BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia
dalam rangka mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik. Pendidikan tidak bias dipisahkan dalam kehidupan
manusia, baik ketika manusia berfungsi sebagai makhluk individu, maupun
makhluk sosial, terutama sebagai makhluk Allah SWT yang mengemban tugas
sebegai kholifah di muka bumi.
Pendidikan juga merupakan suatu jalan atau cara yang mengantarkan
manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya: “menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim perempuan” (HR. Anas Ibnu Malik). Lafadz tholabul i’lmi (menuntut ilmu) merupakan bagian dari pendidikan, maka pendidikan menjadi sebuah kewajiban
yang harus dijalani oleh manusia dalam kehidupannya.
Dalam undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional menyebutkan bahwa: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan peroses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".
Berdasarkan undang-undang tersebut, maka dalam pelaksanaannya
kreatif, dan efisien, dengan memaksimalkan berbagai sarana dan prasarana yang
ada.
Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus
diorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2) learning to do, (3)
learning to be, dan (4) learning to live together (Bambang, 2008:63). Keempatnya
dapat diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan
pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan tentang
sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang diketahuinya tersebut guna
menjadikan dirinya sebagai seseorang yang lebih baik dalam kehidupan sosial
bersama orang lain.
Dalam rangka merealisasikan learning to know, guru memiliki berbagai
fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator, yaitu sebagai teman sejawat
dalam berdialog dan berdiskusi dengan siswa guna mengembangkan penguasaan
pengetahuan maupun ilmu tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan
sesuatu) akan bisa berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk
mengaplikasikan keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan
dapat mendukung keberhasilan siswa nantinya. Learning to be (belajar untuk
menjadi seseorang) erat hubungannya dengan bakat dan minat, perkembangan
fisik dan kejiwaan, tipologi pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak
yang agresif, proses pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan
cukup luas untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah
dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya dalam
saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu ditumbuhkembangkan
termasuk dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini
memungkinkan terjadinya proses learning to live together (belajar untuk
menjalani kehidupan bersama).
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya berperan
sebagai penerima pesan, tapi siswa juga bertindak sebagai komunikator atau
penyampai pesan. Dalam kondisi seperti itu, maka terjadi apa yang disebut dengan
komunikasi dua arah bahkan komunikasi banyak arah. Dalam komunikasi
pembelajaran media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran. Artinya, proses pembelajaran akan
terjadi apabila ada komunikasi antara penerima pesan dengan sumber/penyalur
pesan lewat media tersebut. Dunia pendidikan masa sekarang memasuki era dunia
media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah
dan diganti dengan pemakaian banyak media. Lebih-lebih pada kegiatan
pembelajaran saat ini yang menekankan pada keterampilan proses dan active
learning, maka kiranya peranan media pembelajaran, menjadi semakin penting.
Media merupakan perantara untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan
(Azahra, 2013:3). Semakin menarik media maka akan membawa pengaruh positif
terhadap penerima pesan.
Disamping itu, pada masa sekarang ini perkembangan teknologi informasi
dan dunia hiburan semakin pesat, sehingga anak-anak lebih suka melihat sinetron,
film, main game, internet yang akan menjadi “guru” mereka, dan mereka akan lebih memilih mendengarkan “guru” mereka dirumah daripada mendengarkan
pelajaran guru mereka di kelas. Oleh karena itu guru zaman sekarang dituntut
untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang menarik sekaligus menghibur
agar tidak kalah dengan teknologi informasi dan dunia hiburan yang semakin
canggih. Sesuai dengan kemajuan Teknologi Pendidikan (Educational
Technology), maupun Teknologi Pembelajaran (Instructional Technology)
menuntut digunakannya berbagai media pembelajaran (Instructional Media) serta
peralatan-peralatan yang semakin canggih (Sophisticated) (Sudarwan, 2010:6).
Di era globalisasi seperti saat ini, segala aspek kehidupan dituntut untuk
semakin maju dan berkembang. Hal tersebut juga disesuaikan dengan kemajuan
teknologi yang semakin berkembang pesat. Memasuki abad ke-21 ini
pemanfaatan teknologi sudah tidak asing lagi bahkan menjadi sesuatu yang wajib
dalam semua aspek kehidupan, salah satunya pada aspek pendidikan dan
ekonomi. Pada abad 21 ini, teknologi informasi dan komunikasi bisa dikatakan
sebagai kebutuhan primer. Dimana teknologi informasi dan komunikasi itu sudah
menjadi konsumsi masyarakat umum dari berbagai kalangan dan jenjang usia.
Pergerakan teknologi yang semakin berkembang memang memberikan pengaruh
kepada manusia untuk merubah gaya hidupnya agar lebih dapat menyesuaikan
dengan keadaan teknologi yang ada. Hal tersebut juga berdampak dalam dunia
pendidikan. Dimana pemanfaatan perangkat teknologi (elektronik) saat ini
menjadi hal penting, salah satunya diteapkan dalam pembelajaran yang dikenal
dengan istilah E-learning. Oleh karena itu, sistem pembelajaran menggunakan
elektronik pun semakin dikembangkan, hal tersebut dilakukan agar dapat
Salah satu pemanfaatan teknologi adalah pemanfaatan telepon genggam
atau yang biasa dikenal dengan istilah handphone. Mengapa handphone?
Handphone merupakan perangkat teknologi yang paling praktis dan bisa dibawa
kemana saja, dan tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini hampir semua orang dari
berbagai usia memilikinya. Handphone merupakan sebuah alat komunikasi yang
bisa dimanfaatkan untuk pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.
Handphone atau telepon genggam bisa dijadikan sebagai media pembelajaran
sederhana. Hal tersebut mungkin akan memunculkan pertanyaan, Handphone
sebagai media pembelajaran? Seperti apa? Bagi sebagian orang mungkin hal
tersebut akan menjadi pertanyaan yang dilontarkan. Karena sebagian dari mereka
beranggapan bahwa handphone atau telepon genggam hanyalah sebuah alat yang
digunakan untuk keperluan komunikasi saja. Jadi, bagaimana bisa sebuah
handphone bisa dijadikan sebagai media pembelajaran? Pertanyaan itu akan bisa
dijawab, jika kita melihat kembali akan fungsi dari handphone itu sendiri.
Handphone berfungsi sebagai alat atau media komunikasi, sehingga dari
fungsinya tersebut bisa kita manfaatkan sebagai media pembelajaran (Zulkifli,
2012).
Kemajuan teknologi menjadi salah satu pemicu utama semakin banyaknya
inovasi yang diciptakan dalam dunia pendidikan. Salah satunya, dengan
dimanfaatkannya perangkat teknologi seperti handphone ini, kegiatan
pembelajaran tidak hanya bersifat konvensional saja. Hal tersebut sejalan dengan
konsep pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik atau e-learning
dilakukan kapan dan dimana saja. Dalam hal ini, handphone berperan sebagai
media pembelajaran. Seperti yang kita tahu, bahwa media merupakan sebuah alat
atau perantara. Kata media bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media pembelajaran merupakan alat atau
perantara yang membantu dalam proses belajar mengajar dalam hal
menyampaikan sebuah informasi. Media dirancang dan diciptakan untuk
mempermudah proses belajar, baik bagi guru maupun siswa. Dimana handphone
atau telepon genggam merupakan salah satu perangkat teknologi yang paling
praktis dan bisa digunakan untuk membantu proses belajar. Handphone memang
sebuah alat komunikasi, akan tetapi dalam sebuah proses komunikasi bisa
memunculkan sebuah informasi.
Alasan praktis namun bermanfaat itulah yang membuat sebuah handphone
disebut media pembelajaran sederhana. Dalam sistem pembelajaran
memanfaatkan perangkat teknologi berupa handphone biasa disebut dengan istilah
mobile learning. Mobile learning (M-Learning) merupakan suatu model atau
metode pembelajaran yang memanfaatkan media “mobile” atau handphone
sebagai alat bantunya (Deni,2012:15). Mobile learning bisa dikatakan sebagai
bagian dari e-learning, karena pada dasarnya sama yaitu menggunakan perangkat
elektronik sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Lalu, bagaimana
pemanfaatan handphone sebagai media pembelajaran sederhana tersebut? Saat ini,
perkembangan teknologi seperti handphone sudah semakin berkembang. Hampir
semua jenis handphone sudah memiliki fitur dan layanan yang cukup memadai
Apalagi untuk tingkatan pelajar yang notabene menyenangi hal yang praktis,
adanya layanan handphone yang bisa terkoneksi dengan internet bisa mereka
manfaatkan untuk browsing, sehingga mereka dapat mendapatkan informasi
dengan mudah dan cepat serta bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Selain
itu, bisa dimanfaatkan untuk sharing pengetahuan sehingga mereka bisa saling
bertukar pikiran dengan memanfaatkan perangkat elektronik tersebut.
Dengan dimanfaatkannya handphone sebagai media pembelajaran siswa
dapat mengakses materi atau bahkan mencari segala bentuk informasi mengenai
pendidikan. Selain itu, pembelajaran dengan memanfaatkan perangkat teknologi
seperti handphone dapat dirasakan lebih praktis lagi, karena kita bisa
memanfaatkan Short Message Service atau SMS sebagai media untuk saling
bertukar informasi (sharing pengetahuan). Itulah salah satu alasan yang menjadi
handphone sebagai media pembelajaran sederhana, selain praktis dengan
memanfaatkan fitur atau layanan yang terdapat di dalamnya kita bisa memperoleh
materi pelajaran bahkan pengetahuan secara global, karena belajar dengan system
mobile learning bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun tanpa harus terikat
jarak dan waktu (Zulkifli, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan di kelas XI IPA 3 SMAN Tanjungsari guru
menggunakan handphone sebagai media pembelajaran. Ketika guru mengajar
dengan menggunakan handphone sebagai media pembelajaran, sebagian besar
siswa siswi menunjukan semangat dan keseriusannya pada mata pelajaran PAI.
Akan tetapi masih terdapat siswa yang kurang semangat dan tidak serius dalam
mengerjakan tugas dan tidak memperhatikan materi pelajaran PAI ketika proses
belajar mengajar di kelas. Maka peneliti ingin mengetahui bagaimana tanggapan
siswa terhadap penggunaan handphone sebagai media pembelajaran.
Padahal semestinya penggunaan alat dan media yang tepat dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Karena menurut Slameto (2010:67) dengan
penggunaan alat dan media yang tepat maka akan mempermudah siswa dalam
penerimaan bahan plajaran. Karena pada umumnya ada siswa yang lebih giat
belajarnya oleh sebab mdia yang digunakan oleh gurunya, terlebih lagi jika siswa
tersebut diikut sertakan dalam pengoperasian media itu.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa terdorong untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul
penelitian: “TANGGAPAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN
HANDPHONE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN HUBUNGANNYA
DENGAN MINAT BELAJAR MEREKA PADA MATA PELAJARAN PAI”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalah diantaranya:
1. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan handphone sebagai
media pembelajaran pada mata pelajaran PAI?
2. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI?
3. Bagaimana hubungan antara tanggapan siswa terhadap penggunaan
handphone sebagai media pembelajaran dengan minat belajar mereka
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan handphone
sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran PAI.
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tanggapan siswa terhadap
penggunaan handphone sebagai media pembelajaran dengan minat
belajar mereka pada mata pelajaran PAI.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu
pendidikan, khususnya mengenai hubungan handphone sebagai media
pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk mengukur sejauh mana
hubungan antara penggunaan handphone sebagai media pembelajaran
dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
3. Simpulan hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai refleksi
bagi pelaksana pendidikan khususnya pada mata pelajaran PAI.
E. Kerangka Pemikiran
Menurut Wasty Soemanto (2006:25) bahwa tanggapan dapat didefinisikan
sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Dalam
menanggapi seseorang tidak hanya menghidupkan kembali apa yang telah diamati
demikian terdapat beberapa tanggapan yaitu: Tanggapan positif dan tanggapan
negatif.
Pada tanggapan positif, kecendrungan tingkah laku adalah mendekati,
menyayangi, menyukai, meraih objek yang ada di depannya. Sedangkan
tanggapan negatif akan terdapat kecendrungan tingkah laku berupa membenci,
penolakan, menghiraukan, tidak menyetujui dan melaksanakan.
AECT (1977) sebuah organisasi yang bergerak dalam teknologi
pendidikan dan komunikasi, mengartikan media sebagai segala bentuk yang
digunakan untuk peroses penyaluran informasi. Demikian juga Robert Hanick,
Dkk (1986) mendefinisikan media adalah sesuatu yang membawa informasi
antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi (Wina, 2012:57).
Dari beberapa pengertian diatas dapat kita garis bawahi bahwa media
adalah perantara dari sumber informasi ke penerima informasi, contohnya video,
televise komputer dan lain sebagainya. Alat-alat tersebut merupakan media
manakala digunakan untuk menyalurkan informasi yang akan disampaikan.
Rossi dan Breidle (1966) mengemukakan bahwa media pembelajaran
adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti
radio, televise, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut Rossi alat-alat
semacam radio dan televise kalua digunakan dan deprogram untuk pendidikan
maka merupakan media pembelajaran. Bagi Rossi media itu sama dengan alat-alat
fisik yang mengandung informasi dan pesan pendidikan. Pendapat Rossi itu juga
dikemukakan oleh AECT (1977) yang menjelaskan media sebagai segala bentuk
Dari konsep di atas, maka bedanya antara media dan media pembelajaran
terletak pada pesan atau isi yang ingin disampaikan. Artinya alat apa pun itu asal
berisi tentang pesan-pesan pendidikan termasuk ke dalam media pendidikan atau
media pembelajaran.
Dalam kamus besar bahasa indonsia Handphone atau Telepon Genggam
adalah telepon dengan antena tanpa kabel yang dapat dibawa ke mana-mana.
Sedangkan Handphone atau biasa disebut Telepon Genggam atau yang sering
dikenal dengan nama Ponsel secara umum merupakan perangkat telekomunikasi
elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon
konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel, mobile)
dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel
(nirkabel; wireless). Selain itu, handphone juga dapat didefinisikan sebagai suatu
alat elektronik yang digunakan untuk telekomunikasi radio dua arah melalui
jaringan seluler BTS yang dikenal sebagai situs selo. Ponsel berbeda dari telepon
tanpa kabel, yang hanya menawarkan layanan telepon dalam jangkauan terbatas
melalui system pangkal tunggal menempel pada garis tanah tetap, misalnya di
dalam rumah atau kantor (Endi, 2014).
Manfaat Handphone sebagai media pembelajaran diantaranya dapat
digunakan sebagai berikut (Endi, 2014):
1. Bimbingan siswa (sms, chat dll untuk informasi penting, tanya jawab,
konsultasi, dan lain-lain).
2. Pengambil gambar, foto, juga perekam video dalam jangka waktu tertentu.
4. Pencarian online tentang materi pembelajaran/e-book, bahkan dapat pula
untuk m-learning (pembelajaran online).
5. Membuka/membuat blog, posting artikel, respon artikel dll.
6. Posting tugas guru berupa gambar, foto, maupun teks.
Dalam kamus besar bahasa indonsia minat berarti kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu, atau keinginan. Minat adalah kesadaran seseorang,
bahwa suatu objek seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung
sangkutpaut dengan dirinya. Menurut istilah psikologi, minat berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.
Ada beberapa indikator dari minat yang dapat diketahui dari proses belajar
dikelas, diantaranya:
1. Keinginan
Keinginan itu datangnya dari nafsu/dorongan. Apabila sesuatu yang dituju
itu sesuatu yang nyata/ konkret, maka nafsu itu disebut keinginan. Sabri
(1993:122) menyatakan bahwa dari nafsu aktif timbul keinginan untuk
mengerjakan sesuatu pekerjaan.
2. Perasaan senang
Menurut Akyas (2004:149) perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki
oleh setiap orang, hanya corak dan tingkah lakunya saja yang berbeda. Perasaan
lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang, oleh sebab itu perasaan antara
seseorang dengan orang lain terhadap hal yang sama pastilah berbeda-beda.
3. Pengetahuan
Pengetahuan atau informasi tentang seseorang atau suatu objek pasti harus
lebih dahulu daripada minat terhadap orang atau objek tadi.
4. Kebiasaan
Menurut Witherington dalam Buchori (1978:129) Kebiasaan adalah cara
brtindak atau berbuat yang seragam. Pada umumnya kebiasaan berlangsung
dengan cara agak otomatis dan hanya membutuhkan kesadaran yang kecil saja
atau tidak membutuhkannya sama skali tentang aktivitas yang sedang terjadi.
5. Perhatian
Menurut sabri (1999) Perhatian adalah suatu aktivitas jiwa yang bertugas
selektif terhadap rangsangan-rangsangan yang sampai kepada kita.
Secara ringkasnya kerangka pemikiran di atas, penulis merangkainya
secara sistematis di antaranya sebagai berikut:
Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Handphone sebagai Media Pembelajaran
(Variabel X) 1. Positif 2. Negatif Minat Belajar Siswa (Variabel Y) 1) Keinginan 2) Perasaan senang 3) Pengetahuan 4) Kebiasaan 5) Perhatian KORELASIONER SISWA SEBAGAI RESPONDENT
F. Hipotesis
Pada penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel X
(Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Handphone sebagai Media
Pembelajaran) dan variabel Y (minat belajar mereka pada mata pelajaran PAI).
Untuk merumuskan hipotesisnya penulis merumuskan bahwa “terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tanggapan siswa terhadap penggunaan
Handphone sebagai Media Pembelajaran dengan minat siswa mengikuti mata
pelajaran PAI”. Dan semakin positif tanggapan siswa terhadap Terhadap
Penggunaan Handphone sebagai Media Pembelajaran, maka akan semakin tinggi
minat belajar mereka pada mata pelajaran PAI.
G. Langkah-langkah Penelitian
Terdapat empat langkah pada penelitian ini. Pada langkah-langkah
penelitian ini akan dijelaskan tahapan yang akan dilakukan, di antaranya yaitu:
1. Menentuakan Metode Dan Teknik Pengumpulan Data a. Menentukan metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
Alasan digunakan metode ini dimaksudkan agar dalam penelitian tertuju pada
masalah sehingga potensial antara kedua variabel dapat diidentifikasi.
Masalah yang diteliti melalui metode ini diharapkan diperoleh gambaran
tentang tanggapan siwa Terhadap Penggunaan Handphone sebagai Media
Pembelajaran hubungannya dengan minat belajar mereka pada mata pelajaran
b. Teknik pengumpulan data
1) Angket
Angket bertujuan untuk mengumpulkan data utama tentang tanggapan
siswa terhadap penggunaan Handphone sebagai media pembelajaran pada
mata plajaran PAI dan minat belajar pada siswa.
2) Observasi
Observasi dalam penelitian ini dengan cara terlibat langsung dalam
proses pembelajaran. Proses pengamatan dilakukan dengan cara peneliti
mengikuti masuk kelas dan mengajarkan materi yang akan disampaikan.
Tujuannya untuk menambah keterangan data yang ada sehingga membentu
peneliti memperoleh data yang akurat dan objektif.
3) Wawancara
Wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang proses
belajar mengajar serta untuk mengetahuiaktivitas belajar siswa pada pelajaran
PAI.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak
terstruktur, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya garis besarnya saja dari
permasalahan yang ditanyakan.
4) Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan aktivitas dalam penelitian sebagai
yang sebanyak-banyaknya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh landasan
teoritik tentang teori dan konsep yang berhubungan antara penggunaan
Handphone sebagai media pembelajaran dengan minat belajar mereka pada
mata pelajaran PAI.
2. Menentukan Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini mencakup data
kuantitatif dan data kualitatif. Dimana data kuantitatif merupakan data yang
berbentuk analisis siswa terhadap Terhadap Penggunaan Handphone sebagai
Media Pembelajaran dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Sedangkan data kualitatif merupakan hasil dari pengumpulan data angket,
observasi, wawancara, dan studi pustaka.
3. Menentukan Sumber Data
Pada penelitian ini terdapat dua poin utama dalam menentukan
sumber data, di antaranya yaitu:
a. Lokasi penelitian
Pada pelitian ini penulis memilih SMAN Tanjungsari sebagai lokasi yang
akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian. Penulis beralasan dengan
beberapa pertimbangan, di antaranya yaitu terdapat permasalahan di lokasi
tersebut. Serta lokasi terjangkau oleh peneliti, sehingga dalam proses
b. Objek penelitian
Untuk memudahkan dan berdasarkan rumusan di atas maka dalam penelitian
ini, penulis mengambil objek penelitian pada siswa kelas XI IPA 3 SMAN
Tanjungsari sebanyak 38 orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang akan
diperoleh melalui pendekatan statistik dan analisis kualitatif yang akan
diperoleh melalui pendekatan logika (non-statistika).
Prosedur analisis data secara statistik yang akan penulis gunakan
adalah analisis parsial, analisis korelasional, uji hipotesis dan uji pengaruh.
a. Analisis Parsial tiap Variabel (X dan Y)
1) Mencari nilai rata-rata tiap variabel secara terpisah. Adapun prosedurnya
sebagai berikut :
a) Menghitung jumlah skor jawaban yang diperoleh dari tiap item berikut
rata-ratanya dengan rumus:
∑
(Anas Sudjiono, 2009:85)
b) Menghitung skor rata-rata jawaban dari tiap indikator.
c) Menghitung skor rata-rata jawaban responden dari seluruh item dalam satu
variabel berikut interpretasinya. Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya
jawaban responden tiap variabel, maka:
Interpretasivariabel X dan Y sebagai berikut: 1,00 – 1,79 = Sangat rendah
2,60 – 3,39 = Sedang
3,40 – 4,19 = Tinggi
4,20 – 5,00 = Sangat tinggi
(SambasAli Muhidin , 2009:146)
2) Mengukur tendensi sentral dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan rentang skor (R) dengan rumus:
R = xmaks-xmin (Subana, 2000:38)
b) Mencari jumlah kelas interval dengan rumus:
K = 1+3.3 log n (Subana, 2000:39)
c) Menentukan panjang kelas interval dengan rumus:
(Subana, 2000:40)
d) Membuat tabel distribusi tendensi sentral
e) Mencari mean dengan rumus:
̅ ∑ (Sudjana, 2005:67)
f) Menghitung Median dengan rumus:
( )(Sudjana, 2005:79)
g) Mencari Modus dengan rumus:
(
) (Sudjana, 2005:77)
Sebagai kriteria interpretasi dari kecendrungan pemusatan di atas adalah
sebagai berikut:
Jika Mean > Median > Modus. Ini berarti data mempunyai kecendrungan kearah positif.
Jika Mean < Median < Modus. Ini berarti data mempunyai kecendrungan kearah negatif.
h) Mencari Standar Deviasi :
√ ∑ (∑ )
( ) (Sudjana, 2005:95)
3) Uji normalitas data Variabel
Untuk menguji normalitas akan ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan Zhitung dengan Rumus:
Zhitung = ̅
(Subana, 2000:97)
b) Membuat tabel distribusi frekuensi
c) Menghitung chi kuadrat dengan rumus:
∑( ) (Sudjana, 2005:273)
d) Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:
dk = K-3 (Sudjana, 2005:293)
e) Menentukan nilai x2 tabel dengan taraf signifikansi 5% (0.05)
f) Interpretasi normalitas dengan ketentuan:
Jika x2hitung <x2tabel maka distribusi normal. Jika x2hitung >x2tabel maka distribusi tidak normal. b. Analisis Korelasi
Tahapan ini yaitu suatu analisis terhadap data yang telah dianalisis
secara parsial, baik variabel X maupun variabel Y dan telah diketahui
kenormalannya. Prosedur yang ditempuh dalam analisis ini adalah sebagai
1) Menentukan persamaan regresi linier, dengan rumus: ̂ (Sudjana, 2005:315) (∑ )(∑ ) (∑ )(∑ ) ∑ (∑ ) (Sudjana, 2005:315) ∑ (∑ )(∑ ) ∑ (∑ ) (Sudjana, 2005:315)
2) Menguji Linieritas Regresi dengan Langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menghitung jumlah kuadrat regresi a (Jka) dengan rumus:
(∑ ) (Subana, 2000:162)
b) Menghitung jumlah kuadrat regresi b terhadap a (JKba) dengan rumus:
{∑ (∑ )(∑ )} (Subana, 2000:162)
c) Menghitung jumlah kuadrat residu (JKr) dengan rumus:
∑ (Subana, 2000:163)
d) Menghitung jumlah kuadrat kekeliruan dengan rumus (JKKK):
∑ {∑ (∑ ) } (Subana, 2000:163)
e) Menghitung derajat kebebasan kekeliruan (dbKK) dengan rumus:
Dbkk = n – K (Subana, 2000:163)
f) Menghitung derajat kebebasan ketidakcocokan (dbTC) dengan rumus:
dbTC = K – 2 (Subana, 2000:163)
g) Menghitung kuadrat ketidakcocokan (JKTC) dengan rumus:
JKTC = JKr – JKKK (Subana, 2000: 163)
h) Menghitung rata-rata kudrat kekeliruan (RKKK) dengan rumus:
i) Menghitung rata-rata ketidakcocokan (RKTC), dengan rumus:
(Subana, 2000: 163)
j) Menghitung nilai F ketidakcocokan (FTC) dengan rumus:
(Subana, 2000: 164)
k) Menentukan nilai F Tabel, dengan taraf signifikansi 5%.
( ) (Subana, 2000: 164)
l) Menghitung linearitas regresi dengan ketentuan sebagai berikut:
Jika FTC<T Tabel maka regresi linear, dan
Jika FTC>FTabel maka regresi tidak linear. (Subana, 2000: 164) 3) Menguji koefisien korelasi
a) Apabila dari hasil perhitungan di atas diketahui datanya berdistribusi normal
dan berregresi linier, maka rumus korelasi yang digunakan adalah:
∑ (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) + (Sudjana, 2005: 328)
b) Jika salah satu atau kedua variabel tidak berdistribusi normal
dan regresinya tidak linier, maka digunakan rumus korelasi rank yang
dikembangkan oleh Spearman dengan rumus:
∑
( )( )
4) Uji Hipotesis
Yaitu dengan menguji signifikansi koefisien korelasi dengan
a) Mencari nilai t hitung dengan rumus:
√
√ ( )
b) Mencari t tabel dengan tarap signifikansi 5%
c) Mencari derajat kebebasan dengan rumus:
(Subana, 2000:118)
d) Pengujian hipotesis dengan ketentuan:
thitung lebih > ttabel maka hipotesis nol di tolak thitung lebih <ttabel maka hipotesis nol diterima
5) Menentukan tinggi rendahnya koefisien korelasi dengan interpretasi sebagai
berikut:
Tabel 1
Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat (Sugiyono, 2009:231)
6) Menghitung pengaruh variabel X terhadap variabel Y, dengan langkah
sebagai berikut: Menentukan derajat tidak adanya korelasi dengan rumus:
√ (Sudjana, 2005:369)
Keterangan:
K = Tidak ada korelasi
1 = Angka konstan