• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Indeks Dow Jones dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Januari 2011 – Desember 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Indeks Dow Jones dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode Januari 2011 – Desember 2015"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE, INDEKS DOW

JONES DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

GABUNGAN (IHSG) PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER

2015

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun oleh :

MOCH RIZKY TRI YUDHANTO

B300130089

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

1

ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE, INDEKS DOW JONES DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

PERIODE JANUARI 2011 – DESEMBER 2015

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Indeks Dow Jones dan Kurs Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode Januari 2011 – Desember 2015. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari beberapa variabel makroekonomi terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, serta data yang di gunakan adalah data bulana periode Januari 2011 – Desember 2015. Metode analisis menggunakan Error Correction Model (ECM) yang dikembangkan oleh Engle – Granger.

Hasil penelitian yang menggunakan alat analisis di atas adalah : (i) Dalam jangka pendek, variabel inflasi, BI Rate dan kurs tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan IHSG, sedangkan variabel indeks Dow Jones memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap IHSG. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek indeks Dow Jones dapat di gunakan untuk memprediksi IHSG dan inflasi, BI Rate dan kurs bukan merupakan indicator yang baik untuk memprediksi pergerakan IHSG. (ii) Dalam jangka panjang, variabel inflasi, BI Rate dan kurs memiliki pengaruh negative dan signiffikan terhadap IHSG, sedangkan indeks Dow Jones tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang inflasi, BI Rate dan kurs dapat di gunakan untuk memprediksi IHSG dan indeks Dow Jones bukan merupakan indicator yyang baik untuk memprediksi pergerakan IHSG.

Kata Kunci : Inflasi, BI Rate, Kurs, IHSG, Error Correction Model (ECM).

Abstract

This study entitled "Influence Inflation Analysis, BI Rate, Dow Jones Index and Exchange Rate Against Joint Stock Price Period January 2011 - December 2015. The purpose of this research is to analyze the influence of some macroeconomic variables on the movement of Composite Stock Price Index, in use is the monthly data period January 2011 - December 2015. The method of analysis using Error Correction Model (ECM) developed by Engle - Granger.

The results of the research using the above analysis tools are: (i) In the short run, the inflation variable, BI rate and exchange rate do not have a significant effect on the movement of JCI, while the Dow Jones index variable has a significant positive influence on the JCI. This implies that in the short term Dow Jones index can be used to predict the JCI and inflation, BI Rate and exchange rate is not a good indicator to predict the movement of JCI. (ii) In the long run, the inflation variable, BI rate and exchange rate have negative and signified effect on JCI, while Dow Jones index does not have significant influence to JCI. This

(6)

2

implies that in the long run inflation, BI Rate and exchange rate can be used to predict JCI and Dow Jones index is not a good indicator to predict JCI movement.

Keywords: Inflation, BI Rate, Exchange Rate, IHSG, Error Correction Model (ECM).

1. PENDAHULUAN

Indikator komponen utama dalam kegiatan perekonomian adalah pembentukan modal kemampuan sebagai motor penggerak aktifitas akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian. Salah satu upaya dalam pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar modal memiliki fungsi yaitu sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Husnan, 2004). Bagi para investor, pasar modal memberikan pilihan obyek investasi dengan beragam tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang dihadapi, sedangkan bagi para penerbit (issuers atau emsiten) melalui pasar modal dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha.

Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung risiko, besar kecilnya risiko di pasar modal sangat dipengaruhi oleh keadaan negara khususnya dibidang ekonomi, politik dan social, pada bidang ekonomi investasi lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi, dimana kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator ekonomi moneter yang meliputi: PDB, inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar Rupiah terhadap US$, JUB, cadangan devisa dan neraca pembayaran, pada bidang politik, investasi sangat dipengaruhi oleh kondisi kestabilan politik negara tersebut.

Kondisi politik yang tidak terjaga kestabilannya, bisa mempengaruhi keputusan dan pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya disana. Selain itu, kebijakan dan peraturan yang di terapkan oleh pemerintah khususnya untuk investor asing akan di jadikan bahan pertimbangan dalam berinvestasi, apakah kebijakan tersebut akan membantu kelancaran atau justru menghambat investasi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, sebab

(7)

3

kebijakan dan peraturan yang di keluarkan memiliki pengaruh terhadap investor asing dari segi profitabilitas. Pada bidang sosial, investasi rentan dipengaruhi oleh perubahan kondisi social yang kompleks serta perubahan dalam masyarakat yang pluralistic.

Kinerja pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja ekonomi secara keseluruhan dan mencerminkan apa yang terjadi dalam perekonomian secara makro. Secara teori, kondisi pasar modal sangat dipengaruhi oleh penampilan ekonomi secara agregat (Yuanisa, 2013).

2. METODE PENELITIAN 2.1Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah pengujian ekonometrika untuk menilai ada tidaknya bias penelitian. Uji asumsi klasik perlu dilakukan untuk mengetahui ketepatan dari model regresi yang dipakai. Adapun uji asumsi yang dilakukan sebagai berikut :

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji asumsi bahwa diantara variabel-variabel bebas dalam suatu model tidak saling berkorelasi satu dengan yang lain. Hal ini dapat menyebabkan model regresi yang diperoleh tidak valid untuk menaksir variabel independen.

b. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Gozali, 2005 : 110). Pengujian dilakukan menggunakan Uji Jarque-Bera test.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang (Gujarati, 1997:201). Dalam penelitian ini uji

(8)

4

autokorelasi yang digunakan adalah uji LM (metode Bruesch Godfrey).

d. Uji Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari Model Linier Klasik adalah varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Apabila terjadi pelonggaran asumsi klasik itu, maka varian residualnya tidak lagi bersifat konstan (disebut heteroskedastisitas) dan apabila model yang mengandung heteroskedastisitas diestimasi dengan OLS, varian estimator tidak lagi minimum, kendatipun estimator itu sendiri tidak bias (Sarwoko, 2005:151).

e. Uji Spesifikasi Model

Uji linearitas digunakan untuk menjelaskan tentang kesesuaian spesifikasi model yang digunakan dan dapat menguji variabel yang tepat untuk dimasukkan dalam model empiris, hal ini berakibat kesalahan spesifikasi model tidak akan terjadi. Uji linearitas model menggunakan uji Ramsey (Ramsey RESET Test) yang dikembangkan oleh Ramsey tahun 1969 Insukindro (2001:101).

2.2Uji Error Correction Model (ECM)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang diharapkan dapat dijelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yakni IHSG. Variabel-variabel tersebut disusun menjadi sebuah model yang diestimasikan menggunakan alat analisis regresi dengan metode Error Correction Model (ECM). Alasan pemilihan metode ECM adalah karena ECM merupakan metode analisis dinamik yang dapat digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka pendek dan jangka panjang dari dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini, dasar pembentukan model ekonometrika merupakan hasil replikasi dari penelitian yang di lakukan oleh Slamet Widodo(2011), adapun persamaan dasar yang disusun sebagai berikut :

(9)

5

Selanjutnya, apabila persamaan tersebut dirumuskan dalam bentuk

Error Correction Model (ECM) maka persamaanya menjadi :

DLOG(IHSG) = β0 - β1 DINFt - β2 DBIRATEt + β3 DLOG(IDJ) t - β4

DLOG(KURS) t - β5 INFt-1 - β6 BIRATE t-1 + β7 LOG(IDJ) t-1 - β8

LOG(KURS) t-1 + β9 ECT

Dimana :

D = Difference, Xt-Xt-1 LOG = Log

IHSG = Variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) INF = Variabel Inflasi

BIRATE = Variabel Suku Bunga BI Rate IDJ = Variabel Indeks Dow Jones KURS = Variabel Kurs (Kurs Tengah) ECT = Error Correction Term β0 = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien ECM dalam jangka pendek Β5, β6, β7, β8 = Koefisisen regresi dalam jangka panjang

β9 = Koefisien regresi Error Correction Term (ECT)

3. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikol Variable VIF C NA D(INF) 1.434007 D(BIRATE) 1.728367 DLOG(IDJ) 1.373912 DLOG(KURST) 1.584921 INF(-1) 279.6919 BIRATE(-1) 53.81933 LOG(IDJ(-1)) 48.57012 LOG(KURST(-1)) 81.09791 ECT 645.1055

(10)

6

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa variabel jangka pendek inflasi, BI Rate, indeks Dow Jones dan kurs menunjukkan nilai VIF < 10, maka variabel jangka pendek tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas. Sedangkan variabel jangka panjang inflasi, BI Rate, indeks Dow Jones dan kurs menunjukkan nilai VIF > 10, maka variabel jangka panjang tersebut terdapat masalah multikolinearitas

b. Uji Normalitas Residual

0 2 4 6 8 10 12 -0.20 -0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 Series: Residuals Sample 2011M02 2015M12 Observations 59 Mean 3.22e-15 Median 0.001586 Maximum 0.164722 Minimum -0.200501 Std. Dev. 0.079956 Skewness -0.092367 Kurtosis 3.018001 Jarque-Bera 0.084691 Probability 0.958539

Uji normalitas residual yang di pakai yaitu uji Jarque Bera. Dimana berdasarkan gambar di atas dapat di ketahui nilai probabilitasnya sebesar 0084691 < 0.05, maka residual berdistribusi normal.

c. Uji Otokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.176077 Prob. F(3,46) 0.1036 Obs*R-squared 7.332544 Prob. Chi-Square(3) 0.0620

Hasil dari uji ini menunjukkan nilai 0.0620 < 0.05, maka tidak terdapat otokorelasi di dalam model.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.460575 Prob. F(48,10) 0.2668 Obs*R-squared 51.63491 Prob. Chi-Square(48) 0.3337 Scaled explained SS 35.93544 Prob. Chi-Square(48) 0.9003

Uji heteroskedastisitas disini menggunakan uji white, dimana nilainya adalah 0.3337 > 0.05, maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

(11)

7 e. Uji Spesifikasi Model

Value df Probability F-statistic 0.561165 (2, 47) 0.5743 Likelihood ratio 1.392324 2 0.4985

Uji spesifikasi model yang di gunakan adalah Ramsey Reset. Dari tabel di atas di peroleh nilai 0.5743 > 0.05, maka model yang di gunakan linear. 3.2Uji Hipotesis a. Uji t Variable Prob. C 0.0037 D(INF) 0.7276 D(BIRATE) 0.1378 DLOG(IDJ) 0.0240 DLOG(KURST) 0.1514 INF(-1) 0.0026 BIRATE(-1) 0.0019 LOG(IDJ(-1)) 0.7625 LOG(KURST(-1)) 0.0277 ECT 0.0015

Berdasarkan tabel di atas dapat di simpulkan bahwa :

a. Pada variabel jangka pendek, variabel D(INF), D(BIRATE) dan DLOG(KURST) memiliki nilai probabilitas > 0.05, maka ketiga variabel tersebut tidak berpengaruh signifikan.

Sedangkan variabel DLOG(IDJ) memiliki nilai probabilitas < 0.05, maka variabel berpengaruh signifikan.

b. Pada variabel jangka panjang, variabel LOG(IDJ) memiliki nilai probabilitas > 0.05, maka variabel tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan variabel INF(-1), BIRATE(-1) dan LOG(KURST(-1)) memiliki nilai probabilitas < 0.05, maka variabel berpengaruh signifikan.

(12)

8 b. Uji F

F-statistic 2.417248 Prob(F-statistic) 0.023330

Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui bahwa nilai probabilitas F-Statistic nya adalah 0.023330 < 0.05, maka model yang di pakai eksis. c. Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.307472

Berdasarkan pengolahan data diperoleh nilai R2 0,307472 hal ini menunjukan bahwa 30,7472 persen atau 30 % perubahan variabel Indeks Harga Saham Gabungan mampu dijelaskan oleh perubahan variabel inflasi, BI Rate, indeks Dow Jones dan kurs dan sisanya 70 % di jelaskan oleh variabel – variabel lain di luar model.

4. PENUTUP 4.1Kesmpulan

Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode Error Correction Model (ECM), maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

a. Inflasi

Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode ECM, dalam jangka pendek inflasi memiliki pengaruh negative dan tidak signifikan terhadap IHSG. Artinya, jika terjadi inflasi dalam jangka pendek, pengaruhnya tidak akan signifikan terhadap pergerakan IHSG meskipun memiliki pengaruh negative terhadap IHSG. Sedangkan dalam jangka panjang, inflasi memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap IHSG. Artinya, jika terjadi inflasi dalam jangka panjang, maka peningkatan inflasi tersebut akan menyebabkan penurunan nilai pada IHSG.

b. BI Rate

Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode ECM, dalam jangka pendek BI Rate memiliki pengaruh negative dan tidak

(13)

9

signifikan terhadap IHSG. Artinya, jika tingkat suku bunga BI Rate yang di keluarkan oleh Bank Indonesia meningkat, maka pengaruhnya tidak akan signifikan terhadap pergerakan IHSG meskipun memiliki pengaruh negative terhadap IHSG. Sedangkan dalam jangka panjang, BI Rate memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap IHSG. Artinya, jika tingkat suku bunga BI Rate meningkat, maka peningkatan nilai tersebut akan menyebabkan penurunan nilai pada IHSG.

c. Indeks Dow Jones

Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode ECM, dalam jangka pendek Indeks Dow Jones memiliki pengaruh positif dan signifikan. Artinya, jika nilai Indeks Dow Jones meningkat, maka pengaruhnya akan sangat signifikan terhadap IHSG, bahkan bisa juga ikut meningkatkan nilai IHSG sebab Indeks Dow Jones termasuk salah satu indeks luar negeri yang sangat berpengaruh dan menjadi tolok ukur terhadap pergerakan IHSG. Sedangkan dalam jangka panjang, Indeks Dow Jones memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan. Artinya, jika Indeks Dow Jones mengalami peningkatan nilai positif, peningkatan nilai tersebut tidak akan terlalu berpengaruh terhadap pergerakan IHSG.

d. Kurs

Berdasarkan hasil regresi menggunakan metode ECM, dalam jangka pendek Kurs memiliki pengaruh negative dan tidak signifikan. Artinya, jika terjadi peningkatan pada nilai tukar dalam jangka pendek, pengaruhnya tidak akan signifikan terhadap pergerakan IHSG. Sedangkan dalam jangka panjang, Kurs memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap pergerakan IHSG. Artinya, jika nilai Kurs terus meningkat dalam jangka panjang, maka akan menyebabkan penurunan nilai pada IHSG.

(14)

10 4.2Saran

Berdasarkan hasil yang telah di dapat dari penelitian ini, maka saran yang dapat di sampaikan adalah sebagai berikut :

a. Bagi Investor

Investor sebaiknya memperhatikan variabel makro ekonomi dan volume perdagangan saham sebelum mengambil keputusan berinvestasi. Informasi-informasi tersebut telah terbukti berpengaruh terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan di BEI baik secara simultan maupun secara parsial, sehingga dapat digunakan sebagai bagian dari pertimbangan untuk memprediksi IHSG dan kemudian dapat mengambil keputusan dalam berinvestasi.

b. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pasar modal dan investasi, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan tambahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

c. Bagi Pemerintah

Pemerintah harus bijak dalam mengendalikan kondisi-kondisi makroekonomi agar perekonomian tetap stabil dan sehat, sehingga dapat meningkatkan gairah investasi di dalam negeri.

d. Bagi Peneliti

Sebagai bahan tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian dan dapat menambah wawasan peneliti tentang dunia pasar modal, saham dan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Gujarati, Damodar. 1997. Ekonometrika Dasar.Jakarta : Erlangga.

Husnan, Suad. (2004).Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

(15)

11

Insukindro, 2001. Ekonomi Uang dan Bank: Teori Pengalaman di Indonesia, Edisi Ketiga, BPFE: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kurs jangka pendek, inflasi dan suku bunga dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap indeks harga saham

Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran demonstrasi maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan konsep perubahan entalpi reaksi pada tekanan

Data hasil analisis penilaian proses dan test tulis sebagai instru- men evaluasi yang telah di refleksikan dapat dilihat bahwa pada siklus ke-1 pembelajaran menyusun

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyelenggara KUPVA Bukan Bank belum melaksanakan kegiatan usaha maka izin yang

Jika dicermati menggunakan gambar 7 maka terlihat bahwa pada nosel dengan 4 saluran masuk, komponen kecepatan tangensial fluida dengan arah yang berlawanan

Fakta tersebut menjadi problema yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu bagaimana upaya hukum yang dilakukan oleh Penerbit Erlangga Kota Banda Aceh terhadap

Validasi ahli digunakan untuk Pengujian atau penilaian multimedia pembelajaran matematika berbasis Macromedia flash yang dikembangkan dilakukan oleh enam ahli, tiga

Analisis ini dapat dijelaskan sebagai berikut: apabila NPM naik mengindikasikan laba perusahaan meningkat, dan investor akan tertarik dengan kenaikan laba bersih