• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN PADANG PANGA KEL. KAREMA KEC. MAMUJU KAB. MAMUJU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN PADANG PANGA KEL. KAREMA KEC. MAMUJU KAB. MAMUJU"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN PADANG PANGA KEL. KAREMA KEC.

MAMUJU KAB. MAMUJU

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam fakultas

Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: NURAIDASYAM

105270010115

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1442 H / 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Nuraidasyam, 105270010115, 2020, Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kec. Mamuju kab. Mamuju. (dibimbing oleh Abbas Baco Miro dan Meisil B. Wulur).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Untuk mengetahui karakter anak di Lingkungan Padang Panga kec. Mamuju 2) Untuk mengetahui peran komunikasi orang tua dalam pembentukan anak di Lingkungan Padang Panga kec, Mamuju.

Penelitian ini bersifat Kualitatif Deskriptif, yakni memberikan gambaran pada temuan-temuan lapangan yang berhubungan dengan objek penelitian dan juga gambaran mengenai subjek penelitian dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat dan sesuai dengan disiplin yang kuat yang ditekuni di antaranya 1) Jenis dan pendekatan penelitian yaitu jenis kualitatif metode deskriptif kualitatif 2) Lokasi dan Obyek Penelitian yaitu di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kab. Mamuju 3) Fokus penelitian yaitu Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak di Lingkungan Padang Panga kel. Karema kec. Mamuju kab. Mamuju 4) Deskripsi Fokus Penelitian 5) Sumber Data primer yakni dalam bentuk wawancara langsung dan tidak langsung, dan dokumentasi 6) Instrumen Penelitian yaitu : a) instrumen ini peneliti sendiri, b) intrumen pendukung wawancara, dokumentasi, serta observasi. Dan c) dengan sarana. Pulpen, buku catatan, dan handpone 7) Teknik Pengumpulan Data dengan menggunakan teknik induktif. Teknik induktif adalah menganalisis data dari yang bersifat khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.

Adapun hasil penelitian ini adalah pertama, Peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak yaitu 1) Memberi dasar pendidikan 2) Membentuk karakter anak harus sejak dini 3) orang tua mengajarkan 1) peran orang tua bagaimana mendidik anak 2) pembentukan karakter nilai-nilai atau tingkah laku yang sesuai dengan norma adat, agama, dan hukum. Kedua, Faktor penghambat 1) kurang pengetahuan dalam bagaimana cara mendidik anak 2) Tidak tegas/ disiplin dalam menegur kesalahan yang dilakukan anak.

(6)

KATA PENGANTAR ميح رلا نم رلا الله مسب

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena limpahan Rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi dengan judul “Peran Komunikasi Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga Kel. Karema Kab. Mamuju”. Salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Mumammad sallallahu „alaihi wasallam yang telah membawa umat manusia dari alam gelap gulita menuju alam yang terang benderang. Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan skipsi ini tentunya tidak lepas dari dalam berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis. Maka dengan itu melalui kesempatan ini sudah sepantasnya penulis dengan rasa hormat mengucapkan terimah kasih, terutama kepada:

1. Syeikh Dr. (HC) Mohammad Mohammad Thayyib Khoory, selaku pemilik yayasan AMCF yang mempasilitasi penulis dengan scholarship

(ةيس ارد ةحنم( hingga selesai, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan mudah

2. Prof Dr H. Ambo Asse M,ag. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Drs H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I., Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Dr. H. Abbas Baco Miro, Lc., MA., Selaku Ketua Prodi Komunikasi Penyiran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

(7)

Makassar. Sekaligus Pembimbing Skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis guna terwujudnya penulis skripsi ini.

5. Dr. Meisil B Wulur, S.Kom.I.,M. Sos.I selaku pembimbing yang selalu memotivasi penulis sehingga penulis banyak mengambil manfaat darinya.

6. Para dosen dan staf karyawan Prodi KPI Unismuh Makassar, yang membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis dalam mencari referensi pustaka.

7. Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan do’a dan materi kepada penulis hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Kakandaku Sister Koni dan Brother jaka yang banyak berjasa dengan dukungan motivasi dan materinya

9. Teman-teman Prodi KPI satu angkatan yang telah memberikan sumbangsinya melalui sharing ide dan saran, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu pada kesempatan kali ini yang telah membantu penulis dengan hati terbuka.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kakurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan sambut dengan tangan terbuka. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya.

(8)

Makassar, 27 Oktober 2020 Penulis, NURAIDASYAM NIM : 1052 7001 0115

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN

Halaman Sampul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Pernyataan Keaslian Skripsi ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x BAB I : PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI... 7

A. Urgensi komunikasi dalam keluarga ... 7

1. Pengertian komunikasi ... 7

2. Jenis- Jenis Komunikasi ... 12

3. Bentuk-bentuk komunikasi ... 13

4. Fungsi Komunikasi Keluarga ... 18

B. Peran Orang Tua Dalam Membentuk Karakter anak ... 19

1. Pengertian Orang Tua ... 19

2. Peran Orang Tua... 21

(10)

4. Pengaruh terhadap karakter anak ... 26

BAB III: METODE PENELITIAN ... 31

A. Jenis Penelitian ... 31

B. Lokasi, waktu dan objek penelitian ... 32

C. Fokus Dan Deskripsi Penelitian ... 33

D. Sumber Data ... 35

E. Insrtumen Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Analisis Data ... 39

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 41

1. Sejarah lingkungan Padang Panga ... 41

2. Jumlah Penduduk... 42

3. Pekerjaan ... 43

4. Sarana Pendidikan dan Kesehatan ... 43

5. Jenis Kegiatan Masyarakat ... 44

B. Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga ... 45

C. Peran Orang tua dalam Membentuk Karakter Anak ... 47

D. Analisis Hasil Penelitian ... 52

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 55

B. Saran-saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Padang Panga ... 41 Tabel 4.2 Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga .... 42 Tabel 4.3 Sarana Pendidikan ... 42 Tabel 4.4 Sarana Kesehatan ... 43 Tabel 4.5 Jenis kegiatan sosial masyarakat ... 43

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstruktur dan kesadaran mendidik melainkan karena secara koadrat memberi secara alami membangun situasi pendidikan. Ibu adalah orang dan teman pertama yang didapatkan anak. Oleh sebab itu anak akan meniru apa yang dilakukan oleh ibu. Dalam Islam pendidikan pertama yang dilakukan oleh orang Islam adalah pendidikan keluarga.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT :

]412[

َيِبَرْ قَْلْا َكَتَيرِشَع ْرِذْنَأَو

Terjemahnya: ”Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabat yang

terdekatmu” (QS. Asy-Syuaraa: 214)

Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua dilaksanakan dalam rangka memelihara dan membesarkan anak, melindungi keselamatan jasmani dan rohani untuk membahagiakan anak-anak didunia maupun diakhirat.1

Peranan orang tua mendidik anak dalam rumah tangga sangatlah penting karena dalam rumah tanggalah seorang anak mula-mula memperoleh bimbingan dan pendidikan orang tuanya. Tugas orang

(13)

adalah sebagai guru pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter bagi anak.2

Keluarga merupakan suatu kelompok sosial yang utama tempat anak belajar menjadi manusia sosial. Rumah tangga menjadi tempat pertama perkembangan segi-segi sosial anak, dan dalam interaksi sosial dengan orang tuanya yang wajar, anak yang memperoleh perbekalan yang memungkinkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berharga kelak, sedangkan apabila hubungannya dengan orang tuanya kurang baik, maka besar kemungkinan bahwa interaksi sosial pada umumnya pun berlangsung kurang baik pula. Salah satu pertanda pada hubungan baik antara anak dengan orang tuanya ialah bahwa anaknya tidak segan-segan untuk menceritakan isi hatinya atau cita-citanya kepada orang tuanya.3

Keluarga juga merupakan suatu kelompok terkecil ditengah masyarakat, hendaknya berfungsi sebagai suatu tempat pertama dan utama dalam proses pedidikan. Anak mengalami pembinaan pribadi pada permulaan di dalam keluarga. Suasana keluarga dan apa yang dihayati di dalam keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa anak, oleh sebab itu hubungan antara ayah, ibu dan anak akan mempunyai pengaruh besar terhadap suasana keluarga pada umumnya, dan khususnya terhadap perkembangan anak, terutama pada perasaan dan kehidupan

2

Abdullah Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani 2007, Cet, 1) h,363

3

(14)

sosial. Pentingnya bahwa kasih sayang itu perlu dibina dalam kehidupan keluarga, sehingga setiap anggota keluarga merasa terpuaskan kebutuhan akan kasih sayang.4

Banyak menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat funda mental bagi seorang dalam kehidupan masyararakat terutama dalam kekeluargaan. Propesor Wilbur Schramm menyebutkan bahwa komunikasi dalam masyarakat ada dua kata yang tidak pernah dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin masyarakat berbentuk sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak mungkin dapat mengembang tanpa komunikasi. Karena komunikasi adalah salah satu aktifitas yang sangat pundah mental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak Adam dan Hawa.5

Komunikasi yang lancar dalam anggota keluarga sangat penting. Sebab ada didalamnya keterkaitan yaitu untuk saling berhubungan dan saling memerlukan satu sama lain dalam keluarga terutama hubungan kepada anak-anak kita. Oleh karena itu komunikasi yang saling harmonis dalam keluarga sangatlah dibutuhkan agar supaya dalam keluarga tetap baik. Kemudian dengan adanya komunikasi yang baik dan dengan membimbing dan mendidik anak-anaknya menuju kebaikan agar menjadi

4

Kartini Kartono, Seri Psikologi Terapan, (Jakarta: PT. Rajawali, 1985, Cet.1), h. 35

5

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu komunikasi, ( Jakarta PT. Raja Grafindo Persada), h. 5

(15)

suri tauladan untuk dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman dalam QS. At-Tahrim : 6

ةَكِئ َلََم اَهْ يَلَعُةَراَجِْلْاَو ُساَّنلا اَىُدوُقَو اًراَن ْمُكيِلْىَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

نوُرَمْؤُ ي اَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُىَرَمَأ اَم َوَّللا َنوُصْعَ ي َلَ داَدِش ظ َلَِغ

[ 6 ]

ََ

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintah-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6). 6

Maksud dari ayat diatas bahwa Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman untuk selalu menjaga diri dan keluarga dari segala perbuatan buruk yang bisa menjerumuskan kedalam api neraka. Oleh karena itu orang tua dalam keluarga harus mampu menjaga anak-anknya dengan cara membimbing dengan baik sebagai anak yang bisa menyelamatkan di akhirat kelak nanti.

Hubungan antara anak dan orang tua adalah hubungan sarat dengan mansa yang psikologi subyektif, hanya dengan mensikapi secara subyektif hubungan interpersional keluarga akan berjalan mulus dan indah. Pengetahuan psikologi bisa menggunakan untuk mengatasi konflik-konflik sosial dengan pendekatan kekeluargaan, bahkan bisa juga digunakan untuk mewarnai psikologi politik tingkat tinggi dalam membangun keluarga bangsa.7

6Kementrian agama RI Al-Qu‟an dan Terjemahan (Bandung: Syamil Qur’an,

2009), h. 522

7

(16)

Komunikasi antara orang tua dengan anak-anak, orang tua, dapat menjadikan sumber kegembiraan yang besar dan juga banyak frustrasi di dalam keluarga. Dalam meneliti komunikasi antar generasi pada semua tentang kehidupan. Williams dan Nussbaum menemukan banyak faktor yang menjelaskan bagi kekuatan hubungan anak-orangtua yang berumur tujuh tahun atau lebih. Hubungan orangtua-anak yang kekal tetap yang memuaskan apabila apabila adanya hubungan tetap, adanya kasih sayang secara timbal balik pada tingkat tinggi, dukungan sosial dan bantuan yang nyata, dan adanya kesepakatan, keyakinan dan opini.8

Komunikasi yang baik dalam keluarga akan merasa tentram, sayang menyayangi dan akan memberikan kedamaian secara lahir batin, sehingga akan mencapai pengharapan sebagai keluarga yang harmonis untuk kebahagiaan didunia maupun akhirat. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut “Peran Komunikasi Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak di Lingkungan Padang Panga, Kel. Karema Kab. Mamuju”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah:

1. Bagaimana karakter anak di Lingkungan Padang Panga?

2. Bagaimana peran komunikasi orang tua dalam pembentukan karakter anak di Lingkungan Padang Panga, Kec Mamuju?

8

Muhammad, Budyatna, M,A. Dr. Leila Mona Ganiem, M.si. Teori Komunikasi Antarpribadi, (PT kencana media. Cet 1, 2011 Cet ke- 11, 2012)

(17)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui karakter anak di Lingkungan Padang Panga. Kec. Mamuju.

2. Untuk mengetahui peran komunikasi orang tua dalam pembentukan anak di Lingkungan Padang Panga. Kec. Mamuju

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat berguna untuk sebagai berikut:

1. Secara teoritas:

a. Dapat menambah wawasan pengetahuan penulis tentang bagaimana komunikasi membentuk karakter anak.

b. Sebagai bahan refrensi untuk peneliti selanjutnya. 2. Secara praktis:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan mengenai komunikasi orang tua dengan anak.

b. Untuk mengetahui beberapa besar pengaruh komunikasi karakter antara orangtua dengan anak.

c. Memberi masukan kepada orang tua untuk mewujudkan keluarga yang bahagia.

(18)

18 BAB II KAJIAN TEORI

A. Urgensi Komunikasi dalam Keluarga 1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris „communication‟ berasal dari bahasa latin „communication‟ bersumber dari „communis‟ yang berarti “sama” sama disini adalah pengertian “sama makna” antara kedua bela pihak yang terlibat. Komunikasi secara sederhana, dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan akibat tertentu. Komunikasi adalah transmisi dari satu orang ke satu orang, dimana pengirim maupun penerimanya spesifik. Komunikasi adalah bentuk transmisi yang paling klasik dalam sejarah umat manusia.9

Komunikasi adalah suatu yang urgen dalam kehidupan umat manusia. Dan komunikasi dalam Islam mendapatkan tekanan yang cukup bagi manusia sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk Allah. Dan terekam lebih jelas bahwa tindakan komunikasi tidak hanya dilakukan oleh setiap manusia dan lingkungan hidup saja, melainkan juga dengan Allah. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang menggambarkan tentang proses komunikasi.10

9

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, (Jakarta: PT. Kencana, 2011, Cet, 5) h. 125

10

Wahyu ilahi MA., Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya jl. Ibu Inggit Garnasih), h.1

(19)

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku.11

Istilah komunikasi yaitu kian populer adanya timbal balik, adanya komunikasi tatap muka, adanya komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung, komunikasi tidak vertikal, komunikasi horizontal, komunikasi dua arah dan lain sebagainya. Everett M, Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada study riset komunikasi, khususnya dalam penyebaran inovasi membuat definisi bahwa:

“Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingka laku mereka”.

Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid sehingga melahirkan suatu definisi baru yaitu:

“komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”.

11

Onong Uchjana Effendy. ,Dinamika Komunikasi, (Bandung Remaja Rosdakarya, 2000), h. 60.

(20)

Rogers mencoba mensfesifikasikan hakikat suatu hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), dimana dia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkahlaku serta kebersamaan dalam menciptakan dan saling pengertian dari orang-orang yang ikut serta dalam suatu proses komunikasi.12 Ragam penggunaan komunikasi yaitu dapat didefinisikan suatu ilmu perilaku atau ilmu sosial dan pengetahuan budaya tarapan. Disiplin ini berbagi psikologi, sosial, antropologi dan ilmu politik dalam mengajar pengetahuan individu manusia dan kegiatan sosial. Bidang komunikasi juga berdekatan tradisi humaniora dan profes. Jadi dari tarik lain komunikasi adalah kesempatan untuk belajar sebuah disiplin yang menggabungkan bermacam tradisi ilmu sosial, humaniora, dan profesional.13

Komunikasi banyak berperan sebagai komunikan manakala menyatakan yang disampaikan semata untuk mewujudkan motif komunikasi dari komunikan. Karena itu menyatakan ini disebut umpan balik, yang diartikan sebagai komunikan atas pesan yang disampaikan oleh komunikator terjadi pada kasus:

a. Komunikan dapat menjadi komunikator

b. Ketika ia memberikan pernyataan yang bukan sekedar jawaban untuk mewujudkan motif komunikasi komunikator melainkan untuk mewujudkan komunikasinya sendiri. Karenanya komunikan telah

12

Hafied Cangara. ,Pengantar Ilmu Komunikasi, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005 ) h. 19

13

Ibnu Ahmad. Komunikasi dan Perilaku Manusia, ( Jakarta: Rajawali pers,2013 ), h. 10

(21)

beralih peran menjadi komunikator dan menyatakan bukan semata umpan balik melainkan juga pesan.14

Komunikasi merupakan antara proses yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, keinginan mempertahankan suatu persetujuan mangenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup.15

Jika dalam kecamata Islam, komunikasi yang baik adalah yang sesuai dengan etika Islam. Etika komunikasi dalam Islam ada dua yaitu: Etika komunikasi transedental (hablum minallah) dan komunikasi insani

(hablumminannas). Etika komunikasi transendental adalah suatu etika komunaikasi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia ketika berkomunikasi dengan Allah SWT. Sedangkan etika komunikasi insani adalah etika komunikasi yang berhubungan dengan sikap dan perilaku manusia ketika berkomunikasi antara individu dan kelompok.16

Pengertian komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dari bentuk bidang yang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi kepercayaan, himbauan, harapan dan tatap muka

14

Dani Vardiansyah Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (jakarta: PT Macanan jaya cemerlang 2008), h.24

15

Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) h.1

16

Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak dalam Keluarga Perfektif dalam Pendididkan Islam (Jakarta PT. Asda Mahasatya, 2004), h. 103

(22)

maupun tidak langsung melalui media, dengan tujuan untuk mengubah sikap dan perilaku.17 Disamping itu komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses pemindahan informasi (verbal dan non verbal) dari satu pihak kepihak yang lain untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan tersebut dapat berupa perhatian, pengertian, penerimaan ataupun perilaku dan tindakan.18 Jadi jika pesan yang dipesan oleh orang lain, baik disengajah ataupun tidak disengaja ataupun tidak maka sebenarnya juga telah terjadi komunikasi, tanpa adanya pesan yang diterima maka komunikasi akan terjadi.

Adapun komunikasi menurut pendapat lain, yaitu suatu tingkalaku, perbuatan atau kegiatan penyampaian atau pengoperan lambang-lambang, yang mengandung arti atau makna, atau perbuatan penyampaian suatu gagasan informasi dari seseorang kepada orang lain. Atau lebih jelasnya, suatu pemindahan atau penyampaian informasi, mengenai pikiran dan perasaan-perasaan.19

Definisi yang telah diuraikan diatas, maka komunikasi antara orang tua dengan anak yang dimaksud yaitu suatu interaksi yang dilakukan oleh orang tua dengan anak dalam keluarga untuk memberikan kehangatan, kenyamanan, perhatian, kasih sayang bimbingan, yang memberikan contoh perilaku yang baik kepada anak dan menanamkan nilai budi

17

Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju,1986), cet 1, h. 60

18

Irwanto Dany Yatim. Kepribadian Keluarga dan Narkoba (jakarta: PT arcan, 1991), cet 3, h. 79

19

James G. Robbins. Komunikasi yang efektif, (jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1986), cet. 3 , h. 1

(23)

pekerti yang baik, yang bertujuan agar terbentuk perilaku yang baik kepada anak dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Jenis Komunikasi Keluarga

Dalam hal ini jenis komunikasi dikalangan para pakar yang berbeda satu sama lainnya. Dan dapat didasarkan atas sudut pandang dari masing-masing para pakar dan menurut pengalaman dan bidang studinya. Kelompok sarjana amerika yang menulis buku human communication membagi komunikasi atas lima maca, yakni komunikasi antar pribadi (interpersional communication), komunikasi kelompok kecil

(small group communication), komunikasi organisasi (organisazational communication), komunikasi massa (mass communication) dan komunikasi pulic (public communication).20

Joseph A. Devito seorang propessor komunikasi di City university of New York dalam bukunya communicology membagi komunikasi atas empat macam, yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi publik dan komunikasi massa.

R. Wayne Pace dengan dengan teman-temannya dari Brigham Young university dalam bukunya Tehniques for effective communication

membagi komunikasi atas tiga tife, yakni komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar pribadi serta komunikasi khalayak. Beberapa sarjana aliran Eropa hanya membagi komunikasi atas dua macam yaitu komunikasi massa dan komunikasi sosial.21

20

Hafied cangara, Perencanaan dan strategi komunikasi, h. 29

21

(24)

Adapun jenis komunikasi yang sering digunakan dalam keluarga atau antar pasangan adalah komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua orang atau lebih secara tatap muka, yang bertujuan untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, menciptakan dan memelihara hubungan serta mengubah sikap dan perilaku. Menurut sifat komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam yaitu diadik yaitu komunikasi yang berlangsung antar dua orang dalam situasi tatap muka dan komunikasi kelompok kecil yaitu komunikasi yang berlangsung atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggota saling berinteraksi satu sama lain.22

3. Bentuk Komunikasi Keluarga

Soelaeman berpendapat yang dikutip Muh. Shohib dalam bukunya, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal dan merasakan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri.23

Kemudian bentuk komunikasi dalam keluarga: a. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol yang berlaku umum atau yang biasa digunakan oleh kebanyakan orang dalam proses komunikasi. Simbol-simbol yang digunakan oleh

22

Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi, ( Jakarta: Kencana, 2011 Cet. 5), h. 31-32

23

(25)

orang dalam komunikasi itu dapat berupa suara, tulisan atau dalam bentuk gambar-gambar. Bahasa adalah yang digunakan oleh orang.24

Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga. Setiap hari orang tua selalu berbincang-bincang kepada anaknya. Canda dan tawa menyertai dialog antara orang tua da n anak. Perintah, suruhan, larangan, dan sebagainya merupakan alat pendidikan yang sering dipergunakan oleh orang tua atau anak dalam kegiatan komunikasi keluarga. Alat pendidikan tersebut tidak hanya dipakai oleh orang tua terhadap anaknya, tetapi bisa juga dipakai oleh anak terhadap anak yang lain. Hubungan antara orang tua dan anak akan terjadi interaksi. Dalam interaksi itu orang tua berusaha mempengaruhi anak untuk terlibat secara pikiran dan emosi untuk memperhatikan apa yang akan disampaikan anak mungkin berusaha menjadi pendengar yang baik dalam menafsirkan pesan-pesan yang akan disampaikan oleh orang tua.25

Kemampuan untuk menggunakan komunikasi verbal adalah sangat penting bagi keluarga. Karena dengan adanya komunikasi verbal dapat mengembangkan srtategi dan tingka laku untuk mencapai tujuan. Komunikasi verbal dapat dibedakan atas komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Komunikasi lisan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seorang berbicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk

24

Engkoswara, Administrasi Pendidikan, (Bandung; Alfabeda, 2010), h. 201.

25

(26)

mempengaruhi tingka laku penerima. Sedangkan komunikasi tulisan dapat melalui gambar, grafik, atau lainnya.26

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal sering dipakai oleh orang tua yang sering dipakai oleh orang tua dalam menyampaikan satu pesan kepada anak. Sering tanpa berkata sepatah kata pun, orang tua menggerakkan hati anak untuk melakukan sesuatu. Kebiasaan orang tua dalam mengajarkan sesuatu dan karena anak sering melihatnya, anak pun ikut mengerjakan apa yang pernah dilihat dan didengarnya dari orang tuanya. Masalah pendidikan sholat misalnya, karena anak sering melihat orang tuanya mengerjakan sholat maka anakpun meniruh gerakan sholat yang pernah dilihat dari orang tuanya. Kebiasaan anak mengucapkan salam ketika masuk dan keluar dalam rumah merupakan simbol keberhasilan orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anaknya melalui keteladanan dan kebiasaan.

Pendidikan metode keteladanan sangat efektif dalam mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Sebab, dalam keteladanan dan diperkuat dengan kebiasaan akan memperkuat tertanamnya pesan-pesan verbal dalam jiwa anak. Karena seringnya dilakukan, pesan-pesan non verbal dan pesan verbal itu menjadi fundional dalam kehidupan anak. komunikasi non verbal sangat diperlukan dalam menyampaikan suatu pesan ketika komunikasi verbal tidak mampu mewakilinya.27

26

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002, Cet.5) h. 95

27

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2004) h. 43.

(27)

Tanda-tanda komunikasi non verbal belumlah diidentifikasi seluruhnya tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa kita duduk, berdiri, berjalan, berpakaian, semuanya itu menyampaikan informasi pada orang lain. Tiap-tiap gerakan yang kita buat dapat menyatakan asal kita, sikap kita, kesehatan atau bahkan keadaan psikologi kita. Misalnya gerakan-gerakan seperti mengutus alis, menggigit alis, menunjuk dengan jari, tangan dipinggang, melipat tangan bersilang di dada semuanya mengandung arti tertentu. Ada pribahasa mengatakan apa yang kamu katakan dengan keras tidak dapat di dengar oleh orang tetapi tanda-tanda diam seperti anggukan kepala, rasa kasih sayang, kebaikan, rasa persaudaraan, didengar oleh yang lain dan merupakan pesan nyata dan jelas. Ada tiga hal yang perlu diingat dalam komunikasi non verbal yaitu:28 Pertama, karena interpretasi adalah krasteristik yang yang kritis dalam komunikasi non verbal, maka adalah sulit menyamakan tindakan stimulus non verbal tertentu dengan satu verbal khusus. Di dalam komunikasi non verbal hendaklah dihindari melakukan generalisasi karena keseluruhan arti tidak dapatlah di desain untuk tindakan non verbal tertentu.

Kedua, non verbal tidaklah merupakan sistem bahasa tersendiri. Tetapi lebih merupakan bagian dari sistem verbal. Komunikasi non verbal umumnya tidaklah membawa informasi yang cukup yang menjadikan penerima menyampaikan arti keseluruhan yang timbul dari pertukaran

28

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002. Cet,5) h. 130

(28)

pesan tertentu. Sistem komunikasi non verbal terbatas, dan tidaklah memperlihatkan ketepatan bila hanya digunakan tersendiri.

Ketiga, komunikasi non verbal dapat dengan mudah ditafsirkan salah. Oleh kerena itu, adalah berbahaya membuat arti tingkah laku non verbal tertentu, karena adanya perbedaan dalam kebudayaan sesama kita. Tanpa latar belakang yang cukup atau data verbal yang mendukung, seseorang dapat salah menafsirkan pesan. Nilai komunikasi non verbal tidaklah terletak sebagai pengganti, pertukaran pesan tulisan tetapi sebagai suatu jaringan yang menyokong.29

Untuk melindungi anak dari perilaku kekerasan menerapkan suatu komunikasi interpersinal yang dapat dilihat dari pesan-pesan verbal dan non verbal yang disampaikan oleh orang tua kepada anak dari usia sekolah yang berlangsung sesuai aktifitas anak. Dari pesan tersebut mampu memberikan dampak posotif terhadap pembentukan kepribadian anak agar terhindar dari perilaku kekerasan. Komunikasi orang tua ini dapat mempertimbangkan karakter anak keharaian dan lingkungan dari sekitar anak.

Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Luqman ayat: 16

ْوَأ ِتََٰوََٰمَّسلٱ ِفِ ْوَأ ٍةَرْخَص ِفِ نُكَتَ ف ٍلَدْرَخ ْنِّم ٍةَّبَح َلاَقْ ثِم ُكَت نِإ

ٓ

اَهَّ نِإ ََّنَُ يب َي

]16[

يرِبَخ فيِطَل َوَّللٱ َّنِإ

ٓ

ُوَّللٱ اَِبِ ِتْأَي ِضْرَْلْٱ ِفِ

Terjemahnya:

29

(29)

“Lukman berkata, Wahai anakku! Sunggguh jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Maha Luas.”

4. Fungsi Komunikasi Keluarga

Hafied mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami terlebih dahulu mengetahui tipe komunikasi, sebab hal itu dapat membedakan fungsi masing-masing diantaranya:

a. Tipe komunikasi diri sendiri yang berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan. b. Tipe komunikasi antar pribadi yang berfungsi untuk berusaha

meningkatkan hubungan insani ( human relation ) menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. c. Tipe komunikasi publik yang berfungsi untuk menumbuhkan semangat

kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur.

d. Tipe komunikasi massa yang berfungsi untuk menyebarkan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang.30

Pada hakikatnya komunikasi dalam sebuah keluarga khususnya antara orang tua dengan anak memiliki konstribusi yang luar biasa bagi

30

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004 Cet ke-14), h. 55-57

(30)

keduanya, karena dengan adanya komunikasi yang efisien yang dilakukan secara terus-menerus dapat menciptakan keakraban, keterbukaan, perhatian yang lebih antara keduanya serta orang tua pun lebih dapat mengetahui perkembangan pada anak baik fisik maupun psikisnya. Dalam komunikasi berfungsi sebagai berikut :

1) Sarana untuk mengungkapkan kasih sayang.

2) Media untuk menyatakan penerimaan atau penolakan atas pendapat yang di sampaikan sarana untuk menambah keakraban hubungan sesama warga dalam keluarga.

3) Menjadi borometer bagi baik buruknya kegiatan komunikasi dalam sebuah keluarga.31

B. Komunikasi Orang Tua Dalam Pembentukan Karakter Anak 1. Pengertian Orang Tua

Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga tidak lahir secara terstrukur dan kesadaran mendidik melainkan memberikan secara alami membangun sesuatu pedidikan. Ibu adalah orang tua pertama yang mendidik anak. Oleh sebab itu perilaku anak meniru dari perilaku orang tua. Dalam islam pendidikan pertama yang dilakukan oleh orang Islam adalah pendidikan keluarga. Orang tua adalah ayah dan ibu seorang anak, baik melalui hubungan biologis maupun sosial. Umumnya orang tua memiliki peranan yang

31

Hasan Basri, Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1997, Cet.3), h. 80

(31)

sangat penting dalam membesarkan anak, dan panggilan ibu dan ayah dapat diberikan untuk perempuan atau pria yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah peranan pada orang tua angkat (karena adopsi) atau ibu tiri (istri ayah biologis anak).32

Definisi yang lain menurut Gunarsa orang tua dibagi menjadi tiga macam:

a. Orang tua kandung. Orang tua kandung adalah ayah dan ibu yang mempunyai hubungan darah secara (biologis) yang melahirkan.

b. Orang tua angkat. Pria dan wanita yang bukan kandung tapi dianggap sebagai orang tua sendiri berdasarkan ketentuan hukum atau adat yang berlaku.

c. Orang tua asuh. Orang tua yang membiayai hidup seorang yang bukan anak kandungnya atas dasar kemanusiaan.

Dari pengertian diatas maka orang tua adalah pria dan wanita yang mempunyai hubungan ukatan baik itu secara biologis maupun sosial dan mampu mendidik merawat membiayai, serta membimbing hidup orang lain yang dianggap anak secara berkesinambungan.33 Dalam kamus Bahasa Indonesia kata orang tua mempunyai arti sebagai berikut: 1). Ayah ibu dan kandung. 2). Orang yang dianggap tua. (cerdik, pandai, ahli dan

32

Syamsul Yusuf, LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakraya), h. 120

33

Gunarsa, Psikologo praktis: Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta: PT. Gunung Mulia, 1995), h. 30

(32)

sebagainya). Orang-orang yang dihormati dan disenangi.34 Kemudian dari Bahasa Arab, orang tua dapat diistilahkan dengan “Al walidain” kata ini adalah bentuk jamak “al waalid” yang bisa diartikan bapak kandung. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah SWT dalm QS. Al-Isra’ ayat: 23

ا َُهُدَحَأ َرَ بِكْلا َكَدْنِع َّنَغُلْ بَ ي اَّمِإ اًناَسْحِإ ِنْيَدِلاَوْلاِبَو ُهاَّيِإ َّلَِإ اوُدُبْعَ ت َّلََأ َكُّبَر ىَضَقَو

]42[

اًيمِرَك ًلَْوَ ق اَمَُلَ ْلُقَو اَُهْرَهْ نَ ت َلََو ٍّفُأ اَمَُلَ ْلُقَ ت َلََف اَُه َلَِك ْوَأ

Terjemahnya :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dab hendaklah kamu berbuat baik kepada bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali kamu jangan mengatakan kepada keduanya dengan perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.35

2. Peran Orang Tua

Peran orang tua memiliki peran penting dan strategi dalam menentukan kearah mana kepribadian anak yang bagaimana yang akan di bentuk. Keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Bimbingan adalah proses yang diberikan kepada anak untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.36

35Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Qu’ran, (Jakarta: YYPA, 1971), h. 427 36

Aswar Satoyo, Bimbingan Dan Konseling Islam, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2014 Cet, 2) h. 18

(33)

Menurut Gunarsa dalam keluarga yang ideal maka ada dua individu sebagai peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu, secara umum peran kedua individu tersebut adalah:

a. Peran Ibu adalah:

1) Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

2) dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsiten. 3) Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak.

4) Menjadi contoh dan teladan bagi anak b. Peran Ayah adalah:

1) Ayah sebagai pencari nafkah

2) Ayah sebagai suami yang penuh pengertian dan memberi rasa aman.

3) Ayah berpartisipasi dalam pendidikan anak.

4) Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga.37

Menjadi orang tua berarti mengambil suatu peran penting dalam kehidupan baru. Dalam beberapa bulan pada saat lahir, orang tua merumuskan dan menyesuaikan cara hidup mereka agar cocok dengan tuntutan selama membesarkan anak dan mereka menyesuaikan lagi cara hidupnya, kepribadiannya dan cara berinteraksi dengan orang lain. Orang tua memiliki peran penting dalam kehidupan berkeluarga, ayah sebagai

37

Gunarsa. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: Gunung mulia, 1995), h. 30

(34)

kepala keluarga dengan bertugas untuk memberi nafkah untuk keluarga, sedangkan peran besar untuk ibu yaitu untuk mengasuh anak.38

Dari beberapa arti diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua adalah kelompok masyarakat yang terdiri dari ayah dan ibu yang mempunyai tanggung jawab kepada anak dalam nerawat, membimbing dan membina sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits. Tanggung jawab orang tua dalam terhadap anaknya yaitu dengan beberapa bentuk yaitu: kewajiban orang tua antara lain bergembira saat menyambut anaknya, memberi nama yang baik, memperlakukan anaknya dengan lemah lembut dan kasih sayang. Dan menanamkan aqidah tauhid, membimbing dan melati anak mengerjakan sholat, berlaku adil, menghormati anak, menjauhkan dari segala hal-hal yang buruk dan mendidik dengan bermasyarakat.39

Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam QS. An-Nahl: 78

َرََٰصْبَْلْٱَو َعْمَّسلٱ ُمُكَل َلَعَجَو اً ْيَش َنوُمَلْعَ ت َلَ ْمُكِتََٰهَّمُأ ِنوُطُب

ٓ

نِّم مُكَجَرْخَأ ُوَّللٱ

]87[

نوُرُكْشَت ْمُكَّلَعَل

ٓ

َةَدِ ْفَْلْٱَو

Terjemahnya:

“Allah mengelurkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.40

38

Lean Laura, Bagaimana Mengasuh Anak dan Pengaruh Anak Bagi Kehidupan Orang Tuanya, (jakarta: 1980) h. 32

39

Enoch Markum, Anak Keluarga dan Masyarakat, (Jakarta: Sinar Harapan,2000), h. 41

(35)

Ayat dan hadist diatas sangatlah jelas bahwa peran orang tua sangatlah penting dalam membentuk karakter anak. Dari hadits Nabi tersebut dapat disimpulkan bahwa orang tau memegang peran yang sangat penting dan utama hendaklah selalu memberikan pendidikan yang baik kepada anaknya, sehingga anak dapat tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berkarakter baik. Hal ini tentu memerlukan usaha yang menyeluruh yang dilakukan oleh semua pihak yakni keluarga dan pihak disekolah.41

Orang tua sebenarnya yaitu kunci motivasi dan keberhasilan anak. Dan tidak ada pihak lain yang akan menggantikan peran orangtua seutuhnya. Keberhasilan orang tua dalam menunjang motivasi dan keberhasilan anak terletak pada eratnya hubungan orangtua dengan anak-anaknya. Orang tua merupakan tempat anak berlindung dan mendapatkan kedamaian melalui keserasian antara ketertiban dan ketentraman, dan pempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.42

Sebagaimana yang dikemukakan bahwa orang tua juga mempunyai peran penting dan kewajiban lebih besar terhadap pendidikan anak, bahkan nasib seorang anak itu sampai batas tertentu berada pada tangan kedua orang tuanya, hal ini terkait dengan tingkat pendidikan,

41

Ratna Mewangi, Pendidikan dan Karakter h. 62

42

Soerjono Soekarto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press 1987 Cet ke-8), h. 413

(36)

sejauh mana mereka memberikan perhatian pendidikan anak dan mengajarkan anak-anaknya.

Peranan ayah dan ibu sangat menentukan mereka berdualah yang memegang tanggung jawab seluruh keluarganya. Dan mereka yang menentukan kemana keluarga itu akan dibawa, warna apa yang harus ditentukan oleh keluarga itu. Anak-anak dapat bertanggung jawab sendiri masih sangat bergantung diri, masih meminta cara bertindak dari segala sesuatu, cara berpikir dan lain sebagainya dari orang tuanya. Dengan demikian jelasnya betapa mutlaknya orang tua itu harus bertindak terhadap anak-anaknya. Perbedaan sedikit yang dapat membuat anak-anak ragu yang mana harus dianutnya dari kedua orang tuanya. Sikap dan prilaku merupakan bentuk penyimpangan dari perkembangan fitrah bersama manusia yang diberikan Allah Swt.43

3. Pengertian Anak

Anak yaitu sebagai generasi penerus yang siap melanjutkan estafet perjuangan orang tua. Betapa bahagianya orangtua yang mampu melahirkan putra-putri berkualitas. Banyak orang tua yang berpikir bahwa anaknya harus dibekali dengan harta dengan materi karena yang dinilai hanya itu yang akan membuat anaknya bahagia.

43

Syamsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah ,2013 Cet,2) , h. 25

(37)

4. Pengaruh Terhadap Pendidikan Anak a. Pendidikan dengan keteladanan

Keteladanan dalam mendidik merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling dalam mempersiapakan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan sosial anak. Mengingat pendidikan adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak dengan sopan santunnya, bahkan bentuk perkataan, perbuatan akan senantiasa akan tertanam dalam kepribadian anak.

b. Pendidikan dengan adat kebiasaan

Untuk menyangkal bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi dan kepribadian yang utama. Jika ia hidup dengan bekal islami dan utama dalah lingkuangan yang baik.44

c. Pendidikan dengan perhatian dan pengawasan

Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dengan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan moral anak. Islam dengan keuniversalan prinsipnya dengan peraturannya yang abadi memerintah para bapak, ibu dan pendidik untuk memperhatiakan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya dalam segala segi kehidupan dan pendidikan.

44

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: PT Pustaka Amani, 2007) h. 185

(38)

1) Perhatian segi keimanan anak

Para pendidik hendaknya memperhatiakan apa yang dipelajari anak mengenai prinsip, pemikiran dan keyakinan yang diberikan oleh para pembimbing dalam pengarahan dan pengajarannya baik di sekolah maupun diluar sekolah. Jika dapat sesuatu yang baik perlu kiranya bersyukur kepada Allah dan menamkan tauhid-tauhid dan mengkokohkan pondasi iman.45

2) Perhatian dari segi moral anak

Para pendidik harus memperhatikan sifat kejujuran anak, jika ketahuan bahwa anak suka berdusta dalam ucapan dan janjinya, mempermainkan kata-kata ucapan, tampil dalam masyarakat dengan menampilkan munafik dan berdusta maka pendidikan harus menangani persoalan yang ia perbuat. Selanjutnya pendidikan yang baik kejalan yang hak, menjelaskan tentang kejelekan dan kejahatan dusta serta akibat yang diperoleh pendusta sehingga anak tidak mengulangi.

3) Perhatian segi jasmani anak

Pemberian nafkah yang wajib harus diperhatikan oleh para pendidik. Misalnya makanan yang memadai, tempat tinggal yang sehat, pakaian yang pantas sehingga jasmani tidak mudah terkena penyakit. Pendidik juga memperhatikan setiap gejala yang membahayakan jasmani dan menimbulkan penyakit misalnya minuman yang memabukkan dan obat bius, merokok dan lain sebagainya.

45

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka Amani, 2007), h. 75

(39)

4) Perhatian dari segi kejiwaan anak

Jika anak memiliki rasa malu, rendah hati, bahkan tidak berani menghadapi orang lain hendaknya pendidikan menumbuhkan keberanian, memberikan kesadaran dan kematangan berpikir dengan sosialnya. Dengan begitu anak akan menjadi seorang mukmin yang bertakwa, disegani dihormati dan dipuji, ini semua tidak mustahil jika anak diberikan pendidikan yang baik dan kita berikan sepenuhnya tak serta tanggung jawab kepadanya.46

b. Pendidikan dengan hukuman

Pendidikan hendaknya bijaksana dalam memberikan hukuman yang sesuai dan tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak, pendidikan dan pembawaannya. Disamping itu hendaknya dia tidak memberikan hukuman kecuali dengan menggunakan cara-cara lain. Metode dan tata cara yang digariskan dalam umat manusia yang pertama pendidikan dapat memili sesuai dalam pendidikan anak yana dapat memperbaiki penyimpangannya. Terkadang perbaikan cukup memberikan nasihat yang jelas dan tegas, dengan pandangan yang sekilas, keramahtamaan yang lembut, dengan memberikan isyarat atau dengan melontarkan kata-kata yang menjerahkan. Apabila menunjukkkan kesalahan dengan salah satu ini tidak mendapatkan hasil dalm upaya memperbaiki anak dan meluruskan proplematikanya.

46

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka Amani, 2007), h. 75

(40)

Jika melihat anak setelah diberi hukuman terus membaik dan lurus, hendaknya dia bersikap lunak, dan menampilakan muka yang beeseri-seri agar terkesan bahwa hukuman tidak bermaksud untuk menyakitinya, melainkan untuk perbaikan dan kebahagiaan kemaslahatan dunia dan akhiratnya. Adapun penerapan Islam dalam mendidik anak memberi hukuman dengan memukul, memberikan batasan-batasan dan pensyaratan sehingga pukulan itu tidak keluar dari maksud pendidikan, yaitu memperbaiki dan membuat jarak.47 Pensyaratan sebagai berikut:

1) Pendidikan tidak terburu-buru menggunakan metode pukulan kecuali setelah menggunakan metode lembut.

2) Pendidikan tidak memukul ketika dalam keadaan marah, karena dikhawatirkan akan menimbulkan bahaya terhadap anak.

3) Ketika memukul hendaknya menghindari anggota badan yang peka seperti kepala, muka, dada dan perut.

4) Pukulan tidak terlalu keras dan menyakiti pada kedua tangan atau kaki dengan tongkat yang tidak benar. Diharapkan pula kepada anak yang dibawa umur berkisar antara satu hingga tiga kali.

5) Jika kesalahan anak untuk pertama kalinya hendaknya ia diberikan kesempatan untuk meminta maaf dan diberi kelapangan untuk didekati memberi nasihat tanpa memberikan hukuman tetapi mengambil janji untuk tidak mengalami kesalahan lagi.

47

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: PT, Pustaka Amani, 2007), h. 75

(41)

6) Pendidikan hendaknya memukul anak dengan tangan sendiri dan tidak menyerahkan kepada orang lain sehingga tidak timbul kebencian dan kedengkian diantara mereka.

Pendidikan Islam memberikan perhatian besar terhadap hukuman baik spiritual maunpun material. Jika menginginkan kebaikan pada diri anak dan kebahagiaan hendaknya memakai metode ini dan tidak diabaikan. Hendaknya kita berlaku bijaksana dalam memilih metode ini yang paling efektif dalam situasi dan kondisi tertentu.48

48

Abdul Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: PT Pustaka Amani, 2007) h. 303

(42)

42 BAB III

METODE PENELITIAN

Sebagai upaya untuk mendapatkan data-data yang akurat serta untuk memudahkan didalam proses penelitian maka dibutuhkan metodologi yang baik. Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif yang berusaha menghasilkan data diskriptif, gambaran yang sistematik, dan faktual. Penelitian kualitatif merupakan suatu metode yang di gunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sehingga prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut keduanya, pedekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara menyeluruh. Ini berarti bahwa individu tidak boleh diisolasi atau diorganisasikan ke variabel atau hipotesis, namun perlu di pandang sebagai bagian dari suatu keutuhan. Sedangkan menurut David Williams penelitian kualitatif adalah pengumpulan data suatu latar ilmiah, dengan menggunakan metode alamiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara ilmiah. Kemudian tidak ketinggalan Lexsy J. Meleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

(43)

untuk mengalami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (contohnya: perilaku, persepsi motivasi, tindakan dan lain sebagainya) secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.49

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang sistematis untuk mengkaji atau meneliti suatu subjek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generelisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna (segi kualitas) dari penomena yang diamati.50

B. Lokasi dan waktu objek penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan dan penelitian ini akan di laksanakan di Padang Panga Kel. Karema Kab. Mamuju.

2. Waktu

Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari Oktober sampai Maret

49

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif ( dalam prespektif rencana penelitian) (Cet.111 Jokjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016) h. 22-23

50

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam prespektif rencana penelitian) h. 24

(44)

3. Objek

Penelitian Menurut Nyoman Kutha Ratna objek adalah keseluruhan segala yang ada disekitar manusia. Apabila dilihat dari sumbernya, objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley didebut

social situation atau sotuasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.51

Objek dari penelitian ini adalah mengenai bagaimana komunikasi yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Maerang yaitu bagaimana peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak.

C. Fokus Dan Deskripsi Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, segala bersifat holistik atau menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan demikian, penelitian tidak akan di tetapkan berdasarkan variable penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang meliputi aspek tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergi. Namun karena terlalu luasnya masalah maka masalah penelitian akan dibatasi. Pembatasan inilah yang kemudian dalam penelitian kualitatif disebut fokus penelitian.52

51

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam prespektif rancangan penelitian), h. 199

52

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam perspektif rancangan penelitian), h. 133

(45)

Muhammad Ali menyatakan bahwa membatasi masalah penelitian adalah upaya pembatasan dimensi masalah atau gejala jelas ruang lingkup dan batasan yang akan diteliti.53

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul “peran komunikasi orang tua dalam membentuk karakter anak” penelitian ini akan difokuskan pada komunikasi antar pribadi pada komunikasi orang tua dan pembentukan karakter metode dakwah kendala dan solusi di Lingkungan Padang Panga. Kec. Mamuju

2. Deskripsi Fokus

a. Peran komunikasi orang tua

Pada penelitian ini akan memfokuskan pada komunikasi terhadap orang tua yang dapat di artikan sebagai komunikasi yang berhasil mencapai tujuan, seperti diterima, dipahami, dan dapat mengubah perilaku.

b. Pembentukan karakter anak

Komunikasi dalam pembentukan karakter anak yaitu mendidik dengan cara yang baik dengan mengajarkan pengetahuan tentang agama agar memiliki karakter yang baik. Apabila orang tua mengajarkan dengan baik dan memberikan kasih sayang yang penuh kapada anak dan memberikan contoh-contoh teladan yang baik.

53

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kulalitatif (dalam prespektif rancangan penelitian), h. 134

(46)

D. Sumber Data

Sugiono menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, kita tidak menggunakan populasi kerena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan di berlakukan ke populasi (bukan untuk mengeneralisasi), tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial pada kasus yang diselediki. Sampel dalam penelitian ini juga bukan dinamakan responden, namun sebagai narasumber, partisipan atau informan dalam penelitian. Secara spesifik, subjek penelitian adalah informan.54 Untuk subjek penelitiannya, penelitian ini akan menggunakan teknik purposive sampling, yakni suatu teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Adapun yang akan menjadi subjek atau informan dari penelitian ini adalah komunikasi orang tua yang baik terhadap pembinaan anak yang ada di Lingkungan Padang Panga.

Pada penelitian kualitatif, sumber datanya ialah data primer dan data sekunder dan yang di jadikan data adalah seluruh informasi yang diperoleh, baik dari hasil observasi yang dilakukan peneliti secara langsung dilapangan serta dari wawancara peneliti dengan beberapa narasumber yang dipilih di Lingkungan Padang Panga.

Adapun sumber data dalam penelitian ini dapat di klasifikasi sebagai berikut:

54

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam presfektif rancangan penelitian), h. 195

(47)

1. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu terdiri dari hasil wawancara dari beberapa keluarga di Maerang yang dijadikan sebagai informan. Adapun penentuan sampel sebagai sumber data primer ini menggunakan metode persposive sampling.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder diambil dari kajian kepustakaan konseptual yaitu kajian terhadap artikel-artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan pembahasan judul penelitian ini serta data-data yang diambil dari masyarakat di Lingkungan Padang Panga E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian kualitatif adalah manusia atau peneliti. Artinya, peneliti menjadi alat pengumpul data utama karena mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Selain itu, dia juga mampu memahami, menilai, menyadari dan mengatasi kanyataan-kenyataan itu.55

Menurut nasution dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidal dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba

55

Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Cet ke- 11, Jokjakarta. Ar-ruzz Media, 2014), h. 32

(48)

tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jalas dan pasti, maka yang menjadi instrument adalah penelitian itu sendiri.56 Sementara instrumen lainnya yaitu buku catatan, kamer, alat perekam, pulpen serta daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Sehubungan dengan penelitian ini maka untuk memperoleh data, penulis dapat menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, di antaranya:

1. Observasi

Nasution menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang dilakukan melalui observasi.57

Tujuan data observasi untuk mendeskripsikan latar yang di observasi, kejadian yang terjadi latar itu orang-orang yang berpartisipasi

56

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Cet ke-21, Bandung. PT Alfabeta, 2015), h. 306-307

57

(49)

dalam kegiatan-kegiatan, dan partisipasi mereka orang-orangnya.58 Oleh karena itu, melalui teknik observasi ini peneliti berpartisipasi terjun langsung ke lapangan untuk mengamati komunikasi-komunikasi orang tua yang baik terhadap pembinaan anak di Lingkungan Padang, Kel. Karema Kab. Mamuju

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstuksikan makna dalam suatu topik tertentu. Atau dengan kata lain, pengertian wawancara adalah suatu metode yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam suatu topik tertentu.59

Melalui teknik wawancara ini, peneliti melakukan dialog secara mendalam yaitu dengan mengungkapkan beberapa pertanyaan kepada responden, untuk mendapatkan informasi secara langsung yang berkaitan dengan:

a. Komunikasi antar sesama anggota keluarga.

b. Kendala-kendala yang dialami dalam berkomunikasi yang dialami dalam rumah tangga.

c. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala komunikasi orang tua dalam keluarga.

58

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 318

59

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif (dalam perspektif dalam rancangan penelitian)

(50)

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.60 Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

G. Analisis Data

Agar data diperoleh dalam penelitian ini lebih terarah, maka digunakan teknik analisis data. Dalam menganalisi data terdapat beberapa tahapan:61

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memili hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Penyajian Data

Pengajian data dalam laporan di susun secara sistemak kemudian dipaparkan secara ilmiah. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

60

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, h. 319

61

(51)

3. Menarik Kesimpulan

Pada langkah ini peneliti menarik kesimpulan dari data yang diperoleh agar tidak menyimpang dari tujuan peneliti itu sendiri. Langkah ini dilakukan untuk memberikan titik tekan yang bermakna data yang telah digambarkan. Data langka ini sangat diperlukan tujuan yang ingin dicapai dari hasil peneliti tersebut.

(52)

52 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Sejarah Padang Panga

Pada awal mulahnya Padang Panga adalah sebuah kebun yang ditumbuhi banyak pohon dimana pada saat itu warga belum memanfaatkan sehingga banyak tumbuh tumbuhan. Dari hal tersebut dari sebagai upaya pelestarian tempat pelestarian orang tua zaman dulu menamakan Padang Panga dan Salutemung.

Sistem pemerintahan di lingkungan Padang Panga berdasarkan pola adat dan peraturan formal yang sudah bersikap umum sejak zaman dulu, pemerintah Padang Panga dipimpin oleh seseorang yang diamanahkan untuk mengurus warga yang ada di Padang Panga Kelurahan Karema Kabupaten Mamuju.

Lingkungan Padang Panga terletak di Kel. Karema, Kec. Mamuju, Kab. Mamuju dengan luas wilayah 96 Ha. Kemudian di Lingkungan Padang Panga memiliki masyarakat sekitar 87 (KK). Dan jenis pekerjaan masyarakat pada umumnya di Lingkungan Padang Panga yaitu berkebun, buruh bangunan, berdagang.62 Namun ada juga sebagian yang bekerja pegawai Negeri Sipil (PNS)

62

Muhammad Qossim. (53 tahun), Pengasuh panti putra, wawancara pada hari rabu tanggal 9 januari 2019.

(53)

1. Kondisi Geoggrafis

a. Banyak curah hujan : sedang b. Suhu udara rata-rata : sedang

c. Topograsi (daratan rendah, daratan tinggi atau pantai): daratan tinggi

2. Orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan Padang Panga) a. Jarak dari pusat pemerintah ke Kecamatan : 5 K b. Jarak dari pusat Pemerintah Kota Administrasi : 3 KM c. Jarak ke RSU : 2 KM

d. Jarak ke SPBU terdekat : 3 KM 2. Jumlah Penduduk

Lingkungan Padang Panga memiliki kepala keluarga 154 KK dengan jumlah penduduk dengan 723 jiwa yang terdiri dari 352 laki-laki dan perempuan 371 dengan rincian di bawa ini akan menjelaskan jumlah penduduk menurut jenis kelamin.63

Tabel 4.1

Jumlah Penduduk Padang Panga

NO Jenis Kelamin Jumlah

1. 352 -

2 371 -

Jumlah 723

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Lingkungan Padang Panga lebih banyak jumlah perempuan dibandingkan dari jumlah laki-laki.

63

Muh. Faisal sidik, (46 tahun), kepala Lingkungan Padang Panga, wawancara pada hari ahad 17 februari 2019

(54)

3. Pekerjaan

Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga pada umumnya adalah bertani, berdagang dan berburuh. Namun ada juga sebagian yang bekerja sebagai guru pegawai Negeri Sipil (PNS).

Tabel 4.2

Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga

No. Pekerjaan Laki-laki Perempuan

1. PNS 18 11 2. Petani/pekebun 250 87 3. Tukang 48 - 4. Buruh Tani 36 23 5. Buruh Bangunan 42 - 6. Pedagang/wiraswasta 126 52

Pekerjaan masyarakat di Lingkungan Padang Panga adalah petani, hal ini dikemukakan bahwa banyaknya masyarakat yang tidak menempu jenjang pendidikan yang tinggi.64

4. Sarana Pendidikan dan Kesehatan Tabel 4.3 Sarana Pendidikan

No. Jenis Pendidikan Jumlah Kondisi

1. PAUD 1 Kurang 2. SD/MTS 1 - 3. SMP/MTS 1 - 4. SMA/MA 1 - 5. PERG. TINGGI 1 - 64

Muh. Faisal sidik. (46 tahun), kepala Lingkungan Padang Panga, wawancara pada hari ahad 17 februari 2019.

(55)

Tabel 4.4 Sarana Kesehatan

No. Jumlah Jumlah Kondisi

1. Pustu 1 Kurang

2. Posyandu 1 Kurang

3. Puskesmas - -

4. RSU - -

5. Jenis Kegiatan Masyarakat

Tabel 4.5

Jenis kegiatan sosial masyarakat

No Golongan Jenis kegiatan sosial

1. Bapak-bapak  Gotong-royong bekerja dan membersihkan lingkungan  Bersama-sama memakamkan,

mengiringi apabila ada orang yang meninggal dunia.

 Berkunjung ketempat orang yang sakit

 Mengikuti pengajian di masjid fastabikhul khairat satu kali setiap sepekan

 Melakukan sholat jamaah  Persatuan berolahraga

2. Ibu-ibu  Pengajian rutin sekali sepekan  Bersama-sama rutin membaca

wirid Surah Yaasin pada malam jum’at

 Berkunjung ke tempat orang yang melahirkan atau orang yang sakit

Gambar

Tabel 4.1  Jumlah Penduduk Padang Panga ....................................... 41  Tabel 4.2    Jenis pekerjaan masyarakat Lingkungan Padang Panga ...
Tabel 4.4  Sarana Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan akhlak orang tua terhadap akhlak anak di dalam kelas bagi siswa Madin Miftahul Falah Desa Sidogemah kec Sayung Kab Demak