• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor-faktor Pembentukan Karakter Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Faktor-faktor Pembentukan Karakter Mahasiswa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Faktor-faktor Pembentukan

Karakter Mahasiswa

Monica Mayeni Manurung

1

, Rahmadi

2

Abstrak

Pendidikan tinggi merupakan bagian dari pendidikan nasional yang menyiapkan sumber daya manusia masa depan, dimana mahasiswa adalah bagian utama dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi tersebut. Identifikasi karakter mahasiswa merupakan langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan baik pada saat menentukan ‘pasar’perguruan tinggi maupun pada saat penentuan/seleksi masuk perguruan tinggi. Isu menurunnya karakter bangsa merupakan suatu kajian yang sangat penting. Karakter mahasiswa, sebagai generasi muda bangsa; dapat diidentifikasi dari aspek akademik dan aspek non akademik. Aspek akademik ukurannya dapat dengan mudah diukur melalui prestasi akademik misalnya atau, kejujuran akademik dan sikap ilmiah. Aspek non akademik dapat diukur dari segi perilaku maupun wawasan kebangsaan. Peran perguruan tinggi, pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya pembentukan karakter mahasiswa. Budaya, lingkungan akademik dengan semua perangkatnya, regulasi dan sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi serta lingkungan sosial memiliki peran tersendiri dalam pembentukan karakter mahasiswa Indonesia.

Kata Kunci: karakter, mahasiswa, akademik, non akademik.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu pilar yang ikut menopang berdirinya sebuah peradaban yang disebut dengan suatu Bangsa [Susanti, 2013]. Keberadaan lembaga pendidikan dalam suatu negara adalah sangat penting dan strategis, karena merupakan kunci pokok kemajuan suatu negara. Semakin maju lembaga pendidikan suatu negara, akan semakin maju pula peradaban negara yang bersangkutan [Bustami et al, 2015].

Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki peran strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora serta pembudayaan dan pemberdayaan bangsa Indonesia yang berkelanjutan. Untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menghasilkan intelektual, ilmuwan, dan/atau profesional yang berbudaya dan kreatif, toleran, demokratis, berkarakter tangguh, serta berani membela kebenaran untuk kepentingan bangsa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi).

Jalur pendidikan tinggi adalah wadah yang tepat bagi pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkarakter dan berintregitas. Dengan rata-rata usia 20 tahun, mahasiswa merupakan aset bangsa yang sangat berharga dimana pada usia tersebut manusia masih berada pada masa-masa keemasan dalam mencari jati diri.

Menjadi tanggung jawab besar Perguruan tinggi untuk menggali dan menyiapkan rentetan ilmu yang harus disusun agar kompetensi ilmu tersebut adalah benar-benar sesuai dengan kebutuhan serta menghasilkan sumber daya dengan kemampuan (skill) yang sesuai.

Fokus utama dalam dunia pendidikan adalah manusia; dalam hal ini adalah peserta didik karena dengan adanya pendidikan, peserta didik didorong untuk terlibat dalam proses mengubah kehidupannya ke arah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan diri sendiri, mengembangkan rasa ingin tahu, serta meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya, sehingga dapat berfungsi untuk peningkatan kualitas hidup pribadi dan masyarakat [Saleh, 2014]. Tantangan besar yang dihadapi

1. Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI), Jl. Soekarno Hatta No. 645, Bandung, Indonesia EMail

monhieq.mm@gmail.com

2. UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Jl. Jambi-Ma Bulian Km. 16, Simp. Sungaidurian, Muaro Jambi, Jambi, Indonesia EMail rahmadi@iainjambi.ac.id Submitted : Juli 2017 Accepted : Juli 2017 JAS-PT

JURNAL ANALISIS SISTEM PENDIDIKAN TINGGI

ISSN 2580 - 5339 Volume 1

Nomor 1 JULI 2017 Hal 41 – 46

(2)

mahasiswa di masa kini adalah pada tuntutan kemampuan pada aspek kecerdasan intelektual (kognitif) dan keterampilan fisik (skill), selain itu juga harus memiliki kecerdasan emosional dan spiritual (karakter) yang kokoh [Partawibawa et al, 2014].

Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Bangsa yang memiliki karakter kuat dapat menjadi bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa lain di seluruh dunia [Susanti, 2013]. Tema pendidikan diyakini sebagai tema kunci dalam membangun peradaban modern oleh karena perannya sebagai pusat perubahan yang konstruktif belum tergantikan di dunia manapun hingga saat ini [Amri, 2013].

Isu yang sekarang terjadi adalah kekhawatiran sebagian orang bahwa karakter bangsa sedang mengalami erosi [Kusmayadi, 2017]. Isu pembangunan karakter adalah adalah konsekuensi logis dari degradasi kecerdasan berbangsa [Amri, 2013]. Untuk memperbaiki moralitas dan karakter mahasiswa, maka pendidikan karakter yang telah diajarkan bukan hanya sebagai sebuah teori pembelajaran tetapi sebuah praktik kehidupan mahasiswa ketika belajar di kampus. Sudah saatnya pendidikan karakter di perguruan tinggi berfungsi membendung degradasi moralitas atau karakter dan membentuk karakter mahasiswa yang kokoh guna menghadapi berbagai tantangan masa depan. Pendidikan karakter pun menjadi daya pendorong bagi para mahasiswa untuk menjadi intelektual muda bangsa yang memiliki kepribadian unggul, sebagaimana dimuat dalam undang-undang pendidikan nasional [Bali, 2013]. Menurut Schaeffer (1999), pendidikan karakter adalah proses panjang untuk membantu mahasiswa mengembangkan karakter seperti mengetahui, perduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika utama seperti; keadilan, kejujuran, bertanggung jawab, dan penghargaan pada diri sendiri dan orang lain. Mahasiswa dengan karakter yang kuat pada akhirnya akan meningkatkan mutu pendidikan nasional [Sukmawati, 2016].

Mahasiswa sebagai insan masa depan perlu untuk dibentuk karakternya. Pembentukan karakter melalui perguruan tinggi ini sangat tidak mudah untuk melihat hasilnya dalam masa mahasiswa masih mengikuti perkuliahan, akan tetapi hasil pembentukan tersebut bukan tidak mungkin terlihat pada detik-detik akhir mahasiswa akan menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan. Yang menjadi pertanyaan adalah, kapakah waktu yang tepat mengidentifikasi karakter mahasiswa, sebagai langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan demi mempersiapkan sumber daya yang selain memiliki karakter secara akademis juga memiliki karakter sebagai manusia seutuhnya?

Berdasarkan data tahun 2014/2015, jumlah mahasiswa baru di seluruh Indonesia sebanyak 1,458,665 orang. Sedangkan untuk tahun yang sama, jumlah mahasiswa terdaftar adalah sebesar 6,118,733 orang [Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rebuplik Indonesia, 2016]. Jumlah perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri dan swasta adalah sebanyak 3,246 perguruan tinggi. Sedangkan jumlah lulusan dalam kurun waktu 2011/2012 sebanyak 689,564 lulusan, 2012/2013 sebanyak 738,260 lulusan, 2013/2014 sebanyak 804,924 lulusan dan tahun 2014/2015 sebanyak 904,469 lulusan. Jumlah mahasiswa dan lulusan ini merupakan jumlah yang relatif besar dan menunjukkan bahwa pembentukan karakter mahasiswa merupakan suatu tanggung jawab yang penting

Tinjauan Pustaka

Dalam perspektif pendidikan, aspek intelektual dan moral tidak bisa dipisahkan dari pembentukan karakter individu. Kebaikan intelektual menyiapkan kondisi mental dimana individu dapat memahami dan memilih suatu orientasi secara benar. Demikian pula, kebaikan moral akan menshahihkan tindakan-tindakan yang baik sehingga menjadi ciri kepribadian dalam berperilaku [Amri, 2013]. Pembentukan karakter mahasiswa secara formal dilakukan dengan upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat [Susanti, 2013].

Karakter mahasiswa secara umum dapat diidentifikasikan melalui beberapa hal berikut:

1. Karakter Akademik.

Budaya akademik adalah budaya yang universal, yakni dimiliki oleh setiap orang yang melibatkan dirinya dalam aktivitas akademik [Nikmah, 2015]. Undang-undang Republik Indonesia No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 13 ayat 3 menyatakan bahwa mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan akhlak mulia serta bertanggungjawab sesuai dengan budaya akademik.

Karakter akademik dapat diukur dari aspek prestasi akademik [Yulianti, 2010], kejujuran akademik [Sukmawati, 2016] dan sikap ilmiah mahasiswa [Nikmah, 2015]. Motivasi belajar mahasiswa merupakan karakter pendukung prestasi seorang mahasiswa [Yulianti, 2010]. Sikap mahasiswa yang

(3)

tidak jujur secara akademik merupakan penghambat pendidikan karakter sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional [Sukmawati, 2016].

Sikap ilmiah mahasiswa sangat dipengaruhi iklim akademik dan membantu para sivitas akademika mengembangkan pengetahuannya [Nikmah, 2015]. Atmosfer akademik merupakan faktor penting dalam menunjang performansi intelektual sebuah perguruan tinggi. Atmosfer akademik didefinisikan sebagai nuansa lingkungan yang berjiwa akademik, yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Pemahaman terhadap pengembangan atmosfer akademik diharapkan akan membentuk karakter mahasiswa sebagai makhluk intelektual yang berkualitas akademik [Kurniawan, 2013].

Lembaga perguruan tinggi sangat berperan dalam hal ini khususnya dalam mengembangkan iklim akademik yang menunjang. Moordiningsih et al (2010) menyatakan bahwa iklim atau atmosfer akademik merupakan faktor penting dalam menunjang performansi atau kinerja sebuah perguruan tinggi. Mengingat pentingnya atmosfer akademik, maka penyusunannya diharapkan dapat mendukung terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi tim-tim belajar mahasiswa di perguruan tinggi untuk menampilkan kinerja yang lebih baik dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas [Kurniawan, 2013; Bustami et al, 2015].

Selain itu, peran dosen sebagai profesi akademik di perguruan tinggi dalam pembentukan karakter mahasiswa juga sangat penting. Salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter mahasiswa di perguruan tinggi adalah dosen. Dosen adalah aktor utama dalam pembentukan dan pengembangan karakter para mahasiswa dengan keteladanan. Sebelum mendidik karakter para mahasiswa, seorang dosen paling tidak memiliki karakter yang sesuai dengan tugas utama seorang dosen. Selain itu, peran dosen yang amat penting yang tidak dilupakan adalah mendidik, mengajar, melatih, membimbing, dan mengevaluasi. [Bali, 2013]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi mahasiwa menilai peran dosen pembimbing akademik terhadap pembentukan karakter berdampak positif terhadap pelaksanaan proses perkuliahan, ujian, dan layanan akademik [Partawibawa et al, 2014].

Membentuk karakter dalam perspektif pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari pilihan strategi di dalam kelas. Semakin tepat strategi yang dipilih akan semakin memperkuat dan mempercepat transformasi nilai-nilai ke dalam diri individu-individu dan akhirnya masyarakat. Desain pembelajaran di dalam kelas tidak bisa dilepaskan dari unsur-unsur yang ada di dalamnya (dosen dan mahasiswa) serta pendukung yang lain seperti lingkungan belajar, bahan ajar serta sumber belajar. Kecermatan di dalam memanfaatkan unsur-unsur tersebut akan mendorong perkuliahan akan lebih baik dan dipercaya mampu menciptakan kepribadian mahasiswa sehingga menjadi mahasiswa dengan karakter akademik yang tangguh [Amri, 2013].

Konsistensi dan kemampuan dosen dalam menegakkan idealisme mendidik sesuai dengan aturan akademik serta tanggung jawab profesi sebagai pendidik juga sangat diperlukan agar dapat mendidik mahasiswa untuk memiliki karakter yang nantinya dapat ikut menegakkan kebenaran sesuai aturan apabila telah terjun ke masyarakat maupun dunia kerja.

2. Karakter Non Akademik

Karakter non akademik adalah aspek moral atau sikap seorang mahasiwa. Karakter non akademik dapat diamati dari banyak aspek misalnya nilai-nilai luhur dan karakter kebangsaan dalam diri mahasiswa [Bali, 2013], paradigma berpikir mahasiswa [Partawibawa et al, 2014] dan pemahaman sejarah nasional Indonesia dan wawasan kebangsaan mahasiswa [Kusmayadi, 2017].

Pendidikan karakter di perguruan tinggi harus dilakukan melalui pembiasaan kehidupan keseharian di kampus, sehingga menjadi budaya kampus. Bentuk nyata tampak dalam kegiatan mahasiswa seperti olahraga, karya tulis, kesenian, dan sebagainya. Dari segi peran dosen, keteladanan menjadi komunikasi yang efektif dalam mengembangkan nilai-nilai luhur dalam diri mahasiswa; dosen perlu menekankan daya kritis pada mahasiswa, membangun budaya perguruan tinggi yang menghargai nilai-nilai luhur atau karakter bangsa, dan melakukan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari di kampus kemudian membentuk budaya kampus [Bali, 2013].

Dosen juga memiliki peran dalam pembentukan karakter non akademik. Pembimbing akademik harus pandai dan cekatan menyiasati dan menjabarkan kurikulum, mengelola proses pembelajaran, dan mengembangkan penilaian. Peran pembimbing akademik dalam pembentukan karakter mahasiswa adalah upaya membangun dan mengubah paradigma berpikir mahasiswa supaya menjadi manusia yang lebih dewasa [Partawibawa et al, 2014].

(4)

Dosen memegang peran sentral dalam mengembangkan atmosfer akademik dalam kegiatan pembelajaran di kelas dan berlaku untuk semua yang terlibat dalam sistem pendidikan tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa dalam mengembangkan model atmosfer akademik perlu ditanamkan nilai tanggungjawab, nilai kejujuran, nilai kekritisan, nilai ketekunan, nilai keingintahuan, dan nilai kepedulian pada seluruh civitas akademika sehingga iklim kampus yang beretika dan bermoral dapat terbentuk. Idealnya setiap dosen memiliki nilai-nilai tertentu, seperti nilai tanggung jawab, nilai kejujuran, nilai kekritisan, nilai ketekunan, nilai keingintahuan, dan nilai kepedulian. Nilai-nilai tersebut diharapkan akan membentuk karakter mahasiswa sebagai makhluk intelektual yang berkualitas akademik [Kurniawan, 2014].

Penelitian karakter mahasiswa dilakukan karena keprihatinan terhadap penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kesadaran kebangsaan yang dinilai-nilai semakin merosot, keterikatan primordial menjadi primordialisme eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positip antara pemahaman sejarah nasional Indonesia dengan karakter mahasiswa. Terdapat hubungan yang positip antara wawasan kebangsaan dengan karakter mahasiswa serta hubungan pemahaman sejarah nasional Indonesia dan wawasan kebangsaan secara bersama-sama dengan karakter mahasiswa [Kusmayadi, 2017].

Peran Pembentukan Karakter Mahasiswa

Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku sehingga mereka mampu hidup dan bekerjasama dengan keluarga, masyarakat, negara, dan membantu mereka dalam membuat keputusan yang tepat. Karena pendidikan karakter tidak bisa dibentuk secara instan maka mahasiswa harus dilatih secara serius, berkelanjutan dan seimbang untuk mencapai karakter yang ideal [Susanti, 2013].

Pendidikan karakter membentuk pribadi bermoral dengan menciptakan struktur dan lingkungan yang membantu pertumbuhan moral individu. Hal ini mewajibkan masyarakat untuk mengaktualisasikan pendidikan karakter di dalam lembaga pendidikan. Pendidikan karakter memerlukan kepercayaan yang mendalam, bahwa manusia berkembang bukan hanya memenuhi panggilan kodratnya dalam kehidupan bersama didalam masyarakat, melainkan menanggapi tawaran adikodratinya sebagai makhluk mampu mengatasi diri, melalui kebebasan dan pemikirannya [Sukmawati, 2016].

Peran serta semua pihak terkait sangat dibutuhkan dalam pendidikan karakter mahasiswa. Lembaga pendidikan tinggi berperan menciptakan iklim akademik yang menunjang dan pengembangan kurikulum yang mendukung pembentukan karakter mahasiswa. Sistem pendidikan dan sarana penunjang menjadi bagian dari upaya pengembangan atmosfer akademik. Dosen melakukan tugas dan tanggung jawab profesinya dalam penerapan pembentukan karakter mahasiswa.

Pemerintah memiliki peran penting dalam menyertakan pendidikan karakter dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini telah dilakukan, salah satunya seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Sistem pendidikan tinggi juga harus selalu dievaluasi agar dapat mengikuti perkembangan jaman dan perubahan perilaku atau karakter mahasiswa. Lingkungan juga memiliki peran yang sama. Keluarga dan masyarakat merupakan lingkungan yang sangat dominan dapat membentuk dan mempengaruhi karakter dari setiap manusia, terutama mahasiswa. Orang tua merupakan pendukung utama dari sisi keluarga dimana peran orang tua dapat menentukan prestasi akademik anaknya. Perhatian orang tua dengan penuh kasih sayang terhadap pendidikan anaknya, akan menumbuhkan aktivitas anak sebagai suatu potensi yang sangat berharga untuk menghadapi masa depan [Saleh, 2014]. Masyarakat merupakan lingkungan dimana mahasiswa berada sehingga juga akan berpengaruh terhadap pembentukan dan pengembangan karakter mahasiswa. Masyarakat yang memiliki potensi paling kuat mempengaruhi mahasiswa adalah masyarakat di lingkungan kampus, sesama mahasiswa baik di perguruan tinggi sendiri maupun antar perguruan tinggi, juga dosen-dosen yang setidaknya pernah mengajar mereka.

Lingkungan mana yang paling mempengaruhi karakter mereka? Jawaban dari pertanyaan ini masih harus diteliti lebih dalam agar bentuk pernyataan yang keluar sebagai jawaban tidak terkesan menghakimi.

(5)

Gambar 1. Skema peran pembentukan karakter mahasiswa Penutup

Karakter mahasiswa merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Pembentukan karakter mahasiswa akan menentukan karakter generasi bangsa di masa-masa yang akan datang. Peran aktif semua pihak sangat dibutuhkan yaitu perguruan tinggi, sebagai wadah mahasiswa dalam menuntut ilmu di tingkat yang paling tinggi; pemerintah dan masyarakat.

Walaupun hasil akhir karakter mahasiswa tidak sepenuhnya menjadi tanggungjawab perguruan tinggi, namun proses pembentukan di tingkat perguruan tinggi adalah yang paling dekat dalam menentukan sebaik apa karakter mahasiswa untuk menjadi sumber daya manusia yang berkebangsaan dan hidup bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Amri M, 2013, Urgensi Pembelajaran Bagi Pengembangan Karakter Akademik Mahasiswa Pendidikan

Tinggi, Lentera Pendidikan 16(2) Desember 2013: 139-150

Bali MM, 2013, Peran Dosen Dalam Mengembangkan Karakter Mahasiswa, Humaniora 4(2) Oktober 2013: 800-810

Bustami T, Ma’ruf JJ, Madjid MSA, 2015, Pengaruh Pelayanan, Kemampuan Mengajar dan Iklim

Akademik Terhadap Kecerdasan Intelektual Serta Dampaknya pada Prestasi Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Indonesia (Stimi) Meulaboh Aceh Barat, Jurnal Manajemen, ISSN

2302-0199, Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 4(3): 171- 179

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rebuplik Indonesia, 2016, Statistik Pendidikan Tinggi

2014/2015, Pusat Data dan Informasi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Kurniawan AW, 2013, Model Pengembangan Atmosfer Akademik: Pembentukan Iklim Kampus yang

Beretika dan Bermoral, Seminar Nasional & Call For Paper FMI ke-5, At Pontianak, Kalimantan

Barat, Indonesia

Kusmayadi Y, 2017, Hubungan Antara Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dan Wawasan

Kebangsaan Dengan Karakter Mahasiswa (Studi pada Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Galuh Ciamis), Jurnal Agastya 7(2): 1-19

Nikmah DN, 2015, Implementasi Budaya Akademik dan Sikap Ilmiah Mahasiswa, Manajemen Pendidikan 24(6), September 2015: 483-490

Partawibawa A, Fathudin S, Widodo A, 2014, Peran Pembimbing Akademik Terhadap Pembentukan

Karakter Mahasiswa, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan 22(1): 2-8

Saleh M, 2014, Pengaruh Motivasi, Faktor Keluarga, Lingkungan Kampus dan Aktif Berorganisasi

Terhadap Prestasi Akademik, Jurnal Phenomenon 4(2): 109-141

Setuju, Penguatan Karakter Mahasiswa dalam Menghadapi MEA, Seminar dan Call For Paper, Dies Natalis Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa ke 60

Sukmawati F, 2016, Peran Kejujuran Akademik (Academic Honesty) dalam Pendidikan Karakter Studi

pada Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Angkatan 2013/2014, Jurnal Khatulistiwa – Journal of Islamic Studies 6(1): 87-100

(6)

Susanti R, 2013, Penerapan Pendidikan Karakter di Kalangan Mahasiswa, Jurnal Al-Ta’lim, 1(6) November 2013, Hlm. 480-487

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Yulianti A, 2010, Analisis Pengaruh Karakteristik Mahasiswa dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi

Akademik (Kasus Mahasiswa Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor), Skripsi,

Program Sarjana Manajemen, Penyelenggaraan Khusus Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Gambar

Gambar 1. Skema peran pembentukan karakter mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya hubungan antara kompetensi Komite Audit dengan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan juga dapat disebabkan karena terdapat beberapa perusahaan

Pertumbuhan yang diamati adalah fase penambahan panjang kerang setiap bulan pengamatan untuk melihat kelompok ukuran , jumlah populasi yang tetap bertahan sampai ukuran

[r]

Data post-test didapat dari kemampuan menulis hasil wawancara siswa sesudah diberikan media pembelajaran Talk Show Kick Andy. Dengan kata lain, hasil nilai post-test siswa dalam

Setiap lagu-lagu al Qur¶an, ketika dimurotalkan pada dasarnya memiliki nada dan variasi yang dinamis, akan tetapi kita dapat membuat pola-pola dari lagu tersebut sehingga baGaan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemanfaatan Model

Menandakan bahwa Hipotesis kelima H5 dengan bunyi hipotesinya risiko bisnis memiliki pengaruh yang negatif terhadap leverage terhadap perusahaan sub-sektor perdagangan besar