• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Peramalan menggunakan Model ARIMA Musiman dan Verifikasi Hasil Peramalan dengan Grafik Pengendali Moving Range

(Studi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda)

Forecasting using Seasonal ARIMA Models and Verification Results of Forecasting with Moving Range Chart

(Case Study: Clean Water Production in PDAM Tirta Kencana Samarinda) Atik Nurhayati1, Darnah A. Nohe2, Syaripuddin3

1

Mahasiswa Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman 2,3

Dosen Program Studi Statistika FMIPA Universitas Mulawarman

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract

Seasonal ARIMA Models is an ARIMA models were used to complete the seasonal time series, the time associated with many observations per season period. Moving range chart used to verify the results of forecasting. The purpose of this study is to forecast the seasonal ARIMA models and verify the results of forecasting the amount clean water production in PDAM Tirta Kencana Samarinda from 2008 to 2012 with

moving range chart. Based on the results obtained by the analysis of the ARIMA models (0,1,1)(0,1,1)12.

Based on seasonal ARIMA models obtained and made forecasting a 12 periods from January 2013 to December 2013 and further verified. The verification results show that the forecasting results of clean water

production has been controlled, so that the ARIMA models (0,1,1) (0,1,1)12 can be used to forecast of clean

water production in PDAM Tirta Kencana Samarinda from January 2013 to December 2013. Keywords: Clean water production, forecasting, moving range, Seasonal ARIMA.

Pendahuluan

Peramalan adalah suatu teknik untuk

memperkirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data masa lalu maupun data saat ini (Aswi dan Sukarna, 2006). Salah satu teknik peramalan deret waktu adalah Seaseonal Autoregressive Integrated Moving

Average (ARIMA musiman). Dalam ARIMA

musiman, time series mempunyai sifat berulang

setelah sekian periode waktu tertentu (Salamah dkk, 2003).

Hasil peramalan model ARIMA musiman terbaik yang diperoleh kemudian diverifikasi

dengan grafik pengendali moving range untuk

mengetahui apakah hasil peramalan dengan metode yang digunakan mencerminkan data masa lalu. Jika hasil peramalan menunjukkan keadaan di luar batas pengendali, maka dilakukan revisi

data dengan grafik pengendali moving range dan

peramalan pun harus diulangi lagi (Gaspersz dalam Fariedpradhana (2012)).

Menurut Hakim (2012) air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dari bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Sebelum air dapat di konsumsi, air harus mengalami proses pengolahan

terlebih dahulu guna menghilangkan dan

menetralisir dari zat-zat dan mikroorganisme yang berbahaya. Air bersih adalah unsur yang sangat penting dan diperlukan oleh makhluk hidup untuk menunjang kehidupannya. Salah satu perusahaan yang melakukan proses pengolahan

air menjadi air bersih adalah PDAM Tirta Kencana Samarinda. Jumlah produksi air bersih yang diproduksi oleh PDAM Tirta Kencana setiap tahun selalu mengalami penurunan pada Bulan Februari karena tingkat turunnya hujan relatif tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan peramalan dengan menggunakan model ARIMA

musiman dan melakukan verifikasi hasil

peramalan berdasarkan model ARIMA musiman terbaik.

Analisis Deret Waktu

Deret waktu adalah serangkaian data

pengamatan yang terjadi berdasarkan indeks waktu secara berurutan dengan interval waktu tetap. Analisis deret waktu adalah salah satu

prosedur statistika yang diterapkan untuk

meramalkan struktur probabilistik keadaan yang akan terjadi di masa yang akan datang dalam rangka pengambilan keputusan (Aswi dan Sukarna, 2006)

Data deret waktu dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria, yaitu nilai tengah (rata-rata) dan ragamnya konstan dari waktu ke waktu, serta peragam (covariance) antara dua data deret

waktu hanya tergantung dari lag antara dua

periode waktu tersebut. Stasioneritas

Berdasarkan rata-rata dan variansinya terdapat dua jenis kestasioneran data yaitu, data stasioner

pada rata-rata dan variansi. Untuk

(2)

variansi dapat dilakukan dengan transformasi Box-Cox (penstabilan variansi). Secara umum, untuk menstabilkan variansi dapat digunakan transformasi pangkat sebagai berikut:

 

) 1

(  Zt

Z (1)

dimana  adalah parameter transformasi (Aswi

dan Sukarna, 2006).

Untuk mengatasi data runtun waktu yang tidak stasioner dalam rata-ratanya, dapat dilakukan proses pembedaan (differencing) terhadap deret

data asli. Secara umum operasi differencing yang

menghasilkan suatu kejadian baru stasioner, misal

Wt adalah: t Z d B t W (1 ) , (2)

Dengan B adalah operator mundur (backshift

operator) yang didefinisikan bahwa

d t Z t Z d B . Fungsi Autokorelasi

Menurut Soejoeti (1987) suatu deret waktu yang stasioner dapat diestimasi nilai mean (μ) dan

ACF

k;k 0,1,...

dengan menggunakan

persamaan statistik sebagai berikut:

    n t Zt n Z 1 1 ˆ  , (3)

dan untuk k = 0, 1, ..., maka nilai autokorelasi

(ACF) adalah sebagai berikut:

n n t Zt Z Zt k Z k c k        1 ) )( ( ˆ  , (4)

Untuk memperoleh harga estimasi yang cukup

baik diperlukan n yang cukup besar, yaitu

50

n

. Nilai ck yang dihitung hanya

k

n

/

4

.

Nilai

k kemudian diestimasikan dengan:

0

c

c

r

k

k , (5)

Fungsi Autokorelasi Parsial

Menurut Soejoeti (1987) PACF yang ditulis

dengan

kk;k1,2,...

, yakni himpunan

autokorelasi parsial untuk berbagai lag k.

Persamaannya adalah sebagai berikut:

k P k P kk *   , (6)

dengan Pk adalah matriks autokorelasi k x k dan

Pk* adalah Pk dengan kolom terakhir diganti

dengan:

𝜌1

𝜌2 ⋮ 𝜌𝑘

Proses White Noise

Suatu proses

 

at dinamakan proses white

noise jika bentuk peubah acak yang berurutan

tidak saling berkorelasi dan mengikuti distribusi

tertentu. Rata-rata E(at)a dari proses ini

diasumsikan bernilai nol dan mempunyai variansi

yang konstan yaitu var(at)a2 dan nilai

kovariansi untuk proses ini

0 ) , cov(   at at k k

 untuk k 0 (Aswi dan

Sukarna, 2006).

Metode Box-Jenkins

Menurut Makridakis dkk (2003) metode Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan

model time series yang hanya berdasarkan

perilaku data variabel yang diamati. Model Box-Jenkins secara teknis dikenal sebagai model

autoregressive integrated moving average

(ARIMA). Model-Model Metode Box-Jenkins : Model Autoregressive (AR)

t a t Z B p( )   , (7) dimana: ) ... 2 2 1 1 ( ) (B B B pBp p            Zt t Z

Model Moving Average (MA)

𝑍 𝑡= 𝜃𝑞(𝐵)𝑎𝑡 (8) dimana: ) ... 2 2 1 1 ( ) (B B B qBq q         

Model Autoregressive-Moving Average (ARMA) t a B q t Z B p( )  ( )    , (9) dimana: ) ... 2 2 1 1 ( ) (B B B pBp p          ) ... 2 2 1 1 ( ) (B B B qBq q         

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) t a B q t Z d B B p( )[1 ]  ( )     , (10)

dimana (1B)d adalah orde differencing

non-musiman.

Model ARIMA Musiman

Menurut Salamah dkk (2003) musiman adalah kecenderungan mengulangi pola tingkah gerak dalam periode musim, biasanya satu tahun untuk

data bulanan. Model ARIMA Musiman

merupakan model ARIMA yang digunakan untuk

menyelesaikan time series musiman yang terdiri

(3)

(non-musiman) dan bagian musiman. Bagian non-musiman dari metode ini adalah model ARIMA.

Menurut Aswi dan Sukarna (2006) secara umum bentuk model ARIMA musiman atau

ARIMA (p,d,q)(P,D,Q)S adalah: t a S B Q B q t Z D S B d B S B P B p( ) ( )(1 ) (1 )  ( ) ( )   (11) dimana:

p,d,q = orde AR, differencing, MA non-musiman P,D,Q = orde AR, differencing, MA musiman

p B p B B B p     ( )1 12 2... PS B P S B S B S B P       ( ) 1 1 2 2 ... d B) 1

(  = orde differencing non-musiman

D S

B

)

1

(

= orde differencing musiman

) ... 2 2 1 1 ( ) (B B B qBq q          QS B Q S B S B S B Q       ( ) 1 1 2 2 ...

Metodologi Pendekatan Box-Jenkins

Menurut Aswi dan Sukarna (2006) dasar dari pendekatan Box dan Jenkins terdiri dari tiga tahap, yaitu identifikasi model, penaksiran dan

diagnostik model, serta aplikasi model

(peramalan).

1. Identifikasi Model

Tahap ini terdiri dari pemeriksaan

stasioneritas data deret waktu dan kemudian penetapan model sementara berdasarkan grafik ACF dan PACF.

2. Penaksiran Parameter dan Pengujian

Diagnostik

Metode penaksiran parameter yang umum

digunakakan adalah metode least squares, yaitu

suatu metode yang dilakukan dengan cara mencari nilai parameter yang meminimumkan jumlah kuadrat kesalahan.

Pengujian diagnostik terdiri dari uji

signifikansi parameter dan uji kesesuaian model

yang meliputi uji white noise dan uji kenormalan

residual.

 Uji Signifikansi Parameter

Uji signifikansi parameter bertujuan untuk membuktikan bahwa model yang diperoleh cukup memadai atau tidak (parameter signifikan berbeda dengan nol). Uji signifikansi parameter yang digunakan adalah uji individual (uji t). Uji individual (uji t) digunakan untuk menguji tingkat signifikansi parameter dalam model.

 Uji Kesesuaian Model

Pada uji kesesuaian model terdiri dari dua

tahap, yaitu uji white noise dan uji kenormalan

residual.

Berikut ini adalah proses pengujian white

noise dengan menggunakan uji Ljung-Box.

Hipotesis :

H0 : 12 ...K 0

Residual memenuhi syarat white noise)

H1 : minimal ada satu i 0untuk i = 1, 2, ..., K

(Residual tidak memenuhi syarat white

noise) Statistik uji :      K k n k k n n Q 1 2 ˆ ) 2 ( *  , (12) Daerah kritis :

H0 ditolak jika Q* 2;df atau p-value < α.

Selanjutnya adalah melakukan pengujian kenormalan residual. Proses pengujiannya adalah sebagai berikut :

Hipotesis :

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual tidak berdistribusi normal

Statistik uji : | ) ( 2 ) ( 1 |Sn X Sn X maksimum hitung D   ,(13) Daerah kritisnya :

H0 ditolak jika DhitungDtabel atau

p-value < α dimana DtabelD(n,1)

3. Peramalan

Tujuan model time series adalah

menggunakan model yang diperoleh untuk

inferensi time series di masa mendatang

berdasarkan pola yang terjadi di masa lalu. Yakni, berdasarkan suatu model ingin diturunkan distribusi bersyaratkan observasi yang akan datang, jika diketahui observasi yang lalu.

Pemilihan Model Terbaik

Menurut Juanda dan Junaidi (2012) untuk menentukan model yang terbaik dari beberapa model memenuhi syarat tersebut dapat digunakan

kriteria Mean Absolute Percentage Error

(MAPE). MAPE mengukur kesalahan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata persentase absolut residual. Formula MAPE dapat ditulis sebagai berikut:

% 100 1 x n n t Zt t Z t Z MAPE      , (14) Suatu model mempunyai kinerja sangat bagus jika nilai MAPE berada di bawah 10% dan mempunyai kinerja bagus jika nilai MAPE berada di antara 10% dan 20% (Zainun dan Majid dalam Raharja (2010)).

Grafik Pengendali

Menurut Montgomery (1990) grafik

(4)

untuk memonitoring proses dan pengendalian kualitas.

Menurut Ariani (2003) grafik pengendali terdiri dari berbagai macam, diantaranya adalah grafik pengendali unit-unit individu. Gafik pengendali unit-unit individu hanya menggunakan pengujian terhadap satu unit produk. Salah satu jenis grafik pengendali unit-unit individu adalah grafik pengendali moving range.

Grafik pengendali moving range adalah grafik pengendali individu yang digunakan untuk melakukan verifikasi dari suatu sebaran data, yaitu apakah terkendali secara statistik atau tidak. Berikut ini adalah rumus untuk menentukan jarak (R) antara dua observasi yang berurutan. Berikut ini adalah rumus matematis untuk menentukan

jarak (R) dan rata-rata jaraknya (R).

min max X X R  , (15) dan 1 2     n n t Rt R , (16) dimana: max X = nilai maksimum min X = nilai minimum n = banyaknya sampel

Selanjutnya untuk menentukan nilai batas pengendali adalah sebagai berikut:

Batas Pengendali Atas (BPA) = RD4

Garis Tengah = R (17)

Batas Pengendali Bawah (BPB) = RD3

dimana nilai D3 dan D4 dapat dilihat pada tabel

grafik pengendali.

Verifikasi Grafik Pengendali

Menurut Nasution dalam Hidayat (2005)

Pengendalian (verifikasi) hasil peramalan

dilakukan untuk mengetahui apakah hasil

peramalan dengan metode yang digunakan mencerminkan data masa lalu. Melalui verifikasi peramalan dapat diketahui efektivitas metode peramalan yang digunakan. Verifikasi dilakukan yaitu dengan menggunakan grafik rentang bergerak (Moving Range). Menurut Gaspersz

dalam Fariedpradhana (2012) jika grafik

pengendali Moving Range menunjukkan keadaan

diluar kriteria kendali, maka terdapat data yang tidak berasal dari sistem sebab-akibat yang sama dan harus dibuang maka peramalan pun harus diulangi lagi.

Metodologi Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data produksi air bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda dari tahun 2008-2012 yang bersumber dari PDAM Tirta Kencana Samarinda.

Adapun tenik analisis data dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis statistika deskriptif yang bertujuan

untuk menggambarkan keadaan data.

2. Identifikasi model dengan melihat

kestasioneran data melalui time series plot,

Box-Cox plot dan grafik ACF. jika data tidak

stasioner dalam variansi maka dilakukan transformasi Box-Cox (penstabilan variansi), sedangkan jika data tidak stasioner dalam rata, baik rata non-musiman maupun

rata-rata musiman maka dilakukan proses

pembedaan (differencing) non-musiman

maupun differencing musiman. Tahap

selanjutnya adalah melakukan penetapan model dugaan berdasarkan grafik ACF dan PACF.

3. Melakukan pengujian diagnostik yang terdiri

dari uji signifikansi parameter dan uji

kesesuaian model yang meliputi uji white

noise dan uji kenormalan residual.

4. Pemilihan model terbaik dari model ARIMA

musiman yang semua parameternya

signifikan, residual memenuhi white noise

serta residual berdistribusi normal berdasarkan nilai MAPE terkecil.

5. melakukan peramalan dari Bulan Januari 2013

sampai Desember 2013.

6. Verifikasi hasil peramalan dengan grafik

pengendali moving range.

Hasil dan Pembahasan

Analisis Satistika Deskriptif

Statistika deskriptif untuk produksi air bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Statistika Deskriptif Minimum 3.414.896,600 Maksimum 5.381.481,700 Rata-rata 4.424.902,956 Standar deviasi 555.720,7063

Identifikasi Model

Gambar 1 memperlihatkan bahwa data produksi air bersih telah stasioner dalam variansi namun tidak stasioner dalam rata-rata

non-musiman. Hal ini ditunjukkan dengan nilai 

(lihat estimate) adalah sebesar 1,27, karena nilai λ mendekati 1 maka hal ini mengindikasikan bahwa data produksi air bersih sudah stasioner dalam

variansi. Melalui time series plot terlihat bahwa

data tidak berfluktuasi di sekitar rata-rata dan melalui grafik ACF diketahui bahwa nilai

autokorelasi turun lambat pada lag 1, 2, 3,... atau

turun lambat pada lag non-musiman, serta pada

grafik PACF terlihat bahwa nilai autokorelasi

parsial terpotong setelah lag 1 dan lag 2. Hal ini

menunjukkan bahwa data produksi air bersih tidak stasioner dalam rata-rata non-musiman.

(5)

Index Zt 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 1 5500 5000 4500 4000 3500

Time Series Plot of Zt

(a) Lambda S tD e v 5,0 2,5 0,0 -2,5 -5,0 300 275 250 225 200 Lower CL Upper CL Limit Lambda 1,00 (using 95,0% confidence) Estimate 1,27 Lower CL -0,17 Upper CL 2,78 Rounded Value Box-Cox Plot of Zt (b) Lag A u to co rr e la ti o n 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Autocorrelation Function for Zt

(with 5% significance limits for the autocorrelations)

(c) Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o n 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Partial Autocorrelation Function for Zt

(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)

(d)

Gambar 1. (a) Time series plot untuk data (b). Box-Cox plot (c). Grafik ACF (d). Grafik PACF

Sehingga untuk menstasionerkannya maka

dilakukan proses differencing satu non-musiman

(d=1) dari data produksi air bersih.

Pada Gambar 2 melalui grafik ACF terlihat bahwa nilai autokorelasi turun secara lambat pada

lag musiman. Hal ini menunjukkan bahwa data

produksi air bersih belum stasioner dalam

rata-rata musiman. Oleh karena itu untuk

menstasionerkannya dilakukan differencing satu

musiman 12 (D=1). Grafik PACF (c)

Gambar 3 memperlihatkan bahwa data produksi air bersih sudah stasioner. Selanjutnya adalah menentukan model dugaan awal model ARIMA musiman. Pola grafik ACF dan grafik

PACF adalah cut off dan masing-masing

terpotong pada lag 1 non-musiman dan lag 1

musiman (lag 12). Sehingga dugaan awal model

ARIMA musiman adalah ARIMA (1,1,0)(1,1,0)12

dan ARIMA (0,1,1)(0,1,1)12. Index d= 1 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 1 1000 750 500 250 0 -250 -500

Time Series Plot of d=1

(a) Lag A u to co rr e la ti o n 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Autocorrelation Function for d=1

(with 5% significance limits for the autocorrelations)

(b) Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o n 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Partial Autocorrelation Function for d=1

(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)

(c)

Gambar 2. (a) Time series plot untuk data

differencing satu non-musiman (b). Grafik ACF (c). Grafik PACF

Index D = 1 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6 1 500 250 0 -250 -500 -750

Time Series Plot of D=1

(a) Lag A u to co rr e la ti o n 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Autocorrelation Function for D=1

(with 5% significance limits for the autocorrelations)

(b) Lag P a rt ia l A u to co rr e la ti o n 45 40 35 30 25 20 15 10 5 1 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0

Partial Autocorrelation Function for D=1

(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)

(c)

Gambar 3. (a) Time series plot untuk data

differencing satu non-musiman dan musiman 12 (b). Grafik ACF

(6)

Pengujian Diagnostik Uji Signifikansi Parameter

Untuk mengetahui parameter model yang signifikan pada data produksi air bersih tingkat

differencing satu non-musiman dan musiman 12

dilakukan uji signifikansi individual (uji t) dengan hipotesis nol adalah nilai parameter tidak signifikan dalam model.

Tabel 2. Uji Signifikansi Parameter

Model

ARIMA Parameter

t

hitung ( 2;df)

t

P-value (1,1,0) (1,1,0)12 Konstanta 0,83 2,0154 0,413 AR(1) 2,06 2,0154 0,045 SAR(12) 7,96 2,0154 0,000 (0,1,1) (0,1,1)12 Konstanta 0,74 2,0154 0,465 MA(1) 3,12 2,0154 0,003 SMA(12) 4,52 2,0154 0,000

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa nilai semua parameter kecuali konstanta memiliki nilai

) ; 2 ( df t hitung

t atau nilai p-value<α,

sehingga diputuskan untuk menolak H0. Jadi

model ARIMA (1,1,0)(1,1,0)2 dan ARIMA

(0,1,1)(0,1,1)2 memiliki nilai parameter yang

signifikan dalam model, kecuali nilai konstanta. Karena nilai konstanta dari model ARIMA

(1,1,0)(1,1,0)2 dan ARIMA (0,1,1)(0,1,1)2 tidak

signifikan, maka dilakukan analisis ulang dengan menghilangkan nilai konstanta.

Tabel 3. Uji Signifikansi Parameter tanpa Nilai Konstanta.

Model

ARIMA Parameter hitung

t

; ) 2 ( df

t

P-value (1,1,0) (1,1,0)12 AR(1) 2,00 2,0141 0,052 SAR(12) 8,10 2,0141 0,000 (0,1,1) (0,1,1)12 MA(1) 3,11 2,0141 0,003 SMA(12) 4,66 2,0141 0,000

Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa nilai semua parameter kecuali AR(1) memiliki nilai

) ; 2 ( df

hitung

t

t

atau nilai p-value < α, sehingga

diputuskan untuk menolak H0. Jadi nilai

parameter yang signifikan dalam model adalah

parameter model ARIMA (0,1,1)(0,1,1)2.

Uji Kesesuaian Model

Berikut ini adalah uji kesesuian model untuk

model ARIMA (0,1,1)(0,1,1)12.

Uji White Noise

Pengujiawhite noise menggunakan statistik uji Ljung-Box dengan hipotesis nol bahwa residual memenuhi syarat white noise.

Tabel 4. Uji White Noise

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa nilai

Q*<2;df atau nilai p-value > α=0,05 untuk

masing-masing lag, maka dapat diputuskan

menerima H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa

residual memenuhi syarat white noise. Kenormalan Residual

Setelah residual memenuhi asumsi white

noise, selanjutnya dilakukan pengujian apakah residual mengikuti asumsi kenormalan atau tidak dengan hipotesis nol adalah residual berdistribusi

normal. Hasil uji kenormalan residual

menunjukkan bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov

(Dhitung) adalah 0,107 kurang dari nilai tabel

Kolmogorov-Smirnov (Dtabel) yaitu 0,1292 atau

karena nilai p-value=0,150 > α=0,05 maka

diputuskan untuk menerima H0. Jadi residual data

sudah berdistribusi normal. Pemilihan Model Terbaik

Setelah dilakukan uji signifikansi parameter dan uji kesesuaian model (meliputi uji asumsi

white noise dan uji kenormalan residual)

diketahui bahwa model ARIMA yang memenuhi

syarat tersebut adalah model ARIMA

(0,1,1)(0,1,1)12 dengan nilai MAPE sebesar

2,0955%. Peramalan

Berikut adalah persamaan model ARIMA

(0,1,1)(0,1,1)12: 13 3014 , 0 12 7274 , 0 1 4144 , 0 13 12 1              t a t a t a t a t W t W t W t W

berikut ini adalah asil peramalan produksi air bersih dari Januari 2013 sampai Desember 2013:

Tabel 5. Peramalan Produksi Produksi Air Bersih tahun 2013

Bulan Peramalan Produksi Air Bersih (m3) Januari 5.387.653,81 Februari 5.011.885,98 Maret 5.493.762,64 April 5.474.974,09 Mei 5.619.942,18 Juni 5.473.901,19 Juli 5.599.770,83 Agustus 5.625.214,65 September 5.601.790,83 Oktober 5.703.733,02 November 5.521.906,55 Desember 5.675.503,29 Lag Df Q*

2;df P-value 12 10 14,4 18,3070 0,156 24 22 21,0 33,9244 0,519 36 34 31,5 48,6024 0,589

(7)

Verifikasi Hasil Peramalan

Berdasarkan hasil peramalan air bersih pada Tabel 5 dilakukan perhitungan jaraknya (R) sesuai persamaan (15), sehingga jarak

rata-ratanya (R) adalah: 8 , 776 . 161 11 8 , 544 . 779 . 1 1 12 12 2 1 2         t Rt n n t Rt R

Berdasarkan tabel grafik pengendali diketahui

bahwa nilai D4=3,267 dan D3=0, sehingga batas

pengendali 3-sigma adalah

-Batas Pengendali Atas (BPA)

8056 , 524 . 528 ) 267 , 3 ( 8 , 776 . 161 4   RD BPA - Garis Tengah = R= 161.776,8

-Batas Pengendali Bawah (BPB)

0 ) 0 ( 8 , 776 . 161 3   RD BPB

Berikut ini adalah grafik pengendali moving

range dengan Minitab 14 untuk hasil peramalan produksi air bersih pada PDAM Tirta Kencana

Samarinda dimana nilai D4 tidak mengalami

pembulatan sehingga nilai batas pengendali atas akan sedikit berbeda dengan perhitungan manual.

Observation M o v in g R a n g e 12 11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 __ MR=161777 UCL=528571 LCL=0

Moving Range Chart of Peramalan

Gambar 4. Grafik Pengendali Moving Range untuk Hasil Peramalan

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa tidak ada nilai peramalan yang berada di luar batas pengendali, sehingga data hasil peramalan telah terkendali. Dengan demikian model ARIMA

(0,1,1)(0,1,1)12 dapat digunakan untuk melakukan

peramalan produksi air bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda dari Bulan Januari 2013 sampai Desember 2013.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data produksi air bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Model Arima yang terbaik adalah model

ARIMA (0,1,1)(0,1,1)12.

2. Model ARIMA (0,1,1)(0,1,1)12 yang diperoleh

merupakan model peramalan yang terbaik untuk melakukan peramalan produksi air bersih di PDAM Tirta Kencana Samarinda dari bulan Januari 2013 sampai Desember 2013 karena semua hasil peramalannya telah terkendali secara statistik.

Daftar Pustaka

Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta: ANDI.

Aswi dan sukarna. 2006. Analisis Deret Waktu

dan Aplikasi. Makassar: Andira Publisher.

Fariedpradhana. 2012. Forecasting (Peramalan).

Di akses di

http://fariedpradhana.wordpress.com pada

tanggal 15 November 2012.

Hakim, Muhammad Tsani Abdul. 2012.

Pengertian dan Definisi Air. Di akses di http://education.poztmo.com pada tanggal 15 November 2012.

Hidayat, Arif dan Mustanirroh, Siti Asmaul.

2005. Pengendalian Persediaan Cengkeh

untuk Rokok dengan Pendekatan Program Dinamis: Suatu Studi Kasus di PT Gandum Malang. Malang: Universitas Brawijaya.

Juanda, Bambang dan Junaidi. 2012.

Ekonometrika Deret Waktu Teori dan

Aplikasi. Bogor: IPB Press.

Montgomery, Douglas C. 1990. Pengantar

Pengendalian Kualitas Statistik. Yogyakarta: UGM Press.

Raharja, Alda. 2010. Penerapan Metode

Exponential Smoothing untuk Peramalan Penggunaan Waktu Telepon di PT.Telkomsel Divre3 Surabaya. Surabaya: SISFO.

Salamah, Mutiah, Suhartono dan Wulandari, Sri

Pingit. 2003. Analisis Time Series. Surabaya:

FMIPA-ITS.

Soejoeti, Zanzawi. 1987. Analisis Runtun Waktu.

(8)

Gambar

Grafik PACF (c)
Tabel 2.  Uji Signifikansi Parameter  Model
Gambar 4. Grafik Pengendali Moving Range untuk  Hasil Peramalan

Referensi

Dokumen terkait

1, Tahun 2014 Halaman 90 Rectangular adalah grafik pengendali yang mempunyai nilai variansi paling besar, atau dengan kata lain mempunyai batas – batas

Kalau kita lihat pada Gambar 1, walaupun tidak beda nyata menurut analisis statistik, nampak bahwa pada perlakuan kompos hasil pengomposan dengan probiotik urin sapi

Dalam penelitian ini, proses pengumpulan dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu melakukan wawancara dengan petugas yang

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik analisis data terdiri dari tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi atau

Dari uraian yang dipaparkan ini, penulis ingin melihat bagaimana pengaruh dari inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Kota Ambon, apakah sesuai dengan teori ekonomi

Berkaitan dengan kondisi keberadaannya tersebut maka untuk mendeliniasi daerah sebaran logam tanah jarang (RE) perlu dilakukan evaluasi beberapa parameter, yaitu

Grafik rata-rata akses data pada data center internasional (Velo).. Analisis Perbandingan Kinerja Server … 632 Dari hasil analisa yang dilakukan pada data load server dan

Perbandingan Tingkat Aksesibilitas Apakah dengan perubahan sistim transportasi tersebut, lebih mudah ataukah lebih sukar/menyusahkan dalam menempuh suatu lokasi/tempat antar wilayah