• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Fungsi Kognitif Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora Pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perbedaan Fungsi Kognitif Sebelum Dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora Pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF SEBELUM DAN SESUDAH

PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK

LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

Rani Eka Saputri1, Yosef Purwoko2

1

Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

2

Staf Pengajar Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK

Latar Belakang: Bertambahnya usia seseorang menyebabkan menurunnya fungsi kognitif akibat proses menua. Aktivitas fisik seperti berolahraga adalah salah satu cara untuk mempertahankan fungsi kognitif. Salah satu jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia yaitu senam lansia MENPORA.

Tujuan: Membuktikan pelatihan senam lansia MENPORA dapat meningkatkan fungsi kognitif pada kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.

Metode: Jenis penelitian adalah QuasiEksperimental dengan rancangan the one group pretest

and posttest without control design.Sampel penelitian adalah orang lanjut usia yang pada

periode penelitian menjadi anggota kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi dengan besar sampel 20 orang. Pelatihan senam lansia MENPORA dilakukan 2 kali seminggu selama 8 minggu. Pemeriksaan fungsi kognitif menggunakan tes MoCA-Ina. Uji hipotesis menggunakan uji Mc Nemar.

Hasil: Sebelum pelatihan senam lansia MENPORA, lansia dengan fungsi kognitif terganggu sebanyak 17 orang (85%) dan fungsi kognitif normal sebanyak 3 orang (15%). Sesudah pelatihan senam lansia MENPORA, lansia dengan fungsi kognitif terganggu sebanyak 4 orang (20%) dan fungsi kognitif normal sebanyak 16 orang (80%). Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara fungsi kognitif sebelum dan sesudah pelatihan senam lansia MENPORA ( p<0,001).

Kesimpulan: Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara fungsi kognitif sebelum dan sesudah pelatihan senam lansia MENPORA.

Kata Kunci: fungsi kognitif, lansia, senam lansia MENPORA

ABSTRACT

THE DIFFERENCE BETWEEN COGNITIVE FUNCTION BEFORE AND AFTER MENPORA ELDERLY GYMNASTIC TRAINING IN KEMUNING ELDERLY GROUP, BANYUMANIK, SEMARANG

Background: Aging process causes a decline in cognitive function. Physical activities such as exercise can maintain the cognitive function.MENPORA elderly gymnastic is one type of exercises which is suitable for elderly.

Aim:To prove that MENPORAelderly gymnastictraining can improve cognitive function in Kemuning elderly group, Banyumanik, Semarang.

Methods: The study was a Quasi Experimental with one group pretest and posttest without control design. This study included 20 elderly people, part ofKemuning elderly group, who met the inclusion criteria and no exclusion criteria. Samples were given a MENPORA elderly gymnastic training2 times a week for 8 weeks. Examination of cognitive function used MoCA-Ina test. Hypothesis testing used Mc Nemar test.

(2)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424 Results: There were 17 people (85%) with cognitive impairment and 3 people (15%) with normal cognitive functionbefore given a MENPORA elderly gymnastic training. After MENPORA elderly gymnastic training, there were 4 people (20%) with cognitive impairment and 16 people (80%) with normal cognitive function. There was a significant difference between the proportion of cognitive function before and after the MENPORA elderly gymnastic training (p <0.001).

Conclusions: There is a significant difference between the proportion of cognitive function before and afterMENPORA elderly gymnastic training.

Keywords: cognitive function, the elderly, MENPORA elderly gymnastic

PENDAHULUAN

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998, yang tergolong kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia adalah berumur 60 tahun atau lebih.1 Derajat kesehatan dan kesejahteraan penduduk yang semakin membaik berdampak pada meningkatnya jumlah usia harapan hidup di dunia termasuk di Indonesia yang ditandai dengan bertambahnya jumlah lansia.1 Menurut World Health Organization (WHO), jumlah lansia di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2013 mencapai 142 juta jiwayang akan diperkirakan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050 sedangkan di Indonesia pada tahun 2012 jumlah lansia mencapai 7,56 % dari total penduduk dan diperkirakan akan mencapai 50 juta jiwa pada tahun 2050.1, 2

Bertambahnya usia seseorang akan menyebabkan terjadinya proses menua yang menyebabkan manusia tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita.3 Salah satunya adalah menurunnya fungsi kognitif yang berperan penting dalam aktivitas sehari-hari. Proses menua akan menyebabkan terjadinya degenerasi dari neuron dan oligodendrosit di otak yang berpengaruh terhadap menurunnya fungsi kognitif.4

Aktivitas fisik adalah salah satu cara untuk mempertahankan fungsi kognitif.5Menurut

American College Of Sports Medicine (ACSM), jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh

lansia yaitu aerobik atau latihan ketahanan.6Salah satu jenis senam untuk lansia yang ada di Indonesia yaitu senam lansia yang diciptakan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga pada tahun 2012.

Salah satu manfaat dari gerakan senam lansia MENPORA adalah untuk kebugaran kardiovaskular dan neuromuskular lansia dimana kerja jantung dalam mengalirkan darah ke otak akan meningkat dan produksi faktor neurotropik otak juga meningkat. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi kognitif.

(3)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pelatihan senam lansia MENPORA dapat meningkatkan fungsi kognitif pada kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian QuasiEksperimental dengan rancangan the one

group pretest and posttest without control design. Penelitian ini dilaksanakan di RW X

kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang pada bulan Maret-Mei 2015.

Sampel penelitian adalah orang lanjut usia yang pada periode penelitian menjadi anggota lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eklusi. Kriteria inklusi penelitian ini, yaitu: lansia dengan tekanan darah < 140/90 mmHg, dapat berjalan tanpa membutuhkan alat bantu, bersedia menjadi subjek penelitian dan menandatangani informed consent.Sampel dieksklusi apabila tidak mengikuti 2 kali latihan berturut-turut atau > 2 kali latihan tidak berturut-turut, mempunyai riwayat infeksi susunan saraf pusat, mempunyai riwayat tumor otak, tidak bisa melihat dan tidak bisa mendengar, berdasarkan catatan medik diketahui memiliki penyakit diabetes dan berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui memiliki penyakit hipertensi. Pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposivesampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan kesesuaiannya dengan kriteria penelitian dengan besar sampel minimal 20.

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji Mc Nemar. Uji ini dipilih karena membandingkan proporsi sebelum dan sesudah perlakuan pada populasi tunggal. Perbedaan dianggap bermakna apabila nilai P<0,05.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Rerata±SB (min-maks) n (%)

Umur 67,45±4,86 (60-77) -

Jenis Kelamin

- Laki-laki - 8 (40 %)

- Perempuan - 12 (60 %)

Pekerjaan

- Ibu Rumah Tangga - 8 (40 %)

(4)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424

- Pensiunan - 6 (30 %)

- Wiraswasta - 3 (15 %)

Pendidikan

- Sekolah Dasar (SD) - 1 (5 %)

- Sekolah Menengah Pertama (SMP)

- 7 (35 %)

- Sekolah Menengah Atas (SMA)

- 11 (55 %)

- Sarjana Strata-1 (S1) - 1 (5 %)

SB= simpang baku; Min=minimum; Maks=maksimum

Tabel 1 menunjukkan rerata umur subjek penelitian adalah 67,45 tahun dengan simpang deviasi 4,86 tahun dengan umur termuda 60 tahun dan umur tertua adalah 77 tahun. Subjek penelitian yang berjumlah 20 terdiri dari laki-laki sebanyak 8 orang (40 %) dan perempuan 12 orang (60 %). Pekerjaan sehari-hari dari 20 subjek penelitian adalah sebagai ibu rumah tangga sebanyak 8 orang (40 %), pegawai swasta sebanyak 3 orang (15 %), pensiunan sebanyak 6 orang (30 %), dan wiraswasta sebanyak 3 orang (15 %). Subjek penelitian yang menempuh pendidikan terakhir di bangku SD sebanyak 1 orang (5 %), SMP sebanyak 7 orang (35 %), SMA sebanyak 11 orang (55 %), dan S1 sebanyak 1 orang (5 %).

Tabel 2. Pemeriksaan Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif n (%) Pre Intervensi - Terganggu 17 (85 %) - Normal 3 (15 %) Post Intervensi - Terganggu 4 (20 %) - Normal 16 (80 %)

Tabel 2 menunjukkan hasil pemeriksaan fungsi kognitif pre intervensi dari 20 subjek penelitian yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 17 orang (85 %) dan fungsi kognitif normal sebanyak 3 orang (15 %). Pada pemeriksaan post intervensi, yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 4 orang (20 %) dan fungsi kognitif normal sebanyak 16 orang (80 %).

(5)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424 Tabel 3. Perbedaan fungsi kognitif pre intervensi dan post intervensi

Fungsi kognitif post

intervensi Total p

Terganggu Normal

Fungsi kognitif pre intervensi

Terganggu 4 13 17 < 0,001

Normal 0 3 3

Total 4 16 20

Tabel 3 menunjukkan hasil analisis dengan uji Mc Nemar dimana di dapatkan nilai p<0,001 yang berarti terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara fungsi kognitif sebelum pelatihan senam lansia MENPORA dengan fungsi kognitif sesudah pelatihan senam lansia MENPORA pada kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.

PEMBAHASAN

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakanpurposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi. Total lansia yang menjadi anggota kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang pada periode penelitian yaitu 55 orang. Pada awal penelitian didapatkan 28 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eklusi. Selama rentang waktu penelitian didapatkan 4 sampel yang tersingkir oleh karena kriteria eksklusi. Dari 24 sampel yang tersisadilakukan randomisasi hingga didapatkan jumlah sampel minimal yaitu 20 orang. Subjek dimintai kesediannya untuk menjadi responden pada penelitian ini, yang selanjutnya mengisi informed consent dan dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan proporsi yang bermakna antara fungsi kognitif sebelum pelatihan senam lansia MENPORA dengan fungsi kognitif sesudah pelatihan senam lansia MENPORA pada kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang (p<0,001). Hal tersebut mendukung hasil penelitian terdahulu diantaranya oleh Ihara, dkk yang meneliti mengenai pengaruh aktivitas fisik terhadap peningkatan fungsi kognitif yang diperiksa menggunakan tes MoCA dan hanya diberikan kepada 10 lansia yang diketahui mengalami gangguan kognitif karena leukoaraiosis. Dari 10 lansia tersebut diberi intervensi berupa jalan kaki selama 6 bulan dan didapatkan perbedaan skor MoCA yang bermakna dipengaruhi oleh jumlah langkah serta jarak tempuh (P=0,016).7

(6)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424

Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Weuve, dkk dengan sampel penelitian yaitu lansia wanita yang secara rutin melakukan aktivitas fisik berupa jalan kaki. Penelitian cohort tersebut dilakukan pada 16.466 lansia wanita yang berusia

• WDKXQ GHQJDQ PHQJJXQDNDQ 006( XQWXN SHPHULNVDDQ IXQJVL NRJnitif. Dari hasil

penelitian didapatkan bahwa lansia wanita yang melakukan aktivitas fisik secara teratur termasuk berjalan kaki mempunyai penurunan fungsi kognitif yang lebih sedikit dibandingkan lansia wanita yang tidak melakukan aktivitas fisik (P<0,001).8

Berbeda dengan penelitian yang terdahulu, penelitian ini merupakan penelitian quasi

eksperimental dengan sampel penelitian adalah 20 orang lanjut usLD EHUXVLD • WDKXQ GDQ

pemeriksaan fungsi kognitif dilakukan menggunakan MoCA-Ina. Intervensi olahraga pada penelitian ini fokus berupa pelatihan senam lansia MENPORA yang diberikan 2 kali seminggu selama 8 minggu dengan durasi 20 menit tiap latihan. Sebelum dilakukannya pelatihan senam lansia MENPORA selalu didahului dengan pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter untuk memastikan tekanan darah semua subjek penelitian terkontrol.

Senam lansia MENPORA akan meningkatkan produksi dari BDNF, IGF-1, dan VEGF. Selain itu, senam lansia MENPORA juga akan meningkatkan aliran darah ke otak. Hal tersebut yang menyebabkan senam lansia MENPORA dapat meningkatkan fungsi kognitif orang lanjut usia. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi orang lanjut usia untuk penerapan olahraga seperti senam lansia MENPORA yang dapat bermanfaat dalam meningkatkan fungsi kognitif.

SIMPULAN DAN SARAN

Sebelum pelatihan senam lansia MENPORA jumlah lansia yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 17 orang (85 %) sedangkan fungsi kognitif normal sebanyak 3 orang (5 %).Sesudah pelatihan senam lansia MENPORA jumlah lansia yang memiliki fungsi kognitif terganggu sebanyak 4 orang (20 %) sedangkan fungsi kognitif normal sebanyak 16 orang (80 %).Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara fungsi kognitif sebelum pelatihan senam lansia MENPORA dengan fungsi kognitif sesudah pelatihan senam lansia MENPORA pada kelompok lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan pemeriksaan lanjutan seperti MRI dan perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan waktu intervensi yang berbeda

untuk mengetahui perbedaan fungsi kognitif setelah dilakukannya pelatihan senam lansia MENPORA. 1423

(7)

MMM, Vol. 4 No. 4 Oktober 2015 : 1418-1424 UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan ODSRUDQ DNKLU NDU\D WXOLV LOPLDK \DQJ EHUMXGXO ³3erbedaan Nilai Fungsi Kognitif Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia MENPORA pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik 6HPDUDQJ´ 3HQXOLV MXJD EHUWHULma kasih kepada dr. YosefPurwoko, M. Kes, Sp. PD selaku pembimbing penelitian, para lansia di RW X kelurahan Padangsari, Banyumanik yang telah meluangkan waktunya mengikuti senam lansia MENPORA, serta keluarga dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. Situasi dan Analisis Lanjut Usia. [Online] 2014.[Dikutip:9 Januari 2015.]http://www.depkes.go.id/article/view/14010200005/download-pusdatin-infodatin-infodatin-lansia.html.

2. Depkes RI. Triple Burden Ancam Lansia.[Online] 2013. [Dikutip:9 Januari 2015.]www.depkes.go.id/article/view/13100008/triple-burden-ancam-lansia.html.

3. Boedhi-Darmojo. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2009:3-13.

4. Michael W V, Heo S, Prakash RS, et al. The influence of aerobic fitness on cerebral white matter integrity and cognitive function in older adults: results of a one-year exercise intervention. Human Brain Mapping. 2013:2972-85.

5. Kirk-Sanchez NJ, McGough EL. Physical exercise and cognitive performance in the elderly: current perspectives. Clinical Intervention in Aging. 2014:51-62.

6. ACSM. Exercise and the Older Adult. [Online] 2011. [Dikutip: 24 Februari 2015.] https://www.acsm.org/docs/current-comments/exerciseandtheolderadult.pdf.

7. Ihara M, Okamoto Y, Hase Y, Takahashi R. Association of Physical Activity with the Visuospatial/Executive Functions of the Montreal Cognitive Assessment in Patients with Vascular Cognitive Impairment. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases. 2013:146-51.

8. Weuve J, Kang JH, Manson JE, Breteler MM, Ware JH, Grodstein F. Physical activity, including walking, and cognitive function in older women. Jama 2004:1454-61.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
Tabel 1 menunjukkan rerata umur subjek penelitian adalah 67,45 tahun dengan simpang  deviasi 4,86 tahun dengan umur termuda 60 tahun dan umur tertua  adalah 77 tahun
Tabel 3. Perbedaan fungsi kognitif pre intervensi dan post intervensi  Fungsi kognitif post

Referensi

Dokumen terkait

adjustment of adolescents: The effectiveness of a social skills group intervention... Quasi- experimentation: Design &amp;Analysis Issues for

Menurut Kelly dan Hansen (dalam Hapsari, 2010) terbinanya hubungan yang baik dengan teman sebaya membuat remaja dapat memperoleh fungsi positif, diantaranya adalah

Konstantnom promjenom smjera polja može se dobiti petlja magnetske histereze, koja se prikazuje kao ovisnost magnetizacije o intenzitetu vanjskog magnetskog polja..

Someone might say that an important advantage of design (a) is its lower cost, compared to design (b), but that argument may not be as strong when free software like OpenBSD and

bilketa bat egon dela jakin nuen. Hori dela eta, zezenketen aurkako elkarte baten kide naizen aldetik, nire kontrako jarrera adierazi nahiko nuke. Animaliek ere

Dalam penelitian ini diperoleh data bahwa pemahaman konsep mahasiswa lebih tinggi jika diajar dengan siklus belajar 7E dibandingkan dengan yang diajar dengan

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin

Media visual adalah media yang dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Karena sewaktu pembelajaran