188.061.000 134.952.600. Kebutuhan Benih (Ekor) 143.894.000 194.232.000 296.498.000 338.780.000 376.122.000 269.905.200. Sumber : Indonesian Fisheries Statistic Index, 2009 (diolah) Apabila dibanding ikan tawar lainnya, seperti ikan mas dan gurami, pengembangbiakan ikan nila memang lebih mudah. Banyak pembudidaya yang menyuntikkan hormon untuk meningkatkan pertumbuhan ikan nila. Tapi belakangan penyuntikan itu dilarang karena dapat menurunkan kualitas ikan. Untuk mengatasi hal tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Fakultas Ilmu Kalutan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor serta Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) yang merupakan salah satu UPT lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan melalui rangkaian riset yang diinisiasi oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, bekerjasama dan melakukan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2006 dan bertujuan menghasilkan varietas baru ikan nila, penelitian telah berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia)1. Penelitian yang dilakukan ini kemudian dikembangkan dengan tujuan menghasilkan nila gesit Super Growth pada tahun 2008. Usaha ini telah menghasilkan benih nila gesit sebanyak 106.578 ekor benih, dimana 54.855 ekor telah didistribusikan ke 18 propinsi, 20.000 ekor digunakan dalam program seleksi pembesaran calon induk. Calon induk ikan nila yang telah dihasilkan sebanyak 4.073 ekor, dimana 3.155 ekor telah didistribusikan ke tujuh propinsi, sedangkan sisanya digunakan sebagai induk dalam produksi benih monoseks dan calon induk sediaan di akhir tahun2. Keunggulan varietas baru ikan nila ini adalah pertumbuhannya yang lebih cepat dari varietas ikan nila lainnya, sehingga. 1. Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009] Hardiantho D, Prayoga T, Kusuma A. 2009. Produksi Calon Induk Nila Gesit Dan Nila Unggul, http://www.bbpbat.net [20 Nopember 2009]. 2. 3.

(16) diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia. Dari sekian banyak wilayah penyebaran benih ikan nila gesit, kabupaten Subang merupakan salah satu targetnya. Dari sisi iklim, kabupaten subang sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi pengembangan ikan nila, karena berdasarkan tipe iklim oldeman, wilayah kabupaten Subang termasuk ke dalam tipe iklim C hingga D. Banyaknya curah hujan hingga tahun 2000 mencapai 9.785 mm. Temperatur di kawasan perairan kabupaten Subang berkisar antara 25-32oC. Kondisi ini mendukung keberadaan ekosistem perairan di Kabupaten Subang (Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Subang, 2003) Selain iklim yang mendukung, kondisi geografis Kabupaten Subang pun sangat mendukung aktivitas budidaya perikanan air tawar. Beberapa sungai utama yang melewati Kabupaten subang adalah Sungai Cilamaya, sungai Blanakan, sungai Ciasem, Sungai Cileuleuy yang membentuk lima anak sungai dan sungai Cipunagara. Umumnya para petani ikan memanfaatkan aliran sungai-sungai tersebut sebagai pasokan air bagi kolam mereka. Salah satu desa penghasil benih ikan nila gesit di kabupaten Subang adalah Desa Tanggulun Barat, Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang. Pembenihan di Desa ini dilakukan oleh Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Citomi. Unit pembenihan ini telah dirintis sejak tahun 1998 dan hingga saat ini penyebaran pemasarannya telah mencakup wilayah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. UPR Citomi memproduksi benih nila gesit sejak tahun 2008, tepatnya bulan Nopember 2008. UPR Citomi termasuk dalam wilayah penyebaran ikan nila gesit (BBPBAT) Sukabumi dan memperoleh calon induk sebanyak 850 ekor. Untuk mengelola 850 ekor induk nila gesit tersebut tentu memerlukan perhitungan khusus, terutama perhitungan kelayakan pengusahaan pembenihan yang telah berjalan selama ini. 1.2 Perumusan Masalah Kesulitan yang dihadapi para pembudidaya dalam memperoleh benih yang bekualitas disebabkan buruknya proses pembenihan. Induk yang digunakan dalam pembenihan bukan merupakan induk dasar atau induk pokok yang langsung diproduksi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Tetapi 4.

(17) induk yang dihasilkan dari proses kawin “liar” tanpa pengawasan instansi terkait. Kondisi ini menuntut Departemen Kelautan dan Perikanan untuk melakukan revitalisasi induk nila yang beredar. Untuk itu Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) bekerja sama dengan beberapa pihak lain melakukan penelitian dan berhasil melakukan program produksi benih dan calon induk nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Pertanyaan yang muncul dari isu di atas adalah, seberapa layakkah pengusahaan pembenihan ikan nila gesit. Kemunculan varietas baru ikan nila dapat saja menjadi solusi permasalahan yang timbul tersebut, tetapi dapat juga menjadi permasalan baru. Perhitungan dalam kondisi aktual tentu akan berbeda dengan perkiraan-perkiraan dalam skala laboratorium. Meski secara biologis ikan nila gesit mempunyai keunggulan pertumbuhan yang lebih cepat 50 persen dari jenis nila lain, tetapi belum tentu keunggulan tersebut muncul pula dalam aspek pasar, manajemen, hukum, lingkungan dan finansial komoditi ini. Untuk menjawab pertanyaan tersebut perlu perhitungan khusus dari sisi kelayakan pengusahaannya. Perhitungan dalam aspek finansial memerlukan perhatian lebih, karena dalam aspek ini diperhitungkan kelayakan usaha dari sisi mikro, untuk itu perlu digunakan dua skenario, skenario ketika modal menggunakan modal sendiri sepenuhnya dan skenario menggunakan modal pinjaman sebagian. Skenario I atau biaya yang dikeluarkan sepenuhnya menggunakan modal sendiri dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang memiliki cukup modal, sedangkan penggunaan modal pinjaman dalam skenario II dapat digunakan oleh individu atau perusahaan yang kekurangan modal. Dari sisi perusahaan (UPR Citomi), perhitungan analisis kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit diperlukan, karena sampai penelitian ini dilakukan belum ada penelitian khusus yang membahas pembenihan ikan nila gesit sebagai objek penelitian di UPR Citomi. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam keputusan skala yang harus diambil oleh UPR Citomi. Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang ingin dikaji dari penelitian ini, antara lain yaitu : 1.. Bagaimana kondisi Aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi ?. 5.

(18) 2.. Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi ?. 3.. Kondisi saat Cross-Over Discount Rate Bagaimana tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit. 1.3 Tujuan Penelitian Setelah menyampaikan latar belakang yang mendasari perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian adalah : 1.. Menganalisis aspek pendukung lain (pasar, manajemen, hukum dan lingkungan) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi.. 2.. Bagaimana tingkat kelayakan investasi atau finansial saat usaha pembenihan ikan nila gesit menggunakan modal sendiri dan pinjaman (NPV, Net B/C, IRR dan PP) pada usaha pembenihan nila gesit di UPR Citomi.. 3.. Menentukan kondisi Cross-Over Discount Rate serta menganalisis tingkat sensitivitas usaha pembenihan ikan nila gesit.. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi penelitian sejenis, menjadi tolok ukur petani dalam keputusannya untuk menentukan usahatani pembenihan ikan nila dan memberikan kontribusi bagi pemerintah dalam penetapan kebijakannya terkait pengembangan agribisnis ikan nila di Kabupaten Subang.. 6.

(19) II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1. Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Ikan Nila Ikan nila merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh. memanjang dan pipih kesamping dan warna putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungal Nil dan danau-danau sekitarnya. Ikan nila mulai dibudidayakan pada tahun 2000 SM. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Sedangkan di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Sedangkan nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis niloticus. Secara biologis klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut : Kelas : Osteichthyes Sub-kelas : Acanthoptherigii Crdo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus.. Gambar 1. Morfologi Ikan nila (Oreochromis niloticus). 7.

(20) Ditinjau dari kebiasaan makannya, ikan nila termasuk jenis ikan omnivora, yaitu pemakan tumbuhan dan hewan. Jenis makanan yang dibutuhkan tergantung umurnya. Makanan utama stadia larva terdiri dari alga bersel tunggal, udang-udangan kecil dan benthos. Setelah berukuran benih, ikan nila menyukai makanan sejenis zooplankton, diantaranya rotifera sp, moina sp dan daphnia sp. Namun terkadang benih ikan nila pun menyukai alga yang menempel di pinggir kolam. Pakan buatan yang diberikan saat pemeliharaan adalah pellet dengan kandungan protein minimal 25 persen. Dilihat dari sisi kebiasaan berkembangbiaknya, ikan nila tidak termasuk jenis ikan musiman, karena dapat memijah sepanjang tahun. Pemijahan ikan nila dapat dilakukan di berbagai media selama induk telah matang gonad seperti kolam, bak, akuarium dan jaring apung. Proses pemijahan dimulai dengan pembuatan sarang oleh induk jantan sebagai tempat memijah dan pembuahan telur. Sarang berupa lekukan di dasar kolam dengan diameter tergantung panjang tubuh ikan. Biasanya diameter sarang berkisar antara 1,5-2 kali panjang tubuhnya dengan kedalaman antara 5-10 cm. Setelah pembuatan sarang, dilanjutkan dengan proses pemijahan. Proses pemijahan berlangsung sangat cepat, yaitu antara 50-60 detik dan telur yang dikeluarkan sebanyak 20-30 butir. Peristiwa pemijahan ini berlangsung selama 20-60 menit dengan pasangan yang sama. Seekor ikan nila betina dengan berat 600 g dapat menghasilkan telur sebanyak 2.000-3.000 telur dan yang berhasil menetas sebanyak 800-1600 butir. Telur ikan nila berdiameter 2,5-2,8 mm, berwarna kuning dan berseifat tenggelam, tidak menempel. Ikan nila tergolong ikan yang mengerami telurnya (mouth breeder). Pengeraman telur dilakukan oleh induk betina sejak telur dibuahi sampai menetas. Setelah menetas, larva berukuran 4-6 mm diasuh induk betina di pinggir kolam, larva akan diasuh sampai lavra kuat untuk berenang sendiri. Biasanya larva yang kuat berenang berukuran 8-12 mm dan bersifat bergerombol. Induk ikan nila jantan bersifat poligami. Satu induk jantan dapat mengawini tiga ekor nila betina. Induk jantan yang siap untuk memijah warna tubuhnya bercahaya dan lebih agresif.. 8.

(21) 2.2. Deskripsi Ikan Nila Gesit Kepanjangan dari nama “gesit” pada varietas baru ikan nila adalah. Genetically Supermale Indonesian Tilapia. Ikan nila gesit adalah ikan hasil manipulasi kromosom. Teknik manipulasi kromosom pada budidaya ikan pertama kali digunakan pada tahun 1990 di Taiwan, sedangkan Indonesia melakukannya pada tahun 2006. Secara fisik ikan nila gesit tidak mempunyai ciri khusus yang membedakannya dari jenis ikan nila lain, yang membedakannya hanya pertumbuhannya yang lebih cepat. Deskripsi lengkap mengenai anatomi tubuh ikan nila dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Deskripsi Lengkap Mengenai Anatomi Tubuh Ikan Nila No 1. Deskripsi. Nilai. Asal Ikan nila GIFT asal BPBAT Sukabumi 2 Karakter Meristik dan Morfometrik Jumlah jari-jari sirip dorsal D. XVI – XVII. 12 – 13 Jumlah jari-jari sirip perut V. I.5 Jumlah jari-jari sirip dada P. 13 – 14 Jumlah jari-jari sirip dubur A. III. 9 – 10 Jumlah jari-jari sirip ekor C. 2.16 Jumlah Ll 38 Jumlah Vertebra 28 Panjang Total (PT) (cm) 30 – 31,5 cm Panjang Standar (PS) (cm) 24 – 25 cm Panjang kepala relatif (terhadap PS) 32,00 – 33,33% Tinggi badan relatif (terhadap PS) 42,00 – 44,00 % Tebal badan relatif (terhadap PS) 11,33 – 13,33 % Tinggi kepala relatif (terhadap PS) 40,00 – 41.67 Warna hitam % fillet ikan jantan ukuran > 500 gr 36,20 – 44 % Bobot tulang relatif (terhadap BB) 17 – 21,20 % Bobot sisik relatif (terhadap BB) 2,00 – 2,40 % Bobot kepala relatif (terhadap BB) 22,70 – 25,40 % Bobot organ dalam relatif (terhadap BB) 13,90 – 18,25 % 3 Karakter Reproduksi Individu Jantan Umur kematangan gonad 6 bulan Ukuran kematangan gonad 300 – 350 g Fertilitas fertil Sumber : Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Kep. 44/MEN/2006. 9.

(22) Ikan nila gesit adalah jenis ikan superjantan dengan kromosom YY Disebut super jantan karena 98 hingga 100 persen telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan3. Dengan demikian yang dimaksud nila gesit dalam penelitian ini adalah Induk nila jantan super (YY supermale) kelas induk dasar Grand Parent Stock (GPS) atau induk ikan keturunan pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk dasar. 2.3. Proses Pembenihan Pembenihan Ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk. menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponen input input bagi kegiatan pendederan dan atau pembesaran. Satuan produksi pembenihan ikan adalah jumlah atau populasi (ekor). Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dari induknya disebut “benih kebul”. Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil atau disebut juga putihan (Jawa Barat), Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara dalam kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-4 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6-8 cm dengan berat 8-10 g/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Gelondongan kecil dipelihara lagi di tempat lain selama 1-1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 g. Benih ini disebut gelondongan besar. Ukuran benih berdasarkan umur dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Ukuran Benih Ikan Nila Berdasarkan Umur Studium Hidup telur baru dibuahi telur baru menetas burayak lepas dari mulut induk benih kecil (Kebul) gelondongan kecil gelondongan besar. Umur 1 hari 7 hari 20 hari 30 hari 6 minggu 8 minggu 12 minggu. Ukuran 2,8 mm 4-6 mm 1,5-1,8 cm 3-5 cm 6-8 cm (8-10 g) 10-12 cm (12-20 g) 13-14 cm (25-30 g) 15-16 cm (40-50). Sumber : Nila. Suyanto S R (2009). 3. Nila Gesit, Riset Panjang, Berbuah Senyuman, http://www.bbpbat.net [22 April 2009]. 10.

(23) 2.4. Persyaratan Lokasi Pemeliharaan ikan nila. 1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam. 2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi. 3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl). 4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm. 5) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras. 6) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8. 7) Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30 derajat C. 8) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil. 2.5. Intensitas Budidaya Intensitas budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu. budidaya ekstensif (sederhana), budidaya semi-intensif dan budidaya intensif. Pada budidaya ekstensif padat penebaran dan hasil masih rendah. Hal ini karena terbatasnya modal dan keterampilan petani. Benih yang ditebarkan sedikit dan biasanya dicampur dengan berbagai jenis ikan. Pakan yang diberikan berupa sisasisa bahan pangan, seperti nasi, sayuran dan dedak. Pupuk hanya seadanya, misalnya daun-daunan, jerami atau rumput yang tidak berguna.. 11.

(24) Dalam budidaya semi-intensif, petani sudah mengenal dan melaksanakan pancausaha budidaya. Pancausaha budidaya ikan meliputi hal-hal berikut : 1) Membuat konstruksi kolam yang lebih baik ; Kolam memiliki saluran serta pintu masuk dan pembuangan air yang diberi saringan sehingga dapat mencegah masuknya hama. Kolam-kolam terletak secara pararel sehingga air dari satu kolam tidak masuk ke kolam lain. Posisi ini juga berguna untuk mencegah penularan penyakit antar kolam. 2) Melakukan pemupukan ; Pemupukan dengan jenis pupuk organik, anorganik (Urea dan TSP), serta kapur. Cara pemupukan dan dosis yang diterapkan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh dinas perikanan daerah setempat, sesuai dengan tingkat kesuburan di setiap daerah. 3) Menggunakan benih atau induk berkualitas ; Ukuran benih seragam dan mutunya terkontrol. Benih tergolong unggul dan tidak mudah terserang penyakit. Benih ikan nila yang baik adalah benih ikan jantan. 4) Menggunakan obat-obatan yang terkendali ; Menggunakan obat secara benar dapat mencegah penyakit dan penyebarannya. Penggunaan ini harus tepat jenis, dosis dan caranya. 5) Mengelola usaha secara benar ; Pengelolaan usaha yang benar berguna untuk efisiensi penggunaan modal. Dengan penerapan pancausaha, produksi kolam dapat ditingkatkan menjadi 2-5 kali lipat dari produksi kolam ekstensif. Berikutnya adalah budidaya intensif (maju), kelompok budidaya intensif telah menyempurnakan pancausaha budidaya dengan input yang lebih besar. Penyempurnaan itu meliputi hal-hal berikut : sistem pengairan diperbaiki sehingga air dapat diganti setiap hari dan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di kolam, pengairan lebih lancar sehingga penebaran benih ikan dapat lebih padat. Mekanisasi sudah diterapkan dengan penggunaan sistem pompanisasi, bahkan untuk menyuplai oksigen, kolam dilengkapi dengan kincir. Pakan tambahan diberikan agar pertumbuhan cepat, jenis pakan yang diberikan selalu mengandung nilai gizi yang seimbang. Job description telah dibuat dengan jelas, sehingga tidak ada tumpang tindih antara tugas bagian teknis dengan administrasi.. 12.

(25) 2.6. Sistem Budidaya Sistem budidaya ikan nila terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem. budidaya tunggal kelamin, sistem budidaya campur kelamin dan poli kultur. Sistem budidaya tunggal kelamin adalah teknik buddidaya pemeliharaan ikan dengan jenis kelamin sama, misal dalam satu kolam hanya dipelihara ikan nila jantan saja, kelebihan sistem budidaya tunggal kelamin adalah produktivitas ikan dalam menghasilkan daging akan lebih cepat karena energi dari pakan hanya dikonversi menjadi daging dan proses metabolisme saja, tidak digunakan untuk untuk kegiatan kawin. Sistem budidaya kedua adalah sistem campur kelamin. Dalam sistem campur kelamin produktivitas ikan dalam menghasilkan daging kecil karena pakan yang diberikan tidak dikonversi sepenuhnya untuk produksi daging dan metabolisme, tetapi dikonversi untuk keperluan pemijahan. Selain itu akan ada banyak anak ikan dalam kolam, sehingga menjadi pengganggu dan memakan pakan yang seharusnya dimakan oleh induknya. Polikultur atau campur jenis adalah sistem budidaya ketiga. Dalam sistem ini ikan nila dipelihara bersamaan dengan jenis ikan nila lain. Ikan nila dapat dijadikan sebagai pengkonsumsi utama pakan yang diberikan atau menjadi pembantu dalam meningkatkan efisiensi pakan. Misalnya pemeliharaan lele dalam kolam pembesaran ikan nila, ikan nila menjadi komoditi utama, sedangkan ikan lele digunakan untuk meningkatkan efisiensi pakan agar pakan habis dan dapat dikonversi secara maksimal menjadi daging, meski tidak sepenuhyna menjadi daging ikan nila. Contoh lain polikultur adalah pembesaran ikan mas dengan ikan nila dalam jaring apung. Ikan mas dipelihara dalam jaring teratas dan ikan nila dipelihara dalam jaring lapis kedua, sehingga pakan yang tidak termakan oleh ikan mas dimakan oleh ikan nila. 2.7. Tinjauan Studi Terdahulu Dalam tinjauan studi terdahulu akan diulas beberapa penelitian yang. membahas ikan nila dan penelitian yang menggunakan analisis kelayak usaha. Penelitian dengan objek ikan Nila dilakukan oleh Iriani pada tahun 2006 dan penelitian yang menganalisis kelayakan usaha adalah Agripa Bukit tahun 2006, dan Surahmat pada tuhun 2009.. 13.

(26) 2.7.1 Studi Empiris Mengenai Ikan Nila Penelitian mengenai ikan nila merujuk pada beberapa penelitian terdahulu. Beberapa judul penelitian yang pernah diteliti diantaranya : Iriani R (2006) Analisis kelayakan finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada Kelompok Pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum usaha pembenihan dan pendederan ikan nila wanayasa yang dilakukan oleh anggota kelompok pembudidaya mekarsari di desa tanjungsari, menganalisis keuntungan usaha, menganalisis kelayakan investasi yang ditanamkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor produksi, dalam hal ini adalah pakan. Kelayakan usaha dan sensitivitas dinilai berdasarkan investasi yang terdiri atas NPV, Net B/C dan IRR Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa Kelompok Pembudidaya Mekarsari adalah kelompok pembudidaya ikan nila Wanayasa. Jumlah anggota Pembudidaya Mekarsari adalah 20 orang, dengan 12 orang aktif sebagai pembudidaya. Sedangkan usaha yang diteliti adalah usaha milik empat orang pembudidaya saja. Ikan nila wanayasa menghasilkan telur rata-rata 1000-2000 butir , HR (Hetching Rate) 80 persen, sehingga menghasilkan larva sebanyak 1.500 ekor. SR (Survival Rate) sebesar 90 persen, sehingga menghasilkan benih sebanyak 1.080 ekor. Lama proses pemijahan adalah dua bulan dengan masa istirahat selama 3-6 minggu. Analisis. finansial. pembenihan. ikan. nila. wanayasa. Kelopmpok. Pembudidaya Mekarsari menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. NPV Rp 225.116.401,83, Net B/C 19,38 dan IRR 707 persen. Hasil analisis switching value diperoleh bahwa usaha masih layak dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sampai 800,91 persen karena NPV=nol, Net B/C=1 dan IRR sama dengan tingkat suku bunga. Perbandingan kelayakan antara keempat pembudidaya menunjukkan bahwa usaha dengan modal terbesar merupakan usaha pembenihan yang paling layak untuk dijalankan, yaitu dengan nilai NPV Rp 194.477.807,99, Net B/C sebesar 13,57 dan IRR sebesar 487 persen. Permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila wanayasa di Desa Tanjungsari adalah kurangnya peran. 14.

(27) serta. pemerintah. dalam. memberikan. kemudahan-kemudahan. kepada. pembudidaya untuk mengembangkan usahanya serta dalam meningkatkan motivasi pembudidaya ikan nila wanayasa untuk meningkatkan usahanya dan memperbaiki manajemen usahanya. Dari penelitian yang dilakukan Iriani, penulis menangkap pesan bahwa penelitian dengan objek varietas baru dalam agribisnis selalu layak untuk diangkat. Meskipun penelitian yang dilakukan Iriani membandingkan antara empat pembenihan dalam satu kelompok pembudidaya dan berbeda dengan kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dimana penulis membandingkan antara budidaya ikan nila gesit yang menggunakan modal pribadi sepenuhnya dengan menggunakan modal pinjaman sebagian. Tetapi kesamaan dalam memilih objek penelitian diharapkan dapat memberikan pandangan kepada pembaca untuk dapat membandingkan kelayakan usaha dari dua komoditas ikan nila yang berbeda. 2.7.2 Studi Empiris Mengenai Analisis Kelayakan Usaha Studi dengan alat analisis kelayakan usaha terdapat pada banyak penelitian, diantaranya : Bukit A (2007) Analisis Usaha Ikan Patin di Kabupaten Bogor (Kasus Pembenihan di Kecamatan Ciampea dan Pembesaran di Kecamatan Kemang). Dalam penelitian ini diterapkan tiga skenario, yaitu pembenihan ikan patin (skenario I), pembesaran ikan patin (skenario II) dan pembenihan yang disertai pembesaran ikan patin (skenario III). Pada skenario pertama diperoleh NPV sebesar Rp 108.796.492,2, Net B/C sebesar 1,724, IRR sebesar 22,75 persen dan payback period selama 3,91 tahun. Skenario II diperoleh NPV sebesar Rp 60.578.990,7, Net B/C sebesar 1,506, IRR sebesar 16,64 persen dan payback period 4,15 tahun. Skenario III diperoleh NPV sebesar Rp 91.496.976, Net B/C sebesar 1,688, IRR sebesar 16,71 persen dan payback period selama 3,87 tahun. Dari hasil analisis kelayakan pada ketiga skenario diperoleh skenario I merupakan skenario yang paling layak untuk di aplikasikan. Pola pemasaran Benih ikan patin menggunakan dua pola pemasaran. Pola pertama benih ikan patin dipasarkan ke pedagang pengumpul terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke petani pembesaran. Pada pola pertama harga jual benih. 15.

(28) dari petani ke pedagang pengumpul adalah Rp 60 dan harga dari pedagang pengumpul ke petani pembesaran adalah Rp 90-Rp 160. Pola ke dua benih ikan langsung dipasarkan ke petani pembesaran, tanpa melalui petani pengumpul. Dengan pola kedua petani pembenihan ikan dapat menjual harga benih ikan lebih tinggi yaitu Rp 80-Rp 90. Pola pemasaran ikan patin ukuran konsumsi terdiri dari tiga pola. Pola pertama ikan dijual ke pedagang pengumpul sebelum dipasarkan dipasarkan ke konsumen akhir. Harga ikan patin pada pola pemasaran ini adalah Rp 7000 per Kg. Pola ke dua ikan patin langsung dijual ke konsumen akhir (tingkat rumah tangga). Pola ke tiga ikan patin dijual ke pengelola restoran, sebelum dikonsumsi oleh end user. Pada pola kedua dan ketiga harga ikan patin adalah Rp 8000 per Kg. Secara garis besar aspek teknis budidaya ikan patin terdiri dari pembenihan dan pembesaran. Apabila benih yang dihasilkan belum mencapai ukuran standar pembesaran maka larva atau benih ikan patin harus melewati tahap pendederan. Usaha budidaya ikan patin baik kegiatan pembenihan maupun kegiatan pembesaran dilakukan oleh beberapa tenaga kerja yang bertugas sebagai tenaga ahli dan pelaksana harian kegiatan tersebut. Bagi lingkungan usaha budidaya, aktivitas bisnis usaha budidaya ikan patin memberikan kontribusi bagi pengembangan sektor ekonomi dan sosial dalam lingkungan sekitar. Surahmat (2009) Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan Larva Ikan Bawal air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Dalam skrpsi ini dijelaskan bahwa usaha yang dijalankan Ben’s Fish Farm layak untuk diteruskan. Melalui dua skenario (penggunaan modal sendiri dan pinjaman) dijelaskan bahwa NPV dari skenario I adalah sebesar Rp 587.596.184,05 artinya manfaat yang diperoleh Ben’s Fish Farm selama umur proyek adalah Rp 587.596.184,05. Net B/C rasio sebesar 4,15 artinya setiap biaya sebesar satu satuan mata uang maka akan menghasilkan manfaat sebesar 4,15 dalam satuan mata uang yang sama. Nilai IRR sebesar 61 persen artinya pendapatan yang diperoleh Ben’s Fish Farm lebih besar dari bunga deposito 7,25 persen sehingga investasi dalam lebih layak dilakukan dalam usaha yang dijalankan Ben’s Fish. 16.

(29) Farm dibandingkan deposito di bank. Dalam skenario II (menggunakan modal pinjaman) diperoleh hasil NPV sebesar Rp 9.501.982,34, net B/C rasio sebesar 3,9 dan IRR sebesar 21 persen dari nilai suku bunga pinjaman 14 persen. Dengan angka yang dihasilkan dapat dinyatakan bahwa dengan skenario II Ben’s Fish Farm masih layak untuk menjalankan usanya. Kegiatan pembenihan ikan bawal di Ben’s Fish Faram dilakukan dalam skala sedang yaitu menggunakan akuarium sebanyak 50 unit. Daya tampung setiap akuarium adalah 35.000 sampai 50.000 ekor. Melihat daya tampung ruang pembenihan yang dimiliki Ben’s Fish Farm akan sulit untuk melakukan pengembangan produksi, kecuali dengan membuka cabang baru. Pasokan bahan baku (air) untuk semua cabang Ben’s Fish Farm memenuhi standar kualitas untuk menjalankan kegiatan budidaya. Proses produksi yang dijalankan Ben’s Fish Farm secara garis besar mencakup : persiapan wadah, perangsangan ovulasi pemanenan dan inkubasi telur, pemeliharaan larva, Pengepakkan dan transportasi. Struktur organisasi Ben’s Fish Farm sangat sederhana, terdiri dari kepala perusahaan sebagai pemimpin perusahaan membawahi dua bagian yaitu Produksi dan administrasi. Bagian produksi dipimpin oleh seorang manajer dan membawahi karyawan bagian produksi Dari dua penelitian yang menggunakan analisis kelayakan usaha di atas, penulis berpendapat bahwa kerangka berpikir paling layak dalam menganalisis kelayakan usaha adalah kerangka yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan Surahmat, yaitu dengan membandingkan antara usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan modal pribadi dengan usaha pembenihan ikan bawal yang menggunakan. modal. pinjaman.. Karena. itu. penulis. berinisiatif. untuk. menggunakan skenario yang sama dengan penelitian yang dilakukan Surahmat dalam penelitian ini.. 17.

(30) III. KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis. 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit proyek adalah elemen paling kecil yang dipersiapakna dan dilaksanakan sebagai satu kesatuan yang terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Biasanya proyek merupakan kegiatan yang khas yang secara nyata berbeda dengan kegiatan investasi yang diterangkan terdahulu dan kelihatannya berbeda dengan kegiatan penggantinya, bukan merupakan bagian rutin dari suatu progarm yang sedang dilaksanakan. Dalam beberapa proyek pertanian biaya-biaya produksi dan pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat, kira-kira dalam waktu satu tahun. Hal ini yang menurut Gitingger membedakan proyek pertanian dengan peroyek lainnya (Gittinger JP, 1986). Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumbersumber untuk mendapatkan kemanfatan (benefit) atau suatu aktifitas yang mengeluarkan uang dengan harpan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Aktifitas suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) dan suatu titik akhir (ending point). Biaya-biaya yang dikeluarkan maupun hasil pokoknya harus dapat diukur (Kadariah et al, 1978) Menurut Husnan dan Muhammad (2000), Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Bagi pihak swasta (provit oriented) proyek yang berhasil adalah proyek yang dapat memberikan return berupa manfaat ekonomi (uang). Sedangkan bagi lembaga nonprofit dan pemerintah indikator keberhasilan suatu proyek lebih mengarah kepada manfaat secara makro. 18.

(31) seperti penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumberdaya yang melimpah atau perbaikan lingkungan di sekitar proyek. 3.1.2 Identifikasi Biaya dan Manfaat Menurut Gittinger JP (1986) Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan, baik secara mikro bagi organisasi yang provit oriented maupun secara makro bagi pemerintah atau apa pun yang langsung mengurangi jumlah barang dan jasa akhir. Sedangkan manfaat adalah apa pun yang langsung menambah menambah pendapatan, barang dan jasa akhir. Menurut Choliq et al, (1999), biaya proyek adalah seluruh biaya yang dikeluarkan guna mendatangkan penghasilan pada masa yang akan datang. Benefit adalah manfaat yang diperoleh dari suatu proyek baik yang dapat dihitung atau dinilai dengan uang (tangible benefit) ataupun yang tidak dapat dinilai dengan uang (intangible benefit), baik secara langsung maupun tidak. Menurut. Choliq. et. al,. (1999),. biaya. proyek. pada. dasarnya. diklasifikasikan atas biaya infestasi dan biaya operasional. 1.. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan mulai proyek tersebut dilaksanakan sampai proyek tersebut mulai berjalan (beroperasi). Biaya investasi diantaranya biaya pendirian bangunan, pembelian induk dan peralatan.. 2.. Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena proses produksi berlangsung dan secara rutin biaya ini harus dikeluarkan. Biaya operasional misalnya pembelian bahan baku, biaya listrik dan air, bahan bakar dan sebagainya.. 3.1.3 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Proyek Menurut Gittinger JP (1986), tanggungjawab utama seorang analis proyek adalah selalu berhubungan dengan semua spesialis teknis yang mempunyai kontribusi dalam suatu proyek agar dapat meyakinkan bahwa semua aspek-aspek yang relevan sudah dipertimbangkan secara eksplisit dan sudah disertakan dalam pertimbangan tersebut. Di sini analisa dan persiapan proyek akan dibagi ke dalam enam aspek teknis yaitu ; teknis, institusional-organisasional-manajerial, sosial, komersial, finansial dan ekonomi.. 19.

(32) Berbeda dengan Gittinger, menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek-aspek yang perlu dianalisis dalam proyek meliputi aspek pasar, teknis, keuangan, hukum dan ekonomi negara. Meski secara keseluruhan belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu di teliti. 3.1.3.1 Aspek Pasar Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal-hal yang dipelajari dalam aspek pasar dan pemasaran meliputi ; permintaan, penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan. 1) Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2) Penawaran, baik yang berasal dari pasar dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Bagaimana perkembangannya dimasa lalu dan perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya, perlu pula diperhatikan. 3) Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecendrungan perubahan harga, dan kalau ya bagaimana polanya. 4) Program Pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, ”marketing mix”. identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat. 5) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dicapai perusahaan. 3.1.3.2 Aspek Teknis Menurut Gittinger JP (1986), Aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan, karena dalam aspek ini perhitungan input proyek dan output berupa barang dan jasa dilakukan berdasarkan alur produksi sebenarnya, sehingga aspek-aspek lain dari analisa proyek hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.. 20.

(33) Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisa ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Husnan dan Muhammad, 2000). Pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis adalah : 1) Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. Pengertian kedua menunjuk pada lokasi untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yakni meliputi lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi proyek dibedakan dalam dua golongan besar yakni variabel primer dan variabel bukan sekunder. Variabel utama meliputi ketersediaan bahan mentah, letak psar yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga kerja dan fasilitas transportasi. Variabel sekunder penentuan lokasi proyek meliputi hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat dan rencana masa depan perusahaan, dalam kaitannya dengan perluasan. 2) Besar skala operasi/ luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diprodusi untuk mencapai keuntungan optimal yang keseluruhannya mampu diserap pasar. Pengertian ini berbeda dengan pengertian luas perusahaan, yakni luas produksi hanyalah salah satu alat ukur dari luas perusahaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi adalah batasan permintaan yang telah diketahui, tersedianya kapasitas mesin secara teknis dan ekonomis, jumlah dan kemampuan tenaga kerja, kemampuan finansial dan manajemen serta kemungkinan adanya perubahan teknologi di masa yang akan datang. 3) Kriteria pemilihan mesin dan equpiment utama serta alat pembantu mesin dan equipment. Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. 21.

(34) 4) Proses produksi yang dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan ”bentuk” dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian pengertian layout mencakup layout site (layout lahan dan lokasi proyek) layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya. 3.1.3.3 Apek Manajemen Untuk dapat dilaksanakan, suatu proyek harus dihubungkan secara tepat dengan struktur kelembagaan di suatu negara atau daerah. Apa yang akan dibuat dengan penguasa tanah. Kemudian berapa ukuran tanah yang dikuasai yang akan dibuat. Lalu bagaimana hubungan antara organisasi administrasi proyek dengan lembaga atau agen yang ada. Selanjutnya apakah terdapat suatu wewenang proyek yang terpisah, sehingga berikutnya dapat diketahui bagaimana bentuk hubungan pemegang wewenang dengan departemen atau kementrian yang berhubungan. Selanjutnya apakah staf dapat bekerja dengan lembaga-lembaga yang ada, atau apakah akan terdapat keirihatian antara sesama lembaga. Usulan organisasi proyek harus diteliti untuk mengetahui apakah proyek dapat diarahkan. Apakah garis wewenang dalam organisasi proyek sudah dibuat jelas. Apakah organisasi proyek telah mempertimbangkan dengan benar mengenai kebiasaan dan prosedur oraganisasi yang biasa di suatu negara atau daerah. Atau, apakah organisasi proyek memberitahukan perubahan-perubahan dalam struktur organisasi untuk mengatasi masalah-masalah organisasi tradisional yang tidak efektif. Apakah persyaratan yang cukup sudah dicantumkan dalam memilih manajer dan pengawas pejabat pemerintah untuk dapat memperoleh informasi yang mutakhir. Mengenai kemajuan proyek. Apakah suatu kelompok pengawasan khusus dibutuhkan. Masalah-masalah. manejerial merupakan hal yang menentukan untuk. rancangan dan pelaksanaan proyek yang baik. Analis harus meneliti kesanggupan / keahlian staf yang ada untuk dapat memutuskan apakah mereka sanggup menangani kegiatan-kegiatan sektor publik berskala besar sedemikian seperti proyek pengairan, pelayanan perluasan lahan, atau lembaga perkreditan (Gittinger JP, 1986) 22.

(35) Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah : pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan untuk menjalankan operasi proyek tersebut, persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan operasi proyek tersebut, struktur organisasi yang akan dipergunakan dan tenaga kerja kunci yang kita perlukan beserta struktur penggajiannya. 3.1.3.4 Aspek Hukum Aspek hukum mempelajari tentang badan usaha yang dipergunakan, jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman. Berbagai izin, akta, sertifikat yang diperlukan untuk kegiatan usaha (Husnan dan Muhamad, 2000) 3.1.3.5 Aspek Lingkunan Aspek lingkungan (ekonomi dan sosial) proyek berkaitan dengan hubungan antara proyek dan lingkungan secara makro. Menurut Gittinger JP (1986), aspek ekonomi dari proyek membutuhkan pengetahuan mengenai apakah proyek akan memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan perekonomian secara keseluruhandan apakan kontribusinya cukup besar dalam menentukan penggunaan sumber-sumber daya yang diperlukan. Sudut pandang yang diambil dalam analisa ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan. Dalam membahas aspek sosial, Gittinger menyebutkan bahwa seringkali para analis proyek diharapkan untuk meneliti secara cermat mengenai implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, contohnya ; distribusi pendapatan, penciptaan lapangan kerja. Realisai pencapaian aspek sosial diantaranya. melalui. pemanfaatan. program-program. pemerintah. untuk. pembangunan daerah terpencil. Pembangunan mempunyai dampak terhadap kualitas lingkungan secara global. baik. dampak. positif. maupun. negatif.. Pembangunan. yang. berkesinambungan merupakan tuntutan yang realistis dan bersifat jangka panjang. Faktor pokok yang menyebabkan kemerosotan kualitas lingkungan adalah pembangunan dengan menggunakan teknologi yang mencemari.. 23.

(36) 3.1.3.6 Aspek Finansial Dilihat dari aspek finansial suatu usaha dikatakan layak apabila usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Dalam rangka mencari ukuran menyeluruh tentang baik tidaknya suatu kegiatan usaha telah dikembangkan berbagai macam indeks yang disebut kriteria investasi. Setiap indeks tersebut menggunakan Present Value (PV) yang telah didiscount dari arus-arus manfaat dan biaya selama umur kegiatan usaha (Kadariah et al. 1978). Kadariah et al. (1978) mengemukakan bahwa suatu usaha atau poyek dikatakan layak atau tidak untuk dilaksanakan jika sesuai dengan ukuran kriteria investasi yang ada. Beberapa metode pengukuran dalam kriteria investasi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1) Net Present Value (NPV) yaitu nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya. 2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih pada tahun dimana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. 3) Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benefit (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek. 4) Payback Period (PP) adalah perhitungan dalam analisis kelayakan investasi yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam dapat kembali. Berdasarkan analisis kriteria investasi, maka usaha pembesaran ikan mas pada kolam air deras dinilai layak untuk dikembangkan jika diperoleh hasil perhitungan NPV > 0 ; Net B/C ≥ 1 dan IRR ≥ interest rate.. 24.

(37) 3.1.4. Cros-Over Discont Rate Cros-Over Discont Rate adalah keadaan saat terdapat dua pilihan. alternatif proyek, dimana proyek yang satu mempunyai IRR yang lebih tinggi daripada yang lain, tetapi pada saat discont rate = Social Opportunity Cost of Capital kedua proyek mempunyai NPV yang sama (Kadariah et al. 1978). Kedaan Cros-Over Discont Rate dapat dilihat dalam Gambar 2.. Gambar 2. Kondisi Cros-Over Discont Rate Digambarkan dalam Grafik Menurut Gittinger JP (1986), Cros-Over Discont Rate (CDR) adalah tingkat diskonto tertentu dimana kedua alternatif akan memiliki NPV yang sama, secara secara ekonomis tidak ada perbedaan alternatif mana yang akan dipakai. Nilai CDR dapat dicari dengan menggunakan grafik atau menggunakan diskonto perbedaan arus-arus biaya. Jika biaya modal atau tingkat batas berada di bawah CDR, maka akan dipilih alternatif yang memerlukan pengeluaran modal awal yang lebih tinggi, tetapi memiliki pengeluaran yang lebih rendah di masa yang akan datang. Apabila di atas CDR maka lebih baik memilih alternatif investasi yang memiliki biaya awal yang lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar.. 25.

(38) 3.1.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu alat yang langsung (dan kadang-. kadang sangat cukup) dalam menganalisis pengaruh-pengaruh resiko yang ditanggung dan ketidakpastian dalam analisis proyek. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktorfaktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari tidak layak menjadi layak untuk dilaksanakan (Gittinger JP 1986). Menurut Kadariah et al. (1978) analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang akan terjadi pada total penerimaan apabila terjadi kesalahan atau perubahan unsur-unsur dalam aspek finansial yang tidak terduga yang berbeda dengan perencanaan dan perkiraan semula. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah unsur-unsur atau dengan mengkombinasikan unsur-unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis senistivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek apabila ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Dalam analisis sensitivitas semua kemungkinan harus dicoba, maksudnya setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini dilakukan karena analisis proyek didasarkan pada proyek-proyek yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang (Kadariah et al. 1978). Kadariah et al. (1978) menjelaskan bahwa terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam analisis sensitivitas, yaitu : Terdapatnya “Cost overrun“, perubahan dalam perbandingan harga terhadap harga tingkat umum dan mundurnya waktu implementasi. Analisis sensitivitas terhadap Cost overrun perlu diadakan pada proyekproyek yang memerlukan biaya konstruksi yang besar, karena biasanya orang memperhitungkan biaya produksi terlalu rendah dan kemudian pada waktu melaksanakan konstruksi, ternyata bahwa biayanya lebih tinggi. Analisis sensitivitas pada perubahan harga output perlu dilakukan terutama bagi proyek-proyek dengan umur ekonomis yang panjang dan dalam ukuran besar, karena kemungkinan besar bahwa dengan adanya proyek penawaran pruduk tersebut di pasar akan bertambah dan harga akan relatif menjadi turun.. 26.

(39) 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Ikan nila merupakan ikan air tawar yang dikenal di kalangan pembudidaya ikan. Penemuan varietas baru ikan nila, yaitu ikan nila gesit diharapkan dapat menjadi solusi bagi pengembangan budidaya ikan air tawar di Indonesia. Peningkatan produksi ikan nila sebesar 28,23 persen setiap tahun memerlukan supply benih yang berkualitas tinggi. Secara biologis ikan nila gesit dapat tumbuh lebih cepat 50 persen dibandingkan ikan nila jenis lain, dengan cepatnya pertumbuhan ikan akan menambah keuntungan petani yang membudidayakannya. Tetapi pada keadaan aktual hal ini belum tentu terjadi, dilihat dari sisi bisnis kelayakan suatu usaha dikatakan layak apabila ditinjau dari enam aspek, yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan dan finansial. Dalam penilaian kelayakan usaha banyak hal yang harus diteliti, karena itu tentu perlu penelitian menyeluruh dari semua aspek yang menjadi syarat kelayakan usaha tersebut. Dalam aspek pemasaran hal-hal yang harus diteliti adalah permintaan, penawaran permintaan, penawaran dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran dan promosi. Setelah aspek pemasaran diteliti berikutnya adalah aspek teknis yang mencakup lokasi proyek, besar skala operasi, teknologi dan kegiatan budidaya, layout usaha dan input-inptu yang digunakan. Berikutnya penelitian pada aspek manajemen yang mencakup organisasi perusahaan, kebutuhan tenaga kerja, deskripsi kerja dan sistem kompensasi. Aspek lain yang diteliti adalah aspek hukum, dalam aspek ini diteliti bagaimana status legalitas dari usaha yang sedang dijalankan. Setelah aspek hukum diteliti selanjutnya diteliti aspek lingkungan yang terdiri dari lingkungan sosial, ekonomi dan ekosistem di sekitar proyek. Terakhir adalah aspek finansial yang mencakup NPV, Net B/C, IRR dan PP. Pada aspek finansial penelitian dilakukan dengan menggunakan dua model skenario. Skenario pertama modal yang digunakan 100 persen milik pribadi dan pada skenario ke dua modal yang digunakan menggunakan modal pinjaman sebesar Rp 48.626.500, jumlah pinjaman tersebut didasarkan pada jumlah biaya variabel yang harus dikeluarkan selama satu semester sebesar Rp 48.626.500. Apabila usaha ini layak dijalankan. 27.

(40) secara finansial maka dilanjutkan dengan analisis sensitifitas. Penelitian dihentikan sampai titik ini. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari penelitian disesuaikan dengan orientasi awal proyek, sehingga berdasarkan hasil penelitian pemimpin usaha atau proyek dapat menentukan keputusan yang akan diambil untuk usaha yang sedang dijalankannya. Bagan kerangka pemikiran operasional dapat dilihat dalam gambar 2.. Potensi Pasar dan Sumberdaya Ikan Nila. Penemuan varietas baru Ikan nila (Nila Gesit). Aspek Non Finansial :. • • • •. Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Lingkungan. Skenario II Menggunakan Modal Pinjaman. Skenario I Menggunakan Modal Sendiri. Aspek Finansial : Tidak Layak. Analisis Kelayakan Investasi • NPV • Net B/C • IRR • Pay Back Period Reorientasi Usaha Pembenihan Ikan nila. Layak. Analisis Switching Value. Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional. 28.

(41) IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian berada di UPR Citomi Desa Tanggulun Barat Kecamatan Kalijati Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), karena lokasi tersebut merupakan salah satu sentra produksi ikan nila di Kabupaten Subang. Selain itu daerah ini juga berpotensi untuk membudidayakan Ikan nila gesit. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2009. 4.2. Jenis Data dan Sumber Data Jenis data yang diperlukan bagi penelitian ini dapat dipilah dalam kategori data primer dan data sekunder baik data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara langsung dan pengisian kuisioner kepada responden. Wawancara dilakukan dengan Pimpinan UPR Citomi, menejer peroduksi dan pemasaran dan supervisor produksi. Data sekunder dikumpulkan dari literatur – literatur yang releven seperti buku, surat kabar, dan dinas atau instansi yang terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, situs resmi departemen terkait, perpustakaan IPB dan instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data. 4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden Data yang terkumpul diperoleh dari berbagai responden yang terkait dengan kajian penelitian yang akan dilakukan. Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive). Dasar pemilihan responden oleh Dinas Perikanan Kabupaten Subang adalah responden yang bersangkutan merupakan satu-satunya petani ikan yang melakukan pembenihan ikan nila gesit di Kabupaten Subang. 4.4. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan, finansial dan sensitivitas. Analisis. 29.

(42) aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan lingkungan dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis finansial sehingga memberikan informasi yang lengkap mengenai kelayakan usaha pembenihan ikan nila gesit. Setelah analisis finansial, kemudian dilakukan analisis sensitivitas untuk menguji kelayakan usaha bila terjadi perubahan harga produk, biaya dan jumlah produksi. Tahapan pengolahan data meliputi pengumpulan data (di lapang), pemasukkan data, editing data, lalu penghitungan dengan menggunakan kalkulator dan komputer dengan program microsoft excel 2007. 4.4.1 Analisis Aspek Pasar Aspek Pasar di analisis secara deskriptif. Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengetahui permintaan, penawaran, dan strategi pasar 4P (product, price, place, promotion) yang diterapkan di UPR Citomi. Usaha pembenihan ikan nila dikatakan layak ditinjau dari aspek pasar bila terdapat permintaan ≥ penawaran. Ditambah dengan pemaparan tentang strategi pemasaran yang dapat mendukung usaha ini. 4.4.2 Analisis Aspek Teknis Aspek teknis dianalisis secara deskriptif. Analisis ini meliputi lokasi proyek, luas produksipemilihan jenis teknilogi dan equipment. 4.4.3 Analisis Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan secara deskriptif. Analisis ini menjelaskan mengenai pengelolaan usaha pembenihan ikan nila Gesit meliputi struktur organisasi, spesipikasi tenaga kerja, wewenang dan tanggungjawabnya, serta pelaksanaan kegiatan dan jadwal kegiatannya. 4.4.4 Analisis Aspek Hukum Aspek hukum dianalisis secara deskriptif, aspek hukum yang dianalisis meliputi bentuk badan dan izin usaha pembenihan ikan nila Gesit di UPR Citomi. 4.4.5 Analisis Aspek Lingkunan Analisis aspek lingkungan dilakukan secara deskriptif. Aspek lingkungan yang dianalisis mengenai pengaruh proyek terhadap lingkungan sosial, ekonomi,. 30.

Referensi

Dokumen terkait