• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk Pertanggungjawaban Pihak Ketiga Terhadap Penanggung Dalam Perasuransian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bentuk Pertanggungjawaban Pihak Ketiga Terhadap Penanggung Dalam Perasuransian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam Perasuransian

Rokiyah1), Ane Fany Novitasari 2), Abdul Chalim 3)

1,2,3) Politeknik Negeri Malang 1) anefany.novita98@gmail.com

Abstract

The insurance business has been present for a long time in the Indonesian economy and has played a role in the nation's history alongside other economic activity sectors. In reality, there are many problems surrounding insurance or insurance institutions and many conditions must be met. At present the insurance business as a financial institution has an important role, because from this business activity it is expected to increase the mobilization of public funds for development financing.This study discusses the forms of third-party accountability to the guarantor in the insurance. The purpose of this study is to describe and analyze the forms of liability of third parties to the guarantor in the insurance and the process of settling the insurance case if viewed from a legal and insurance perspective.This research uses normative juridical research type. This research includes research on the principles of law, research on legal systematics, research on the synchronization of law, research on the history of law, and comparative research on law. The analysis shows that through a risk insurance agreement the possibility of an event that causes a loss that threatens the interests of the insured is transferred to the insurance company as the insurer. In return, the insured is willing to pay an agreed premium amount. Thus, the insured who is concerned feels safe from the threat of loss, because if the loss really occurs the guarantor will replace it

Keywords: Insurance, Law, Liability,Third Party, Risk

Abstrak

Usaha perasurasian telah cukup lama hadir dalam perekonomian Indonesia dan ikut berperan dalam perjalanan sejarah bangsa berdampingan dengan sektor kegiatan ekonomi lainnya. Dalam kenyataannya banyak persoalan yang melingkupi lembaga asuransi atau pertanggungan dan banyak pula syarat yang harus dipenuhi. Saat ini usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yang cukup penting, karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat meningkatkan pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Penelitian ini membahas mengenai bentuk pertanggungjawaban pihak ketiga terhadap penanggung dalam perasuransian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa bentuk pertanggungjawaban pihak ketiga terhadap penanggung dalam peransuransian dan proses penyelesaian kasus perasuransian jika ditinjau dari sudut pandang hukum dan sudut pandang asuransi.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif. Penelitian ini mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. Hasil analisa menunjukkan melalui perjanjian asuransi risiko kemungkinan terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian yang mengancam kepentingan tertanggung itu dialihkan kepada perusahaan Asuransi kerugian selaku penanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung bersedia membayar sejumlah premi yang telah disepakati. Dengan demikian, tertanggung yang berkepentingan merasa aman dari ancaman kerugian, sebab jika kerugian itu betul-betul terjadi penanggunglah yang akan menggantinya.

(2)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

Pendahuluan

Dewasa ini teknologi di bidang industri pengangkutan baik darat, laut maupun udara berkembang dengan pesat. Di Indonesia pun penggunaan hasil-hasil produksi teknologi yang tinggi dibidang alat angkut pesat sekali, meskipun yang menikmati hasil produksi tersebut baru sebagian golongan masyarakat saja. Produksi kendaraan bermotor saat ini tidak terbilang jumlahnya disebabkan persaingan harga dan kualitas kendaraan pribadi dan alat angkut penumpang umum, baik yang melalui darat, laut maupun udara, dari tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya yang merupakan dampak lain yang harus dipeerhitungkan dari segi ekonomi.

Karena itu, bermacam-macam perusahaan telah muncul, khususnya perusahan yang berhubungan dengan kegiatan memberikan jaminan atau tangungan kepada seseorang atau kepada suatu aset tertentu, karena standar suatu saat dapat ditimpa oleh suatu kerugian atau peristiwa.

Karena itu kita menyaksikan puluhan bahkan ratusan perusahan asuransi di Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah suatu perusahaan asuransi. Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan. Belum menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola usaha asuransi belum memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali melakukan penipuan terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat hak, baik dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian seperti kendaraan bermotor.

Sedangkan dari pihak masyararat industri asuransi kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per kapita masyarakat.

Seiring dengan pertumbuhan perekonomian Indonesia yang cukup pesat, disertai dengan majunya pola pikir masyarakat Indonesia dalam dunia usaha perniagaan mendorong para pelaku bisnis untuk mengembangkan dunia usaha dalam bidang asuransi. Selain itu, laju pembangunan di Indonesia pada berbagai sektor kehidupan juga mengalami peningkatan, sehingga mengundang tingkat resiko yang lebih besar. Resiko dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti kerusakan alat-alat, kehilangan barang-barang berharga, rusaknya proyek hasil pembangunan, dan sebagainya.

Perusahaan asuransi mempunyai fungsi sebagai pengambil alih setiap resiko yang mungkin timbul atau yang akan dihadapi. Saat ini usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki peranan yang cukup penting, karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat meningkatkan pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan. Sehingga, pembangunan tidak luput dari berbagai risiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang telah dicapai. Sehubungan dengan itu dibutuhkan usaha perasuransian, yang dapat menampung kerugian yang dapat timbul oleh adanya berbagai risiko.Hubungan antara resiko dan asuransi merupakan hubungan yang sangat erat. Dari sisi manajemen resiko, asuransi justru dianggap sebagai salah satu cara yang terbaik untuk menangani suatu resiko. Secara sederhana dapat dijabarkan bahwa seseorang yang ingin mengalihkan resiko yang akan timbul diharuskan membayar premi kepada perusahaan asuransi, kemudian apabila resiko itu terjadi maka adalah suatu kewajiban bagi pihak asuransi untuk membayar klaim tersebut. Namun dalam prakteknya tidak sesederhana itu. Dalam kenyataannya banyak persoalan yang melingkupi lembaga asuransi atau pertanggungan dan banyak pula syarat yang harus dipenuhi.

(3)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 Dengan perkembangan dan banyaknya lingkup persoalan dari perusahaan asuransi tersebut di atas, maka kami tertarik untuk membahas masalah salah satu prinsip asuransi yaitu prinsip subrogasi dengan Obyek Perkara dalam kasus ini yaitu mengajukan upaya penagihan secara subrogasi atas hilangnya kendaraan bermotor mobil Toyota Avanza No. Pol N 1789 BE di area parkir yang dikelola dan menjadi tanggung jawab PT. Mulia Aji Sakti.

Kajian Literatur Pengertian Asuransi

Asuransi didefisinisikan sebagai perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran apabila terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama atau barang miliknya sesuai dengan perjanjian yang dibuat Menurut (Ismanto, 2012). Menurut (Abdulkadir, 2011) asuransi yaitu pertanggungan atau perlindungan atas suatu objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian

Tujuan Asuransi

Menurut (Sabrie, 2015) Tujuan asuransi sosial menurut Emmy Pangaribuan Simanjutak adalah untuk menyediakan suatu bentuk jaminan tertentu kepada seseorang atau anggota masyarakat yang menderita kerugian dalam memperjuangkan hidupnya dan keluarganya, serta diselenggarakannya asuransi sosial berkaitan erat dengan tujuan untuk terciptanya kesejahteraan masyarakat dan berkaitan dengan perlindungan dasar manusia seperti hari tua, sakit, kecelakaan, cacat, meninggal dunia dan menganggur.

Prinsip Asuransi

Suatu perjanjian asuransi tidak cukup hanya dipenuhi syarat umum perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata saja, tetapi harus pula memenuhi asas-asas khusus yang diatur dalam KUHD.

a. Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan (Principle of Insurable Interest)

Kepentingan yang terdapat dalam Pasal 250 KUHD harus memenuhi syarat yang diatur dalam Pasal 268 KUHD di mana kepentingan tersebut dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.

b. Prinsip Itikad Terbaik (Utmost Good Faith)

Pasal 251 KUHD secara sepihak menekankan kewajiban untuk melaksanakan itikad terbaik hanya kepada pihak tertanggung karena adanya anggapan bahwa tertanggunglah yang paling mengetahui mengenai obyek yang diasuransikan. Hal untuk melaksanakan itikad terbaik bukan hanya merupakan kewajiban tertanggung, namun juga menjadi kewajiban penanggung. Pihak penanggung tidak dibenarkan memberikan pernyataan atau keterangan yang tidak benar pada saat merundingkan penutupan asuransi; penanggung tidak dibenarkan menyembunyikan fakta-fakta yang dapat merugikan posisi tertanggung c. Prinsip Sebab Akibat (Causalitiet

Principle)

Menurut definisi asuransi yang diatur dalam Pasal 246 KUHD, pihak penanggung hanya akan wajib membayar ganti rugi, apabila kerugian atau kerusakan itu disebabkan oleh suatu peristiwa yang tidak tertentu, yang dimaksud dengan suatu peristiwa yang tidak tertentu disini adalah suatu peristiwa yang tak tertentu yang telah diperjanjikan antara pihak tertanggung dengan pihak tertanggung

Subyek dan Obyek Asuransi

Menurut (Wulansari, 2017) Subyek dalam perjanjian asuransi adalah pihak-pihak yang bertindak aktif dalam melaksanakan perjanjian asuransi tersebut. Perjanjian tersebut diadakan terhadap suatu objek yaitu

(4)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 kepentingan dari pihak tertanggung Menurut (Wulansari, 2017) Adapun hak dan kewajiban pihakpihak dalam asuransi adalah sebagai berikut:

1. Tertanggung

Pihak tertanggung atau terjamin, adalah manusia atau badan hukumAdapun hak tertanggung sebagai berikut menerima polis asuransi, menerima ganti rugi bila terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian terhadap objek asuransi seperti yang diperjanjikan dalam polis asuransi dan hak-hak lainnya sebagai imbalan dari kewajiban penanggung; Sisi lain kewajiban tertanggung adalah sebagai berikut membayar premi asuransi, memberikan informasi mengenai keadaan sebenarnya dari objek asuransi, melakukan pencegahan agar kerugian yang dapat dibatasi dan kewajiban khusus yang mungkin disebut dalam polis asuransi

2. Penanggung

Penanggung merupakan pihak yang menerima premi dan berjanji akan mengganti kerugian dengan membayar sebjumlah uang kepada pihak tertanggung, sebagai akibat dari kerugian yang diakibatkan oleh suatu peristiwa yang telah diperjanjikan. Adapun hak dan kewajiban dari penanggung adalah sebagai berikut menerima premi asuransi, menerima pemberitahuan mengenai informasi berkaitan dengan objek asuransi dan Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung.

Adapun kewajiban penanggung adalah sebagai berikut memberikan polis kepada tertanggung, memberi ganti rugi dengan member sejumlah uang yang telah diperjanjikan, melaksanakan premi restorno (pengembalian premi).

Polis dan Premi Asuransi

Menurut (Gibran, 2019) Premi merupakan bukti adanya perjanjian asuransi antara pihak penanggung dan pihak tertanggung sebagai penutup asuransi. Polis adalah surat yang bernilai uang, maka penggadaian

sepucuk polis itu hanya bisa terjadi dalam hubungan hukum, khususnya mengenai pinjaman uang, yang dilakukan oleh tertanggung kepada penanggung.

Perjanjian Asuransi

Perjanjian asuramsi atau pertanggungan merupaqkan suatu perjanjian yang mempunyai sifat yang khusus dan unik, sehingga perjanjian ini mempunyai karakteristik tertentu yang sangat tegas dibandingkan dengan jenis perjanjian lain (Yikwa, 2015). Sedangkan menurut (Hartono, 1995) secara umum perjanjian asuransi harus memenuhi syarat-syarat umum perjanjian dan disamping itu perjanjian ini masih harus memenuhi asas-asas tertentu yang mewujudkan sifat atau ciri khusus dari perjanjian asuransi itu sendiri

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah library research. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis normative dengan menggunakan pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pengumpulan bahan hukum untuk penelitian ini menggunakan teknik studi kepustakaan. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah data diolah secara sistematis, kemudian dianalisa secara deskriptif evaluative dan dilakukan interpretasi hukum secara gramatikal dan sistematik

Hasil dan Pembahasan Posisi Kasus

Obyek Perkara dalam kasus ini yaitu mengajukan upaya penagihan secara subrogasi atas hilangnya kendaraan bermotor mobil Toyota Avanza No. Pol N 1789 BE di area parkir yang dikelola dan menjadi tanggung jawab PT. Mulia Aji Sakti.

Analisis Menurut Hukum

Analisa kasus kehilangan mobil Muhammad Bahritersebut di atas, dapat dianalisa dari KUH Perdata dan KUH

(5)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 Dagang, berdasarkan dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang tertanggung dan dari sudut pandang penanggung (perusahaan).

Sesuai penjelasan kasus tersebut di atas, bahwa karena kelalaian dari petugas parkir yang bekerja sebagai karyawan PT. Mulia Aji Sakti, maka PT. Mulia Aji Sakti tidak dapat melepas tanggung jawab secara

hukum dan wajib

mempertanggungjawabkannya secara hukum pula. Hal ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum sebagai berikut :

Pasal 1366 KUH Perdata :

“setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya oleh kerugian yang

disebabkan perbuatan-perbuatan,

melainkan juga atas kerugian yang

disebabkan olehh kelalaian atau

kesembronoanya.”

Pasal 1377 alenia ke-3 KUH Perdata :

“Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang itu.”

Dari kasus tersebut di atas bisa disimpulkan juga, bahwa perbuatan yang dilakukan oleh PT. Mulia Aji Sakti yang tidak bertanggung jawab atas hilangnya mobil Toyota Avanza Nopol N 1789 BE adalah perbuatan melawan hukum dan telah memenuhi unsur-unsur suatu perbuatan hukum sebagaimana diatur dalam pasal 1365 KUH Perdata yang berbunyi :

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Hal ini juga sesuai dengan ketentuan Pasal 284 KUHD menyatakan :

Penanggung yang telah mebayar

kerugian barang yang

dipertanggungkan. Memperoleh semua hak yang sekiranya dimiliki oleh

tertanggung terhadap pihak ketiga berkenaan dengan kerugian itu; dan tertanggung bertanggung jawab untuk

setiap perbuatan yang mungkin

merugikan hak penaggung terhadap pihak ketiga itu.”

Selain itu juga sesuai dengan ketentuan Bab III pasal 14 ayat (1) Bab Subrogasi dalam Polis Kendaraan bermotor Indonesia, Muhammad Bahri telah memberikan hak subrogasi kepada PT. Asuransi Sejahtera, untuk melakukan /mengajukan tuntutan-tuntutan kepada pihak III.

Bahwa dengan diterbitkannya surat subrogasi tersebut, terdapat hubungan hukum antara PT. Asuransi Sejahtera sebagai pihak yang telah menutup klaim asuransi, dengan PT. Mulia Aji Sakti sebagai pihak ketiga yang bertanggung jawab atas hilangnya mobil Toyota Avanza N 1789 BE .

Sehingga sangat jelas sekali bahwa hilangnya mobil Toyota Avanza N 1789 BE sewaktu diparkir di area parkir Glodok Plaza merupakan area yang dikelola Tergugat (PT.Mulia Aji Sakti) persitiwa tersebut tidak terlepas dari kelalaian, kesalahan, dan kurang hati-hatinya karyawan dalam kasus yang terjadi tersebut, yaitu adanya sikap kurang hati-hatinya pengelola areal parkir tersebut.

Untuk gugatan yang daimbil salah alamat, kami rasa hal tersebut kurang tepat, karena menurut kami titik persoalannya adalah adanya sikap kurang hati-hatinya karyawan PT. Mulia Aji Sakti ketika mengengola perparkiran mobil di Glodok Plaza, sehingga orang yang tidak mempunyai biaya legitimasi (karcis) parkir dapat mengambil mobil milik orang lain, yang berakibat merugikan pemilik mobil-mobil.

Dapat kami jelaskan disini ketika pengemudi hendak mengambil mobil di area parkir yang dikelola PT. Mulia Aji Sakti, ternyata mobil tersebut sudah tidak adadi tempatnya, smentara karcis parkir masih

(6)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 berada di tangan pengemudi. Atas kehilangan tersebut dan berdasarkan karcis parkir, selanjutnya pengemudi melaporkan persitiwa tersebut kepada pihakkepolisian.

Dan berdasarkan karcis parkir, Laporan kepolisian dan keterangan karyawan area parkir Glodok Plaza, telah menunjukkan adanya bukti-bukti yang cukup. Dan tidak gugatan tersebut tidak salah alamat.

Sehingga dengan alasan-alasan tersebut maka Keputusan Mahkamah Agung yang menyatakan bahwa Tergugat yaitu PT. Mulia Aji Sakti bertanggung jawab kepada PT. asuransi Sejahterasebagai Penggugat untuk membayarkan ganti rugi berupa uang tunai sebesar Rp.582.300.000,- adalah putusan yang tepat. Dan hal tersebut sesuai dengan prinsip asuransi yaitu prinsip Subrogasi, dimana pihak Penggugat menerima surat kuasa subrogasi dari Muhammad Bahriselaku pemilik mobil Avanza untuk melakukan gugatan ganti rugi atas kehilangan mobil di area parkir Glodok Plaza yang dikelola oleh PT. Mulia Aji Sakti.

Analisis Menurut Akuntansi

Analisis pada pihak Penanggung (PT. Asuransi Sejahtera)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang relevan untuk menganalisa kasus di atas adalah PSAK Nomor 28 tentang Asuransi Kerugian.

Karakteristik Usaha Asuransi Kerugian sebagaimana tertuang di dalam paragraf 02 huruf (d) disebutkan bahwa :

”Pihak tertanggung (pembeli asuransi) membayar premi asuransi terlebih dulu kepada perusahaan asuransi sebelum peristiwa yang menimbulkan kerugian yang diperjanjikan terjadi. Pembayaran premi tersebut merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada

saat kontrak asuransi disetujui,

perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar

klaim asuransi, berapa besar pembayaran itu, dan kalau terjadi kapan terjadinya. Kontrak asuransi kerugian pada umumnya bersifat jangka pendek. Hal-hal tersebut

akan berpengaruh pada masalah

pengakuan pendapatan dan beban.”

Pengakuan Pedapatan Premi Asuransi Kerugian

Pengakuan pendapatan premi asuransi kerugian menurut PSAK nomor 28 paragarf 15 sebagai berikut :

” Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dan reasuransi diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode resiko, maka jumlah premi yang diperoleh tersebut diakui sebagai pendapatan selama periode resiko ”

Selanjutnya paragraf 16 menyatakan sebagai berikut :

Apabila jumlah premi masih dapat disesuaikan, misalnya premi ditentukan

pada akhir kontrak atau premi

disesuaikan pada akhir kontrak

berdasarkan nilai pertanggungan, maka pendapatan premi diakui sebagai berikut :

a. Apabila jumlah premi dapat diestimasi

secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak dan

estimasi jumlah premi tersebut

disesuaikan setiap periode untuk

mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya.

b. Apabila jumlah premi tidak dapat

diestimasi secara layak, maka premi

diperlakukan dengan menggunakan

metode uang muka (deposit method) sampai jumlah premi dapat diestimasi secara layak.

Pengakuan Beban Klaim Asuransi

Kerugian

Pengakuan beban klaim asuransi kerugian menurut PSAK nomor 28 paragraf 24 sebagai berikut :

(7)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020

” Klaim sehubungan dengan terjadinya

peristiwa kerugian terhadap objek

asuransi yang dipertanggungkan, meliputi klaim yang disetujui (settled claim), klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claim). Klaim yang telah terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim(claim settlement expenses) diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. ”

Selanjutnya paragraf 25 menyatakan sebagai berikut :

Jumlah klaim dalam proses

penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan, ditentukan berdasarkan estimasi kewajiban

klaim tersebut. Perubahan estimasi

kewajiban klaim sebagai proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah

estimasi klaim dengan klaim yang

dibayarkan diakui dalam laporan laba rugi periode terjadinya perubahan ”.

Analisis pada pihak PT. Mulia Aji Sakti

Jika dilihat dari sisi pihak PT. Mulia Aji Sakti, analisis kasus dapat dilakukan dengan melihat pada aspek pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan.

Comittee Of Sponsoring organization

(COSO) dalam laporannya yang berjudul

Internal Control Intregrated Framework

mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen dan staf, untuk membuat reasonable assurance mengenai:

a. Efektifitas dan efisiensi operasional b. Reliabilitas pelaporan keuangan

c. Kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku

Simpulan dan Saran Simpulan

Asuransi adalah suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana salah satu pihak berperan sebagai tertanggung dan pihak lainnya berperan sebagai pihak

penanggung. Perjanjian ini merupakan bukti tertulis yang disebut dengan polis. Dengan adanya perjanjian ini, maka akan timbulk kesepakatan antara pihak penanggung dan pihak tertanggung. Di mana pihak tertanggung akan mengalihkan resiko kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa atau kejadian yang akan menimbulkan kerugian bagi pihak tertanggung kepada pihak penanggung (perusahaan asuransi). Dengan adanya pengalihan resiko ini, pihak tertanggung harus membayar premi.

Saran

1. Pembayaran premi asuransi diakui sebagai pendapatan bagi perusahaan asuransi, dimana apabila jumlah premi dapat diestimasi secara layak, maka pendapatan premi diakui selama periode kontrak dan estimasi jumlah premi tersebut disesuaikan setiap periode untuk mencerminkan jumlah premi yang sebenarnya. Sedangkan apabila jumlah premi tidak dapat diestimasi secara layak, maka premi diperlakukan dengan menggunakan metode uang muka

(deposit method) sampai jumlah premi

dapat diestimasi secara layak.

2. Untuk pengajuan klaim, klaim yang diakui yaitu klaim yang telah disetujui (settled claim) dan klaim dalam proses penyelesaian (outstanding claim). Klaim yang telah terjadi namun belum dilaporkan, dan beban penyelesaian klaim

(claim settlement expenses) diakui

sebagai beban klaim pada saat timbulnya kewajiban untuk memenuhi klaim.

3. Lemahnya pengendalian internal akan menyebabkan sebuah kelalaian dan kerugian bagi perusahaan. Agar kerugian dapat diminimalisir, maka perusahaan harus memperbaiki sistem pengendalian internalnya.

Daftar Rujukan

Abdulkadir, M. (2011). Hukum Asuransi

Indonesia. Bandung: PT. Citra

(8)

Seminar Nasional Gabungan Bidang Sosial - Polinema 2020 Gibran, A. e. (2019, Januari - Maret). Akibat

Hukum Tentang Tunggakan Pembayaran Premi dalam Perjanjian Asuransi Jiwa. Pactum Law Journal,

Vol 1 No 02, 607-618.

Hartono, S. R. (1995). Hukum Asuransi dan

Perusahaan Asuransi. Jakarta : Sinar

Grafika.

Ismanto, K. (2012, Desember). Principle of Utmost Good Faith Dalam Perjanjian Asuransi Studi Asas Hukum Perjanjian Syariah. Episteme, Vol 7(No 2), 294-310.

Sabrie, H. Y. (2015, September). Karakteristik Hubungan Hukum Dalam Asuransi Jasa Raharja Terhadap Klaim Korban Kecelakaan Angkutan Umum. Jurnal Yuridika,

Vol 30 No 3, 388-406.

Wulansari, R. (2017, Juni). Pemaknaan Prinsip Kepentingan Dalam Hukum Asuransi di Indonesia. Jurnal

Panorama Hukum, Vol 2 No 1(ISSN

2527-6654 ), 103-116.

Yikwa, I. (2015, Januari - Maret). Aspek Hukum Pelaksanaan Perjanjian Asuransi. Jurnal Lex Privatum, Vol III No 1, 134 -141.

Keputusan Menteri Keuangan No : 422/KMK.06/2003 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992 jo

No. 63 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Undang – Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan adanya pengaruh Bauran Promosi yang terdiri dari Periklanan, Promosi Penjualan, dan Publisitas baik secara

Pencegahan yang mungkin dilakukan untuk potensi bahaya kesehatan dapat dilakukan secara dilakukan untuk potensi bahaya kesehatan dapat dilakukan secara subtitusi,

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Hasil tabulasi silang sikap orang tua dengan sibling rivalry diketahui bahwa sebagian besar sikap orang tua yang mempunyai sifat positif tidak mempunyai anak

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi,

Pada uji f menunjukkan bahwa variabel independen (tingkat bagi hasil (tabungan maupun deposito), suku bunga, pendapatan dan inflasi) secara bersama-sama berpengaruh secara

Pada tugas akhir ini akan dirancang suatu software untuk mendeteksi penyakit kelainan jantung PACs mengunakan RR interval dan algoritma QRS Detection Pan and

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar