71
PENGARUH JENIS ALIRAN
SILENCER MUFFLER
KNALPOT TERHADAP
TINGKAT KEBISINGAN DAN EMISI GAS BUANG PADA KENDERAAN RODA
EMPAT KAPASITAS 1600 CC
Kristian Tarigan*, Amin Suhadi** SMK Immanuel Medan, Sumatera Utara*
Magister Teknik Mesin, Program Pascasarjana, Universitas Pancasila** Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aliran silencer muffler knalpot terhadap emisi gas buang dan kebisingan dengan memvariasikan jenis aliran dan putaran mesin. Penelitian dilakukan di Bengkel Resmi Auto 2000 Medan, dengan menggunakan kenderaan roda empat 1600 CC bahan bakar bensin melalui tingkat putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm dan 5000 rpm dengan media yang diuji mulai dari K0 (tanpa knalpot) dan jenis aliran silencer muffler knalpot K1, K2, K3, K4 dan K5, diuji
kebisingannya dengan menggunakan alat ukur Sound Level Meter dan emisi gas buang dengan menggunakan
alat ukur Automotive Emission Analyzer. Data ditabulasi dan dilanjutkan analisis menggunakan analisis of varians. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa jenis aliran silencermuffler knalpot dan variasi putaran mesin berpengaruh terhadap penurunan emisi gas buang dan kebisingan (dB), semakin panjang aliran silencer muffler knalpot maka semakin besar pengaruh terhadap emisi gas buang dan kebisingan (dB). knalpot berpengaruh 3 % terhadap emisi gas buang CO (%), 6 % terhadap emisi gas buang HC (ppm) dan 27 % terhadap kebisingan.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Sistem buang adalah saluran untuk
membuang sisa gas hasil pembakaran yang sangat panas dari dalam silinder ke atmosfer. Knalpot merupakan media pembuangan gas buang, dimana pipa pembuangan diharapkan mampu membawa semua sisa gas hasil pembakaran dari ruang bakar
kelingkungan, gas buang keluar dari ruang
pembakaran melalui sebuah pipa menuju exhaust
manifold, catalytic converter, dan muffle.
Muffler/knalpot adalah sistem pembuangan yang juga berfungsi untuk meredam kebisingan, baik itu sepeda motor, mobil maupun kenderaan lainnya. Sistem pembuangan dirancang sedemikian rupa diharapkan mampu meredam kebisingan yang begitu keras yang dikeluarkan oleh kenderaan bermotor. Kebisingan di luar ambang batas dapat menggangu kesehatan dan konsentrasi manusia sehingga menurunkan kinerja dan tingka produktifitas manusia, selain itu merusak telinga dan bisa menaikkan tekanan darah serta
dampak lainnya. Dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 07 Tahun 2009 disebutkan bahwa batas maksimal kebisingan motor bermesin dibawah 80 cc adalah 80 desibel (dB) dan motor bermesin 80 – 175 cc maksimal 90 dB. Sedangkan untuk yang bermesin diatas 175 cc kebisingan tidak boleh lebih dari 90 dB. Selain dari pada itu kuranglebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun
lingkungan. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat dari tahun ketahun, menurut data terakhir dari Gaikindo pertumbuhan pasar penjualan kendaraan baru untuk roda 4 naik hampir 25% pada tahun 2010. Sedangkan pertumbuhan pasar penjualan kenderaan naik hampir 35 % pada tahun2013 [2] sehingga polusi akibat emisi kendaraan akan semakin berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Ambang batas emisi gas buang menurut Keputusan Gubernur DIY No. 67 Tahun 2003 Tentang Ambang Batas Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak, untuk emisi gas buang karbon monoksida (CO) adalah sebesar 4,5 persen serta Hidrocarbon HC 1200 ppm. Salah satu faktor penyebab kebisingan dan emisi gas buang tersebut terletak pada jenis aliran silencer yang terdapat pada
muffler, karena banyak sekali beredar di pasar knalpot yang tidak memikirkan tentang emisi yang dihasilkan namun hanya berdasarkan pada bentuk dan desain yang menarik serta suara yang disukai oleh konsumen tetapi tidak memikirkan efek samping dari pada rancangan tersebut. Jenis aliran silencer pada muffler
sangat berpengaruh pada emisi suara dan gas buang yang dihasilkan oleh muffler dimana semakin panjang dan luas aliran yang dilalui gas buang maka kemampuan daya serap dari pada muffler tersebut terhadap suara dan gas buang pun semakin baik.
Berdasarkan bebera permasalahan diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh jenis aliran silencer muffler knalpot terhadap tingkat kebisingan dan emisi gas buang dan diharapkan penelitian ini bisa menjadi solusi untuk permasalahan-permasalan tersebut.
72 1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
disusun diatas maka dapat ditarik beberapa
permasalahan yang timbul dari pengaruh knalpot terhadap emisi gas buang dan kebisingan antara lain :
a. Kebisingan di luar ambang batas dapat
menggangu kesehatan dan konsentrasi manusia sehingga menurunkan kinerja dan tingka produktifitas manusia, selain itu merusak telinga dan bisa menaikkan tekanan darah serta dampak lainnya.
b. Emisi gas buang dari kendaraan bermotor dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap kesehatan manusia maupun lingkungan.
c. Banyak sekali beredar di pasar knalpot yang tidak
memikirkan tentang emisi yang dihasilkan namun hanya berdasarkan pada bentuk dan desain yang menarik serta suara yang disukai oleh konsumen tetapi tidak memikirkan efek samping dari pada rancangan tersebut.
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana pengaruh variasi jenis aliran silencer muffler knalpot terhadap kebisingan pada putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm dan 5000 rpm?
b. Bagaimana pengaruh variasi jenis aliran silencer muffler knalpot terhadap emisi gas buang pada putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm dan 5000 rpm?
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
a. Mengetahui pengaruh variasi jenis aliran silencer muffler knalpot terhadap kebisingan pada putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm dan 5000 rpm
b. Mengetahui pengaruh variasi jenis aliran silencer muffler knalpot terhadap emisi gas buang pada putaran 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm dan 5000 rpm
1.4 Manfaat penelitian
a. Setelah diketahui jenis knalpot mana yang paling
baik menurunkan kebisingan dan emisi gas buang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat luas untuk lebih tepat lagi dalam memilih knalpot
yang dipakai pada kenderaanya sehingga
mengurangi kebisingan dan emisi gas buang.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan
bagi pengembang penelitian dimasa yang akan datang.
II METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang dipilih untuk penelitian adalah eksperimen. Dengan metode eksperimen dapat
digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
terhadap faktor lain pada kondisi yang terkendali. Variasi uji yaitu mulai dari pengujian tanpa knalpot (K0), variasi knalpot K1, variasi knalpot K2, variasi knalpot K3, variasi knalpot K4 dan variasi knalpot K5. Variasi putaran mesin yang berbeda yaitu kondisi 1000 rpm, 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, dan 5000 rpm.
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini ada dua yaitu, variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat ada 3 yaitu kebisingan (dB) emisi gas buang Carbon Monoksida CO, dan Hydro Carbon HC.
2. Media dan Peralatan Uji
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mobil Daihatsu 1600 CC bahan bakar bensin, Sound level meter digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan dan Automotive Emission Analyzer digunakan untuk mengukur emisi gas buang yang dihasilkan. Tacho Meter digunakan untuk mengukur variasi putaran mesin.
3. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data penelitian digunakan statistik parametrik Analisis of Variance. Dengan teknik analisis ini dapat diketahui pengaruh terhadap emisi gas buang CO, HC dan kebisingan dB melalui variasi jenis aliran muffler .
III DASAR TEORI
Motor bakar empat langkah adalah mesin pembakaran dalam dimana dalam satu kali siklus pembakaran akan mengalami empat langkah piston. Sekarang ini, mesin pembakaran dalam pada mobil, sepeda motor, truk, kapal, alat berat dan sebagainya, umumnya menggunakan siklus empat langkah.Empat
langkah tersebut meliputi langkah hisap
(pemasukan), kompresi, tenaga dan langkah
buang.Yang secara keseluruhan memerlukan dua putaran poros engkol (crankshaft) per satu siklus pada mesin bensin atau mesin diesel. (1).
1. Sistem pembuangan
Ketika piston hampir mendekati TMA, busi menyala dan memicu terjadinya pembakaran yang mengakibatkan piston kembali bergerak ke TMB
untuk melakukan langkah kerja. Piston
memindahkan energi dari hasil pembakaran untuk menggerakkan crankshaft dan kemudian katub buang terbuka untuk memulai terjadinya pembuangan gas sisa pembakaran keluar silinder. Berhubung tekanan gas buang tersebut masih cukup tinggi, hal ini menyebabkan keluarnya gas sisa pembakaran secara cepat (blowdown). Gelombang tekanan terus tercipta
73 selama katup buang terbuka. Gas ini bergerak pada
kecepatan tinggi.
Gas buang ini akan cepat menuju saluran buang menuju muffler/knalpot. Didalam knalpot, gas
buang berekspansi seiring dengan menjalarnya
gelombang tekanan tersebut ke seluruh bagian dalam knalpot sesuai rancangannya dan berakhir ke luar ke tail/pipe/ mulut knalpot
2. Knalpot atau muffler
Saat katup buang terbuka, gas yang terbakar dibebaskan ke pipa buang pada kecepatan yang sangat tinggi, dengan tekanan sekitar 3-5 kg/cm2 dan suhu
sekitar 600 – 800oC. Jika gas buang dengan
temperatur dan tekanan yang tinggi ini langsung dilepaskan ke atmosfir, gas akan mengembang sangat cepat, menghasilkan suara ledakan yang keras. Aksi ini menimbulkan gelombang suara yang merambat sepanjang aliran gas dan bergerak jauh lebih cepat dari gasnya sendiri.
Perdam suara (muffler) digunakan untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Gas buang disalurkan melalui peredam suara (muffler) agar tekanan dan suhunya turun sehingga suara ledakan yang keras dapat diredam. Penggunaan pipa berlubang dan bafle memungkinkan gas buang berekspansi ke area antara tabung dan selubung terluar dari muffler.
Ekspansi ini memperlambat dan mendinginkan aliran gas buang sehingga mengurangi suara kebisingan tanpa menghalangi aliran gas buang.
3. Bising
Bising adalah suara keras yang mengganggu, ini umumnya disebabkan oleh kenaikan tekanan bunyi itu sendiri. Kebisingan dapat dirasakan apabila pada bunyi tersebut mempunyai tekanan diatas 60 dB. 4. Absorpsivitas dan refleksitas bunyi
Penyeparan bunyi (Acoistic Absorption)
merujuk pada kehilangan energi terjadi ketika
gelombang bunyi menabrak menabrak dan
dipantulkan dari suatu permukaan benda.Kata
“Absorpsi” sering digunakan oleh orang-orang dengan mengakaitkan aksi dari sebuah bunga karang ketika terendam air. Proses pemindahan daya bunyi dari suatu ruang tertentu, dalam mengurangi tingkat tekanan bunyi dalam volume tertentu, dikenal sebagai penyerapan bunyi. Proses ini berkaitan dengan penurunan jumlah energi bunyi dari udara yang menjalar hingga ia mengenai suatu media berpori atau fleksibel. Bagian energi terserap ketika gelombang bunyi dipantulkan darinya disebut dengan koefisien serapan bunyi dari material.Harga koefisien ini bergantung dari sifat material, frekuensi bunyi dan sudut gelombang bunyi ketika mengenai permukaan material tersebut. Secara matematis dapat dituliskan seperti rumus berikut :
Yang mana : Z2 =
5. Emisi Gas Buang
Bila bensin terbakar, maka akan terjadi reaksi dengan oksigen membentuk karbon dioksida (CO2)
dan air (H2O). Gas bekas umumnya terdiri dari gas
yangtidak beracun N2 (Nitrogen), dan H2O (uap air)
dan sebagian kecil merupakan gas beracun seperti gas
CO2 (gas Carbon), CO, HC, dan Nox (Oksid
Nitrogen) yang sekarang sangat populer dalam gas bekas maupun gas buang adalah gas yang beracun.
Tabel 1 Sifat – sifat Gas Buang Hasil Pembakaran
CO (Carbon Monokside) HC (Hydro Carbon) Nox (Oxide Nitrogen)
- Zat gas tidak berwarna
dan tidak berbau
- Tidak mudah larut
dalam air
- Perbandingan berat
terhadap udara (1 Atm0C) 0,967
- Didalam udara bila
diberikan api akan terbakar dengan mengeluarkan asap biru dan menjadi CO2
(Carbon diokside)
- Sebelum zat yang
merupakan ikatan kimia hanya dari carbon (C) dan Hydrogen (H) saja
- Bentuk kimianya
dibagi menjadi parafine, naftaline, olefine dan aromatic
N2O karena tidak aktif, tidak menjadi
persoalan
- Terutama berbentuk NO, NO2,
dan N2O.
- NO adalah gas yang tidak
berwarna tidak berbau, sukar laut dalam air, di dalam udara karena gesekan akan menjadi
NO2.
- NO2 adalah zat gas berwarna
agak kemerahan dan sedikit berbau, mudah larut dalam air
bereaksi dengan air menjadi asam nitrit atau nitrat.
74 IV HASIL dan PEMBAHASAN
Tabel 2 Data Hasil Pengujian CO (%) Trial
number
Faktor A Faktor B Hasil Pengujian
CO (%) Standar 4,5 %
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Rata-rata
1 K0 1000 1,4 1,5 1,55 1,6 1,4 1,21 2 K0 2000 1 1,1 1 1 1,1 0,82 3 K0 3000 0,62 0,61 0,68 0,68 0,99 0,518 4 K0 4000 0,58 0,59 0,58 0,57 0,58 0,464 5 K0 5000 0,71 0,72 0,71 0,73 0,7 0,574 6 K1 1000 1,19 1,2 1,17 1,21 1,18 1,19 7 K1 2000 0,81 0,79 0,8 0,81 0,82 0,806 8 K1 3000 0,41 0,4 0,42 0,41 0,43 0,414 9 K1 4000 0,47 0,48 0,46 0,47 0,45 0,466 10 K1 5000 0,81 0,83 0,81 0,8 0,83 0,816 11 K2 1000 1,15 1,13 1,17 1,16 1,13 1,148 12 K2 2000 0,7 0,71 0,7 0,81 0,79 0,742 13 K2 3000 0,19 0,2 0,19 0,19 0,21 0,196 14 K2 4000 0,37 0,38 0,4 0,38 0,41 0,388 15 K2 5000 0,71 0,73 0,75 0,74 0,73 0,732 16 K3 1000 1,01 0,98 0,95 0,99 1,03 0,992 17 K3 2000 0,66 0,66 0,68 0,67 0,67 0,668 18 K3 3000 0,48 0,46 0,48 0,47 0,49 0,476 19 K3 4000 0,3 0,31 0,32 0,3 0,29 0,304 20 K3 5000 0,21 0,2 0,23 0,21 0,26 0,222 21 K4 1000 0,73 0,72 0,73 0,71 0,72 0,722 22 K4 2000 0,67 0,66 0,68 0,67 0,66 0,668 23 K4 3000 0,53 0,52 0,53 0,52 0,51 0,522 24 K4 4000 0,36 0,35 0,34 0,35 0,34 0,348 25 K4 5000 0,23 0,2 0,23 0,24 0,21 0,222 26 K5 1000 0,64 0,61 0,63 0,62 0,64 0,628 27 K5 2000 0,51 0,51 0,52 0,53 0,52 0,518 28 K5 3000 0,42 0,42 0,43 0,41 0,43 0,422 29 K5 4000 0,37 0,34 0,36 0,36 0,35 0,356 30 K5 5000 0,19 0,16 0,17 0,25 0,22 0,198
a. Data Pengujian Emisi Gas Buang HC (ppm)
Tabel 3 Uji emisi gas buang HC dengan menggunakan Automotive Emission Analyzer Trial
number
Faktor A Faktor B Hasil Pengujian
HC (ppm) standar 1200 ppm
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Rata-rata
1 K0 1000 615 614 634 644 655 632,4 2 K0 2000 586 516 515 586 586 557,8 3 K0 3000 440 410 415 440 440 429 4 K0 4000 357 347 317 357 357 347 5 K0 5000 295 296 286 297 296 294 6 K1 1000 544 543 542 539 544 542,4 7 K1 2000 486 486 485 487 483 485,4 8 K1 3000 340 341 340 345 342 341,6 9 K1 4000 257 260 256 257 259 257,8
75 Trial
number
Faktor A Faktor B Hasil Pengujian
HC (ppm) standar 1200 ppm
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Rata-rata
10 K1 5000 196 195 198 197 196 196,4 11 K2 1000 444 443 442 441 445 443 12 K2 2000 386 379 385 385 379 382,8 13 K2 3000 240 241 243 241 242 241,4 14 K2 4000 188 190 187 191 188 188,8 15 K2 5000 187 186 189 186 187 187 16 K3 1000 325 330 327 320 321 324,6 17 K3 2000 277 272 273 279 270 274,2 18 K3 3000 201 212 215 210 209 209,4 19 K3 4000 187 184 181 181 185 183,6 20 K3 5000 154 157 155 153 156 155 21 K4 1000 311 302 305 301 314 306,6 22 K4 2000 256 255 258 260 257 257,2 23 K4 3000 213 212 215 215 211 213,2 24 K4 4000 133 134 131 132 134 132,8 25 K4 5000 129 128 129 124 131 128,2 26 K5 1000 251 252 248 249 250 250 27 K5 2000 210 211 209 219 215 212,8 28 K5 3000 173 180 175 176 180 176,8 29 K5 4000 110 112 113 110 114 111,8 30 K5 5000 112 114 111 112 113 112,4
b. Data Pengujian Tingkat Kebisingan .
Tabel.4 Data Hasil Pengujian tingkat kebisingan (dB) Trial
number
Faktor A Faktor B Hasil Pengujian
Tingkat kebisingan (dB) standar 90 dB
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Rata-rata
1 K0 1000 73,4 73,6 73,9 73,68 73,6 73,9 2 K0 2000 76,8 76,4 76,2 76,52 76,3 76,9 3 K0 3000 82,5 83,1 82,3 82,68 82,6 82,9 4 K0 4000 91,8 91,4 91,5 91,26 90,1 91,5 5 K0 5000 104,5 103,4 104,6 104,14 102,9 105,3 6 K1 1000 71,2 71,7 71,3 71,4 70,9 71,3 7 K1 2000 75,3 75,1 75,5 75,3 75,5 75,34 8 K1 3000 80,7 81,8 82,4 81,3 82,4 81,72 9 K1 4000 89,3 89,5 89,9 89,5 89,5 89,54 10 K1 5000 92,3 93,1 93,2 93,1 92,9 92,92 11 K2 1000 69,3 68,9 69,2 68,8 70,1 69,26 12 K2 2000 73,9 73,1 73,8 73,8 74,1 73,74 13 K2 3000 78,9 79,1 79,1 78,9 79,2 79,04 14 K2 4000 87,2 87,3 88,4 87,3 87,9 87,62 15 K2 5000 91,4 92,1 91,3 92,1 92,1 91,8 16 K3 1000 67,3 66,9 67,1 66,8 67,2 67,06 17 K3 2000 69,1 70,3 69,3 70,1 70,3 69,82 18 K3 3000 74,3 73,7 73,6 73,9 74,3 73,96 19 K3 4000 80,1 79,9 80,1 79,8 79,7 79,92 20 K3 5000 87,2 87,3 88,4 87,3 87,9 87,62 21 K4 1000 66,9 67,1 67,2 66,8 66,7 66,94
76 Trial
number
Faktor A Faktor B Hasil Pengujian
Tingkat kebisingan (dB) standar 90 dB
Test 1 Test 2 Test 3 Test 4 Test 5 Rata-rata
22 K4 2000 68,1 69,8 68,4 68,9 68,1 68,66 23 K4 3000 73,4 73,9 72,3 72,3 73,2 73,02 24 K4 4000 79,1 79,1 78,9 78,5 78,9 78,9 25 K4 5000 86,9 86,2 85,9 87,1 86,9 86,6 26 K5 1000 66,7 67,1 66,9 66,8 66,7 66,84 27 K5 2000 67,9 68,1 88,2 68,3 67,9 72,08 28 K5 3000 72,9 73,1 72,3 72,3 73,1 72,74 29 K5 4000 80,1 78,9 78,7 78,5 80,1 79,26 30 K5 5000 85,9 86 85,7 85,8 86,1 85,9
c. Grafik Respon Rerata
Dari data-data penelitian maka dapat disajikan grafik rerata respon penelitian emisi gas buang CO, HC dan Kebisingan dB.
77 Gambar 2 Grafik Respon Rerata Emisi Gas Buang HC (ppm)
Gambar 3 Grafik Kebisingan Vs Putaran V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diambil
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan selama proses
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh jenis aliran silincer muffler knalpot terhadap emisi gas CO (%) dimana output emisi CO (%) menurun seiring dengan panjang aliran silincer muffler knalpot, penurunan emisi CO (%) terbesar terjadi pada jenis aliran silincer knalpot 5 diikuti dengan knalpot 4,3,2,1,dan 0. Faktor variasi
putaran berpengaruh sangat besar
terhadap emisi gas buang CO (%) yaitu sebesar 84 % (berpengaruh signifikan).
Sementara untuk variasi knalpot
berpengaruh 3 % terhadap emisi gas buang CO (%) yang dihasilkan. Total keseluruhan adalah 87% selebihnya adalah persentase interaksi faktor dan faktor error.
2. Terdapat pengaruh jenis aliran silincer muffler knalpot terhadap kebisingan dimana output emisi gas buang HC (ppm) menurun seiring dengan panjang aliran silincer knlpot muffler, penurunan emisi gas buang HC (ppm) terbesar terjadi pada jenis aliran silincer knalpot 5 diikuti dengan knalpot 4,3,2,1, dan 0. Faktor variasi putaran berpengaruh sangat besar terhadap emisi gas buang
HC (ppm) yaitu sebesar 89 %
(berpengaruh signifikan). Sementara variasi knalpot berpengaruh 6 % terhadap emisi gas buang HC (%) yang
78 dihasilkan. Total keseluruhan adalah
95,4% selebihnya adalah persentase interaksi faktor dan faktor error. 3. Terdapat pengaruh jenis aliran silincer
muffler knalpot terhadap kebisingan dimana output kebisingan knalpot menurun seiring dengan panjang aliran silincer muffler knalpot, penurunan output kebisingan terbesar terjadi pada jenis aliran silincer knalpot 5 diikuti dengan knalpot 4,3,2,1,dan 0. Besar
pengaruh tiap variabel terhadap
kebisingan (dB) faktor putaran
berpengaruh sangat besar terhadap
kebisingan, yaitu sebesar 65 %
(berpengaruh signifikan), sementara
knalpot berpengaruh 27 % terhadap
kebisingan yang dihasilkan. Total
keseluruhan adalah 92,1% selebihnya adalah persentase interaksi faktor dan faktor error.
5.2 Saran
1. Untuk peneliti lanjutan, perlu dilakukan
variasi putaran yang lebih variatif sehingga mendapat hasil yang lebih sempurna.
2. Penelitian ini hanya sebatas dilakukan di laboratorium, dalam penelitian ini tidak memperhitungkan jumlah bahan dan biaya konstruksi yang digunakan. Daftar Pustaka
1. Philip Kristanto, 2015. Motor
BakarTorak, Jogyakarta: Andi
2. Gerges. S.N.Y and Jordan R. 2006.
Muffler Modeling by Transfer Matrix Method and Experimental Verification,
3. Wu .T.W. Boundary. 2003. Element
Analis of Reactive Mufflers and Packed Silincers with Catalyst Convewrters. T.W.wu /Electronic Journal of Boundary Element. Vol 1,no2. pp. 238-235
4. WirantoArismunandar. 2005. Motor
Bakar Torak, Edisi Kelima :ITB
5. BPM Arends. 2013. Motor Bensin :
Erlangga
6. Jebasinki. Roff, Eberspacer.J,
Calculation Of The Tail Pipe Noise Of Exhaust System with Wave, Germany.
7. Martinus Putra, 2012. Efek Perubahan
Aliran Gas Buang Dalam Knalpot Untuk Diterapkan Pada Mesin Kapal Klotok 10 HP
8. Supriyadi. 2010. Pengaruh Variasi
Putaran Mesin Terhadap Kebisingan (Noise) Pada Knalpot Komposit Yang Dilengkapi Saluran Dalam Ganda Pada Mobil Bensin 7K.
9. Departemen Pendidikan dan
Keudayaan. 2004. “OTO KR 02. 020.
01 Informasi Memelihara/Service
Sistem Kontrol Emisi”, Jakarta
10. Astra Daihatsu Motor, PT. 2001.
Training Manual Jakarta. Service
Division
11. Eyanoer, H. Isranurni I. Pengendalian Kebisingan Industri, Program Pasca Sarjana USU.