• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Biji Picung Muda (Pangium edule Reinw) sebagai Pengawet Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Biji Picung Muda (Pangium edule Reinw) sebagai Pengawet Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN (e):

2657-1692

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

26

Pengaruh Biji Picung Muda

(Pangium edule

Reinw) sebagai Pengawet Ikan

Nila Merah

(Oreochromis niloticus)

The Effect of young seeds picung (

Pangium edule Reinw

) as Fish

Preservatives to Red Tilapia (

Oreochromis niloticus

)

1*), 2**) , 3 123

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Malang, Indonesia.

ABSTRAK

Budidaya ikan di Indonesia paling banyak diminati adalah ikan nila. Ikan mengalami penurunan kualitas secara fisik setelah kurang lebih 2 jam setelah kematiannya. Ikan dapat terjamin kualitas kesegarannya usaha yang dilakukan adalah pengawetan. Beberapa masyarakat masih menggunakan pengawetan dengan metode pendinginan, pengeringan, pengasapan, penggaraman dan bahkan formalin. Penelitian ini menggunakan pengawetan secara alami, yaitu pemberian lumuran pasta biji picung mudah (Pangium edule Reinw). Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu pelumuran pasta sebagai pengawet alami terhadap rasio kesegaran daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada setiap perlakuan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, ada empat perlakuan pertama yaitu ikan nila merah tanpa diberi pelumuran pada suhu 26˚C dan 18˚C. Kedua ikan nila merah dilumuri biji picung halus setebal 3 mm pada suhu 26˚C dan 18˚C. Penilaian kenampakan secara fisik dilakukan dengan scoring organoleptik ikan segar dan uji Friedman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ikan nila merah yang dilumuri oleh biji picung muda ketebalan 3mm dengan suhu pendingin 18˚C memiliki skor nilai rata-rata mata 6,93, insang 7,68, bau 7,77 dan tekstur 8,5 dengan lama waktu simpan selama 168 jam.

Kata kunci: organoleptik, lumuran pasta, lama waktu segar

ABSTRACT

The most popular fish farmers in Indonesia are tilapia. A decreasing in physical quality of fish after approximately 2 hours of death. The fish can be guaranteed the quality of freshness with preservation. Some people still use preservation by cooling, drying, fumigating, salting and even the formalin substances. This research use natural preservation that use young seed of Picung (Pangiumedule Reinw). The aim of research was to determine the effect of the covered pasta duration as a natural preservative against the ratio freshness of red tilapia (Oreochromisniloticus) meat in each treatment. This study used an experimental method consist four treatment; first, without covered pasta at 26 and 18 oC. The second, the 3 mm of covered pasta of fish at 26 and 18 oC. The assessment of physical appearance performed by organoleptic scoring of fresh fish and Friedman test. The results of this study indicate that red tilapia which is covered with 3mm thickness of Picung young seeds with a refrigerator temperature of 18˚C has score value of the average; eye 6.93, gills 7.68, smell 7.77 and texture 8.5 with at long time fresh of 168 hours.

Keywords:organoleptic, covered pasta, long time fresh

*)

Mariyana. Jurusan Biologi FMIPA UNISMA. Jl. Mayjen Haryono 193 Malang 65144 Telp. 085708984985 email: mariyana.santoso12@gmail.com

**)

Hari Santoso. Jurusan Biologi FMIPA UNISMA. Jl. Mayjen Haryono 193 Malang 65144 Telp. 081349701668 email: harisantoso.m.biomed@gmail.com

(2)

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

27

Pendahuluan

Menurut Tran et al., peningkatan hasil produk perairan tertinggi adalah di Indonesia yaitu sebesar 23% untuk pembudidaya ikan nila [1]. Ikan dapat dikategorikan bahan pangan yang mudah rusak dan mengalami kemunduran mutu. Ikan mempunyai kadar air tinggi yakni 80%, pH tubuh yang mendekati netral [2]. Kesegaran pada ikan dapat diketahui dengan melakukan pengamatan makroskopis pada organ-organ tubuh ikan seperti mata dan insang. Pengamatan yang dilakukan secara fisik berdasarkan bau dan tekstur.

Akibat yang terjadi dari kerusakan produk ikan dapat mengurangi kandungan protein, dan penurunan kualitas gizi. Ikan mengandung asam lemak tidak jenuh cukup tinggi. Penggunaan panas dalam pengolahannya menyebabkan kerusakan pada produk olahan perikanan [3]. Agar ikan dapat terjamin kualitas dan kesegaranya dapat dilakukan dengan meggunakan metote pendinginan, pengeringan atau pengasapan dan penggaraman. Bahkan ada masyarakat yang masih sering menggunakan bahan berbahaya seperti formalin. Penggunaan formalin ini tidak dianjurkan karena sangat mengganggu kesehatan.

Penelitian ini mencoba untuk menggunakan pengawetan secara alami yaitu dari tumbuhan. Picung atau yang biasa disebut kluwek. Picung terdapat diseluruh Indonesia maka dari itu sangat memungkinkan untuk mendapatkannya. Tumbuhan picung ini yang dimanfaatkan yaitu bagian biji yang masih muda.

Picung sebagai antimikroba dan pengawet pangan, terkandungnya asam sianida, tannin, asam hidnokarpat, khaulmograt dan garlat. Biji picung juga dimanfaatkan untuk bahan pangan secara tradisional di Indonesia dan selain itu juga digunakan untuk obat [4].

Sebelum dilakukan penelitian utama terlebih dahulu dilaksanakan penelitian pendahuluan. Ikan nila merah diberi perlakuan dengan pelumuran biji picung muda ketebalan 1mm, 2mm dan 3mm. Pada ketebalan 1mm dengan suhu 26˚C diperoleh hasil ketahanan hingga 18jam, selanjutnya pada ketebalan 2mm pada suhu 26˚C diperoleh hasil ketahanan hingga 32jam. Sedangkan pada ikan yang dilumuri biji picung muda dengan ketebalan 3mm pada suhu 26 ˚C memperoleh ketahanan waktu hingga 40 jam. Sehingga dalam penelitian ini dengan permasalahan yang ada, menggunakan pelumuran biji picung muda dengan ketebalan 3mm yang akan dilumurkan pada ikan nila merah. Tujuan dari dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama waktu pelumuran pasta sebagai pengawet alami terhadap rasio kesegaran daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada setiap perlakuan.

Material dan Metode

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Air bersih, Biji picung muda (Pangium edule Reinw)

diperoleh dar

i Desa Lebakharjo Kecamatan Ampelgading Malang, Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) diperoleh penjual ikan di splindid Malang.

Alat digunakan sebagai berikut: Tupperware, Ember, Parafin blok, Pipet tetes, Pinset, Timbangan, Sarung tangan, Kompor, Panci, Pisau, Alat seksio, Blender, dan Gunting.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental, ada 4 perlakuan pertama yaitu ikan nila merah tanpa diberi pelumuran pada suhu 26˚C dan 18˚C. Kedua ikan nila merah dilumuri biji picung halus setebal 3 mm pada suhu 26˚C dan 18˚C. Pengamatan dilakukan selama 8jam sekali sampai ikan menunjukkan penurunan kualitas mutu. Untuk pengulangannya dapat diketahui dengan rumus federer yaitu memperoleh hasil 6 ulangan, lalu untuk penilaian kenampakan secara fisik dilakukan dengan scoring organoleptik ikan segar 1-9 dan selanjutnya dilakukan uji friedman:

(3)

ISSN (e):

2657-1692

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

28

2r = 12 nk k 1 ∑ j 2 k j 1 -3n(k+1), uji lanjut |̅̅̅̅ - ̅̅̅̅̅ | ≥ (k-1) √ √

Cara Kerja

Pembuatan pelumuran pasta biji picung muda. Biji picung yang dipilih merupakan biji picung muda. Untuk ikan yang digunakan adalah ikan nila merah dengan panjang ±11cm dengan berat ±15gram. Biji picung muda direbus kemudian ditiriskan lalu diblender hingga halus. Selanjutnya Ikan nila merah yang sudah dikeluarkan isi perutnya lalu dibersihkan dengan air mengalir. Setelah itu ditiriskan kemudian untuk waktu pengamatan 8jam sekali dan diletakan pada suhu 26˚C dan 18˚C. Untuk perlakuan selanjutnya ikan nila merah dilumuri biji picung muda dengan ketebalan 3mm dengan suhu 26˚C dan 18˚C. Pengamatan penelitian ini dilakukan sampai ikan terlihat lisis atau terjadi penurunan kualitas mutu kenampakan secara fisik pada mata, insang, bau dan tekstur dengan penilaian scoring organoleptik ikan segar 1-9.

Hasil dan Diskusi

Hasil Rata-Rata Scoring Pengawetan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus) dengan Menggunakan Biji Picung Muda (Pangium edule Reinw): Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang memiliki karakteristik morfologi ikan yang berbentuk tubuh pipih, dan memiliki garis-garis vertikal pada tubuhnya. Ikan nila merah merupakan jenis ikan yang hidup di air tawar.

Pada hasil penelitian ini diketahui rata-rata scoring disetiap perlakuan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) baik yang diawetkan menggunakan biji picung muda maupun tanpa pengawetan (kontrol) pada suhu yang berbeda-beda yaitu suhu 26˚C dan suhu 18˚C. Pada uji scoring organoleptik pada mata, insang, bau dan tekstur diujikan berdasarkan skor 1 sampai 9 (SNI 2729: 2013).

Gambar 1.Hasil rata-rata organoleptik dari scoring setiap perlakuan

6,67 6,75 7,3 6,93 6,44 6,92 7,75 7,68 6 7,33 7,5 7,77 7,33 8 8,3 8,5 0 2 4 6 8 10 P1 P2 P3 P4 S K O R O R G A N O L E P T IK PERLAKUAN

(4)

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

29

Berdasarkan hasil analisis rata-rata dari setiap perlakuan yang didapat sangat berpengaruh yaitu P1 pada mata ikan nila merah pada suhu 26˚C memperoleh nilai 6,67. Sedangkan P2 pada ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda (ketebalan 3mm) pada 26˚C mempunyai nilai 6,75. Selanjutnya P3 ikan nila merah dengan suhu 18˚C memperoleh nilai 7,3. Dan yang terakhir P4 ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 18˚C mempuyai nilai 6,93.

Selanjutnya berdasarkan analisis pada insang diketahui dengan nilai rata-rata yang berbeda pada setiap perlakuan yaitu pada P1 pengawetan ikan nila merah dengan suhu 26˚C mempunyai nilai 6,44. Lalu untuk P2 pada ikan nila merah dengan dilumuri biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 26˚C memiliki nilai 6,92. Sedangkan untuk P3 pada ikan nila merah dengan suhu 18˚C yaitu 7,75. Dan untuk P4 pada ikan nila merah yang dilumuri biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 18˚C yaitu 7,68.

Kemudian untuk hasil selanjutnya pada scoring rata-rata nilai pada bau P1 yaitu pada ikan nila merah dengan suhu 26˚C mempunyai nilai 6. Untuk P2 pada ikan nila merah dengan dilumuri biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 26˚C memiliki nilai yaitu 7,33. Kemudian P3 untuk ikan nila merah dengan suhu 18˚C yaitu 7,5. Dan selanjutnya P4 untuk ikan nila merah yang dilumuri biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 18˚C yaitu 7,77.

Dan yang terakhir untuk hasil analisis scoring rata-rata nilai pada tekstur P1 yaitu ikan nila merah dengan suhu 26˚C terdapat nilai 7,33. Selanjutnya P2 ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 26˚C terdapat nilai yaitu 8. Sedangkan untuk P3 ikan nila merah dengan suhu 18˚C terdapat nilai yaitu 8,3. Dan untuk P4 ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda (ketebalan 3mm) pada suhu 18˚C terdapat nilai 8,5.

Dari hasil rata-rata scoring pada setiap diagram batang nilai yang paling tinggi bagian organoleptik yang diamati adalah pada bagian mata yaitu perlakuan ikan nila merah dengan suhu 18˚C terdapat nilai 7,3. Sedangkan untuk nilai rata-rata yang terendah pada ikan nila merah dengan suhu 26˚C yaitu 6,67. Selanjutnya rata-rata scoring organoleptik bagaian insang nilai yang tinggi terdapat pada perlakuan ikan nila merah dengan suhu 18˚C terdapat nilai 7,75. Sedangkan untuk nilai rata-rata scoring terendah yaitu pada ikan nila merah dengan suhu 26˚C terdapat nilai 6,44. Kemudian untuk hasil rata-rata scoring organoleptik bau nilai yang paling tinggi terdapat pada perlakuan ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda ketebalan 3mm dengan suhu 18˚C adalah 7,77. Sedangkan untuk rata-rata scoring paling rendah yaitu pada perlakuan ikan nila merah suhu 26˚C dengan nilai 6. Dan kemudian penilaian hasil rata-rata scoring yang terakhir organoleptik bagian tekstur ikan, nilai yang paling tinggi yaitu pada perlakuan ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda ketebalan 3mm dengan suhu 18˚C terdapat nilai 8,5. Untuk nilai terendah pada rata-rata scoring organoleptik yaitu perlakuan ikan nila merah suhu 26˚C dengan nilai 7,33.

Gambar 2. Lama waktu pengawetan pada setiap perlakuan

12 40 72 168 0 50 100 150 200 P1 P2 P3 P4 JAM PERLAKUAN

(5)

ISSN (e):

2657-1692

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

30

Berdasarkan lama waktu pengawetan membuktikan bahwa paling cepat mengalami penurunan mutu pada ikan yaitu ikan nila merah pada suhu 26˚C yaitu selama 12jam. Selanjutnya perlakuan pengawetan menggunakan biji picung muda (ketebalan 3mm suhu 26˚C mengalami penurunan pada waktu ke 40jam yaitu lebih lama penurunan kualitas mutu dari pada ikan nila merah pada suhu 26˚C. Kemudian ikan nila merah tanpa pemberian pengawetan alami pada suhu 18˚C lama pegawetannya hanya 72jam. Dan untuk ikan nila merah yang dilumuri dengan biji picung muda ketebalan 3mm suhu 18˚C mengalami penurunan paling lama yaitu pada waktu ke 168jam.

Jadi dari empat perlakuan diatas ikan yang mengalami penurunan paling cepat yaitu pada perlakuan ikan nila merah pada suhu 26˚C yang tanpa diberi pengawetan alami dan pada ikan yang mengalami penurunan mutu ikan paling lama yaitu pada ikan yang dilumuri dengan biji picung muda ketebalan 3mm yang disimpan dalam suhu 18˚C.

Menurut penelitian Heruwati (2007), hasil menelitiannya menunjukkan bahwa penambahan picung 4% ataupun 6%, yang dikombinasi dengan garam 3%, ternyata berpengaruh sangat nyata untuk mempertahankan kesegaran pada ikan yang disimpan pada suhu kamar yaitu dengan scor 3,7-3,8 selama 6hari.

Menurut Alasalvar et al, [5] menyampaikan terhadap penilaian terhadap kesegaran ikan dapat didasarkan pada organoleptik. Nilai tertingi pada waktu pengamatan 0 jam sampai nilai terendah pada 12 jam menunjukan hasil penurunan parameter organoleptik. Perubahan warna insang kecoklatan, bau busuk dan tekstur yang rusak. Weeber et al., [6] menambahkan proses perubahan pada ikan tersebut terjadi karena aktivitas enzim dan mikroorganisme. Kedua hal tersebut menyebabkan tingkat kesegaran ikan menurun.

Dari hasil tabel diatas dapat membuktikan bahwa suhu sangat mempengaruhi dengan penurunan mutu kualitas ikan. Pada penurunan mutu kualitas ikan ditandai menurunnya tingkat kesegaran ikan yang telah diidentifikasi dengan sifat fisik ikan tersebut. Menurut Gelman et al. [7] teknik penanganan pada ikan agar dapat menjaga kesegaran ikan yang paling umum adalah menggunakan suhu rendah. Karena pada kondisi rendah proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan dapat mengarah terhadap kemunduran mutu ikan menjadi lebih lambat.

Selain itu biji picung muda mempunyai pengaruh pada penuruan mutu kualitas ikan, biji picung muda memiliki kandungan tanin yang dapat menghambat proses penurunan mutu kualitas ikan (lisis). Tanin merupakan senyama polifenol alami.

Biji picung terdapat kandungan tanin mencapai 7,52%. Tanin dapat digunakan sebagai antioksidan alami dan pengawetan ikan. Picung mengandung komponen antibakteri yaitu asam sianida, asam glorat, asam hidnokarpat dan tanin. Kandungan yang terdapat pada biji kluwek yaitu: vitamin C, Ion besi, asam sianida, betakaroten, asam glorat, asam hidnokarpat, asam khaulmograt, dan tanin Sibuea, [8].

Hasil analisa pada penelitian ini menunjukkan hasil dari rumus friedman yaitu 9,3 ≥ 7,815, yang berarti nilai beda nyata setiap perlakuan terhadap masing-masing organoleptik ikan. Sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh terhadap setiap perlakuan pada pengawetan ikan nila merah dengan menggunakan biji picung muda.

Berdasarkan hasil uji lanjutan menunjukkan bahwa ada pengaruh antara P1 (Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada suhu 26˚C dengan P3 Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada suhu 18˚C dan ada pengaruh antara P1 Ikan nila merah (Oreochromis niloticus) pada suhu 26˚C dengan P4 (Ikan nila merah dilumuri dengan biji picung muda ketebalan 3mm pada suhu 18˚C).

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini membuktikan bahwa ada pengaruh lama waktu pelumuran biji picung muda (Pangium edule Reinw) sebagai pengawet alami terhadap kesegaran daging ikan nila merah (Oreochromis niloticus). Hasil penelitian menunjukan ikan nila merah pada suhu 26˚C bertahan selama 12jam, dilumuri biji picung muda dengan ketebalan 3mm pada suhu 26˚C bertahan

(6)

Sains Alami Pengaruh Biji Picung muda sebagai Pengawet Ikan Nila

31

selama 40jam. Kemudian, ikan nila merah pada suhu 18˚C dengan selama waktu 72jam. Sedangkan ikan nila merah yang dilumuri biji picung muda dengan ketebalan ketebalan 3mm pada suhu 18˚C selama 168 jam.

Daftar Pustaka

[1]

Tran, N. Van, Rodriguez, U.P., Chan, C.Y., Philips, M.J., Mohan, C.V., Henriksson, P.J.G., Koeshendrajana, S., Suri, S. and Hall, S. 2017. Indonesia Aquaculture Furtures – Part 1: An analsis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role of aquaculture using the AsiaFish Model. Marine Policy, 79:25-32.

[2] Anggraini, S. P. A dan Yuniningsih, S. 2017. Optimasi Penggunaan Asap Cair Dari Tepung Kelapa Sebagai Pengawetan Alami Pada Ikan Segar. Jurnal Reka Buana 2 (1):11-18

[3] Jusnita, N. 2018. Pengawetan Ikan Secara Alami. Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Jurnal BERDIKARI Volume 1 Nomor 1 Juni 2018 ISSN 2503-3719

[4] Widyasari, R,A, Hangestuti, E. 2006. Pengaruh Pengawetan Menggunakan Biji Picung (Pangium Edule Reinw) Terhadap Kesegaran Dan Keamanan Ikan Kembung Segar (Rastrelliger Brachysoma). Tesis Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[5] Alasalvar, C., Taylor, K.D,A., Oksuz, A., Garthwaite, T., Alexis, M.N and Grigorakis, K. 2001. Freshness Assesment of Cutured Sea Bream (Sparus aurata) by Chemical, Physical, and Sensory Methods. J.Food Chemestry. 72 (1):33-40.

[6] Weeber, J., Bochi, V.C., Ribeiro, C.P., Victo, A.M., Emanuelli, T. 2008. Effect of different cooking methods on the oxidation, proximate and fatty acid composition of silver catfish (Rhamdia quelen) fillets. Food Chemistry 106(2008):140–146.

[7] Gelman A, Glatman L, Drabkin V, Harpaz S. 2001. Effect of storage temperature and preservative treatment on shelf life of the pond-raised freshwater fish, silver perch (Bidyanus bidyanus). Journal Food Protection 64:1584-1591.

[8] Sibuea,F,S,Y. 2015. Ekstrak Tanin Dari Kluwek (Pangium edule R.) Menggunakan Pelarut Etanol Dan Aquades Dan Aplikasinya Sebagai Pewarna Makanan. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Gambar

Gambar 1. Hasil rata-rata organoleptik dari scoring setiap perlakuan
Gambar 2. Lama waktu pengawetan pada setiap perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi juga perlu diperhatikan dalam transparansi adalah transparansi bukan hanya mengunggah laporan keuangan di website perusahaan, akan tetapi juga bisa dengan

Dari Tabel 3 menunjukkan 5 persoalan dalam pengujian aplikasi dengan P1, P2, P3, P4, P5 dan diperoleh hasil pengujian kuesioner tersebut dinyatakan dalam diagram pengujian

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba- hasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran matematika dengan pendekat- an PBL berseting TGT efektif

78 percakapan hanya sebatas interaksi secara lisan antara orang yang berbicara (penutur) dengan orang yang diajak berbicara (petutur) yang membahas suatu hal dalam satu

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan akal dan fikiran serta memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada penulis sehingga dapat menuangkan

Hal tersebut didukung dengan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kegiatan bermain origami terhadap motorik halus anak usia 5-6 tahun di

Hasil penelitian ini menunjukkan variabel leverage berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, sedangkan ukuran dewan komisaris, ukuran

Demikian juga halnya dengan tradisi perang topat , dari hasil wawancara dengan beberapa informan menunjukkan bahwa tradisi ini merupakan tradisi yang telah diteruskan secara turun