PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI ANAK MELALUI
METODE SHOW AND TELL
DI KELOMPOK B2 RAUDATUL ATHFAL PERWANIDA KEMANGSEN BALONGBENDO SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh:
TRI IRMA ROSITA NIM. D98215071
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI JULI 2019
ABSTRAK
Tri Irma Rosita, 2019. Peningkatan Kepercayaan Diri Anak Melalui Metode Show and Tell Di Kelompok B2 Raudatul Athfal Perwanida Kemangsen Balongbendo Sidoarjo. Pembimbing Dr. Eni Purwati, M.Ag dan Dra. Ilun Mualifah, M.Pd.
Kata Kunci: Kepercayaan Diri, Show and tell.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya tingkat kepercayaan diri pada anak kelompok B2 di RA Perwanida Kemangsen Balongbendo Sidoarjo. Hal ini disebabkan oleh kurang fokusnya anak ketika proses pembelajaran sedang berlangsung serta kurangnya variasi yang diberikan guru dalam menyampaikan metode yang diterapkan dikelas.
Tujuan Penelitian ini untuk meningkatkan kepercayaan diri anak melalui
metode show and tell di kelompok B2 RA Perwanida kemangsen Balongbendo
Sidoarjo Tahun Ajaran 2018/2019. Dalam penelitian ini pembahasan yang akan
diuraikan adalah penerapkan metode show and tell dalam meningkatkan
kepercayaan diri anak dan apakah metode show and tell dapat meningkatkan
meningkatkan kepercayaan diri anak di kelompok B2 di RA Perwanida Kemangsen Balongbendo Sidoarjo.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini terdiri dari pra siklus, siklus I, dan siklus II. Pada siklus I dan II terdapat empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data pad penelitian ini menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1) Penerapan metode show and tell
telah berhasil terbukti. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian observasi aktivitas guru dan anak selama siklus I dan siklus II. Penilaian observasi nilai aktivitas guru pada siklus I sebesar 85 (Berkembang Sesuai Harapan) dan pada siklus II sebesar 95 (Berkembang Sangat Baik). Perolehan nilai aktivitas anak pada siklus I mendapatkan nilai 58,33 (Berkembang Sesuai Harapan) dan siklus II mengalami peningkatan dengan nilai sebesar 83,33 (Berkembang Sangat Baik). 2)
Adanya metode Show And Tell digunakan selama proses pembelajaran, hasil
persentase ketuntasan belajar dalam meningkatkan kepercayaan diri anak Berkembang Sesuai Harapan. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 29,41% (Mulai Berkembang) sedangkan siklus II sebesar 70,58% (Berkembang Sesuai Harapan). Perolehan nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 49 (Mulai Berkembang) pada siklus II diperoleh sebesar 81,27 (Berkembang Sangat Baik).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL --- i
HALAMAN MOTTO --- ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI --- iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI --- iv
PUBLIKASI --- v
KEASLIAN TULISAN --- vi
ABSTRAK --- vii
KATA PENGANTAR --- viii
DAFTAR ISI --- xii
DAFTAR TABEL --- xiv
DAFTAR GAMBAR, DIAGRAM --- xv
DAFTAR LAMPIRAN --- xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah --- 1
B. Rumusan Masalah --- 8 C. Tindakan Penelitian --- 9 D. Tujuan Penelitian --- 9 E. Lingkup Penelitian --- 9 F. Manfaat Penelitian --- 10 G. Penelitian Terdahulu --- 10 H. Sistematika Penulisan --- 15
BAB II KAJIAN TEORI A. Percaya Diri 1. Pengertian Percaya Diri --- 17
2. Proses Terbentuknya Percaya Diri --- 20
3. Faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri --- 21
4. Karakteristik Pada Anak --- 25
B. Metode Show and Tell
1. Pengertian Metode Show and Tell --- 28
2. Penerapan Metode Show and Tell --- 30
3. Manfaat Metode Show and Tell --- 31
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Show and Tell --- 33
5. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Show and Tell Untuk Meningkatkan Pada Anak --- 34
C. Pembelajaran Anak Usia Dini--- 37
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian --- 39
B. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian --- 42
C. Variabel yang Diselidiki --- 42
D. Rencana Tindakan --- 50
E. Data dan Cara Pengumpulannya --- 50
F. Instrumen Penelitian --- 52
G. Teknik Analisis data --- 55
H. Indikator Kinerja --- 58
I. Tim Peneliti dan Tugasnya --- 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian --- 61
B. Hasil Penelitian--- 66 C. Hasil Pembahasan --- 79 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan --- 94 B. Saran --- 95 DAFTAR PUSTAKA --- 96 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Langkah-langkah Melakukan Show and Tell (Siklus I) --- 45
Tabel 3.2 Langkah-langkah Melakukan Show and Tell (Siklus II) --- 48
Tabel 3.3 Target yang Diinginkan Peneliti --- 50
Tabel 3.4 Kisi-kisi Observasi Pada Anak --- 53
Tabel 3.5 Penilaian Kepercayaan Diri Anak --- 53
Tabel 3.6 Penilaian Kepercayaan Diri Anak --- 55
Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Guru dan Anak --- 57
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Keberhasilan Anak --- 58
Tabel 4.1 Penilaian Observasi Aktivitas Guru --- 80
Tabel 4.2 Penilaian Observasi Aktivitas Anak --- 81
Tabel 4.3 Penilaian Kepercayaan Diri Anak (Siklus I) --- 83
Tabel 4.4 Penilaian Observasi Aktivitas Guru --- 86
Tabel 4.5 Penilaian Observasi Aktivitas Anak --- 88
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 3.1 Tahapan Siklus Kemmis & Tanggart --- 41 Grafik 4.1 Peningkatan Kepercayaan Diri Anak (Siklus I dan II) --- 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I
Surat Izin Penelitian Lampiran II
Instrumen Validasi RPPH Lampiran III
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Lampiran IV
Kisi-kisi Observasi dan Rubrik Penilaian Lampiran V
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, aktif, dan ceria dalam setiap pola tumbuh dan berkembangnya. Rentang usia anak yang digolongkan kedalam usia dini yakni ketika anak berusia 0-6 tahun. Bila diklasifikasikan anak usia dini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa batita pada usia 1-3 tahun, masa prasekolah 3-6
tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun.1 Pada tahap ini anak juga mengalami
periode keemasan (golden age).Allah ta’ala berfirman dalam sebuah ayat
yang digunakan dalam proses pembelajaran yang berbunyi :
ىِنْد ِز ِّب َر .ًلا ْىُس َر َو اَّيِبَن ٍدَّمَحُمِب َو اًنْيِد ِمَلاْسِ ْلْاِب َو اَّب َر ِ ّللّاِب ُتْي ِض َر
اًمْهَف ىِنْق ُز ْرا َو اًمْلِع
Aku rela Allah tuhanku, aku rela islam agamaku dan aku rela Nabi Muhammad SAW adalah Rosulku. Ya Allah, tambahkan ilmuku dan pertinggilan kecerdasanku.
Dijelaskan bahwasannyaayatdi atas membahas tentang pentingnya belajar menurut Islam saat sedari kecil, karena dapat menambah ilmu serta kecerdasan anak yang pada masa itu merupakan masa keemasan bagi anak
(golden age). Masa Golden age merupakan masa keemasan dari seorang anak, yakni pada saat itu anak memiliki kemampuan yang sangat baik untuk
1 Mbak Itadz, Memilih, Menyusun, dan Menyajikan Cerita untuk Anak UsiaDini (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), 2.
2
dapat dikembangkan secara maksimal potensi yang dimilikinya. Disaat inilah orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai nilai-nilai
karakter yang bersifat positif, agar ketika ia sudah besar anak dapat tumbuh
dan berkembang sesuai dengan harapan dari kedua orangtua yang telah
mengajarinya nilai-nilai dan pemahaman yang baik bagi seorang anak.2
Permendiknas Nomor 58 tahun 2009 membahas mengenai anak usia dini yang dikategorikan memiliki sikap percaya diri apabila mampu menyelesaikan masalah penugasannya secara mandiri, tampil percaya diri dalam menunjukkan hasil penugasannya didepan teman-temannya, dan
yangpaling penting yakni anak berani tampil di depan umum.3Sedangkan
percaya diri merupakan faktor yang mempengaruhi seorang individu mengalami kesuksesan, ini disebabkan karena individu tersebut selalu
berfikir positif dalam setiap menghadapi permasalahan yang ada. 4
Sedangkan pengertian lain dari adanya rasa percaya diri adalah perasaan yang dialami seseorang dimana mengkonsepkandirinya mampu untuk melakukan berbagai hal.5 Dari pengertian percaya diri tersebut dapat di perkuat dari adanya mahfudot, sebagaimana dibawah ini:
ِحاَجَّنلا ِساَسَأ ْنِم ِسْفَّنلا ىَلَع ُدَامِتْعِلْا
Percaya pada diri sendiri adalah kunci kesuksesan.
2 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatul Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 48.
3Okki Ristya Mutasi Ningsih, “Meningkatkan Percaya Diri Melalui Metode Show and Tell pada anak Kelompok A TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta”(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. 2014), 3.
4
Yusuf Luxori, Percaya Diri (Jakarta: Khalifah, 2004), 20.
5 Maulidya Ulfah dan Suyadi, Konsep Dasar PAUD(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 154.
3
Dengan demikian kepercayaan diri pada anak merupakan sumber dan faktor dari kesuksesan seseorang yang memiliki pemikiran yang positif dalam menghadapi permasalahan yang ada. Rasa kurang percaya diri sebenarnya terjadi akibat dari perasaan seseorang yang terlalu gugup, cemas, takut, bahkan kurang bersabar akan menghadapi permasalahan. Maka dari itu hal ini membuat sesesorang menjadi sangat ragu atau kurang percaya diri dengan kemampuan yang anak miliki padahal sebenarnya anak memiliki potensi yang luar biasa pada dirinya.6 Hal tersebut juga sudah dijelaskan oleh Anita Lie, menurutnya anak yang memiliki sikap percaya diri akan sangat mudah dalam menyelesaikan berbagai kesulitan dalam penerimaan tugas yang telah diberikan guru.7
Oleh karena itu, anak yang tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang mandiri serta mampu menjadi pribadi yang sukses dalam arti anak mampu menghadapi berbagai kesulitan yang ada karena dapat menyelesaikan segala macam tugas yang diberikan dan sesuai dengan tahapan dari perkembangannya. Oleh karena itu, anak yang tumbuh dengan rasa percaya diri yang tinggi akan menjadi pribadi yang mandiri serta mampu menjadi pribadi yang sukses dalam arti anak mampu menghadapi berbagai kesulitan yang ada karena dapat menyelesaikan segala macam tugas yang diberikan dan sesuai dengan tahapan dari perkembangannya.
6 Maulidya Ulfah dan Suyadi, Konsep Dasar PAUD (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), 103.
7 Anita Lie, Menjadi Orangtua Bijak 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), 4-5.
4
Kepercayaan diri memiliki peranan yang penting terhadap tumbuh dan berkembang anak. Tetapi pada kenyataannya kepercayaan diri anak di sekolah-sekolah masihlah sangat kurang, padahal diusia anak yang telah menginjak 5-6 tahun atau TK-B seharusnya memiliki kepercayaan diri
ketika melakukan kegiatan seperti show and tell di depan umum maupun di
depan kelas. Dalam metode show and tell, selain anak mampu
mengembangkan kemampuan dibidang menulis dan membaca, anak juga akan mampu berkembang dalam pola pemikirannya, daya ingatnya, serta
konsentrasinya ketika anak mampu secara „percaya diri‟dalam melakukan
kegiatan pembelajaran seperti show and tellataupun lainnya baik
pembelajaran yang berhubungan dengan akademik anak maupun nonakademiknya. Bayangkan saja bila anak mampu untuk membaca, menghitung, dan menulis tetapi ia tidak mempunyai rasa percaya diri dalam hal tampil di depan umum. Maka hal tersebut akan merugikan diri anak itu sendiri, sebab kepercayaan diri sangatlah penting untuk ditingkatkan sejak anak masih menduduki masa kanak-kanak.
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan, menyatakan bahwa guru dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk bercerita di depan teman sekelasnya, melakukan kegiatan motorik kasar sederhana seperti meloncat, berlari kecil dan lain sebagainya. Melalui kegiatan tersebut guru dapat melatih anak untuk tampil, sehingga anak akan merasa percaya diri. Walaupun begitu kegiatan ini juga harus terus dilakukan agar stimulus yang
5
diberikan guru disekolah menjadi tidak sia-sia ketika anak berada di lingkungan selain sekolah.
Pada anak kelas B2 di RA Perwanida Kecamatan Balongbendo, peneliti menemukan ada 17 anak dalam satu kelas di B2, tetapi yang belum berkembang sangat baik pada tingkat pencapaian perkembangan percaya diri ada 15 anak pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Adapun rinciannya dari 17 anak tersebut yaitu, sebanyak 2 anak yang sudah berkembang sangat baik, 5 anak berkembangan sesuai harapan, 5 anak mulai berkembang, dan 5 anak belum berkembang. Selain itu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung anak-anak selalu saja ramai dan tidak mendengarkan penjelasan dari gurunya.Hasilnya ketika penugasan tiba anak-anak selalu minta dibantu ketika proses penugasan. Disisi lain proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah ini yakni menggunakan metode tanya jawab dan pemberian penugasan. Biasanya metode ini digunakan pada kegiatan awal, inti, maupun akhir pada proses pembelajaran.
Pada saat metode pembelajaran yakni tanya jawab dilakukan respon anak-anak ada yang cuek, ada yang menanggapi, dan ada yang mengobrol. Ada sekitar 5 anak yang bahkan tidak mendengarkan ketika guru memberikan pertanyaan pada anak di kelas. Kemudian guru memberikan metode tanya jawab dengan cara memanggil nama satu persatu anak agar merespon pertanyaan yang di ajukan guru. Akhirnya anak yang telah dipanggili merespon, akan tetapi tidak lama setelah proses tanya jawab
6
selesai,kelas menjadi tidak kondusif lagi dananak-anak mulai mengobrol lagi dengan teman sebangkunya.
Selain metode tanya jawab metode lain yang biasa diterapkan dikelas
B2 ini yaitu metode pemberian tugas dan games kecil karena di kelas B2 ini
termasuk anak-anak yang aktif ketika diberikan penugasan yang
berhubungan dengan games. Metode pemberian tugas ini merupakan metode
yang dilakukan dengan memberikan penugasan kepada anak didik setelah anak didik tersebut mendengarkan penjelasan dari guru. Di kelas B2 ini anak didiknya ketika diberikan tugas menjadi lebih kondusif di bandingkan sebelum diberikan tugas. Sebelumnya diberikan penugasan guru kelas terlebih dahulu mencontohkan tugas seperti apa yang harus dikerjakan, akan tetapi ada beberapa anak yang tidak mau mendengarkan intruksi dalam mengerjakan dari gurunya. Hasilnya ketika dalam pengerjaan mereka selalu salah dalam mengerjakannya. Terkadang anak didik memanggil nama guru dan berkata “Bu ini seperti ini ta?” atau “loh bu ini gimana?”. Hal tersebut menunjukkananak tersebut kurang yakin dengan kemampuan yang ia miliki dalam mengerjakan penugasannya.
Dalam metode pemberian tugas ini biasanya guru memberikan lembar kerja atau berupa buku LKS yang biasanya berisi 6 aspek perkembangan yaitu kognitif, bahasa, seni, motorik, sosial emosional, dan agama. Menurut peneliti dalam pemberian metode pemberian tugas belum sepenuhnya signifikan dalam meningkatkan percaya diri anak. Terkadang pemberian tugas lain yang biasa diberikan oleh guru yaitu mengajak
7
anak untuk bernyanyi dan menirukan gerakan yang dicontohkan guru, akan tetapi ketika ada salah satu anak yang ditunjuk oleh guru tetapi anak tidak berani maju ke depan kelas, alasannya yaitu karna anak tidak bisa menirukan gerakan tadi dan merasa tidak percaya diri karena akan dilihat oleh teman sekelasnya. Akhirnya anak tersebut menanggapinya dengan ekspresi menggeleng kepada guru kelas.
Berbagai metode dapat dijadikan guru sebagai solusi dalam menanggani kepercayaan diri anak di kelompok B2. Salah satu metode yang harus diterapkan yakni metode show and tell. Metode ini sangat
cocok untuk diterapkan dikelompok B2. Metode show and tell ini
merupakan salah satu metode yang dilakukan dengan cara anak diajak aktif dengan cara berkomunikasi yang dikemas secara sederhana yang dapat dilakukan di depan kelas dan sangat cocok untuk anak usia 5-6
tahun.8 Biasanya dalam penerapannya metode show and tell ini dapat juga
menggunakan suatu benda yang disukai oleh anak. Ketika seorang anak sedang melakukan kegiatan show and tell di depan kelas, anak tersebut akan merasa bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh teman-temannya karena anak membawa sebuah benda, dari hal tersebut membuat perhatian anak lain tersita dan akhirnya pandangan mereka tertuju pada anak yang ada di depan kelas dan lama kelamaan anak lainnya akan mendengarkan dan memperhatikan. Setelah kegiatan tadi selesai dikerjakan, maka guru akan
memberikan sebuah rewardberupa stempel bintang di tangan anak yang
8
sudahpercaya diri untuk tampil di hadapan teman lainnya, tidak hanya itu teman-temannya juga akan memberikan sebuah tepuk tangan. Secara tidak langsung hal tersebut akan memotivasi anak lain untuk maju melakukan kegiatan show and
tellbersama dengan membawa benda kesayangannya.
Metode show and tell sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh guru kelas di kelompok B2 RA Perwanida akan tetapi dalam hal ini respon yang di berikan anak-anak yakni tidak berkonsentrasi ketika diajak bercerita, dan kebanyakan mereka cenderung tidak percaya diri ketika melakukannya. Peneliti ingin
menerapkan metode ini dengan cara anak-anak membawakan show and tell
dengan media berupa benda kesukaannya. Selain itu manfaat dari kegiatan ini yaitu pembendaharaan kosa-kata anak akan bertambah, penyampaian dalam kegiatan
showand tell menjadi lebih mudah karena anak membawa benda secara nyata, tidak hanya itu anak juga akan terlibat aktif kedalamnya dan mampu memecahkan permasalahan yang ada sehingga anak tidak akan mudah bosan ketika pembelajaran sedang berlangsung.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menerapkan metode show and tell untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak kelompok B2 di RA Perwanida?
2. Apakah metode show and tell dapat meningkatkan kepercayaan diri
9
C. Tindakan yang dipilih
Peneliti melakuan tindakan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan cara meningkatkan kepercayaan diri anak dengan
menggunakan metode show and tell di kelompok B2 RA Perwanida.
Tujuan dari penelitian ini adalah agar anak lebih percaya diri lagi dalam melakukan berbagai kegiatan yang ada terutama ketika anak tampil di depan umum.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan menerapkan metodeshow and tell dalam
meningkatkan kepercayaan diri anak.
2. Untuk menjelaskan apakah metodeshow and telldapat meningkatkan
kepercayaan diri anak.
E. Lingkup Penelitian
Agar permasalahan yang diteliti sesuai dengan keinginan yang ingin dicapai, maka peneliti memberikan batasan permasalahan sebagai berikut:
1. Subyek yang akan diteliti adalah anak usia 5-6 tahun di kelas B2 RA
Perwanida Kemangsen Balongbendo Sidoarjo.
2. Pengaplikasian dengan metode Show and Tell menggunakan barang
10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini mencakup sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dari adanya penelitian ini, memiliki banyak
manfaat terutama untuk perkembangan anak dalam masalah kepercayaan diri.
b. Digunakan untuk penelitian selanjutnya
c. Memberikan ilmu baru, pengalaman baru, serta wawasan yang
berhubungan dengan perkembangan dan kepercayaan diri anak
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
Diharapkan anak didik dapat meningkat kepercayaan dirinya
b. Bagi guru
Diharapkan guru dapat mengetahui perkembangan kepercayaan diri anak didiknya.
c. Bagi sekolah
Diharapkan sekolah mampu memberikan fasilitas yang dibutuhkan anak, agar kepercayaan diri anak terus mengalami peningkatan.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi faktor yang sangat penting untuk penulis, karena penulis dapat menyelidiki lebih mendalam mengenai pembahasan dari penelitian yang sebelumnya. Penelitian terdahulu juga
11
dapat menjadi acuan penulis untuk membuat sebuah penelitian baru. Penelitian terdahulu ini juga dapat memberikan wawasan serta ilmu pengetahuan agar dalam proses pengerjaannya tidak mengalami kesulitan. Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan oleh penulis untuk menyelidiki lebih mendalam lagi,diantaranya:
1. Penelitian dari Okki Ristya Mutasi Ningsih dengan judul
Meningkatkan Percaya Diri Melalui Metode Show and Tell Pada Anak Kelompok TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk meningkatkan percaya diri melalui metode show
and tell. Subyek penelitiannya adalah anak kelompok A dengan jumlah anak sebanyak 17 anak. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, siklus I hasil penelitian 35,29% dan pada siklus II
mendapatkan persentase menjadi 82,35%.9
2. Penelitian dari Cicih Suarsih dengan judul Upaya
Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Menerapkan Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Siswa Kelas II di SD Negeri Sumurbarang Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan dari penelitian ini yaitu
meningkatkan keteramplan berbicara dengan metode show
andtell. Subyek penelitiannya adalah siswa kelas II di SD
9Okki Ristya Mutasi Ningsih, “Meningkatkan Percaya Diri Melalui Metode Show and Tell pada
anak Kelompok A TK Marsudi Putra, Dagaran, Palbapang, Bantul, Yogyakarta”(Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan. 2014), 3.
12
Negeri Sumurbarang dengan jumlah sekitar 17 siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, siklus I siswa mendapatkan nilai ketuntatan sebesar 29% menjadi 88% mengalami peningkatan pada siklus ke-II, yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Berdasarkan dari pemaparannya maka penelitian ini mengemukakan, telah mengalami peningkatan dalam hasil belajar bahasa dan sastra Indonesiaserta semakin meningkatnyaaktifitas siswa dalam
proses pembelajaran pada kelas II.10
3. Hasil penelitian dari Tania Permatasari,dkk dalam jurnal yang
berjudul Pengaruh Metode Show and Tell Terhadap
Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Gugus II Kecamatan Buleleng.Penelitian Tania Permatasari dkk menggunakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment) dengan desain Non-equivalent Posttest only Control Group Design. Dalam penelitian ini, nantinya akan melakukan perbandingan antara anak yang memiliki kemampuan berbicara dengan menggunakan metode
show and tell dengan anak yang menggunakan metode ceramah. Untuk teknik pengumpulan datanya melalui observasiyang kemudian akan dilakukan pengujian dengan menggunakan (Uji-t).Subyek penelitian dilakukan pada anak
10Cicih Suarsih, “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Menerapkan
Metode Show and Tell Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pada Siswa Kelas II di SD Negeri Sumurbarang Kecamatan Cibogo Kabupaten Subang”,Jurnal Penelitian.Vol1.No. 1(2018).
13
kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Negeri Kampung Baru yang berumlah 20 anak yang dlibatkan sebagai ekpsperimen, sedangkan 25 anak kelompok B1 Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dilibatkan sebagai kelompok kontrol. Dari pemaparan di atas, peneliti berhasil melakukan penerapan menggunakan
metode Show and Tellyang dapat digunakan untuk
memecahkan permasalah dalam mengembangkan kemampuan
berbicara anak di kelompok B.11
4. Hasil Penelitian dari Nur Endah Romadhini dan Julianto dalam
jurnal yang berjudul Pengaruh Penerapan Metode Show and
Tell Diiringi Musik Terhadap Kepercayaan Diri Anak Kelompok A2 Di TK Muslimat NU 82 Sambisari Sidoarjo. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian Pre Experimental Design, sedangkan
untuk jenis penelitian menggunakan One Group Pre Test
Post-Test Design. Sebanyak 25 anak yang menjadi subyek penelitian dikelompok A2. Teknik pengumpulan data menggunakan alat penilaian berupa lembar observasi dan dokumentasi. Dari data tersebut peneliti menyimpulkan bahwa ada pengaruh dalam
11
Tania Permatasai, dkk, “Pengaruh Metode Show and Tell Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Gugus II Kecamatan Buleleng”. Jurnal Pendidikan. Vol 6.No. 2(2018).
14
penerapan meode show and tell diiringi musik terhadap
kepercayaan diri anak kelompok A2.12
5. Hasil Penelitian dari Laras Pangestuti dalam jurnal dengan
judul Pengaruh Metode Show and Tell Terhadap Kemampuan
Berbicara Anak Kelompok A di Taman Kanak-Kanak.
Peneitian ini digunakan agar peneliti mengetahui
pengaruhMetode Show and Tell terhadap kemampuan berbicara
anak. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen
dengan desain quasi eksperimen. Untuk teknik pengumpulan
datanya menggunakan observasi dan juga tes. Subyek penelitian difokuskan pada kelompok A TK ABA Pantisiwi Bantul yang terdapat 40 anak, sedangkan objek penelitiannya yakni kemampuan berbicara anak. Penelitian ini dikatakan berhasil, karena pada tahap siklus I hasil pre-test sekitar 6,63 anak naik pada siklus ke-II menjadi 8,47 sehingga hasil post-test naik kelompok eksperimen naik 1,9. Dengan begitu dapat diketahui bahwa mengalami peningkatan kemampuan berbicara
yang signifikan pada kelompok eksperimen dengan
menggunakan metode show and tell.13
Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang telah dipaparkanmenemukan, bahwa kebanyakan penelitian berhasil dalam
12
Nur Endah Romadhini dan Julianto, “Pengaruh Penerapan Metode Show and Tell diiringi musik Terhadap Kepercayaan Diri Anak Kelompok A2”.Jurnal Penelitian.Vol5. No. 2(2016)
13 Laras Pangestuti, “Pengaruh Metode Show and Tell Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A di Taman Kanak-kanak”.Jurnal penelitia.Vol9.No.5(2016).
15
melakukan penelitian dengan menggunakan metode show and tell untuk
meningkatkan berbagai permasalahan yang ada di sekolah baik dari peningkatan kemampuan berbicara anak, keterampilan berbicara anak, dan kepercayaan diri anak. Sehingga peneliti cukup optimis dalam melakukan penelitian, karna hasil penelitian terdahulu kebanyakan berhasil dalam
mengoperasikan metode show and tell.Di samping itu, peneliti juga
memiliki tambahan ilmu serta wawasan mengenai penelitian terdahulu, yang kemudian dapat dijadikan peneliti sebagai bahan acuan untuk dikaji lebih mendalam mengenai hasil dari penelitian dahulu.Peneliti juga berharap bila penelitian yang dilakukan di RAPerwanida Kemangsen juga dapat berhasil untuk meningkatkan kepercayaan diri anak di kelompok B2
dengan menggunakan metode show and tell.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dari keseluruhan penelitian terdiri dari 5 bab pembahasan. Adapun rinciannya meliputi:
Bab pertama, pada bab ini berisi mengenai latar belakang, rmusan masalah, tindakan yang dipilih, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan penelitian terdahulu. Isi dari masing-masing sub bab berbeda-beda dan menyesuaikan dari judul sub bab.
Bab kedua, pada bab ini berisikan mengenai penjelasan yang berupa kajian teori yang mengambil referensi dari buku, internet, jurnal dan lain sebagainya.
16
Bab ketiga,bab ini berisikan pemaparan yang berupa gambaran secara umum atau biasa disebut metode dan rencana penelitian. Pada bab
ketika ini berisi mengenai metode penelitian, setting penelitian dan
karakteristik subyek penelitian, variable yang diselidiki, rencana tindakan dari tiap siklus, dan lain-lain.
Bab keempat,bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian dan pembahasan tentang data-data kemudian menganalisisnya sehingga peneliti dapat mengetahui apakah penelitian yang dilakukannya berhasil dan sesuai target atau tidak yang dilakukan di RA Perwanida Kemangsen.
Bab kelima, bab kelima merupakan bab yang paling akhir sendiri karena berisikan penutup akhir skripsi. Isi dari bab kelima meliputi daftar pustaka, pernyataan keaslian tulisan, riwayat hidup, dan lampiran.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Kepercaya Diri
1. Pengertian Percaya Diri
Percaya diri merupakan keyakinan yang dimiliki seorang individu dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada dengan respon individu
yang tenang.14 Pengertian lain mengatakan, bahwa kepercayaan diri
merupakan keyakinan seseorang yang berhubungan dengan kemampuan untuk menerima dirinya sendiri dengan apa adanya, baik secara positif ataupun negatif yang ada pada dirinya. Orang dikatakan mempunyai kepercayaan diri apabila individu sudah merasa puas dengan dirinya. Biasanya kepercayaan diri akan lahir karna kesadaran individu itu sendri dalam melakukan berbagai persoalan yang ada dalam kehidupannya. Contoh gambarannya dalam kehidupan sehari-hari yakni, ada seorang anak yang memiliki kemampuan dalam bidang menggambar kemudian anak tesebut berani menunjukkan hasil gambarannya kepada orangtuanya maupun keluarganya. Hal tersebut merupakan ciri bahwa anak tersebut
memiliki kepercayaan diri terhadap dirinya sendiri.15
Umumnya anak usia dini memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda ada yang penakut, pemalu, cemas, mudah gelisah saat anak diberikan stimulus berupa pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dilontarkan oleh guru. Anak yang memiliki kepribadian yang kurang percaya diri biasanya
14 Ach Syaifullah, Tips Bisa Percaya Diri (Yogyakarta: Gerailmu. 2010), 49.
18
cenderung susah untuk berteman dengan anak lainnya dan sebaliknya anak yang memiliki kepribadian yang percaya diri akan mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya seperti lingkungan rumah, sekolah, dan tempat umum lainnya.
Menurut Samuel Smiles, orang yang percaya diri adalah orang yang berpeluang besar dapat memenangkan kompetensi dari setiap kesempatan yang ada, karena orang yang percaya diri cenderung lebih aktif dalam mengikuti kegiatan. Sedangkan menurut Syaifullah rasa percaya diri adalah hal yang paling penting dalam meraih sebuah mimpi yang di inginkan seseorang dalam hidupnya, tanpa adanya rasa percaya diri maka individu tersebut tidak akan berani melangkah untuk mengejar mimpi dan juga harapannya.16 Selain pendapat di atas, ada beberapa ahli yang juga mengungkapkan pendapatnya tentang kepercayaan diri anak, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut Wills (dalam buku Teori-teori Psikologi) kepercayaan
diri adalah keyakinan pada seseorang dalam mengatasi permasalahan yang ada melalui keadaan yang baik dan dapat menjadikan orang lain ikut bahagia dengan yang dilakukannya.
2. Lauster memberikan pendapatnya bahwa percaya diri dapat di
peroleh seseorang melalui pengalaman hidupnya. Baginya kepercayaan diri merupakan aspek yang terpenting dalam kemampuan yang di miliki oleh individu sehingga individu
19
tidak akan mudah terkena pengaruh orang lain, sehingga ia mampu melakukan tindakan sesuai dengan yang di inginkan.
3. Pendapat lainnya dari Anthony, menurutnya kepercayaan diri
adalah sikap seseorang yang mampu menerima keadaan secara nyata atau dalam kondisi sadar sehingga individu mampu
mencapai apapun sesuai dengan keinginannya.17
Beberapa pendapat yang membahas tentang kepercayaan diri anak, untuk itu peneliti juga harus memahami bahwa rasa percaya diri merupakan sikap pribadi seorang individu yang merasa yakin akan kemampuan yang di milikinya, sehingga akan memudahkannya dalam mengatasi permasalahan sehari-hari. Sebagai contohnya ketika penugasan yang di berikan guru pada anak kelompok B untuk mengerjakan tugas penjumlahan yang ada dipapan tulis. Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bila percaya diri pada anak sangatlah penting untuk orangtua kembangkan, sebab hal tersebut dapat berpengaruh pada tumbuh dan berkembangnya anak ketika dewasa. Tidak hanya di sekolah, dirumah juga orangtua harus tanggap dalam membangun sikap percaya diri anak. Caranya ketika anak sedang ada di rumah, ajak anak membaca puisi dan mintalah anak untuk membaca puisi di depan keluarganya dan jangan
sampai memaksa anak ketika tidak mau.18 Semakin orangtua memaksakan
kehendak pada anak, maka anak akan menjadi pribadi yang lebih pemalu,
17 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-teori Psikologi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), 34.
18 Iskarima Ratih, Super Confident Child: Tips Agar Anak Pemberani dan Percaya Diri (Yogyakarta: Imperium, 2009), 9.
20
minder (merasa kurang percaya diri). Yang dapat di lakukan orang tua ketika anak merasa kurang percaya diri, yakni dengan secara terus-menerus memberikan dorongan dan motivasi yang sifatnya positif bagi
anaknya. Sedangkan untuk guru di harapkan juga memberikan reward
ketika anak selesai melakukan kegiatan pembelajaran. Reward dapat
diartikan sebagai pemberian penghargaan berupa hadiah yang berfungsi agar anak tersebut lebih bersemangat dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran serta menumbuhkan rasa kepercayaan diri bagi anak.19
2. Proses Terbentuknya Percaya Diri
a. Terbentuknya percaya diri dapat melalui kepribadian yang baik dan
sesuai dengan proses perkembangan sehingga menciptakan kelebihan- kelebihan tertentu
b. Kelebihan yang di miliki nantinya akan menciptakan keyakinan
pada dirinya untuk dapat melakukan sesuatu dan melewati berbagai permasalahan yang ada
c. Kelebihan yang di miliki seseorang harus di manfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk mempermudah dalam menghadapi permasalahan yang ada dikehidupan
d. Sedangkan untuk seseorang yang memiliki kelemahan, harus
menerimanya dan berfikir positif bahwa setiap manusia pasti
19
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 77.
21
memiliki kelebihan dan juga kelemahan sehingga seseorang tidak
akan merasa rendah diri.20
Proses terbentuknya percaya diri tidaklah instant, melainkan
melalui beberapa tahapan. Mulai dari kepribadian yang baik sehingga menghasilkan kelebihan-kelebihan yang nantinya akan mampu melewati permasalahan. Walaupun begitu di balik kelebihan pastilah seorang individu juga memiliki kelemahan. Agar kelebihannya terbentuk secara maksimal maka yang dapat di lakukan orangtua maupun guru yakni melakukan percobaan dengan menghadapkan anak pada sebuah permasalahan kecil seperti penugasan sederhana ketika selesai guru memberikan penjelasan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi percaya diri nak menurut Bekti Setiti, antara lain sebagai berikut:
a. Faktor dari dalam, yakni:
1) Konsep Diri
Konsep diri yang di maksud adalah ketika seorang anak yang kurang percaya diri sedang mencoba bergaul
dengan teman sekelasnya. Pergaulan tersebut akan
mendapatkan dampak yang baik bagi anak yang kurang percaya diri, sebab ia akan mulai mencoba berinteraksi dengan sesama temannya. Di harapkan dari interaksi tersebut secara
22
perlahan-lahan anak menjadi lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan teman sekelasnya dan dengan orang lain.
2) Harga Diri
Menurut Sigmund Frend seorang anak yang memiliki harga diri dalam melakukan berbagai jenis kegiatan merupakan golongan anak yang merasa bahwa dirinya mampu. Sebaliknya bila anak tersebut memliki harga diri yang
kurang maka anak akan merasa rendah diri atau minder.21
Rendah diri yang di maksud adalah anak akan merasa tidak mampu melakukan apa yang bisa di lakukan temannya
sehingga hal itu membuat anak tergolong anak yang introvert.
3) Kondisi Fisik
Kondisi fisik yang dimaksud adalah ketika ada seorang anak yang memiliki kelainan fisik. Anak yang memiliki kelainan fisik rata-rata memiliki perasaan yang mudah sekali rendah diri dan mengakibatkan kurang percaya diri karena individu tersebut merasa bahwa kondisi fisik yang di alaminya membuat teman-temannya tidak ingin berinteraksi dengannya.
4) Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup merupakan berbagai macam hal yang pernah dialami oleh seseorang. Pengalaman disini dapat
23
berupa pengalaman yang baik maupun pengalaman yang buruk. Bila pengalaman baik akan membuatnya terkesan manis sedangkan pengalaman buruk akan membuat seseorang
itu memiliki memiliki perasaan kecewa sehingga
menimbulkan ia menjadi rendah diri (minder). 22
b. Faktor dari luar, meliputi:
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan dicapai seorang individu juga dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya. Apabila pendidikan yang di miliki rendah, otomatis akan berdampak pada rasa kepercayaan diri seorang anak. Oleh karena itu pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat kepercayaan diri anak.
2) Lingkungan
Lingkungan disini mencakup atas lingkungan di keluarga, sekolah, dan rumah (masyarakat). ketika anak berada di lingkungan keluarga maka sebaiknya keluarga tersebt memberikan sebuah interaksi sederhana seperti mengajak anak berbicara, mendengar keluh kesah anak ketika selesai sekolah, dan masih banyak lagi. Karena lingkungan keluarga merupakan faktor utama anak menjadi lebih terbuka dengan perasaannya sehingga membuat anak menjadi aman,
22 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2010), 38.
24
dan nyaman ketika berada didekat keluarganya. Sedangkan untuk lingkungan sekolah dan rumah (masyarakat) anak sedikit menutup diri dan lebih susah untuk di ajak berinteraksi. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika interaksi dilakukan secara terus menerus akan mampu membuat anak menjadi lebih terbuka sehingga tumbuhlah rasa percaya diri walaupun
prosesnya lama.23
Faktor yang mempengaruhi percaya diri dibagi menjadi 2, yakni faktor dari luar dan dalam. Faktor dari luar peneliti memfokuskan pada pendidikan dan lingkungan. Dari segi pendidikan dapat di lihat, demi semakin tinggi tingkat pendidikan yang di raih, maka semakin tinggi juga tingkat kepercayaan diri seseorang. Begitu juga dengan sebaliknya bila semakin rendah pendidikan seorang individu maka tingkat percaya dirinya juga akan semakin kecil. Selanjutnya untuk faktor lingkungan akan lebih mengarah pada interaksi anak dengan sekitarnya. Dan untuk faktor dalam peneliti menemukan ada 4 faktor menurut Bekti Setiti, antara lain konsep diri, harga diri, kondisi fisik, dan pengalaman hidup. Dari ke empat faktor tersebut nantinya akan memiliki keterkaitan yang satu dengan lainnya. Keterkaitan yang di inginkan yakni ketika anak melakukan interaksi
dengan orang lain maka anak harus berfikir secara positif bahwa apa yang
di lakukannya akan berdampak baik bagi perkembangannya terutama pada percaya diri anak.
23 Ewin Tri, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri, (14 April 2019).
http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kepercayaan-diri.html?m=0#
25
4. Karakteristik Percaya Diri
Menurut Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, anak yang percaya diri di golongkan anak yang mampu secara mandiri untuk mengerjakan penugasan dari guru. Anak yang mandiri pasti akan memiliki banyak manfaat, selain anak tersebut mudah dibentuk rasa percaya dirinya, kemandirian juga dapat membantu anak mengerti bagaimana kondisi lingkungan sekitarnya, dan membentuk anak menjadi pribadi yang pintar dalam melakukan berbagai jenis aktivitas melalui kegiatan yang di lakukannya, yang terakhir yakni dapat meningkatkan rasa tanggung jawab
dalam pribadi anak.24 Anita Lie mengungkapkan, karakteristik pasti
memiliki pengaruh dengan percaya diri anak. Dapat diketahui dari, anak yakin pada dirinya dalam arti, anak harus mampu menentukan apa yang di inginkannya tetapi anak juga harus menerima akibat dari keinginan yang di lakukannya, sehingga anak tidak akan bergantung pada keputusan orang
lain dan akan melakukan semuanya sesuai apa yang di inginkannya.25
Mengenai karakteristik tersebut kita dapat mengerti bila anak akan mampu secara mandiri dalam melakukan berbagai hal yang sesuai dengan keinginannya tanpa terpengaruh dari teman ataupun orang lain. Sehingga anak akan dengan bebas melakukan berbagai aktifitasnya tanpa menghirauan pandangan dari oranglain yang mengamatinya.
24
Yohana E. Hardjadinata, Batitaku Mandiri (Jakarta: Dian Rakyat, 2009), 19.
25 Anita Lie, Menjadi Orangtua Bijak 101 Cara Menumbuhkan Percaya Diri Anak (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003), 4.
26
5. Gejala tidak Percaya Diri pada Anak
Gejala-gejala yang muncul akibat anak tidak percaya diri menurut Thursan Hakim antara lain sebagai berikut:
a. Anak cengeng
Anak yang cengeng adalah anak yang sangat mudah menangis. Seperti ketika anak tersebut di dekati oleh wali murid yang lainnya, maka anak tersebut akan memberikan respon dengan menangis karena anak belum kenal dengan wali murid tersebut. Selain itu ketika berada di dalam kelas anak tersebut tidak mau di tinggal oleh orangtuanya sehingga menyebabkan orangtua juga harus ikut masuk ke dalam kelas.
b. Anak tidak berani sekolah (penakut)
Gejala ini sudah sangat sering terjadi ketika tahun ajaran baru berlangsung. Pada saat ini anak pertama kalinya akan melakukan kegiatan bersekolah dan seharusnya pada saat pertama kali anak memasuki jenjang sekolah orangtualah yang harus mengantarkan anak ke tempat sekolahnya. Saat itulah anak-anak merasakan dunia barunya ketika menginjakkan kaki disekolah. Awalnya anak akan merasa asing dengan keadaan tersebut sehingga menyebabkan anak tidak berani bersekolah. Dari suasana baru itu timbul sikap penakutnya apalagi bagi anak yang sudah memiliki kecenderungan tidak percaya diri.
27
c. Anak yang manja
Anak yang manja dengan anak yang penakut sangatlah berbeda. Anak yang manja merupakan anak yang selalu ingin di layani, seperti contohnya ada seorang anak selalu ingin ditemani ketika mengerjakan penugasan, diantarkan kesekolah hingga ditemani di dalam kelas. Anak yang manja cenderung tidak mau melakukan pekerjaan yang seharusnya ia bisa mengerjakan tetapi tidak mau dikerjakan.
d. Anak tidak berani tampil didepan kelas
Anak yang tidak berani tampil di depan kelas adalah anak yang merasa kurang percaya diri ketika diajak guru untuk bernyanyi, bercerita, dan menjawab persoalan yang diajukan guru di depan kelas.
Thursa Hakim telah menyebutkan, bila gejala yang dialami oleh anak yang tidak percaya diri tidaklah sedikit melainkan banyak seperti yang telah dijelaskan tadi. Gejala tersebut dapat muncul pada diri anak jika saja orangtua tidak peka terhadap tumbuh dan berkembangnya kepercayaan yang dimiliki oleh anaknya. Karena setiap anak memiliki pola kepribadian yang berbeda-beda. Untuk itu para orangtua harus juga tanggap bila anaknya memiliki gejala di atas berarti anak tersebut mengalami kurang percaya diri.
28
B. Metode Show and Tell
1. Pengertian Metode Show and Tell
H.A.R Tilaar mengemukakan pendapatnya mengenai Show and
tell, menurutnya show and tell merupakan kegiatan yang dilakukan secara sederhana yang lebih menekankan pada cara berkomunikasi anak dengan temannya. Tujuannya yakni, melatih anak berani (percaya diri) untuk maju ke depan kelas untuk melakukan kegiatan tersebut, membiasakan agar anak mudah merasa peka terhadap hal sederhana yang ada disekitarnya.26 Metode show and tell ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang tepat bila diaplikasikan pada proses pembelajaran anak, karena metode ini mampu meningkatkan kepercayaan diri anak, mampu melatih kemampuan berbicara anak. Kemampuan berbicara ini bisa di tinjau dari proses kemampuan
komunikasi anak kepada seluruh audiens (penonton).
Menurut Tadkiroatun Musfiroh metode show and tell
merupakan kegiatan untuk menunjukkan sesuatu di depan umum atau
didepan audiens.27 Dalam penerapannya juga dapat menggunakan
media sebagai alat untuk membantu mempermudah dalam melakukan
show and tell. Terbukti banyak dikalangan Negara tetangga seperti
Amerika dan juga Australia yang sudah menerapkan metode show and
tell. Sedangkan di Indonesia metode ini dianggap sama dengan
bercerita. Kenyataannya memang hampir sama tetapi yang
26
H.A.R Tilaar, Media Pembelajaran Aktif (Bandung: Nuansa Cendekia, 2017), 103.
27 Tadkiroatun Musfiroh, Show and Tell Edukatif: Panduan Pengembangan Sosial Skills Anak Usia Dini (Yogyakarta: Locus Tiara Wacana Group), 5.
29
membedakannya yakni apabila dari metode show and tell ini
teman-temannya atau audiens boleh bertanya langsung kepada anak yang
sedang melakukan show and tell, sedangkan kegiatan bercerita anak lebih mendengarkan bagaimana temannya menyampaikan isi cerita.
Bila dikaji lebih mendalam, metode show and tell mampu
meningkatkan kemampuan berpikir suatu objek (anak) agar dalam
menyampaikan show and tell anak tersebut dapat berbicara secara
teratur didepan penonton (audiens).28
Mengarah pada pemikiran beberapa ahli di atas kita dapat mengetahui tujuan dari metode show and tell ini agar anak menjadi berani tampil dalam kegiatan yang tidak hanya melalui show and tell
saja tetapi pada kegiatan lainnya. Karena pada metode show and tell
ini merujuk pada sesuatu yang ditunjuan di depan audiens atau di depan kelas yang dapat dilakukan dengan menggunakan media atau tanpa media yang dapat diselingi dengan melakukan tanya jawab secara langsung pada saat show and tell. Jika Negara tetangga dapat mengaplikasikannya ke dalam proses pembelajaran maka hal tersebut dapat kita lakukan pula disekolah-sekolah yang ada di Indonesia, sehingga kualitas dari adanya pendidikan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
28
Tadkiroatun Musfiroh, Show and Tell Edukatif: Panduan Pengembangan Social Skill Anak, (03 April 2019). http://www.tadkiroatun.education/show-and-tell-edukatif-panduan-pengembangan-social-skills-anak-usia-dini/.
30
2. Penerapan Metode Show and Tell
Tadkiroatun Musfiroh menjelaskan bila ada beberapa macam
show and tell yang dapat diterapkan disekolah, diantaranya ialah: a. Show and tell menggunakan barang milik anak (pribadi)
Anak dapat menggunakan benda yang dimilikinya. Barang ini berupa barang yang sangat disukai anak yang nantinya akan dipergunakan sebagai media dalam melakukan
show and tell. Biasanya guru ataupun peneliti akan mengarahkan benda yang tidak berbahaya dan aman untuk digunakan di dalam kelas
b. Show and tell menggunakan makanan
Anak juga dapat menggunakan media makanan yang dapat digunakan untuk menceritakan tentang rasanya, warna makanannya, bahan yang digunakan dalam membuatnya dan lain sebagainya.
c. Show and tell menggunakan gambar maupun foto
Melalui media gambar ataupun foto anak akan dengan mudah menstimulus kemampuan berbahasanya sehingga anak
tidak akan merasa kesusahan dalam penyampaiannya.29
Sedangkan H.A.R Tilaar menyatakan pendapatnya, bila show
and tell dapat menggunakan berbagai macam media sebagai
29 Tadkiroatun Musfiroh, Pengembangan Kecerdasan Majemuk (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), 34.
31
pendukung keberhasilan dari kegiatan show and tell anak. Media itu dapat berupa alat mainan, makanan, hadiah ketika ulangtahun, atau dapat berupa benda yang menurut anak paling berharga yang pernah anak miliki.30
Berbagai macam media yang dapat digunakan untuk
menerapkan show and tell disekolah, untuk itu haruslah dapat
mengenali karakter ataupun pribadi anak sehingga media yang dipilih tepat. Pemilihan media yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap
kecakapan anak dalam melakukan show and tell. Media tersebut
biasanya berupa media yang dianggap menarik bagi anak yang akan
melakukan show and tell, sehingga diharapkan anak mampu untuk
melakukannya. Melalui media tersebut akan secara langsung menarik
minat anak untuk percaya diri tampil di depan teman-temannya. Yang terpenting dari kegiatan ini adalah prosesnya. Artinya anak akan dinilai dari kemandiriannya dan pembendaharaan kosa-kata yang ia ceritakan.
3. Manfaat Metode Show and Tell
a) Show and tell mampu mengembangkan keterampilan berbicara
anak melaslui public speaking. Public speaking yang dimaksud
ialah kecakapan sosial dalam berbagai aspek yang dilakukan anak ketika melakukan kegiatannya. Kecakapan sosial anak dapat dilihat saat anak mampu mendengarkan dengan seksama (listening attentively)
32
b) Show and tell membantu problem solving pada anak. Problem solving ini ialah proses pembelajaran yang ada hubungannya dengan permasalahan pada anak. Bila di kaji lebih mendalam, konteks permasalahan anak inidapat dipecahkan dengan cara
anak melakukan show and tell.
c) Show and tell membuat anak menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, karena dalam proses pembelajarannya anak yang
mendengarkan tidak hanya diam melainkan harus
mendengarkan dengan seksama apa yang disampakan temannya, sedangkan untuk anak yang melakukan kegiatannya anak akan dituntut untuk bercerita tentang benda yang disukanya.31
Manfaat dari adanya anak melakukan kegiatan show and tell ini
sangatlah besar, sehingga orangtua tidak perlu khawatir apabila anak sedang melakukannya ketika berada di dalam rumah maupun di lingkungan sekolah. Orangtua harusnya bangga bila anak mampu melakukan kegiatan tersebut dengan benar dan lancar, sehingga yang awalnya penakut, minder (rendah diri) akan secara perlahan-lahan mulai menghilang perasaan tersebut karena peneliti pada kegiatan ini akan memfokuskan pada rasa kurang percaya diri yang dialami anak. untuk itu anak perlu dukungan dari orangtua dalam melakukan berbagai kegiatan positif yang dilakukannya.
31 Tadkiroatun Musfiroh, Show and Tell Edukatif Untuk Pengembangan Empati, Afiliasi-Resolusi Konflik, dan Kebiasaan Positif Anak Usia Dini. Vol. 2 No.41, November 2011, 130.
33
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Show and Tell
Kelebihan metode show and tell menurut Amode Taher dalam
buku Tadkiroatun musfiroh, yakni sebagai berikut:
a) Permainan show and tell ini cukup memerlukan media yang
sederhana, mudah di dapatkan disekitar, dan yang sesuai dengan apa yang di butuhkan oleh anak.
b) Dalam metode show and tell ini, ketika anak melakukan public
speaking sebaikan menggunakan benda-benda yang konkret (nyata) agar lebih mempermudah anak dalam penyampaian bercerita.
c) Membuat anak lebih aktif serta kosa kata anak menjadi
bertambah ketika proses pembelajarannya.32
Sedangkan untuk kekurangan, Ari Prasasti mengemukakan pendapatnya diantaranya, sebagai berikut:
a) Dalam menggunakan metode ini harus selalu diawasi oleh
guru, karena dalam metode ini membutuhkan bimbingan dari guru apabila anak tengah mengalami kesulitan.
b) Metode ini tidak dapat digunakan secara mendadak karena
metode ini memerlukan persiapan yang matang, seperti mempersiapkan benda atau pengalaman yang akan diceritakan oleh anak.33
32
Tadkiroatun Musfiroh, Show and Tell Edukatif: Panduan Pengembangan Sosial Skills Anak Usia Dini (Yogyakarta: Locus Tiara Wacana Group, 6.
33 Ari Prasasti, “Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Show and Tell pada Anak TK Kelompok B di TK ABA Kasihan”, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan, 2012), 42-43.
34
Pembelajaran melalui metode show and tell ini pastilah
memiliki kelebihan maupun kekurangan sama seperti kegiatan lainnya. Di kekurangannya guru haruslah ikut serta dalam membantu ketika anak kesulitan dalam penyampaiannya, sehingga metode ini kurang cocok bila dilakukan secara mendadak karena selain anak kurang siap guru juga akan mengalami hambatan yang cukup besar. Hambatanya dapat terjadi mulai dari anak akan bingung dengan metode ini karena metode ini termasuk metode yang belum banyak sekolah yang mengaplikasikan ke dalam proses pembelajaran. Sehingga guru terlebih dahulu harus mengenalkan metode ini kepada anak-anak dan
memberi tahu perbedaan antara metode bercerita dengan metode show
and tell ini. Setelah ini guru menjelaskan mengenai tahapannya, penerapannya sampai pada kelebihan dan kekurangan yang ada di dalam metode show and tell ini.
5. Langkah-langkah Pembelajaran melalui metode Show and Tell
untuk Meningkatkan Percaya Diri Anak
Menurut Takdiroatun Musfiroh metode show and tell ini sangat
tepat digunakan untuk menumbuhkan sikap percaya diri anak. Berikut
merupakan langkah-langkah dalam menggunakan metode show and
tell:
35
1. Anak-anak membentuk kelompok besar yang terdiri dari 6-8
anak
2. Guru membuka kegiatan dengan salam dan guru mengajak
salah seorang anak untuk memimpin do’a didepan kelas secara bersama-sama.
3. Selanjutnya guru mempersilahkan anak- anak menunjukkan
media yang digunakan untuk bercerita. fungsi benda yang di bawa anak yaitu untuk menstimulus ide anak untuk bercerita
4. Guru memberikan percontohan di depan anak-anak tata cara
melakukan show and tell dengan baik dan benar selama kurang
lebih 5 menit menggunakan benda nyata sehingga anak akan mudah terstimulus melalui hal tersebut.
5. Selanjutnya anak-anak mulai melakukan show and tell didepan
kelompok besar tersebut.
6. Memberikan kosa kata pada anak yang bersifat positif,
sehingga dapat membangun minat anak
7. Memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan benda
kesukaannya yang digunakan sebagai metode show and tell. 34
Berdasarkan pemaparan yang di sampakan di atas tentang pembelajaran untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, maka dapat menjadi acuan peneliti untuk melakukan kegiatan show and tell di
34
Tadkiroatun Musfiroh, Show and Tell Edukatif: Panduan Pengembangan Sosial Skills Anak Usia Dini (Yogyakarta: Locus Tiara Wacana Group), 35-36.
36
kelompok B2 RA Perwanida, dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan kepada anak-anak mengenai kegiatan yang
akan dilakukan
2) Guru memberikan percontohan untuk melakukan show and tell
di depan secara klasikal
3) Guru memberikan kesempatan bagi anak yang ingin maju
terlebih dahulu, bila tidak ada maka guru akan memanggili anak secara acak
4) Anak mulai melakukan show and tell di depan kelas
5) Guru memberikan stimulus kepada anak dengan cara
memberikan pertanyaan jika anak kesulitan dalam
menyampaikan maknanya
6) Setelah selesai melakukan show and tell, guru akan
memberikan pertanyaan yang berbeda dari setiap anak
7) Guru memberikan sebuah reward kepada masing-masing anak.
Adanya langkah-langkah yang telah disebutkan diatas kita tahu
bila dalam melakukan show and tell tidaklah semudah yang
dibayangkan, melainkan harus terlebih dahulu merancang kegiatan yang akan dilakukan sehingga sesuai dengan tingkat pencapaian yang diinginkan dari kegiatan show and tell. Tadzkiroatun Musfiroh juga mengatakan bila dalam melakukan show and tell di dalam kelas guru akan membentuk 4-5 kelompok dilihat dari jumlah anak di dalam satu
37
kelas. Sedangkan yang peneliti inginkankan saat menerapkan metode
show and tell yakni secara klasikal. Dari hal tersebut kita dapat memahami bila rancangan kegiatan demi masing-masing guru berbeda-beda sehingga keberhasilan kegiatan dapat di lihat dari keterlibatan anak dalam mengikutinya.
C. Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar, yang berarti
melakukan suatu kegiatan untuk mencari dan menimba ilmu.35 Sedangkan
pembelajaran anak usia dini merupakan pembelajaran yang lebih menekankan pada konsep belajar sambil bermain yang menyenangkan bagi anak. Karena pada dasarnya anak memiliki sifat khas yang aktif dalam melakukan berbagai kegiatan untuk memperoleh pengalaman baru dilingkungannya, maka aktivitas ini juga dapat disebut sebagai aktifitas
dari adanya pembelajaran.36 Kehidupan anak usia dini juga tidak lepas dari
adanya bermain, maka bila mengajak anak belajar juga harus diselingi dengan bermain, agar anak tidak merasa bosan dan jenuh.
Menurut Walker pembelajaran adalah perubahan dalam
melaksanakan tugas melalui pengalaman anak, dimana hubungan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, motivasi, dan juga kegiatan belajar. Pendapat lainnya menurut Wilkel, belajar
merupakan aktivitas psikis melalui interaksi dengan lingkungannya.
35
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), 15
38
Interaksi ini menghasilkan keterampilan, nilai sikap dan juga perubahan dalam pengetahuan mengenai pemahaman yang sifatnya tetap (konstan). Sedangkan menurut Cronbach, belajar merupakan petukaran perilaku dan sikap sebagai hasil dari pengalaman. Cronbach juga menganggap sebaik-baiknya belajar adalah belajar menggunakan pancaindra. Dengan kata lain belajar menurut Cronbach berarti dengan mengamati, meniru, membaca,
mencoba sesuatu. 37 Pembelajaran memang tidak pernah lepas bila
dihubungkan dengan bermain. Bermain sendiri adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan anak-anak untuk mencari kesenangan dengan cara melakukan eksplorasi dan menemukan hal-hal yang belum dia ketahui menjadi diketahui, karena selain menyenangkan bermain juga mampu meningkatkan keterampilan serta kemampuan yang dimiliki anak.
Metode show and tell ini sangatlah cocok diaplikasikan untuk
meningkatkan kepercayaan diri anak, sebabmetode show and tell ini dapat
melatih anak untuk percaya diri dalam menyampaikan cerita didepan umum dan juga dapat meningkatkan komunikasi lisan yang baik pada anak. Kegiatan bercerita ini dapat dilakukan melalui pengalamannya, dan bisa juga berasal dari benda yang di sukai anak. Karena bila melalui pengalaman ataupun benda yang anak sukai, anak akan dengan mudah bercerita karena hal tersebut berkaitan dengan sesuatu yang dianggap
berkesan bagi anak. kegiatan show and tell ini menganggap bahwa bukan
hasilnya yang terpenting melainkan proses ketika anak bercerita.
37 Riyanto Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 5.
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam menyusun sebuah pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian tindakan kelas.Dalam bahasa inggris arti dari penelitian tindakan kelas adalah
classroom action research.Action research adalah penelitian yang dilakukan di suatu ruang kelas, sehingga dapat dikatakan penelitian tindakan kelas yakni penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di dalam ruangan kelas dengan menggunakan refleksi diri sebagai metode utamanya, yang tujuannya agar guru dapat memperbaiki kinerja dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan dengan optimal dan hasil pembelajaran anak didik bertambah meningkat dari tingkatan sebelumnya.38Dari pengertian tersebut, dapat di simpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru atau peneliti di dalam kelas yang tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan diri anak di kelompok B2 melalui metode
show and tell di RA Perwanida. Penelitian ini menggunakan penelitian model Kemmis dan Tanggart yang terdiri dari 4 komponen seperti perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun pengertiannya yakni sebagai berikut:
38 Hamzah B. Uno, dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 39-41.
40
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses untuk menyusun rencana tindakan yang akan di lakukan untuk meningkatkan apa yang di inginkan peneliti sehingga bila ada permasalahan ketika penelitian, makaakan dapat teratasi dengan cepat, tepat, dan akurat sesuai yang disusun peneliti.Diharapkan dari adanya perencanaan ini, peneliti dapat melakukan kegiatan dengan lancar tanpa adanya masalah.
2. Tindakan
Tindakan merupakan perbuatan atau sesuatu yang dilakukan secara sadar oleh peneliti.Perbuatan tersebut dilakukan dengan bertujuan untuk membetulkan kekeliruan yang ada ketika penelitian sedang berlangsung.
3. Pengamatan
Pengamatan atau sering disebut observasi biasanya berhubungan dengan pendokumentasian. Dokumentasi dapat berupa foto maupun video ketika proses pembelajaran. Kegiatan
pengamatan perlu dilakukan dengan cermat, sebab
pendokumentasian dapat digunakan sebagai bukti bila sudah
melakukan penelitian.39
39
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 71-75.
41
4. Refleksi
Refleksi merupakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti dalam mempertimbangkan ulang untuk melakukan tindakan yang
sama dengan apa yang telah dicatat saat melakukan
observasi.40Refleksi juga dapat dikatakan sebagai alarm, karena refleksi mengingatkan peneliti untuk merenungkan kembali permasalahan yang ada kemudian akan dilakukannya kegiatan analisis.41
Gambar 3.1
Tahapan dari model Kemmis dan Tanggart:42
Sumber: Hamzah B. Uno, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional
40 Suwarsih Madya, Teori dan Praktik Penelitian dan Tindakan, (Bandung: Alfabeta, 2007), 63.
41Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), 75.
42 Ibid, 87. PELAKSANAAN PERENCANAAN SIKLUS I PENGAMATAN REFLEKSI PERENCANAAN PELAKSANAAN SIKLUS II PENGAMATAN REFLEKSI
42
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Setting/lokasi penelitian ini di laksanakan di RA Perwanida Kemangsen Balongbendo Sidoarjo.Penemuan RA Perwanida sebagai tempat lokasi penelitian, karena RA Perwanida ini merupakan tempat di mana peneliti melakukan pengajaran disekolah ini, sehingga dapat mempermudah dalam pelaksanaan penelitian.Penelitian ini di laksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2019 pada kegiatan show and tell
dengan pokok pembahasan mengenai peningkatan kepercayaan diri anak yang dilaksanakan di kelompok B2.Dengan karakteristik jumlah anak laki-laki sebanyak 10 anak dan perempuan sebanyak 7 anak.Dengan tingkat kecerdasan anak yang berbeda-beda dari 17 anak mulai dari rendah, sedang sampai tinggi.
C. Variabel yang Diselidiki
Dalam penelitian ini variabel yang di teliti yaitu: Peningkatan
Kepercayaan Diri Anak melalui Metode Show and Tell di kelompok B2
RA Perwanida kemangsen Balonbendo Sidoarjo. Adapun sub variabel yang diselidiki antara lain:
1. Variabel Input : Anak kelompok B2 di RA Perwanida
2. Variabel Proses : Metode Show and Tell