• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT PADA BEBERAPA DOSIS KOMPOS SAMPAH KOTA [GROWTH AND YIELD OF TOMATO GROWN ON DIFFERENT DOSAGES OF CITY WASTE]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT PADA BEBERAPA DOSIS KOMPOS SAMPAH KOTA [GROWTH AND YIELD OF TOMATO GROWN ON DIFFERENT DOSAGES OF CITY WASTE]"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT PADA BEBERAPA DOSIS

KOMPOS SAMPAH KOTA

[GROWTH AND YIELD OF TOMATO GROWN ON DIFFERENT DOSAGES

OF CITY WASTE]

Neliyati

Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah sampah kota menjadi produk yang bernilai guna (kompos) dan mempelajari pengaruh pemberian kompos sampah kota tersebut terhadap pertumbuhan dan hasil tomat pada tanah ultisol. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Univesitas Jambi pada bulan Oktober 2004 sampai Januari 2005.Penelitian tediri atas 6 taraf pemberian kompos sampah kota, yaitu 0, 10, 20, 30, 40 dan 50 ton ha-1. Masing-masing perlakuan diulang empat kali. Hasil menelitian

menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota berpengaruh nyata terhadap variabel respon yang diamati, yaitu berat kering tanaman, jumlah buah pertanaman, bobot buah pertanaman dan bobot buah perpetak. Peningkatan pertumbuhan dan hasil tomat diperoleh sampai dosis 30 ton ha-1, sedangkan peningkatan dosis hingga 40 dan 50 ton ha-1 menyebabkan terjadinya penurunan berat kering dan produksi, sehingga tidak berbeda nyata dengan tanpa pemberian kompos sampah kota.

Kata kunci: Lycopersicum esculentum, sampah kota, kompos.

PENDAHULUAN

Tomat tergolong tanaman sayuran buah semu-sim yang telah lama dikenal masyarakat dan meru-pakan sumber vitanin A, C dan sedikit vitamin B. Buah tomat banyak digunakan sebagai bumbu ma-sak, diawetkan dalam kaleng, dibuat minuman dan saos, serta berbagai macam bahan makanan bergizi tinggi lainnya.

Berdasarkan data survei produksi tanaman sa-yuran dan buah-buahan di Indonesia yang dilapor-kan Badan Pusat Statistik, rata-rata hasil tomat di Indonesia pada tahun 2002 adalah 8,0 ton ha-1 (Badan Pusat Statistik, 2002). Sedangkan rata-rata hasil tomat di Propinsi Jambi adalah 4,5 ton ha-1 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, 2002). Berdasarkan pemetaan wilayah untuk pe-ngembangan kawasan agribisnis, Jambi termasuk wilayah pengembangan sayuran tomat.

Untuk meningkatkan hasil tomat di Propinsi Jambi salah satunya melalui perluasan areal tanam, tetapi perluasan areal tersebut menghadapi suatu kendala, yaitu sebagian besar luas wilayahnya di-dominasi oleh jenis tanah Ultisol yang luasnya mencapai 2.272.725 ha atau 44,56 % dari sekitar 5,1 juta ha luas wilayah Propinsi Jambi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, 2002). Akan tetapi, Ultisol adalah tanah yang bermasalah, karena reaksinya yang tanah masam, kejenuhan

basa rendah, kadar Al tinggi serta ketersediaan hara rendah sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik (Hardjowigeno, 1995). Salah satu alternatif untuk dapat memanfa-atkan potensi Ultisol yang begitu besar di Propinsi Jambi agar menjadi lahan pertanian yang produktif adalah dengan melakukan pemupukan, terutama memanfaatkan pupuk organik.

Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah melapuk. Ba-han organik tersebut seperti sisa tanaman, kotoran ternak atau yang berasal dari limbah pertanian (Indriani, 2003). Keuntungan dari pemberian pu-puk organik ke dalam tanah di antaranya adalah: 1) mengubah struktur tanah menjadi lebih baik se-hingga pertumbuhan akar tanaman lebih baik pula, 2) meningkatkan daya serap dan daya pegang ta-nah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman, 3) memperbaiki kehidupan organisme tanah, dan 4) menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi ta-naman (Marsono dan Sigit, 2001).

Jenis pupuk organik sangat beragam berdasar-kan asal bahan terbentuknya. Salah satunya adalah kompos sampah kota, yang sebagian besar terdiri dari sampah buangan organik yang secara keselu-ruhan atau sebagian mengalami dekomposisi Ma-kin berkembangnya pemukiman dan perkotaan, maka sampah yang dihasilkan akan semakin ba-nyak dan lebih bervariasi sehingga menimbulkan

(2)

masalah pencemaran lingkungan jika tidak segera ditangani secara sungguh-sungguh. Sampah yang merupakan masalah itu dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna, tergantung teknologi yang digunakan. Sampah antara lain da-pat dimanfaatkan untuk biogas (bioenergi), gas metana, alkohol, kompos dan lain sebagainya (Hadiwiyoto, 1983). Pengomposan merupakan su-atu cara untuk menghancurkan sampah secara bio-logis menjadi pupuk alami sehingga dapat me-ngembalikan unsur hara ke tanah tanpa berbahaya bagi lingkungan (Bahar, 1986).

Kompos sampah kota mudah didapat dalam jumlah yang banyak karena setiap harinya berton-ton sampah yang dihasilkan dari pasar, kegiatan pertanian, rumah tangga, dan industri merupakan limbah dapat diolah menjadi kompos. Menurut Santoso (2003) kompos sampah kota berfungsi se-bagai:

1. Soil Conditioner, yang mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium serta mine-ral penting yang dibutuhkan tanaman. Fungsi ini akan memperbaiki struktur tanah, tekstur lahan kritis, meningkatkan porositas, aerasi, dan dekomposisi oleh mikroorganisme tanah. 2. Soil Ameliorator, berfungsi mempertinggi

Ka-pasitas Tukar Kation (KTK), baik pada tanah ladang maupun tanah sawah.

Badan Pengendali Bimas Departemen Pertani-an (1977) sebagaimPertani-ana dikutip oleh SPertani-antoso (2003) menyatakan bahwa kandungan zat-zat hara pada kompos sampah kota dalam 10 ton bahan adalah 40 kg N, 30 kg P2O5 dan 50 kg K2O. Kan-dungan terbesar kompos sampah kota adalah kali-um; ini berarti kompos sampah kota sangat cocok bagi tanaman hortikultura buah seperti tomat.

Hasil-hasil penelitian tentang pengaruh positif kompos sampah kota telah banyak dilakukan, di antaranya adalah hasil penelitian Elviati (1998) yang menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah kota sampai 25 ton ha-1 berpengaruh da-lam meningkatkan bobot biji kering tanaman ke-delai sebesar 312,67% dibandingkan dengan tanpa pemberian kompos. Selanjutnya, hasil penelitian Hadijah (2000) memperlihatkan pemberian kom-pos sampah kota sebanyak 5, 10, 15 dan 20 ton-1 dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanam-an kactanam-ang buncis dtanam-an jagung berupa peningkattanam-an tinggi tanaman, indeks luas daun dan umur berbu-nga dalam pola tanam tumpang sari. Hasil peneli-tian ini juga menunjukkan bahwa pemberian kom-pos sampah kota 10 ton ha-1 memberikan hasil yang terbaik. Selanjutnya dari penelitian Shanti (2003) memperlihatkan bahwa pemberian kompos

sampah kota pada dosis 20 ton ha-1 memberikan hasil terbaik terhadap pertumbuhan bibit kopi Ara-bika berupa peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun total, berat kering tanaman dan be-rat kering akar dibanding dengan pemberian pupuk organik lain pada dosis pemberian yang sama.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memanfaat-kan limbah sampah kota menjadi produk yang ber-nilai guna, 2) mengetahui pengaruh berbagai dosis sampah kota terhadap pertumbuhan dan hasil to-mat, dan 3) mendapatkan dosis kompos sampah kota yang dapat memberikan pertumbuhan dan ha-sil tanaman tomat terbaik pada tanah Ultisol.

BAHAN DAN METODA

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi pada tanah dengan jenis Ultisol dan ketinggian tempat lebih-kurang 35 m di atas permukaan laut. Penelitian di-laksanakan selama lebih-kurang 4 bulan, dari Ok-tober 2004 sampai Januari 2005.

Bahan yang digunakan adalah benih tomat kul-tivar Ratna, kompos sampah kota yang berasal dari Usaha Daur Ulang dan Produksi Sampah Kota (UDPK) Dinas Kebersihan Kota Jambi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Talang Ba-kung, polybag ukuran 10 x 20 cm, Urea, SP-36, KCl, Decis 2,5 EC, dan Dithane M-45.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Ke-lompok (RAK) dengan perlakuan kompos sampah kota yang terdiri dari 6 taraf dosis yaitu K0 = tanpa kompos, K1 = kompos 10 ton ha-1, K2 = kompos 20 ton ha-1, K3 = kompos 30 ton ha-1, K4 = kompos 40 ton ha-1, dan K5 = kompos 50 ton ha-1. Masing-ma-sing perlakuan diulang 4 kali, dan setiap unit per-cobaan terdiri atas 20 tanaman dengan jumlah ta-naman sampel yang diambil pada setiap petak per-cobaan adalah 20% secara acak.

Lahan tempat penelitian dibersihkan, tanah di-cangkul dan digemburkan. Kemudian dibuat petak-petak percobaan dengan ukuran 3,5 x 2 m dan tinggi 20 cm. Satu minggu sebelum tanam dilaku-kan pemberian kompos sampah kota sesuai dosis perlakuan dengan cara menaburkan ke tanah, ke-mudian diaduk sehingga kompos dan tanah ter-campur rata. Bibit berumur 4 minggu dipindahkan dari persemaian ke petak penanaman. Kriteria bibit yang yang digunakan adalah sehat dan telah me-miliki 3 – 4 helai daun dengan tinggi 10 - 15 cm. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm dengan jarak tanam 50 x 70 cm.

Pemeliharaan bibit meliputi, penyiraman, nyulaman sampai satu minggu setelah tanam,

(3)

pe-ngendalian gulma, hama dan penyakit, pembum-bunan, pemasangan lanjaran, pemangkasan tunas air dan pemupukan. Dosis pupuk yang diberikan adalah 1/4 dari dosis yang dibutuhkan tanaman (Urea 2,20 g per tanaman, SP-36 1,50 g per tanam-an dtanam-an KCl 1,75 g per ttanam-anamtanam-an). Pemupuktanam-an dila-kukan pada saat tanam yaitu dengan dimasukkan ke dalam lubang pada jarak 10 cm dari lubang ta-nam dengan kedalaman 3 cm. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan dalam satu lubang sedangkan pupuk Urea diberikan terpisah pada lubang yang lain.

Panen dilakukan pada umur 70 hari setelah ta-nam atau setelah buah memasuki stadium matang dengan ciri-ciri sebagian besar buah sudah berwar-na kuning kemerahan. Panen dilakukan dengan in-terval 3 hari sekali. Variabel respon yang diamati adalah berat kering tanaman (akhir fase vegetatif pada sampel destruktif), jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan bobot buah per petak. Data yang diperoleh dianalisis dengan mengguna-kan sidik ragam dan dilakumengguna-kan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil sidik ragam dan uji lanjut Duncan pada taraf α = 5% terungkap bahwa per-tumbuhan dan hasil tanaman tomat dipengaruhi se-cara nyata oleh pemberian kompos sampah kota. Hal ini dapat dilihat dari variabel respon yang di-amati (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh beberapa dosis kompos sampah kota terhadap beberapa variabel respon ta-naman tomat. Dosis kompos (ton ha-1) Variabel respon Berat kering tanaman (g) Jumlah buah per tanaman Bobot buah per tanaman (g) Bobot buah per petak (kg) 0 1,66 c 9,31 b 284,06 c 2,80 c 10 2,19 c 11,31 ab 368,44 c 3,93 c 20 3,79 ab 16,06 ab 653,44 ab 7,19 ab 30 4,60 a 15,94 a 721,25 a 8,78 a 40 2,65 bc 13,13 ab 485,00 bc 4,79 bc 50 2,43 bc 12,81 ab 480,31 bc 4,41 bc

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada α = 5%.

Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemrian kompos sampah kota dapat meningkatkan be-rat kering tanaman, jumlah buah per tanaman, bo-bot buah per tanaman dan bobo-bot buah per petak. Sementara pemberian kompos pada berbagai dosis, memberikan respon yang berbeda, pemberian

kompos sampah kota sampai dosis 30 ton ha-1 da-pat meningkatkan semua variabel respon yang di-amati dan penambahan dosis menjadi 40 dan 50 ton ha-1 menghasilkan pertumbuhan dan hasil ta-naman tomat yang cenderung menurun dan tidak berbeda dengan perlakuan tanpa pemberian kom-pos ataupun pemberian komkom-pos 10 ton ha-1.

Berdasarkan analisis laboratorium, kompos sampah kota yang digunakan dalam penelitian ini mengandung N = 0,54%, P2O5 = 0,25% dan K2O = 1,91%. Hal ini berarti pada dosis 30 ton ha-1 terda-pat 162 kg N, 75 kg P2O5 dan 573 kg K2O. Kan-dungan ini mendekati kebutuhan tanaman tomat terhadap ketiga unsur makro tersebut yaitu N 112,5 ton ha-1, P2O5 61,5 ton ha-1 dan K2O 120 ton ha-1. Pertumbuhan dan hasil terbaik terlihat dari pertum-buhan batang dan daun yang subur dan ukuran bu-ah yang lebih besar. Ini disebabkan oleh nitrogen yang tersedia bagi tanaman yang merangsang pem-bentukkan tunas dan daun, mempertinggi kan-dungan protein dan meningkatkan jumlah klorofil pada daun. Dengan meningkatnya jumlah klorofil dan jumlah daun yang terbentuk maka proses foto-sintesis akan berjalan dengan baik dan fotosintat yang dihasilkan akan lebih tinggi maka pertum-buhan pun semakin baik. Dengan demikian pe-ningkatan laju pertumbuhan tanaman akan cende-rung menghasilkan berat kering tanaman yang le-bih banyak. Menurut Gardner et al. (1985), untuk memperoleh laju pertumbuhan tanaman yang mak-simum harus terdapat cukup banyak daun dalam tajuk untuk menyerap sebagian besar radiasi mata-hari yang jatuh ke atas tajuk tanaman yang diguna-kan untuk proses fotosintesis.

Jumlah buah yang lebih banyak disebabkan tersedianya unsur fosfor dan kalium bagi tanaman. Menurut Sutedjo (1995) unsur fosfor merangsang pembentukkan bunga, buah dan biji serta memper-cepat pematangan buah tomat, sedangkan kalium mencegah terjadinya kerontokkan bunga dan me-ningkatkan kualitas buah menjadi lebih baik. Kali-um juga berperan dalam pembentukkan karbohi-drat, peningkatan asimilasi CO2 dan meningkatkan translokasi hasil fotosintesis ke luar daun. Tanam-an akTanam-an berbuah lebat dTanam-an berkualitas tinggi bila dapat menghasilkan karbohidrat yang cukup tinggi dan translokasi fotosintat berjalan dengan baik. Mengel dan Haeder (1973) sebagaimana dikutip oleh Mas’ud (1993) menyatakan bahwa translokasi fotosintat ke buah tanaman tomat nyata dipenga-ruhi kalium, di mana kalium mempertinggi perge-rakan fotosintat keluar dari daun menuju akar; dan hal ini akan meningkatkan penyediaan energi un-tuk pertumbuhan akar, perkembangan ukuran serta kualitas buah sehingga bobot buah bertambah.

(4)

Di samping menyediakan unsur hara makro dan mikro, pemberian kompos sampah kota pada dosis 30 ton ha-1 juga memberikan pengaruh pada sifat fisik tanah yang lebih menguntungkan. Struk-tur tanah menjadi lebih gembur dan aerasi di da-lamnya menjadi lancar, agregat atau butiran tanah menjadi lebih besar karena organisme tanah saat penguraian bahan organik dalam kompos dapat bersifat sebagai perekat dan mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar. Butiran-butiran tanah yang lebih besar dapat menahan air sehingga air tersedia bagi tanaman. Akar-akar ta-naman cenderung membentuk percabangan yang lebih banyak pada keadaan tanah yang subur dan berstruktur baik.

Perlakuan tanpa pemberian kompos sampah kota menghasilkan pertumbuhan yang kerdil dan ukuran buah yang lebih kecil. Ini disebabkan ta-naman tomat kekurangan air dan unsur hara teruta-ma N, P, K. Ultisol merupakan tanah yang mem-punyai struktur berat yang kurang baik menyerap air, sehingga menyebabkan air lebih banyak terge-nang. Air yang tergenang menyebabkan tanaman tomat tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit karena kelembaban tanah yang tinggi. serta dapat membuat tanaman tomat mati keracunan karena kandungan O2 di da-lam tanah berkurang. Keadaan tanah yang demi-kian menyebabkan kerontokkan bunga dan mengu-rangi pertumbuhan dan perkembangan buah.

Peningkatan dosis menjadi 40 dan 50 ton ha-1 mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman tomat. Hal ini disebabkan dosis yang di-berikan telah melampaui batas optimum kebutuhan hara bagi tanaman tomat, di mana kompos sampah kota dengan dosis 50 ton ha-1 mengandung 270 kg N, 125 kg P2O5 dan 955 kg K2O. Lakitan (2000) menjelaskan, jika jaringan tanaman mengandung unsur hara tertentu, dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi yang dibutuhkan untuk per-tumbuhan maximum, maka pada kondisi ini dika-takan tanaman dalam kondisi konsumsi mewah ( luxury consumption). Pada konsentrasi yang terlalu tinggi unsur hara esensial dapat menyebabkan ke-tidakseimbangan penyerapan unsur hara lain pada proses metabolisme tanaman. Akibatnya, unsur ha-ra tersebut bukannya meningkatkan pertumbuhan tanaman tetapi justru akan menurunkan atau mene-kan pertumbuhan tanaman.

Pemberian kompos sampah kota dengan dosis 50 ton ha-1 menghasilkan pertumbuhan daun yang lebih lebat namun jumlah buahnya lebih sedikit dan ukuran buahnya lebih kecil. Hal ini dikarena-kan terjadinya kelebihan unsur hara N, P, K pada tanaman tomat. Salisbury dan Ross (1995)

menya-takan bahwa pemupukan nitrogen yang tinggi me-nyebabkan suburnya pertumbuhan batang dan da-un tanaman, tapi menganggu perkembangan buah. Rismunandar (2001) menambahkan kelebihan ni-trogen pada tanaman tomat mengakibatkan tanam-an lebih sukulen, sehingga pembentukktanam-an bunga dan buah menurun serta kualitas buahpun akan menurun. Menurut Rinsema (1986), kelebihan ni-trogen menyebabkan penurunan penyerapan boron pada tanaman. Kekurangan boron menyebabkan terhambatnya pembentukkan buah dan perkem-bangan akar serta membuat batang tanaman kero-pos. Selain itu, fosfor yang berlebihan dapat me-nyebabkan penyerapan Zn pada tanaman menurun (Rinsema, 1986). Menurut Salisbury dan Ross (1995) kekurangan Zn pada tanaman dapat menye-babkan terhambatnya pertumbuhan daun muda dan ruas batang karena Zn berperan dalam pembentuk-an hormon tumbuh auksin (asam indolasetat). Se-dangkan menurut Rinsema (1986) jika tanaman menyerap kalium dalam jumlah yang berlebihan dapat menurunkan penyerapan Ca dan Mg yang dibutuhkan dalam proses metabolisme tanaman. Kekurangan Mg akan menghambat pembentukkan klorofil sehingga fotosintesis akan terhambat. Di-tambahkan oleh Gardner et al. (1985), bila terjadi kekurangan Ca pada tanaman akan menyebabkan terbatasnya ukuran buah.

Pemberian kompos sampah kota dengan dosis 50 ton ha-1 juga menyebabkan tanah terlalu porous sehingga tidak dapat menahan air dengan baik, se-hingga air mudah hilang dan tidak tersedia bagi ta-naman. Kekurangan air pada tanaman tomat dapat menghambat proses metabolisme pada tanaman karena air berfungsi sebagai pelarut dan media pengangkut unsur hara dari dalam tanah ke dalam tanaman, sebagai bahan baku fotosintesis, meng-atur turgor sel dan sebagai alat transfor untuk me-mindahkan hasil fotosintesis.

KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan sampah kota sebagai kompos dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tomat yang ditanam pada tanah Ultisol, dan dosis terbaik pada percobaan ini adalah 30 ton ha-1.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2002. Survei Pertanian Produksi Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

(5)

Bahar, Y. H. 1986. Teknologi Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. PT. Waca Utama Pramesti, Jakarta.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi. 2002. Data Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jambi, Jambi.

Elviati. 1998. Pengaruh Pemberian Kompos Sampah Kota terhadap Beberapa Sifat Fisika Ultisol dan Hasil Kedelai (Glycine max L.). Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi. Gardner, F. D., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1985.

Physiology of Crops Plants. Iowa State University Press, Ames, USA.

Hadijah, S. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang Ditanam dalam Pola Tanam Tumpang Sari dengan Jagung (Zea mays L.) pada Beberapa Takaran Kompos Sampah Kota. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang.

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu, Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta.

Indriani, Y. H. 2003. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Grafindo Persada, Jakarta.

Marsono dan P. Sigit. 2001. Pupuk Akar: Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Mas'ud, P. 1993. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung.

Rinsema. 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Rismunandar. 2001. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo, Bandung.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan III. Perkembangan Tumbuhan dan Fisiologi Lingkungan. Terjemahan D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB, Bandung.

Santoso, H. B. 2003. Pupuk Kompos. Kanisius, Yogyakarta.

Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta.

(6)

Gambar

Tabel 1. Pengaruh beberapa dosis kompos sampah  kota terhadap beberapa variabel respon  ta-naman tomat

Referensi

Dokumen terkait

perbuatan itu merupakan suatu Kelalaian yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban menurut hukum yang berlaku, kesusilaan, kecermatan dalam

Sedangkan paket ekonomi 24 Maret 1998, beberapa langkah dilakukan Anwar untuk membendung krisis yang semakin menjadi tak terkendali, antaranya: (i) mengoreksi sasaran angka

Dalam perencanaan rekayasa, pekerjaan tanah dalam artian penentuan volume tanah adalah suatu hal yang sangat lazim, seperti halnya pada perencanaan pondasi, galian

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi.. Setiap kali menerima Amanat Nasabah untuk melakukan transaksi

tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004). Selain itu, persepsi dimaknai sebagai proses yang didahului oleh

Aplikasi BA pada konsentrasi 20 mg/l menunjukkan hasil pertumbuhan yang lebih baik pada variabel pengamatan jumlah akar, bobot basah, tinggi tanaman dan panjang akar,

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis eksplanatori, yaitu penelusuran sebab-akibat dari suatu proses dan hubungan-hubungan yang ada pada

Berbagai indikator standar sana prasaranapendidikankhususnya di SMP seluruh Kota Semarang bahwa dari 14 syarat yang harus tercapai untuk memenuhi standar sarana prasarana