• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERSENTASE TEPUNG IKAN TERI (Stolephorus sp)DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP KARAKTERISTIK BUBUR INSTAN BERAS MERAH (Oryza nivara.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERSENTASE TEPUNG IKAN TERI (Stolephorus sp)DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP KARAKTERISTIK BUBUR INSTAN BERAS MERAH (Oryza nivara.)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERSENTASE TEPUNG IKAN TERI (Stolephorus

sp)DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP

KARAKTERISTIK BUBUR INSTAN BERAS MERAH

(

Oryza nivara.

).

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Tety Saftin Janviani 14.302.0269

PRODI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2019

(2)

PENGARUH PERSENTASE TEPUNG IKAN TERI (Stolephorus

sp)DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP

KARAKTERISTIK BUBUR INSTAN BERAS MERAH

(

Oryza nivara.

).

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir Program Studi Teknologi Pangan

Oleh :

Tety Saftin Janviani 14.302.0269

Menyetujui :

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... 15

I PENDAHULUAN ... 16

1.1. Latar Belakang ... 16

1.2. Identifikasi Masalah ... 20

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 20

1.4. Manfaat Penelitian ... 20

1.5. Kerangka Pemikiran ... 21

1.6. Hipotesis Penelitian ... 24

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24 II TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. 2.1. Bahan Baku Utama ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1. Beras Merah ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2. Tepung Beras ... Error! Bookmark not defined. 2.1.3. Ikan Teri ... Error! Bookmark not defined. 2.1.4. Tepung Ikan ... Error! Bookmark not defined. 2.2. Bahan Baku Penunjang ... Error! Bookmark not defined. 2.2.1. Maltodekstrin ... Error! Bookmark not defined. 2.2.2. Gula Pasir ... Error! Bookmark not defined. 2.2.3. Garam... Error! Bookmark not defined. 2.2.4. Merica ... Error! Bookmark not defined. 2.3. Bubur Instan ... Error! Bookmark not defined. 2.4. Pengeringan ... Error! Bookmark not defined. III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

(4)

3.1. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.1.1. Bahan-bahan yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined. 3.1.2. Alat-alat yang Digunakan ... Error! Bookmark not defined. 3.2. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1. Penelitian Pendahuluan ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2. Penelitian Utama ... Error! Bookmark not defined. 3.3. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.3.1. Prosedur Penelitian Pendahuluan... Error! Bookmark not defined. 3.3.2. Prosedur Penelitian Utama... Error! Bookmark not defined. IV HASIL PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. 4.1. Penelitian Pendahuluan ... Error! Bookmark not defined. 4.1.1. Analisis Kadar Air ... Error! Bookmark not defined. 4.1.2. Respon Organoleptik ... Error! Bookmark not defined. 4.2. Penelitian Utama ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1. Respon Kimia ... Error! Bookmark not defined. 4.2.2. Respon Fisik ... Error! Bookmark not defined. 4.2.3. Respon Organoleptik ... Error! Bookmark not defined. V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2. Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN ... 77

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase tepung ikan teri pada bubur instan, untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan pada bubur instan dan untuk mengetahui interaksi antara persentase tepung ikan teri dan suhu pengeringan terhadap karakteristik bubur instan beras merah.

Penelitian dilakukan dalam dua tahap meliputi penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menentukan jenis alat pengering dan lama pengeringan pada bubur instan. Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase tepung ikan teri dan suhu pengeringan dengan menganalisis ada atau tidaknya pengaruh jenis faktor menggunakan rancangan percobaan pola faktorial 3x3 dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari dua faktor yaitu faktor persentase tepung ikan teri yaitu 3,33%, 5%, dan 6,67%, serta faktor suhu pengeringan yaitu 50oC, 60oC, dan 70oC. Respon penelitian utama mencakup respon kimia yang terdiri dari kadar air, kadar protein, kadar lemak dan kadar pati, respon fisik yaitu daya rehidrasi dan waktu rehidrasi, serta respon organoleptik terhadap warna, aroma dan rasa.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persentase tepung ikan teri tidak berpengaruh terhadap karakteristik respon organoleptik dan respon fisik, tetapi berpengaruh terhadap kadar pati, kadar lemak, kadar protein. Suhu pengeringan tidak berpengaruh terhadap respon organoleptik dan respon fisik, tetapi berpengaruh terhadap kadar air. Interaksi persentase tepung ikan teri dan dan suhu pengeringan tidak berpengaruh terhadap respon kimia, respon fisik, dan respon organoleptik.

Kata Kunci: Tepung Ikan Teri, Tepung Beras Merah, Suhu Pengeringan, Bubur Instan

(6)

ABSTRACT

This study aims to determine the percentage of anchovy flour in instant porridge, to determine the effect of drying temperature on instant slurry and to determine the interaction between the percentage of anchovy flour and the drying temperature of the characteristics of instant rice porridge.

The research conducted consist of two stages involve preliminary research and main research. The preliminary research aims to determine the type of dryer and the drying time in instant porridge. The main research aims to determine the percentage of anchovy flour and to determine the effect of drying temperature by analyzing whether there are effects between factors. The experimental method was used Randomized Block Design with 3x3 factorial pattern which consists of two factors, involve the percentages flour anchovies 3,33%, 5% and 6,67%, and as the temperature drying is 50oC, 60oC and 70oC. The main research responses included chemical responses consisting of water content, protein content, fat content and starch content, physical response, namely rehydration power and rehydration time, and organoleptic response to color, aroma and taste.

The results of this study concluded that the percentage of anchovy flour did not affected to the characteristics of organoleptic response and physical response, but it affected the starch content, fat content, protein content. The drying temperature did not affect the organoleptic response and physical response, but it affected to the water content. The interaction of the percentage of anchovy flour and drying temperature did not affect the chemical response, physical response, and organoleptic response.

(7)

I PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, banyak produk-produk pangan yang dipasarkan dalam bentuk makanan instan. Pengembangan produk pangan instan bertujuan memudahkan masyarakat saat mengkonsumsinya. Produk pangan instan sangat mudah disajikan dalam waktu yang relatif singkat. Pangan instan terdapat dalam bentuk kering atau konsentrat, mudah larut sehingga mudah untuk disajikan yaitu hanya dengan menambahkan air panas atau air dingin.

Salah satu jenis makanan instan adalah bubur instan. Bubur instan merupakan bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat dilakukan hanya dengan menambahkan air panas ataupun susu, sesuai dengan selera (Fellows dan Ellis, 1992 dalam Ayun, 2017).

Menurut Larasati (2011) Bubur merupakan makanan dengan tekstur yang lunak sehingga mudah untuk dicerna. Bubur dapat dibuat dari beras, kacang hijau, beras mentah, ataupun dari beberapa campuran penyusun. Pengolahan bubur dilakukan dengan memasak bahan penyusun dengan air (bubur nasi), mencampurkan santan (bubur kacang hijau), dan mencampurkan susu (bubur susu).

(8)

Bubur instan merupakan salah satu produk pangan yang cukup digemari. Menurut Srikaeo dkk (2010) dalam Fauziah (2018), bubur instan adalah makanan berbasis sereal dan dapat dikonsumsi baik dari usia balita maupun usia lanjut. Menurut Handayani (2016), bubur instan tidak hanya sebagai makanan instan saja namun juga harus memenuhi kebutuhan gizi.

Bubur bisa dibuat dengan menggunakan berbagai bahan seperti kacang-kacangan, serealia, ataupun sayuran. Bubur yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah bubur beras. Tetapi tidak semua jenis beras dapat digunakan dalam pembuatan bubur, jenis beras yang digunakan harus pulen

sehingga dapat menghasilkan bubur yang lembut dan bulirnya hancur merata. Beras merah merupakan beras yang banyak memiliki kelebihan dibandingkan beras putih, tetapi pemanfaatannya dalam bidang pangan masih kurang dibandingkan beras putih. Beras merah mengandung banyak senyawa fenolik. Salah satunya kelompok senyawa fenolik yang memiliki manfaat sebagai antioksidan adalah kelompok senyawa flavonoid. Selain itu, keunggulan lain yang dimiliki beras merah adalah kandungan seratnya yang tinggi (Forsalina, 2016).

Kelebihan beras merah dibandingkan beras putih dalam hal kandungan gizi yaitu seratnya lebih tinggi, vitaminnya lebih banyak, mineralnya lebih kaya, indeks glikemiksnya lebih rendah sehingga baik untuk mengontrol gula darah, selain itu kalorinya lebih sedikit, sehingga efektif menurunkan berat badan (Indrasari, dkk, 2009).

Aplikasi beras merah di dalam produk pangan yaitu pembuatan beras merah menjadi tepung. Tepung beras merah bisa menjadi salah satu hasil olahan dalam

(9)

rangka penganekaragaman beras merah, misalnya dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan produk pangan (Forsalina,2016).

Banyak alternatif bahan tambahan pada bubur yang dapat meningkatkan nilai gizi bubur beras antara lain adalah penambahan ikan pada bubur beras sehingga didapatkan bubur yang memliki nilai gizi yang lebih baik dan dapat mengembangkan produk berbahan dasar ikan.

Salah satu jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat adalah ikan teri. Ikan teri merupakan jenis ikan kecil yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti jenis ikan laut lainnya. Ikan teri memiliki tubuh yang kecil sehingga semua sumber gizi yang terkandung dalam tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh manusia. Ikan teri relatif mudah didapati di pasaran dan harganya lebih murah dibandingkan dengan ikan lain. Ikan teri juga merupakan ikan berkadar lemak rendah dan tidak terlalu amis karena kandungan ureanya tidak terlalu tinggi (Isnanto, 2012).

Ikan teri merupakan makanan kualitas tinggi karena seluruh bagian tubuhnya dapat dikonsumsi. Tulang ikan teri banyak mengandung protein dan kalsium. Tiap 100 gram teri segar mengandung energi 77 kkal; protein 16 gram; lemak 1.0 gram; kalsium 500 mg; phospor 500 mg; besi 1.0 mg; vitamin A 47; dan vitamin B 0.1 mg (DepKes, 2005). Kandungan gizi ikan teri baik segar maupun kering lebih tinggi dibanding dengan ikan yang lain.

Tepung ikan sebagai sumber protein hewani memiliki kedudukan penting yang sampai saat ini masih sulit digantikan kedudukannya oleh bahan baku lain bila ditinjau dari kualitas maupun harganya. Kandungan protein asam amino

(10)

esensial yang kompleks, diantaranya asam amino lisin dan metionon. Disamping itu, juga mengandung mineral kalsium dan fosfor, serta vitamin B komplek, khususnya vitamin B12 (Purnamasari dkk, 2006 dalam Ayun, 2017).

Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk pangan karena memiliki kadar gizi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan asupan zat gizi masyarakat yang mengkonsumsinya. Pemanfaatan ini mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan konsumsi ikan pada masyarakat dengan membuat suatu produk pangan dengan fortifikasi sumber gizi dan juga bertujuan untuk membiasakan rasa ikan sejak usia dini (Kurnia dan Purwani, 2008).

Pengeringan adalah suatu usaha untuk mengurangi atau menghilangkan sebagian kadar air sampai batas tertentu yang ada dalam bahan, sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh yang dilakukan dengan cara menguapkan air dalam dengan menggunakan energi panas (Lisdiana, 1997 dalam Dianty, 2017)

Pengeringan adalah suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air mencapai keseimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi (Wirakartakusumah, 1992).

Suhu yang semakin tinggi dan kecepatan aliran udara pengering semakin cepat akan mengakibatkan proses pengeringan berlangsung cepat, semakin tinggi suhu udara pengering semakin besar energi panas yang dibawa udara, sehingga semakin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan bahan yang

(11)

dikeringkan kecepatan aliran udara pengering semakin tinggi akan mengakibatkan semakin cepat pula massa uap air yang dipindahkan dari bahan ke atmosfer. 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Apakah persentase tepung ikan teri berpengaruh terhadap karakteristik bubur instan beras merah ?

2. Apakah suhu pengeringan berpengaruh terhadap karakteristik bubur instan beras merah ?

3. Apakah interaksi antara persentase tepung ikan teri dan suhu pengeringan berpengaruh terhadap karakteristik bubur instan beras merah ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan ikan teri dan suhu pengeringan terhadap karakteristik bubur instan beras merah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase tepung ikan teri pada bubur instan, untuk mengetahui pengaruh suhu pengeringan pada bubur instan dan untuk mengetahui interaksi antara persentase tepung ikan teri dan suhu pengeringan terhadap karakteristik bubur instan beras merah.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Memanfaatkan beras merah sebagai salah satu alternatif bahan baku dalam pembuatan bubur instan sebagai sumber karbohidrat pada masyarakat.

(12)

2. Memberikan informasi tentang penambahan tepung ikan teri dalam peningkatan mutu bubur instan beras merah.

3. Memberikan informasi tentang pengaruh suhu pengeringan dalam peningkatan mutu bubur instan beras merah.

1.5. Kerangka Pemikiran

Menurut Ayun (2017) pada pembuatan bubur instan ikan warna bubur mengalami perubahan menjadi kecoklatan, perubahan warna tersebut diakibatkan oleh penambahan ikan. Ikan akan mengalami reaksi maillard saat proses pemasakan atau pengeringan karena kandungan protein pada ikan yang tinggi dan adanya gula pereduksi. Menurut Winarno (1991) reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer yang biasanya terdapat pada bahan awal sebagai asam amino yang menghasilkan basa Schiff. Reaksi lebih lanjut menghasilkan aldehid aktif yang kemudian mengalami kondensasi aldol sehingga menghasilkan senyawa berwarna coklat.

Aroma berasal dari senyawa-senyawa aromatik pada bahan. Senyawa aromatik bisa didapat dari proses seperti diantaranya pemanasan atau secara alami terdapat pada bahan itu sendiri. Menurut Ekawati dkk. (2014) mengenai formulasi dan fortifikasi ikan cakalang (katsuwonus sp.) pada bubur instan mengatakan bahwa perbedaan jumlah ikan cakalang tidak mempengaruhi kartakteristik kenampakan,warna, dan aroma bubur instan yang dihasilkan.

Rasa ditentukan oleh komposisi yang dapat menimbulkan rasa gurih yang seimbang pada bahan pangan. Cita rasa bubur ikan lebih gurih apabila penambahan ikan lebih banyak dibandingkan dengan penambahan beras. Menurut

(13)

Irnani dan Lucia (2014) dalam Rizqi (2016) , salah satu asam amino yang dapat membangkitkan cita rasa adalah asam amino glutamat atau garamnya. Asam glutamat mendominasi kandungan asam amino dari ikan laut dalam yaitu antara 0,5130-0,7850%. Banyaknya kandungan asam glutamat pada beberapa ikan laut dalam menyebabkan daging ikan laut dalam beraroma gurih manis (Fanany, 2005).

Menurut Ayun (2017) kandungan gizi yang terdapat pada bubur instan dengan menggunakan tepung beras dan ikan kembung diperoleh kadar air 6,341%; kadar protein 23,639%; kadar karbohidrat 36,090%; dan kadar lemak 3,181%.

Menurut Dewita dan Syahrul (2010), kandungan gizi yang terdapat pada bubur instan beras merah dengan penambahan konsentrat protein ikan yaitu protein 17,71% bb, lemak 12,61%bb, air 3,0%bb, abu 2,31%bb, serat 4,13%bb, karbohidrat 65,39%bb, dan kalori 48,68%bb, yang memiliki umur simpan selama 30 hari.

Menurut Ekawati, dkk (2014) formulasi terpilih terhadap karakteristik bubur instan beras dengan ikan cakalang yaitu, perbandingan beras dan ikan 1:4 memiliki kadar air 0,0%, kadar abu 2,81%, kadar lemak 8,27%, kadar protein 29,89% dan kadar karbohidrat 61,03%.

Menurut Elvizahro (2011) substitusi tepung ikan patin dan tepung labu kuning terhadap bubur instan dihasilkan memiliki kadar air berkisar antara 5,36-5,8%, kadar abu berkisar antara 2,76-3,3%, kadar lemak 11,34-14,97%, kadar

(14)

protein 19,28-22,45%, kadar karbohidrat 54,34-60,74% dan kadar serat kasar 1,69-5,93%.

Menurut Amirullah (2008) formulasi tepung ikan tenggiri dan tepung ikan swangi dalam pembuatan bubur bayi instan menyatakan bahwa bubur bayi instan terpilih memiliki kadar protein 23,17%, kadar lemak 6,46% dan kadar karbohidrat 59,87%.

Menurut Novitasari (2018) pembuatan bubur instan dengan penggunaan variasi perbandingan tepung jagung putih dan tepung beras yang terpilih lama pengeringan 5 jam dan suhu 70oC dengan kadar air 8,04%.

Menurut Muchtadi (1997), proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan. Akan tetapi pengeringan dengan menggunakan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pengeringan yang tidak merata (Martunis, 2012 dalam Novitasari, 2018).

Suhu yang tinggi dan waktu pengeringan yang terlalu lama menyebabkan terjadinya perubahan warna bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan (Lidiasari E, dkk, 2006). Susanto dan Saneto (1994) menambahkan bahwa pengaruh pengeringan terhadap kualitas bahan tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan, perlakuan pendahuluan, lama pengeringan, jenis proses pengeringan, dan lain-lain.

Menurut Yuniarti dkk (2013), pengaturan suhu dan lama pengeringan sangat mempengaruhi mutu bahan yang dikeringkan. Pada umumnya, diketahui bahwa semakin lama waktu pengeringan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam

(15)

bahan pangan. Penggunaan suhu tinggi dapat menyebabkan kerusakan vitamin C, protein, dan beberapa vitamin B, serta terjadinya reaksi pencoklatan.

Menurut Ratnaningsih (2010) pengeringan tepung umbi ganyong dilakukan pada suhu 50-60oC selama 4-5 jam. Menurut Antarlina dkk (1998) dalam Dianty (2017) Pengeringan menggunakan alat efektif pada suhu 60oC hingga kering (kadar air sekitar 7%).

Menurut Dianty (2017) berdasarkan hasil analisis lemak dengan menggunakan metode soxhlet diketahui bahwa kadar lemak yang terdapat pada tepung umbi ganyong denga jenis pengering cabinet dryer selama 7 jam yaitu 2,196%.

1.6. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan didukung oleh kerangka pemikiran dapat diambil hipotesis sebagai berikut :

1. Persentase tepung ikan teri diduga berpengaruh terhadap karakteritik bubur instan beras merah.

2. Suhu pengeringan diduga berpengaruh terhadap karakteristik bubur instan beras merah.

3. Interaksi antara persentase tepung ikan teri dan suhu pengeringan diduga berpengaruh terhadap karakteristik bubur instan beras merah.

1.7. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Laboratorium penelitian Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Jl. Dr. Setiabudhi No 193 Bandung dan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Jl. Tangkuban Perahu

(16)

No. 517 Kotak Pos 8413, Lembang 40391. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Januari sampai dengan Februari 2019.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. Ikrawan, Y. Hervelly. 2018. Karakteristik Cookies Gluten Free Dengan Perbandingan Tepung Beras Merah (Oryza nivara) dan Tepung Almond (Prunus dulcis) yang Berbeda. Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Amirullah, T. C. 2008. Fortifikasi Tepung Ikan Tenggiri (Scomberomorus Sp.) Dan Tepung Ikan Swangi (Priacanthus Tayenus) Dalam Pembuatan Bubur Bayi Instan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Amrullah, Fahmi. 2012. Kadar Protein dan Ca pada Ikan Teri Asin Hasil Pengasinan dengan Abu Pelepah Kelapa. Jurnal. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

AOAC. 2005. Official Methods Of Analysis. Association Of Official Analitycal Chemists. Benjamin Franklin Station. Washington.

Ayun, Y.Q. Ghozali, T. Arief, D. Z. 2017. Optimalisasi Formulasi Tepung Beras dan Tepung Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta L) Terhadap Karakteristik Bubur Instan Ikan dengan Menggunakan Design Expert Metoda Simplex Lattice Design. Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Badan Standarisasi Nasional. 2005. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) – Bagian 2: Bubuk Instan. SNI 01-7111.1-2005. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. Tepung Beras. SNI 3549-2009. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.

Burhanuddin. 2001. Forum Pasar Garam Indonesia. Badan Riset Kelautan Dan Perikanan. Jakarta

Darwin. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Perpustakaan Nasional: Sinar Ilmu.

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Muchji Muljohardjo. Cetakan Pertama. Edisi Ketiga. Universitas Indonesia. Jakarta. Dewita dan Syahrul. 2010. Laporan Hibah Kompetensi Kajian Diversifikasi Ikan Patin (Pangasius sp) dalam Bentuk Konsentrat Protein dan Aplikasinya pada Produk Makanan Jajanan Untuk Menanggulangi Gizi Buruk pada Anak Balita Di Kabupaten Kampar, Riau. Lembaga Penelitian Universitas Riau, Pekanbaru.

(18)

Dianty, A. Widiantara, T. Cahyadi, W. 2017. Pengaruh Jenis Pengering dan Lama Pengeringan terhadap Karakteristik Tepung Umbi Ganyong (Canna edulis ker.). Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata, Jakarta.

Ekawati, Y. Paramudhita, P. S. Utami, F. A. Yusida, A . 2014. Formulasi Dan Fortifikasi Ikan Cakalang (Katsuwonus Sp.) Pada Bubur Instan Sebagai Pangan Fungsional Tinggi Protein Dan Karbohidrat Dalam Penanggulangan Kasus Gizi Buruk Di Indonesia. Jurnal. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Elvizahro, Leiyla. 2011. Kontribusi MP-ASI Bubur Bayi Instan dengan Substitusi Tepung Ikan Patin dan Tepung Labu Kuning terhadap Kecukupan Protein dan Vitamin pada Bayi. Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang.

Fajar, A. Wijana, S. dan Rahmah, N. L.2016. Pembuatan Tablet Effrvescent Wortel (Daucus carota L.) Pada Skala Ganda.. Jurnal. Universitas Brawijaya. Malang.

Fanany, F. 2005. Kajian Awal Kandungan Gizi Dan Antibakteri Beberapa Ikan Laut Dalam Di Perairan Selatan Jawa. Jurnal. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor

Fauziah, F. Hasnelly. Sutrisno, E. 2018. Pengaruh Perbandingan Fitrat Bekatul dengan Tepung Edamame dan Konsentrasi Maltodekstrin Terhadap Karakteristik Bubur Instan Organik.. Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Forsaliana. 2016. Pengaruh Subtitusi Tepung Terigu Dengan Tepung Beras Merah (Oryza nivara) Terhadap Karakteristik Bakpao. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan Vol. 1 No.1, UNUD: Bali

Gasperz, V. 1995. Metode Perancangan Percobaan. CV Armico, Bandung. Handayani, D. Achyadi, N.S. Suliasih, N. 2016. Kajian Perbandingan Bekatul

dengan Tepung Tempe dan Konsentrasi Maltodekstrin pada Bubur Instan Berbasis Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.). Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Hartomo, A.J. dan M.C. Widiatmoko. 1992. Emulsi dan Pangan Instan Berlesitin. Andi Offset, Yogyakarta.

Hendy. 2007. Formulasi Bubur Instan Berbasis Singkong Sebagai Pangan Alternatif. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

(19)

Hidayati, A.E. 2015. Pengaruh Konsentrasi Ikan Teri (Stolephorus sp) Pada Pembuatan Kudapan PMT Balita Terhadap Kandungan Protein Dan Sifat Organoleptik. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Indrasari, S.D., Purwani, E.Y., Widowati, S. Dan Damardjati, D.S. 2009. Peningkatan Mutu Nilai Tambah Beras Melalui Mutu Fisik, Cita Rasa, Dan Gizi. Dalam Padi Inovasi Dan Teknologi Buku 2. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi: Subang.

Indrasari, S.D., Adyana, M.O. 2006. Preferensi Konsumen Terhadap Beras Merah. BB Padi.. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Iptek Tanaman Pangan Vol.2. No.2.2007.

Isnanto, T. 2012. Pembuatan Opak Dengan Penambahan Ikan Teri (Stolephorus spp) Kaya Protein. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Kartika, B., Pudji, H., dan Wahyu, S. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan

Pangan. Penerbit UGM Press. Yogyakarta.

Kristamtini., Purwaningsih, H. 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah Sebagai Plasma Nutfah. Yogyakarta : Jurnal Litbang Pertanian. 28 (3): 88-95.

Kurnia, P dan Purwani, E. 2008. Pemanfaatan Ikan Kembung Sebagai Bahan Baku Tepung Ikan Ditinjau Dari Kadar Abu, Air, Protein, Lemak dan Kalsium. Jurnal kesehatan ISSN 1949-7621.

Larasati. 2011. Kajian Formulasi Bubur Bayi Instan berbahan Dasar Pati Garut Maranta Arundinaceae L Sebagai Makanan pendamping ASI (MP-ASI) terhadap sifatFisik dan Organoleptik. Jurnal Teknologi Pangan Dan Hasil Pertanian Universitas Semarang.

Luthana, Yongki Kastanya. 2008. Maltodekstrin. http://yongkikastanyaluthana.com. Diakses: 7 september2018.

Marcianda, N. Sutrisno, A.D., Hasnelly. 2017. Pengaruh Komposisi Tepung Umbi Ganyong (Canna edulis Ker) dengan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) dan Suhu Gelatinisasi terhadap Bubur Instan untuk Bayi. Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung.

Muchtadi, T.R. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: IPB Press. Novitasari, D. Garnida, Y. Widiantara, T. 2018. Pembuatan Bubur Instan

Dengan Penggunaan Variasi Perbandingan Tepung Jagung Putih Dan Tepung Beras Serta Suhu Pra-Gelatinisasi. Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

(20)

Nurfida, A. dan Puspitawati, N.I. 2010. Pembuatan Maltodekstrin Dengan Proses Hidrolisa Parsial Pati Singkong Menggunakan Enzim α-Amilase. Jurnal. Universitas Diponegoro. Semarang.

Nurhasanah, A. N. S., Suliasih, N., Taufik, Y. 2015. Pengaruh Konsentrasi Etanol dan Suhu Pengeringan terhadap Karakteristik Minuman Serbuk Daun Murbei (Morus alba L.) dengan Metode Foam-Mat Drying. Tugas Akhir. Universitas Pasundan. Bandung.

Perana, A. 2003. Penambahan Ikan Teri (Stolephorus sp) Sebagai Sumber Protein Dalam Pembuatan Tortilla Chips. IPB, Bogor.

Perdana, D. 2003. Dampak Penerapan ISO 9001 Terhadap Peningkatan Mutu Berkesinambungan Pada Proses Produksi Bubur Bayi Instan Di PT.43 Gizindo Prima Nusantara. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rizqi. P.Z. 2016. Pengaruh Perbandingan Jamur Tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) Dengan Tepung Tempe Dan Penambahan Air Terhadap Karakteristik Sosis Jamur. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan. Fakultas Teknik.Universitas Pasundan. Bandung.

Rosmawati. Taufik, Y. Ghozali, T. 2018. Pengaruh Konsentrasi Santan Terhadap Karakteristik Nasi Uduk Beras Merah (Oryza nivara) Instan. Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung.

Santosa, I. Andinni P. W, dan Endah S. 2016. Kajian Sifat Kimia Dan Fisika Tepung Ubi Jalar Putih Hasil Pengeringan Cara Sangrai. Jurnal. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Yogyakarta.

Shofianto, E. 2008. Hidrolisis Tongkol agung Oleh Bakteri Selulotik Untuk Produksi Bioetanol dalam Kultur Campuran. Skripsi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan Dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Sumargono, dan Ferykasari. 2007. Membuat Garam Dan Gula. Jakarta: Dinamika Kompetensi

Susanto, T dan Budi S. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Surabaya: PT Bina Ilmu.

Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Winarno, F. G. 1995. Enzim Pangan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(21)

Winarno, F. G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wirakartakusumah, A. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yuniarti P W, T.D Sulistiyawati dan E. Supriyatno. 2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalis striatus). Jurnal THPI Student.

Yustiyani. 2013. Formulasi Bubur Instan Sumber Protein Menggunakan Komposit Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaricus L.) Dan Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.) Sebagai Makanan Pendamping Asi (MP-ASI). Skripsi Sarjana Program Studi Ilmu Gizi Pada Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi pakan ikan dengan substitusi tepung ikan dan tepung kepala ikan teri; dan mengetahui pengaruh pemberian substitusi

Sifat sensoris bubur bayi instan berbahan tepung millet kuning dan tepung beras hitam formula terbaik F3 berdasarkan parameter aroma, warna, rasa, tekstur, dan overall

Bubur bayi instan sumber protein dapat dibuat dengan bahan dasar komposit tepung kacang merah dan pati ganyong menggunakan metode pencampuran kering ( dry mixing

Hasil penelitian terhadap bubur instan berbahan dasar tepung jagung pulut dan tepung kacang merah menunjukkan kisaran antara 3,79-4,63% maka kadar serat kasar

Hasil penelitian utama pengujian organoleptik terhadap rasa dendeng batang talas menunjukkan bahwa penambahan ikan teri 10% dan 20% dengan berbagai suhu

Tabel 5 menunjukan bahwa variasi formula tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan panelis terhadap aroma bubur bayi instan, akan tetapi apabila dilihat dari data

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan asap cair terhadap laju oksidasi ikan teri galer asin kering selama penyimpanan suhu ruang4. Penelitian ini

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui suhu pengeringan dan perbandingan sonde serbuk dengan tepung pisang manakah yang memenuhi syarat dan dapat diterima