• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Penilaian. Versi 0.2 Oktober 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerangka Penilaian. Versi 0.2 Oktober 2020"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Kerangka

Penilaian

Versi 0.2 | Oktober 2020

(2)

KERANGKA PENILAIAN

VERSI 0.2 | OKTOBER 2020

Tentang versi ini

LandScale versi 0.2 menggabungkan umpan balik yang diterima pada versi 0.1 selama periode konsultasi publik pertama dengan pengujian lapangan dari bulan Agustus hingga Oktober 2019. Tanggapan dan perubahan utama pada versi 0.1 tersedia dalam Ringkasan Komentar Publik Versi 0.1.

Versi 0.2 akan menjalani fase uji coba yang dilakukan di lebih dari 10 lanskap di seluruh dunia dan terbuka untuk komentar publik hingga 1 desember 2020. Pengalaman dan masukan dari proyek pilot, serta umpan balik dari konsultasi publik kedua, akan dimasukkan ke dalam versi 1.0, tersedia pada tahun 2021.

Berikut adalah sumber daya yang masuk dalam Versi 0.2:

● Tinjauan LandScale: deskripsi singkat tentang apa itu LandScale, bagaimana cara kerjanya, siapa yang dapat menggunakannya, dan di mana akan diujicobakan

● Ringkasan kerangka penilaian: Sebuah deskripsi singkat tentang kerangka penilaian termasuk didalamnya pilar, tujuan dan indikator

● Kerangka penilaian (dokumen ini): tujuan, indikator, dan metrik kinerja yang merupakan ruang lingkup penilaian

● Panduan Penilaian: panduan rinci tentang proses pelaksanaan penilaian LandScale

● Mekanisme Verifikasi: sistem untuk mengevaluasi kepatuhan terhadap panduan LandScale dan memverifikasi keakuratan hasil penilaian

● Panduan Klaim: informasi tentang jenis klaim yang dapat dibuat berdasarkan hasil penilaian LandScale dan proses untuk mengkomunikasikan klaim tersebut

● Sumber daya tambahan termasuk:

○ Lampiran 1: Kemitraan Lanskap Berkelanjutan

○ Lampiran 2: Peta Ekosistem Dunia dan Tipografi IUCN

○ Lampiran 3: Proses Penilaian Hak Asasi Manusia

○ Lampiran 4: Kondisi-kondisi Pendukung Hak Asasi Manusia

(3)

Daftar isi

Kata Pengantar

Pilar

Tujuan

Indikator

Metrik Penilaian

Pilar 1: Ekosistem

Pilar 2: Kesejahteraan Manusia

Pilar 3: Tata Kelola

(4)

Kata Pengantar

LandScale menyediakan pendekatan berstandar untuk menilai dan mengkomunikasikan kinerja keberlanjutan lanskap yang memungkinkan sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil untuk mengakses informasi yang dapat diandalkan yang dapat memandu dan mendorong peningkatan keberlanjutan dalam skala besar. Silakan lihat Tinjauan LandScale untuk informasi lebih lanjut tentang sistem LandScale dan bagaimana hal itu dapat membantu Anda.

Dokumen ini menyajikan kerangka penilaian, yang didasarkan pada norma dan metode internasional utama untuk menilai

keberlanjutan, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs). Kerangka ini disusun secara hierarkis untuk memenuhi dua kebutuhan yaitu konsistensi global dan kemampuan beradaptasi lokal yang mencakup empat pilar kinerja keberlanjutan: ekosistem, kesejahteraan manusia, tata kelola, dan produksi. Pilar dan tujuan menyediakan struktur holistik untuk menilai keberlanjutan, yang dapat disesuaikan oleh pengguna dengan lanskap yang berbeda dengan memilih indikator dan metrik kinerja yang sesuai konteks. Untuk panduan rinci dalam melakukan penilaian, silakan lihat Panduan Penilaian.

Pilar

Pilar menetapkan secara luas empat tema keberlanjutan yang termasuk dalam kerangka penilaian: ekosistem, kesejahteraan manusia, tata kelola, dan produksi. Tema-tema ini secara luas relevan di lanskap pedesaan di mana terdapat pertanian, kehutanan, industri ekstraktif, atau sektor ekonomi berbasis sumber daya alam lainnya. Meskipun pilar-pilar ini dijelaskan secara individual, namun semuanya saling terkait. Misalnya, tata kelola yang tidak memadai dan kegagalan untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat berkontribusi pada degradasi ekosistem yang, pada gilirannya, dapat berdampak lebih jauh pada kesejahteraan dan produksi

manusia.

Tujuan

Tujuan mewakili hasil keberlanjutan yang diinginkan dari setiap pilar. Tujuan-tujuan ini didasarkan pada masalah-masalah keberlanjutan utama sebagaimana yang ditetapkan dan dipahami berdasarkan penelitian ilmiah dan diuraikan dalam konvensi, kerangka kerja, dan komitmen internasional utama, seperti dalam SDGs, Deklarasi New York tentang Hutan, Tantangan Bonn Challenge, Prinsip-prinsip Panduan PBB tentang Bisnis dan Hak Asasi Manusia.

(5)

Indikator

Indikator merepresentasikan kondisi dan proses dalam lanskap yang menunjukkan kinerja terkait dengan tujuan. Indikator ditentukan berdasarkan kemampuannya untuk memberikan informasi yang berarti tentang kinerja dan tren keberlanjutan pada skala lanskap. Kerangka penilaian mencakup tiga kategori indikator:

1. Indikator inti dianggap penting untuk keberlanjutan lanskap dalam semua konteks dan oleh karena itu diperlukan sebagai bagian dari semua penilaian.

2. Indikator tergantung-lanskap harus dimasukkan dalam penilaian dalam konteks di mana indikator tersebut dianggap dapat diterapkan sesuai dengan kriteria yang diberikan dalam pedoman penilaian. Misalnya, indikator terkait kuantitas air harus dimasukkan dalam lanskap yang mengalami permasalahan air.

3. Indikator opsional dapat disertakan dalam penilaian sesuai kebijaksanaan pengguna. Pengguna LandScale mungkin ingin menilai indikator opsional karena adanya konteks tambahan tentang keberlanjutan lanskap atau untuk mengatasi prioritas di dalam lanskap maupun aktor-aktor di dalamnya (misalnya, pemerintah, produsen, atau masyarakat sipil) atau aktor eksternal (misalnya, perusahaan swasta atau investor). Selain itu, indikator-indikator ini harus disertakan saat mengantisipasi klaim

yang membutuhkan atau diperkuat oleh indikator-indikator tersebut.

Metrik kinerja

Metrik kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif dari status atau tren untuk setiap indikator. Setelah pengguna LandScale memilih dan menetapkan target, maka metrik dapat mengukur kemajuan atau pemenuhan target tersebut. Kerangka penilaian mencakup tiga jenis metrik kinerja untuk indikator inti dan tergantung-lanskap (lihat Pedoman Penilaian untuk informasi lebih lanjut) Pedoman Penilaian untuk informasi lebih lanjut):

Wajib adalah metrik yang diperlukan kecuali jika penilai (asesor) menunjukkan bahwa data untuk indikator tidak tersedia atau bahwa metrik alternatif akan menghasilkan informasi yang lebih dapat diandalkan. Dalam hal ini, penilai dapat menentukan metrik alternatif untuk memberikan informasi tentang kuantitas atau kualitas yang sama dengan metrik yang diperlukan dan harus membenarkan penggunaan metrik tersebut sebagai pengganti metrik yang diperlukan

Direkomendasikan adalah metrik yang direkomendasikan dan bersifat opsional, tetapi penggunaannya didorong untuk meningkatkan kepercayaan terhadap temuan hasil penilaian, memberikan dasar yang lebih kuat terhadap verifikasi hasil penilaian, dan membantu memperkuat klaim (lihat Mekanisme Verifikasi dan Panduan Klaim).

(6)

Metrik Ditentukan-penilai adalah mentrik yang ditentukan penilai untuk beberapa indikator di mana diperlukan penyesuaian lokal yang lebih besar dalam memperhitungkan konteks lanskap dan variabilitasnya, dan oleh karena itu fleksibilitas yang lebih besar bagi penilai diperlukan untuk menyusun metrik yang bermakna dan praktis.

Untuk indikator opsional, penilai memiliki keleluasaan lebih untuk memilih metrik. Pada beberapa indikator opsional, kerangka kerja penilaian menyediakan metrik yang direkomendasikan, sedangkan untuk indikator lainnya tidak menggunakan metrik ditentukan-penilai.

Penyajian metrik dalam dokumen ini, dalam beberapa hal, telah disederhanakan; pedoman penilaian berisi deskripsi dan penjelasan metrik yang lengkap dan tepat. Panduan ini juga berisi informasi lebih lanjut tentang pemilihan metrik.

Pilar 1: Ekosistem

Bumi adalah rumah bagi beragam ekosistem alami1, termasuk di dalamnya hutan, sabana, padang rumput, lahan basah, bakau, dan

lainnya. Ekosistem ini merupakan gudang keanekaragaman hayati dan menyediakan layanan ekosistem penting yang bermanfaat bagi manusia seperti sumber makanan, air bersih, udara bersih, pengatur iklim, siklus hara, dan nilai estetika dan budaya.

Namun, ekosistem alami dunia menghilang dengan cepat dan sebagian besar yang tersisa sedang terdegradasi. Akibatnya, hilangnya keanekaragaman hayati semakin meningkat, emisi gas rumah kaca terestrial berkontribusi secara signifikan terhadap krisis iklim global, dan kapasitas ekosistem untuk menyediakan layanan penting, seperti air bersih, semakin berkurang.

Pilar ini mencakup elemen-elemen keberlanjutan yang terkait dengan ekosistem yang sehat, seperti melestarikan dan memulihkan ekosistem alami, melindungi keanekaragaman hayati, dan memelihara atau meningkatkan layanan ekosistem utama. Ekosistem secara inheren bersifat kompleks dan menilai kelestariannya secara menyeluruh biasanya membutuhkan karakterisasi mendalam tentang komposisi, struktur, dan fungsinya. Perlakuan lengkap terhadap karakteristik ini berada di luar cakupan sebagian besar penilaian LandScale. Oleh karena itu, untuk alasan kepraktisan, LandScale berfokus pada indikator-indikator dan proksi kunci dari perubahan, kesehatan, dan cakupan ekosistem yang biasanya dapat dinilai menggunakan data sekunder. Penilai dapat

memanfaatkan data dan kapasitas tambahan jika tersedia untuk penilaian yang melampaui persyaratan minimum LandScale melalui penyertaan indikator opsional dan metrik yang direkomendasikan, dan dengan melengkapi data sekunder dengan pengumpulan data primer baru.

1 LandScale menggunakan istilah "ekosistem alami" untuk memasukkan tipe alami dan semi-alami di mana semi-alami yang dimaksud adalah ekosistem yang

(7)

Tabel 1. Pilar Ekosistem

Tujuan 1.1 Melindungi dan memulihkan ekosistem alami

Ekosistem alami sangat penting dalam usaha menjaga keanekaragaman hayati (lihat Tujuan 1.2) dan layanan ekosistem tempat manusia bergantung (lihat Tujuan 1.3). Jika ekosistem telah diubah atau rusak, restorasi dapat merevitalisasi kapasitas produktif dan nilai keanekaragaman hayatinya.

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

1.1.1

Perlindungan ekosistem alami

Sejauh mana ekosistem alam dilindungi melalui cara hukum atau cara efektif lainnya

Inti 1.1.1.1 Total luas (ha) & percentase (%) lanskap yng ditetapkan & dikelola untuk perlindungan2 jangka panjang

(wajib)

1.1.1.2 Total luas (ha) & persentase (%) dari setiap tipe ekosistem alami yang dilindungi (wajib)

1.1.1.3 Persentase (%) luas kawasan lindung dengan pengelolaan3 yang efektif (direkomendasikan)

15.1; 15.2; 15.3; 15.4; 15.5 1.1.2 Konversi ekosistem alami

Konversi ekosistem alami ke penggunaan lahan lain Inti

1.1.2.1 Total luas (ha) & persentase (%) luas ekosistem alam di lanskap yang baru saja dikonversi (wajib)

1.1.2.2 Tingkat konversi ekosistem alami (rata-rata luas [ha] & persentase [%] konversi per tahun) (wajib)

15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5 1.1.3 Degradasi ekosistem alami Degradasi4 ekosistem

alami Inti 1.1.3.1 Total luas (ha) & proporsi (%) ekosistem alami di lanskap yang saat ini terdegradasi (wajib) 1.1.3.2 Tingkat degradasi ekosistem alami (wajib)

15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5

2Kawasan lindung termasuk yang terdaftar dalam Database Dunia tentang Kawasan Lindung dan kategori pengelolaan IUCN yang sesuai serta kawasan lain yang

dilindungi dan dikelola dalam jangka panjang untuk menjaga komposisi, struktur, dan fungsi ekosistem. Termasuk antara lain lahan yang dikelola oleh masyarakat adat dengan tujuan perlindungan jangka panjang, kawasan konservasi milik pribadi, dan ekosistem alami yang berada di dalam unit pengelolaan hutan atau produksi bersertifikat.

3 Pengelolaan yang efektif harus dinilai berdasarkan kriteria yang jelas dalam hal efektivitas pengelolaan kawasan lindung, seperti yang ada dalam Standar Daftar

Hijau IUCN https://www.iucn.org/theme/protected-areas/our-work/iucn-green-list-protected-and-conserved-areas.

4 "Terdegradasi" berarti ekosistem telah mencapai ambang degradasi atau deteksi degradasi menurut metode atau kumpulan data yang kredibel (lihat pedoman

(8)

1.1.4 Restorasi ekosistem

Restorasi ekosistem yang dikonversi dan terdegradasi

Tergantung- Lanskap

1.1.4.1 Total luas (ha) yang direstorasi5 (wajib)

1.1.4.2 Tingkat peningkatan (ha/tahun) total luas yang direstorasi (direkomendasikan) 6.6; 15.1; 15.2;15.3; 15.5 1.1.5 Konektivitas ekosistem alami Konektivitas dan fragmentasi ekosistem alam

Pilihan 1.1.5.1 Metrik ditentukan-penilai tentang konektivitas dan/atau fragmentasi yang sesuai dengan jenis dan pola ekosistem alami (direkomendasikan)

15.1;15.2; 15.3;15.4; 15.5

Tujuan 1.2 Melindungi dan memulihkan keanekaragaman hayati

Keanekaragaman hayati sangat penting bagi fungsi ekosistem dan menyediakan berbagai manfaat ekonomi dan sosial bgi manusia seperti makanan, siklus hara, kesuburan tanah, penyerbukan, dan perlindungan hama. Namun, keanekaragaman hayati berkurang dengan cepat di seluruh ekosistem bumi, sebagian besar karena hilangnya habitat. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman ekosistem (tercakup dalam tujuan 1.1), keanekaragaman spesies (fokus dari tujuan ini), dan keanekaragaman genetik (yang tidak termasuk dalam LandScale karena sulit untuk diukur pada skala lanskap). Mengurangi ancaman terhadap spesies dan melindungi serta memulihkan habitat alami adalah kunci untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan oleh karena itu menjadi fokus utama indikator untuk tujuan ini.

5“Area restorasi” didefinisikan sebagai: a) lahan di mana restorasi telah berhasil diselesaikan secara umum sesuai dengan rencana restorasi; atau b) restorasi

(9)

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs 1.2.1 Ncaman terhadap species Perubahan ancaman

terhadap spesies Inti 1.2.1.1 Perubahan ancaman terhadap spesies

6 yang

terancam (wajib)

1.2.1.2 Perubahan ancaman terhadap populasi spesies indikator atau spesies lain yang diidentifikasi sebagai penting dalam lanskap (wajib, alternatif, atau

direkomendasikan, tergantung pada konteks7)

15.4; 15.5; 15.7; 15.8 1.2.2 Konversi habitat keanekaragam an hayati

Konversi ekosistem alami di wilayah yang diidentifikasi penting untuk

keanekaragaman hayati8

Inti 1.2.2.1 Luas (ha) konversi ekosistem alami di dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati & persentase (%) dari kawasan yang diwakili (wajib)

15.1; 15.4; 15.5 1.2.3 Degradasi habitat keanekaragam an hayati Degradasi ekosistem di wilayah yang diidentifikasi penting untuk

keanekaragaman hayati9

Pilihan 1.2.3.1 Luas (ha) & persentase (%) ekosistem alami yang terdegradasi di dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati (direkomendasikan)

15.1; 15.4; 15.5; 15.8

6 Spesies yang terancam mengacu pada daftar spesies yang terancam punah secara global, termasuk yang diklasifikasikan sebagai Critically Endangered (CR),

Endangered (EN), Vulnerable (VU) atau Near Threatened (NT) dalam IUCN Red List of Threatened Species (www.iucnredlist.org). Perubahan ancaman terhadap spesies terancam harus dinilai menggunakan pendekatan standar yang disediakan oleh STAR (Metrik Pengurangan Ancaman Spesies dan Pemulihan

https://www.iucn.org/regions/washington-dc-office/our-work/species-threat-abatement-and-recovery-star-metric).

7 Dalam lanskap di mana tidak ada spesies terancam dari Daftar Merah IUCN yang diketahui atau mungkin ada (yaitu, jika 1.2.1.1 tidak diwajibkan), metrik ini akan

diwajibkan. Dalam lanskap di mana 1.2.1.1 diwajibkan, metrik ini direkomendasikan.

8 Ini termasuk Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau

studi nasional atau lokal..

9 Ini termasuk Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau

(10)

1.2.4 Restorasi habitat

keanekaragam an hayati

Restorasi ekosistem di wilayah yang diidentifikasi penting untuk

keanekaragaman hayati 10

Pilihan 1.2.4.1 Luas (ha) & persentase (%) lahan yang direstorasi11

dalam wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati (direkomendasikan)

15.1; 15.4; 15.5; 15.8 1.2.5 Perlindungan habitat keanekaragam an hayati

Perlindungan wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati 12

Pilihan 1.2.5.1 Luas(ha) & persentase (%) dari wilayah yang diidentifikasi penting untuk keanekaragaman hayati yang dirancang dan dikelola untuk perlindungan jangka panjang13

(direkomendasikan)

15.1; 15.2; 15.4; 15.5; 15.7

Tujuan 1.3 Menjaga dan meningkatkan layanan ekosistem

Layanan ekosistem adalah barang dan layanan yang disediakan oleh ekosistem dan yang menopang kesejahteraan manusia. Dengan demikian, pemeliharaan dan peningkatan layanan ini menjadi kunci untuk mendukung produksi komoditas, mata pencaharian, dan ketahanan di lanskap pedesaan.

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

1.3.1 Kuantitas

air Kapasitas lanskap untuk menyediakan sumber daya air untuk digunakan manusia dan fungsi ekosistem

Tergantung-Lanskap 1.3.1.1 Kuantitas air musiman atau laju aliran badan air utama (misalnya, volume total, kedalaman, atau volume/waktu aliran) (wajib)

1.3.1.2 Pengambilan air dari permukaan atau air tanah versus pengisian ulang (rasio) (wajib)

1.3.1.3 Frekuensi gangguan atau kekurangan pasokan air untuk pertanian, sektor domestik & industri (jumlah hari rata-rata per tahun dimana terjadi gangguan atau kekurangan ketersediaan air) (direkomendasikan)

6.3; 6.6; 15.1

10 Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional

atau lokal.

11 Lihat catatan kaki 8 untuk definisi area restorasi.

12 Kawasan Lindung (PA), Kawasan Keanekaragaman Hayati Utama (KBA), dan kawasan lain yang diidentifikasi penting oleh penunjukan, peta, atau studi nasional

atau lokal.

(11)

1.3.2 Kualitas

air Kualitas sumber daya air untuk digunakan manusia dan fungsi ekosistem

Tergantung-Lanskap 1.3.2.1 Total padatan tersuspensi di badan air utama (rata-rata mg/l) (wajib) 1.3.2.2 Kebutuhan oksigen biokimia & kebutuhan oksigen kimiawi (mg/l) atau nutrisi (nitrogen dan fosfor)

(beban/volume) di badan air utama (wajib)

1.3.2.3 Keanekaragaman makroinvertebrata akuatik di badan air utama (Kelompok Kerja Pemantau Biologis atau indeks lain bila sesuai) (direkomendasikan)

1.3.2.4 Konsentrasi logam atau racun lainnya

(beban/volume) di badan air utama (direkomendasikan)

3.9; 14.1; 15.1 1.3.3 Sumber dan penyerap gas rumah kaca (GHG) sektor pertanian, kehutanan & penggunaan lahan lainnya (AFOLU)

(Sumber) emisi gas rumah kaca (GHG) & sekuestrasi (serapan) yang terkait dengan AFOLU

Pilihan 1.3.3.1 Tingkat emisi bersih gas rumah kaca dari perubahan penggunaan lahan (tCO2e14/tahun) dalam

beberapa tahun terakhir (direkomendasikan)

1.3.3.2 Tingkat sekuestrasi karbon terestrial (di atas dan di bawah tanah) pada tanaman & tanah di pertanian,

kehutanan & penggunaan lahan produksi lainnya & lahan restorasi (tCO2e/tahun) (direkomendasikan)

1.3.3.3 Tingkat emisi gas rumah kaca dari produksi pertanian & pengolahan primer15 (tCO2e/tahun)

(direkomendasikan)

13.2

1.3.4 Kesehatan tanah

Status kesehatan tanah termasuk kesuburan, erosi & karbon organik tanah (SOC)

Pilihan 1.3.4.1 Tingkat rata-rata erosi tanah16 (t/ha/tahun) (direkomendasikan)

1.3.4.2. Rata-rata% SOC di sampel yang mewakili lokasi produksi di seluruh lanskap (direkomendasikan)

12.4; 15.3

1.3.5 Layanan ekosistem lainnya

Status layanan ekosistem lainnya yang menarik bagi pengguna LandScale atau pelaku lanskap lainnya

Pilihan 1.3.5.1 Metrik yang ditentukan oleh penilai LandScale

(direkomendasikan) 6.5; 11.4; 11.5;13.1; 15.8; lainnya

14 tCO2e adalah singkatan dari: ton (t) ekuivalen karbon dioksida (CO2) (e).

15 Mencakup emisi dari operasi pertanian di lanskap (misalnya, penggunaan pupuk, konsumsi energi, dan emisi metana ternak) tetapi bukan dari perubahan

penggunaan lahan pertanian atau dari emisi “jejak” pakan ternak yang dihasilkan di luar lanskap.

(12)

Pilar 2: Kesejahteraan Manusia (Human Well-Being)

Kesejahteraan manusia diartikan sebagai keadaan kesehatan, kebahagiaan, dan kemakmuran. Pengelolaan lanskap berkelanjutan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan manusia secara luas di semua populasi manusia di suatu area. Namun, di banyak lanskap, tingkat kemiskinan yang tinggi, kerawanan pangan, kesehatan yang buruk, dan penyakit sosial lainnya adalah hal yang biasa. Kondisi tersebut dapat disebabkan atau diperburuk oleh distribusi manfaat ekonomi yang tidak merata dari kegiatan penggunaan lahan. Misalnya, pekerja dan komunitas lokal sering kali hanya menikmati sedikit dari nilai kontribusi mereka (misalnya, tenaga kerja dan tanah), terutama di negara berkembang.

Distribusi manfaat yang lebih baik dan pengelolaan lanskap berkelanjutan dapat meningkatkan kesejahteraan manusia. Hal ini secara luas mencakup unsur-unsur standar hidup yang layak serta hak asasi manusia yang dimiliki oleh semua orang. Pilar ini mencakup unsur keberlanjutan yang terkait dengan pemajuan kesejahteraan manusia dengan meningkatkan taraf hidup dan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia, terutama bagi kelompok rentan dan terpinggirkan.

Tabel 2. Pilar kesejahteraan manusia

Tujuan 2.1 Meningkatkan taraf hidup, terutama bagi kelompok rentan dan/atau terpinggirkan

Semua orang memiliki kebutuhan dasar seperti makanan, air, perumahan, dan layanan dasar (misalnya, sanitasi, pendidikan, dan perawatan kesehatan). Pemenuhan kebutuhan ini membantu memastikan bahwa individu dan rumah tangga dapat

mempertahankan standar hidup yang layak. Namun, di banyak daerah dimana terdapat kemiskinan yang meluas dan kurangnya layanan sosial dan infrastruktur membatasi pemenuhan bahkan untuk kebutuhan yang paling dasar, yang mengakibatkan

tingginya angka malnutrisi, penyakit, dan akibat negatif lainnya. Penyakit ini seringkali paling parah terjadi pada kelompok rentan dan terpinggirkan. Mengurangi kemiskinan adalah salah satu elemen terpenting untuk memastikan bahwa penduduk lanskap maju menuju standar hidup yang layak.

Kemiskinan memiliki banyak dimensi, tidak hanya tentng pendapatan tunai tetapi juga akses ke layanan penting dan elemen fundamental lainnya dari standar hidup yang layak. Untuk alasan ini, LandScale menggunakan pendekatan holistik untuk menilai kemiskinan dan standar hidup, yang didasarkan pada ukuran kemiskinan multidimensi yang diakui, termasuk dari Oxford Poverty and Human Development Initiative (OPHI), United Nations Development Program (UNDP), Bank Dunia, dan sebagian besar Indeks Kemiskinan Multidimensi Nasional (MPI). Langkah-langkah ini menangani berbagai aspek kebutuhan esensial rumah tangga, termasuk kesehatan, gizi, pendidikan, infrastruktur dasar, air, sanitasi, dan kebersihan.

(13)

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs 2.1.1 Aset dan pendapatan rumah tangga Tingkat kemiskinan moneter(tergantung pada garis kemiskinan nasional) dan aset rumah tangga

Inti 2.1.1.1 Persentase (%) penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan lokal (atau, jika tidak ditentukan, berpenghasilan <$ 1.90/hari) (wajib)

2.1.1.2 Persentase (%) rumah tangga yang memiliki atau tidak memiliki aset sesuai konteks. Contohnya termasuk radio, TV, telepon, komputer, Gerobak/kereta tenaga hewan, sepeda, sepeda motor, lemari es, mobil, atau truk (direkomendasikan) 1.1; 1.2; 1.4; 2.3 2.1.2 Kesehatan dan nutrisi

Proporsi penduduk yang kurang akses terhadap kesehatan dan gizi yang memadai

Inti 2.1.2.1 Persentase (%) anak yang kekurangan gizi (wajib) 2.1.2.2 Persentase (%) penduduk tanpa akses ke layanan kesehatan (wajib)

2.1.2.3 Angka kematian anak di bawah 18 tahun (rata-rata selama lima tahun terakhir) (wajib)

2.1; 2.2; 3.2; 3.8

2.1.3

Pendidikan Status pendidikan penduduk Inti 2.1.3.1 Persentase (%) anak usia sekolah yang tidak bersekolah (wajib) 2.1.3.2 Persentase (%) orang dewasa yang belum menyelesaikan pendidikan dasar (wajib)

4.1; 4.6

2.1.4 Air, sanitasi & kebersihan

Proporsi penduduk yang kekurangan air minum dan sanitasi yang aman

Inti 2.1.4.1 Persentase (%) rumah tangga tanpa akses ke air minum yang aman dalam jarak 15 menit berjalan kaki dari rumah (wajib)

2.1.4.2 Persentase (%) rumah tangga tanpa fasilitas sanitasi yang dikelola dengan aman khusus untuk rumah tangga tersebut (wajib)

6.1; 6.2

2.1.5

Infrastruktur dasar

Proporsi penduduk yang kekurangan listrik, perumahan yang layak, atau bahan bakar memasak yang memadai

Inti 2.1.5.1 Persentase (%) rumah tangga tanpa listrik (wajib)2.1.5.2 Persentase (%) rumah tangga yang atap, dinding dan/atau lantainya sebagian besar terdiri dari bahan seadanya (wajib)

(14)

2.1.5.3 Persentase (%) rumah tangga yang menggunakan kotoran hewan, kayu, arang atau batu bara sebagai bahan bakar untuk memasak atau untuk memanaskan (wajib) 2.1.6

Kerentanan Proporsi penduduk yang baru-baru ini mengalami guncangan atau kejahatan yang parah

Pilihan 2.1.6.1 Persentase (%) rumah tangga yang pernah mengalami guncangan parah (yaitu kehilangan pendapatan atau harta benda yang signifikan) dalam 12 bulan terakhir karena bencana alam atau kejadian yang disebabkan oleh manusia (direkomendasikan)

2.1.6.2 Persentase (%) rumah tangga yang pernah menjadi korban kejahatan dalam 12 bulan terakhir

(direkomendasikan)

1.5

Tujuan 2.2 Menghormati, melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia

Meskipun hak asasi manusia dianggap tidak dapat dicabut oleh siapapun, pelanggaran hak asasi manusia tersebar luas dan mencakup perbudakan modern, pekerja anak, diskriminasi, penganiayaan, dan praktik perburuhan tidak adil lainnya. Usaha

penghapusan pekerja anak dan kerja paksa, dan mengurangi dampak buruk pada hak asasi dasar manusia lainnya, penting artinya untuk memajukan hak asasi manusia universal.

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

2.2.1 Pekerja

anak Insiden pekerja anak yang relevan dengan aktivitas produksi yang diminati

Tergantung-lanskap 2.2.1.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib)

2.2.1.2 Perkiraan jumlah pekerja anak dalam kegiatan produksi yang diminati (direkomendasikan)

8.7; 8.8

2.2.2 Kerja

paksa Insiden kerja paksa yang relevan dengan aktivitas produksi yang diminati

Tergantung-lanskap 2.2.2.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib)

2.2.2.2 Perkiraan jumlah pekerja paksa dalam kegiatan produksi yang diminati (direkomendasikan)

(15)

2.2.3 Hak-hak

pekerja Penghormatan terhadap hak-hak pekerja lainnya termasuk kebebasan

berserikat, pembatasan jam kerja, perlindungan dari diskriminasi, dan penyediaan lingkungan kerja yang aman

Tergantung-lanskap 2.2.3.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib) 8.5; 8.6 2.2.4 Hak asasi manusia lainnya

Status hak asasi manusia lainnya yang berpotensi terkena dampak kegiatan produksi

Tergantung-lanskap 2.2.4.1 Metrik ditentukan-penilai berdasarkan kondisi pendukung hak asasi manusia lainnya yang teridentifikasi - lihat Lampiran 3 & 4 (wajib)

10.3; lainnya

Pilar 3: Tata kelola

Masyarakat mengatur untuk membuat dan melaksanakan keputusan melalui proses tata kelola. Tata kelola yang baik dalam konteks pengelolaan lanskap berkelanjutan mengacu pada pengambilan keputusan dan proses kelembagaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan sosial, lingkungan, dan ekonomi di tingkat lanskap. Ini memerlukan minimalisasi korupsi, termasuk partisipasi semua pemangku kepentingan (termasuk kelompok rentan dan terpinggirkan) dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat saat ini dan masa depan.

Yang penting bagi lanskap penghasil komoditas adalah elemen tata kelola yang terkait dengan penggunaan lahan dan sumber daya. Di banyak daerah, hak atas tanah dan sumber daya serta hak milik kurang jelas, sehingga terjadi pelanggaran hak, terutama pada kelompok rentan dan terpinggirkan. Lebih lanjut, keputusan dan kegiatan penggunaan lahan seringkali tidak terkoordinasi di antara dan antara otoritas pemerintah yang relevan dan pemangku kepentingan yang terkena dampak, yang menyebabkan penggunaan dan pengelolaan sumber daya yang buruk serta penipisan sumber daya, degradasi, dan konflik.

Pilar ini mencakup elemen keberlanjutan yang terkait dengan tata kelola yang baik. Ini mencakup penilaian kepemilikan lahan dan sumber daya dan proses untuk mengembangkan dan menerapkan kebijakan penggunaan lahan dan praktik-praktik manajemen.

(16)

Tabel 3. Pilar tata kelola

Tujuan 3.1 Mengakui dan melindungi hak atas lahan dan sumber daya, dan mengurangi konflik terkait

Hak untuk mengakses, menggunakan, dan mengelola tanah dan sumber daya sangat penting bagi masyarakat yang bergantung pada kegiatan penggunaan lahan untuk mata pencaharian mereka. Namun, di banyak wilayah, kepemilikan lahan dan sumber daya kurang jelas, berkontribusi pada penipisan dan degradasi sumber daya, dan, dalam beberapa kasus, perampasan tanah dan sumber daya masyarakat adat dan masyarakat lokal, terkadang melalui kekerasan.

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

3.1.1

Kepemilikan lahan

Sejauh mana hak untuk mengakses & menggunakan lahan jelas dan terjamin

Inti 3.1.1.1 Persentase (%) lanskap dengan hak penguasaan lahan formal (wajib)

3.1.1.2 Metrik ditetapkan-penilai untuk dimensi gender dari hak kepemilikan lahan (direkomendasikan)

1.4

3.1.2 Konflik

lahan Insiden konflik terkait lahan dan sumber daya yang belum terselesaikan

Inti 3.1.2.1 Jumlah konflik atau keluhan lahan dan sumber daya yang belum terselesaikan, dan luas lahan (ha) yang terkena konflik tersebut (wajib)

3.1.2.2 Jumlah orang (misalnya, pembela lingkungan dan hak asasi manusia) yang menjadi korban kekerasan atau menerima ancaman kekerasan sebagai akibat dari konflik atas tanah & sumber daya (wajib)

16.3

3.1.3

Kepemilikan sumber daya

Sejauh mana hak untuk mengakses & menggunakan sumber daya alam jelas & terjamin

Pilihan 3.1.3.1 Metrik ditetapkan-penilai tentang akses & hak guna sumber daya alam utama di lanskap (direkomendasikan) 1.4

(17)

Tujuan 3.2 Mendorong transparansi, partisipasi, inklusi, dan koordinasi dalam kebijakan, perencanaan, dan pengelolaan tata guna lahan

Penggunaan lahan yang tidak direncanakan atau ilegal dapat mengakibatkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan yang timbul dari kebijakan yang saling bertentangan, tindakan atau kelambanan pemerintah, dan sengketa lahan dan sumber daya. Jika dilakukan dengan baik, perencanaan tata guna lahan dapat membantu memastikan bahwa pemangku kepentingan yang terkena dampak menyetujui kegiatan pengelolaan dan pemerintah mengadopsi rencana, kebijakan dan peraturan pendukung. Perencanaan tata guna lahan yang efektif lebih mungkin terjadi bila ada koordinasi yang kuat antara badan-badan pemerintah dan proses

perencanaan tata guna lahan partisipatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan dan sesuai dengan pengetahuan tradisional.

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs

3.2.1 Adopsi rencana penggunaan lahan

& penegakan

Status tata guna lahan atau rencana zonasi, dengan menghormati kesepakatan para pemangku

kepentingan,adopsi & penegakan formal

Inti 3.2.1.1 Kualitas dan status tata guna lahan dan/atau rencana zonasi (berdasarkan indikator Alat Pemeringkat Bentang Alam Berkelanjutan [SLRT] 1.1.1, 1.1.2 dan 1.1.3)17

(wajib)

3.2.1.2 Persentase (%) lanskap yang dicakup oleh tata guna lahan atau rencana zonasi yang secara resmi diadopsi dan dapat dilaksanakan (wajib)

3.2.1.3 Jumlah (ha) & persentase (%) lanskap yang tercakup dalam rencana tata guna lahan yang tumpang tindih dan bersaing (direkomendasikan)

3.2.1.4 Jumlah (ha) & persentase (%) lanskap dengan perubahan penggunaan lahan baru-baru ini yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan

(direkomendasikan)

11.b; 15.9

(18)

3.2.2 Koordinasi instansi pemerintah dalam kebijakan penggunaan, perencanaan & pengelolaan lahan

Tingkat koordinasi antar lembaga pemerintah dalam kebijakan penggunaan, perencanaan dan manajemen di seluruh tingkat pemerintahan di sektor terkait

Inti 3.2.2.1 Kualitas dan status koordinasi pemerintah pada kebijakan tata guna, perencanaan, dan pengelolaan lahan lintas sektor (berdasarkan indikator SLRT 4.1.1, 4.1.2 dan 4.1.3) (wajib) 15.9 3.2.3 Partisipasi pemangku kepentingan dan inklusi dalam kebijakan penggunaan, perencanaan, dan pengelolaan lahan

Status partisipasi dan inklusi dalamperencanaan

penggunaan lahan tingkat lanskap dan tata kelola para pemangku kepentingan yang terlibat atau terdampak oleh kegiatan produksi

Inti 3.2.3.1 Kualitas dan status partisipasi pemangku kepentingan dan inklusi dalam kebijakan tata guna ,

perencanaan, dan pengelolaan lahan (berdasarkan indikator SLRT 4.3.1, 4.3.2, 4.3.3, 4.3.4 dan 4.3.5) (wajib) 15.6 3.2.4 Ilegalitas dan korupsi terkait dengan lahan dan sumber daya Tingkat ilegalitasdan korupsi dalam alokasi hak, pengelolaan dan

penggunaan lahan dan sumber daya alam

Tergantung-lanskap 3.2.4.1 Persepsi tingkat korupsi

18 terkait dengan alokasi

dan penggunaan lahan dan sumber daya (wajib)

3.2.4.2 Insiden ilegalitas terkait dengan penggunaan dan pengelolaan lahan dan sumber daya (wajib)

16.5

(19)

Pilar 4: Produksi

Untuk memenuhi permintaan terhadap komoditas budidaya (seperti tanaman pangan, ternak, dan serat) dimana lahan produktif, air, dan input lainnya persediaannya terbatas, maka lanskap dan produsen terkait harus meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya dari sistem produksi ini. Melakukan hal tersebut adalah penting untuk mengurangi kebutuhan pembukaan lahan baru untuk penanaman (yang berkontribusi pada deforestasi dan konversi), untuk memelihara layanan ekosistem, dan untuk meningkatkan keberlanjutan ekonomi sistem produksi.

Pilar ini mencakup elemen keberlanjutan yang terkait dengan peningkatan sistem produksi yang berkelanjutan dan regeneratif komoditas budidaya, khususnya di bidang pertanian, wanatani, dan perkebunan hutan. Pilar ini tidak membahas produksi sumber daya yang tidak dapat diperbarui (misalnya mineral), juga tidak membahas sistem produksi yang melibatkan ekstraksi dari ekosistem alam, seperti pengelolaan dan pemanenan hutan alam untuk kayu atau badan air untuk ikan. Untuk sistem produksi seperti itu, ukuran produktivitas dan efisiensi penggunaan input yang relevan dengan sistem budidaya umumnya tidak berlaku dan diperlukan rangkaian indikator keberlanjutan yang berbeda. Jika ada permintaan pengguna untuk memasukkan langkah-langkah produksi untuk sektor-sektor tersebut di masa depan, LandScale akan berupaya untuk memasukkan indikator produksi yang sesuai untuk sektor-sektor-sektor-sektor tersebut ke dalam kerangka penilaian dari waktu ke waktu, dengan berkonsultasi dengan organisasi-organisasi yang diakui yang berfokus pada keberlanjutan sektor-sektor tersebut.

Perhatikan bahwa pilar ini hanya membahas praktik produksi, produktivitas, dan efisiensi penggunaan input oleh komoditas budidaya. Dampak lingkungan dan sosial dari budidaya semacam itu - berikut dampak lingkungan dan sosial dari sektor produksi lainnya - masing-masing dibahas dalam pilar 1 dan 2. Misalnya, efek produksi pangan, ekstraksi mineral, dan aktivitas penebangan kayu terhadap kualitas air akan tercakup oleh indikator tergantung-lanskap1.3.2 tentang kualitas air.

Tabel 4. Pilar produksi

Tujuan 4.1 Mendorong sistem pertanian regeneratif, wanatani, dan produksi pohon

Di banyak lanskap, sistem produksi yang ada mengakibatkan degradasi sumber daya alam seperti lahan subur, tanah, dan air. Hasil panen seringkali tidak optimal untuk wilayah tersebut, yang mengakibatkan pendapatan petani rendah, terutama bagi petani kecil yang tidak memiliki akses ke input, peralatan dan teknologi yang tepat. Pada skala yang lebih luas, kesenjangan hasil juga dapat meningkatkan tekanan untuk mengkonversi lahan tambahan untuk memenuhi permintaan konsumen. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya secara bersamaan, sambil menghindari penggunaan input eksternal yang tidak

(20)

Indikator Deskripsi Penerapan Metrik kinerja UN SDGs 4.1.1 Produktifitas pertanian, wanatani & perkebunan pohon Produktivitas pertanian (tanaman & ternak),

wanatani & sistem produksi pohon untuk sistem

produksi utama di lanskap

Tergantung-lanskap

4.1.1.1 Produktivitas rata-rata tanaman (yield/ha) berdasarkan jenis tanaman (wajib)

4.1.1.2 Produktivitas rata-rata hewan yang dipelihara di padang rumput (unit ternak/ha atau produksi daging atau susu/ha) berdasarkan jenis hewan (wajib)

4.1.1.3 Produktivitas rata-rata hutan tanaman (volume kayu /ha) berdasarkan jenis hutan tanaman (wajib)

2.3 4.1.2 Efisiensi penggunaan input dalam sistem pertanian, wanatani & produksi pohon

Efisiensi penggunaan input dalam sistem pertanian, wanatani & produksi pohon untuk sistem produksi utama di lanskap

Tergantung-lanskap

4.1.2.1 Efisiensi penggunaan pupuk (jumlah produk yang diproduksi per unit penggunaan nitrogen, fosfor, dan / atau kalium [NPK]) (wajib)

4.1.2.2 Efisiensi penggunaan air (jumlah produk yang diproduksi per unit penggunaan air) (wajib)

2.4; 6.4; 12.3; 12.4 4.1.3 Adopsi praktik-praktik pengelolaan lahan berkelanjutan Adopsi praktik-praktik pengelolaan lahan berkelanjutan (SLM) dalam operasi pertanian &

perkebunan hutan untuk sistem produksi utama di lanskap

Pilihan 4.1.3.1 Luas lahan (ha) untuk produksi tanaman utama, peternakan dan / atau produksi hutan tanaman yang memanfaatkan Pengendalian Hama Terpadu dan

persentase (%) dari total areal produksi yang diwakilinya (direkomendasikan)

4.1.3.2 Luas lahan (ha) dengan praktik SLM spesifik lainnya yang sesuai dengan sistem tanaman, peternakan, dan / atau hutan tanaman dalam lanskap & persentase (%) dari total area produksi yang diwakili (dipisahkan menurut praktik SLM dan sistem produksi) (direkomendasikan) 4.1.3.3 Metrik ditetapkan-penilai tentang risiko lingkungan dan kesehatan dari penggunaan pestisida

(direkomendasikan)

4.1.3.4 Luas dan persentase kebakaran di ekosistem alami akibat pengelolaan lahan pertanian (ha dan% dari lanskap yang terbakar / tahun) (direkomendasikan)

(21)

4.1.4 Adopsi praktik-prkatik pengelolaan limbah berkelanjutan Adopsi praktik-praktik pengelolaan limbah

berkelanjutan untuk limbah padat & air limbah pertanian

Pilihan 4.1.4.1 Metrik ditentukan-penilai tentang penerapan praktik pengelolaan limbah berkelanjutan untuk limbah padat dan air limbah pertanian (direkomendasikan)

6.3; 12.4; 12.5

(22)

Tentang LandScale

Rainforest Alliance, Verra, dan Conservation International mengembangkan LandScale dengan dukungan dari koalisi mitra yang terus bertambah. Hingga saat ini, para mitra termasuk the Climate, Community & Biodiversity Alliance, EcoAgriculture Partners, the

International Union for Conservation of Nature (IUCN), the Nature Conservation Research Centre (NCRC), Proforest, dan Solidaridad. Sebuah kelompok penasihat, yang mewakili ahli di bidangnya dan calon pengguna LandScale, memberikan masukan dan panduan strategis dalam pengembangan inisiatif LandScale untuk membantu memastikan adanya kontribusi yang signifikan untuk mendorong perbaikan dalam keberlanjutan lanskap. Inisiatif global ini didukung oleh the International Climate Initiative (IKI) of the German

Federal Ministry of the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety (BMU) dan the BHP Foundation’s Environmental Resilience Global Signature Program. Kunjungi www.landscale.org untuk mempelajari lebih lanjut.

Gambar

Tabel 1. Pilar Ekosistem
Tabel 3. Pilar tata kelola

Referensi

Dokumen terkait

Seseorang yang memiliki kelainan refraksi memiliki faktor resiko yang lebih besar terkena kelelahan mata karena otot-otot akomodasi pada orang dengan kelainan

pengertian lain dari buku “Principles of Distributed Database Systems” edisi ketiga karya Tamer Ozsu dan Patrick Valduriez yang dicetak oleh Springer menyatakan

Untuk mengetahui jumlah arus kendarasaan (Q) pada ruas Jalan Raya Kedungturi hingga Jalan Raya Kletek Sidoarjo dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Untuk

4 Peneliti dalam hal ini mengamati manajemen pengelolaan pembelajaran bagi siswa berlatar belakang Ponpes Tahfidz (studi kasus di Mts. Peneliti kualitatif memiliki

---Bahwa terdakwa SIRAJUDIN RUSLI Bin RUSLI selaku Kepala Desa Babat Kecamatan Tetap Kabupaten Kaur berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Kaur Nomor

Bapak Ahmad Jazuli, S.Kom., M.Kom, selaku ketua Program Studi Teknik Informatika Universitas Muria Kudus.. Bapak Ahmad Abdul Khamid S.Kom., M.Kom, selaku pembimbing

Hipotesis ketiga yang diuji adalah terdapat pengaruh antara kompetensi sosial (X 1 ) dan Kecerdasan Spritual (X 2 ) secara bersama-sama terhadap moral kerja (Y) guru SMP Negeri

Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan dengan kassa/cotton bad yang telah dilembabkan dengan cairan isotonic/NaCl 0,9%)4. Sambungkan flowmeter dengan