• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konformitas Negatif dengan Perilaku Seks Bebas Remaja pada Siswa Kelas XI di SMK Kristen Salatiga T1 132009080 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Konformitas Negatif dengan Perilaku Seks Bebas Remaja pada Siswa Kelas XI di SMK Kristen Salatiga T1 132009080 BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja

2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja

Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain.

Apabila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena orang lain juga

menampilkan perilaku tersebut, disebut dengan konformitas (Sears, dkk., 1999).

Seseorang melakukan konformitas, disebabkan adanya ketakutan untuk tidak

diterima oleh kelompok, menghindari celaan, dan ketakutan dianggap

menyimpang.

Zebua dan Nurdjayadi (2001), konformitas adalah suatu tuntutan yang

tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki

pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu

pada anggota kelompok. Myers (1999), konformitas negatif merupakan perubahan

perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari kecenderungan remaja

untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat

terhindar dari celaan maupun keterasingan.Seseorang melakukan konformitas

negatif terhadap kelompok hanya karena perilaku individu didasarkan pada

harapan kelompok atau masyarakat.

Ada dua akibat yang dapat ditimbulkan karena perilaku konformitas yaitu

baik dan buruk. Menurut Sears, dkk. (1999) konformitas cenderung berkonotasi

negatif. Konformitas bergantung pada adanya orang yang selalu memperingatkan

timbulnya keyakinan dan kebiasaan yang bertentangan di antara orang-orang

(2)

tersebut hampir hadir secara fisik. Ganjaran atau hukuman akan berfungsi dengan

sangat baik bila ada orang yang senantiasa hadir untuk memberikan ganjaran.

Dengan adanya ganjaran ataupun ancaman seseorang akan melakukan apa saja

demi diakui oleh orang lain sebagai orang yang tidak menyimpang.

2.1.2 Aspek Konformitas Negatif

Salah satu faktor penyebab seseorang melakukan konformitas adalah

kurangnya rasa kepercayaan diri terhadap pendapat sendiri dan rasa takut menjadi

orang yang menyimpang, akibatnya seseorang rela melakukan apa saja demi

diakui oleh kelompok.

Sears (2004) membagi aspek konformitas negatif menjadi lima, yaitu:

a. Peniruan

Keinginan individu untuk sama dengan orang lain baik secara terbuka atau

ada tekanan (nyata atau dibayangkan) menyebabkan konformitas negatif.

b. Penyesuaian

Keinginan individu untuk dapat diterima orang lain menyebabkan individu

bersikap konformitas negatif terhadap orang lain. Individu biasanya

melakukan penyesuaian pada norma yang ada pada kelompok.

c. Kepercayaan

Semakin besar keyakian individu pada informasi yang benar dari orang

lain semakin meningkat ketepatan informasi yang memilih conform terhadap

orang lain.

d. Kesepakatan

Sesuatu yang sudah menjadi keputusan bersama menjadikan kekuatan

(3)

acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga remaja harus loyal

dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. Kesepakatan

dipengaruhi hal-hal dibawah ini:

1. Kepercayaan

Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya

kesepakatan disebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat,

meskipun orang yang berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila

dibandingkan anggota lain yang membentuk mayoritas. Bila seseorang

sudah tidak mempunyai kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka

hal ini dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap kelompok

sebagai sebuah kesepakatan.

2. Persamaan Pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat

dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun.

Kehadiran orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya

perbedaan yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan

kelompok. Jadi, dengan persamaan pendapat antar anggota kelompok

maka konformitas akan semakin tinggi.

3. Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain, maka

akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang, baik

(4)

yang menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan yang

merupakan aspek penting dalam melakukan konformitas.

Kesepakatan adalah suatu keputusan yang di dapat dari suatu

anggota kelompok yang pada hakekatnya hanya mengikuti kegiatan orang

lain yang belum tentu semua kegiatan yang di ikutinya sesuia dengan

norma dan peraturan yang ada di masyarakat.

e. Ketaatan

Respon yang timbul sebagai akibat dari kesetiaan atau

ketertundukan individu atas otoritas tertentu, sehingga otoritas dapat

membuat orang menjadi conform terhadap hal-hal yang

disampaikan.Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja

membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak

menginginkannya. Bila ketaatannya tinggi maka konformitasnya akan

tinggi juga. Ketaatan dipengaruhi oleh hal-hal dibawah ini:

1. Tekanan karena Ganjaran, Ancaman, atau Hukuman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan

tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan

melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan

ketaatan yang semakin besar. Semua itu merupakan insentif pokok untuk

mengubah perilaku seseorang.

2. Harapan Orang Lain

Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang

lain tersebut mengharapkannya. Dan ini akan mudah dilihat bila

(5)

menimbulkan ketaatan, bahkan meskipun harapan itu bersifat implisit.

Salah satu cara untuk memaksimalkan ketaatan adalah dengan

menempatkan individu dalam situasi yang terkendali, dimana segala

sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga ketidaktaatan merupakan hal

yang hampir tidak mungkin timbul.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa makna

dari ketaatan adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan karena adanya

tekanan,ganjaran,acaman dan hukuman.

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas

Menurut Sears (2004) menyebutkan ada 4 faktor yang mempengaruhi

konformitas negatif, antara lain:

a) Rasa Takut terhadap Celaan Sosial

Alasan utama konformitas negatif yang kedua adalah demi memperoleh

persetujuan, atau menghindari celaan kelompok. Misal, salah satu alasan

mengapa tidak mengenakan pakaian bergaya Hawai ke tempat ibadah

adalah karena semua umat yang hadir akan melihat dengan rasa tidak

senang.

b) Rasa Takut terhadap Penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai individu yang menyimpang merupakan

faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial.Setiap individu

menduduki suatu posisi dan individu menyadari bahwa posisi itu tidak

tepat. Berarti individu telah menyimpang dalam pikirannya sendiri yang

(6)

terkontrol. Individu cenderung melakukan suatu hal yang sesuai dengan

nilai-nilai kelompok tersebut tanpa memikirkan akibatnya nanti.

c) Kekompakan Kelompok

Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas negatif yang

semakin tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat

dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi

mereka untuk mengakui dan semakin menyakitkan bila mereka mencela.

d) Keterikatan pada Penilaian Bebas

Keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang mengalami

kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. Orang yang secara terbuka

dan bersungguh-sungguh terikat suatu penilaian bebas akan lebih enggan

menyesuaikan diri terhadap penilaian kelompok yang berlawanan.

Menurut Rahayu Sumarlin(2009), bahwa faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya konformitas adalah:

1. Memiliki ikatan yang kuat terhadap kelompoknya.

2. Merasa bahwa kelompoknya merupakan hal yang penting dalam

hidupnya dan sangat besar pengaruhnya.

3. Ukuran kelompok karena besarnya jumlah anggota kelompok yang

sangat berpengaruh dan cenderung untuk lebih memilih anggota

kelompok dengan jumlah yang banyak.

4. Suara bulat karena lebih memilih keputusan bersama dari pada

(7)

5. Status karena tingginya status seseorang yang ada dikelompok dianggap

bisa dijadikan contoh karena ada sesuatu hal yang lebih dari orang

tersebut.

6. Tanggapan umum seperti lebih percaya fakta dari pada kabar yang baru

didengar.

7. Komitmen umum seperti tidak mempunyai komitmen terhadap siapapun.

8. Pengaruh informasi karena subjek bisa memperoleh informasi dari

kelompoknya tersebut.

9. Kepercayaan terhadap kelompok karena subjek sudah mengenal lama

kelompoknya sehingga subjek percaya terhadap pendapat kelompoknya.

10. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian diri sendiri karena merasa

tidak percaya diri dan tidak yakin kepada diri sendiri sehingga membuat

subjek menjadi bergantung kepada teman-temannya.

11. Rasa takut terhadap celaan sosial dan penyimpangan seperti mau

melakukan apa saja untuk kelompok agar tidak disisihkan dan di cela.

Sears (2004) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas negatif

remaja ditandai dengan adanya tiga hal sebagai berikut :

a. Kekompakan

Kekuatan yang dimiliki kelompok acuan menyebabkan remaja tertarik

dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. Eratnya hubungan remaja dengan

kelompok acuan disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta

harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka

(8)

untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar

kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.

1) Penyesuaian diri

Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin

tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila orang merasa dekat dengan

anggota kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi orang lain

untuk mengakui orang tersebut dalam kelompok dan semakin menyakitkan

bagi orang lain bila mencela. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri akan

semakin besar bila seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk

menjadi anggota sebuah kelompok tertentu.

2) Perhatian terhadap kelompok

Peningkatan koformitas terjadi karena anggotanya enggan disebut sebagai

orang yang menyimpang. Penyimpangan menimbulkan resiko ditolak.

Orang yang terlalu sering menyimpang pada saat-saat yang penting

diperlukan, tidak menyenangkan, dan bahkan bisa dikeluarkan dari

kelompok. Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok semakin

serius tingkat rasa takutnya terhadap penolakan, dan semakin kecil

kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok acuan yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat

sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat

kelompok.

(9)

Penurunan melakukan konformitas yang drastis karena hancurnya

kesepakatandisebabkan oleh faktor kepercayaan. Tingkat kepercayaan

terhadapmayoritas akan menurun bila terjadi pendapat, meskipun orang yang

berbeda pendapat itu sebenarnya kurang ahli bila dibandingkan anggota lain

yang membentuk mayoritas. Bila seseorang sudah tidak mempunyai

kepercayaan terhadap pendapat kelompok, maka hal ini dapat mengurangi

ketergantungan individu terhadap kelompok sebagai sebuah kesepakatan.

2) Persamaan pendapat

Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat

dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan turun. Kehadiran

orang yang tidak sependapat tersebut menunjukkan terjadinya perbedaan

yang dapat berakibat pada berkurangnya kesepakatan kelompok. Jadi, dengan

persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin

tinggi.

3) Penyimpangan terhadap pendapat kelompok

Bila orang mempunyai pendapat yang berbeda dengan orang lain, maka

akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang, baik dalam

pandangannya sendiri maupun dalam pandangan orang lain. orang yang

menyimpang akan menyebabkan penurunan kesepakatan yang merupakan

aspek penting dalam melakukan konformitas.

c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok acuan pada remaja membuatnya rela

melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila

(10)

1) Tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman

Salah satu cara untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan meningkatkan

tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan

melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman karena akan menimbulkan ketaatan

yang semakin besar. Semua itu merupakan insentif pokok untuk mengubah

perilaku seseorang.

2) Harapan orang lainingga dapat terhindar dari celaan maupun

keterasingan.

Seseorang akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang

lain tersebut mengharapkannya. Dan ini akan mudah dilihat bila permintaan

diajukan secara langsung. Harapan-harapan orang lain dapat menimbulkan

ketaatan, bahkan meskipun harapan itu bersifat implisit. Salah satu cara untuk

memaksimalkan ketaatan adalah dengan menempatkan individu dalam situasi

yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga

ketidaktaatan merupakan hal yang hampir tidak mungkin timbul.

2.2 Perilaku Seks Bebas

Menurut Ghifari (2003), perilaku seks bebas adalah hubungan antara dua

orang dengan jenis kelamin yang berbeda dimana terjadi hubungan seksual tanpa

adanya ikatan pernikahan. Kelompok seks bebas menghalalkan segala cara dalam

melakukan seks dan tidak terbatas pada sekelompok orang. Mereka tidak

berpegang pada morality atau nilai-nilai manusiawi. Sewaktu-waktu mereka dapat

berhubunggan seksual dengan orang lain dan di lain waktu mereka juga bisa

(11)

Menurut Desmita (2005) perilaku seks bebas pada remaja adalah cara

remaja mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual, yang berasal dari

kematangan organ seksual dan perubahan hormonal dalam berbagai bentuk

tingkah laku seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan

kontak seksual. Tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena

remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.

Menurut Sarwono (2002) perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan

sesama jenis.Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari

perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Objek

seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri.

Perilaku seks sebagai semua jenis aktifitas fisik yang menggunakan tubuh untuk

mengekspresikan perasaan erotis atau perasaan afeksi. Sedangkan perilaku seks

pra nikah sendiri adalah aktifitas seksual dengan pasangan sebelum menikah pada

usia remaja.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan perilaku seks bebas adalah perilaku yang didasari oleh dorongan

seksual untuk mendapatkan kesenangan seksual dengan lawan jenis yang

dilakukan tanpa ikatan pernikahan yang sah.

Perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual atau aktifitas fisik yang melibatkan tubuh untuk mengekspresikan

perasaan erotis atau afeksi. Seks bebas adalah bebas adalah hubungan seksual

yang dilakukan di luar ikatan pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia

(12)

berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang bukan

pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi seks ataupun

sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan.

2.2.1 Faktor penyebab perilaku seks bebas

Menurut Ghifari (2003) perilaku negatif remaja terutama hubungannya

dengan penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri

mereka sendiri, melainkan ada faktor pendukung atau yang mempengaruhi dari

luar. Faktor-faktor yang menjadi sumber penyimpangan tersebut adalah:

1. Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembanggan emosional yang tidak

sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang mendalami norma

agama, ketidakmampuan menggunakan waktu luang.

2. Kualitas keluarga yang tidak mendukung anak untuk berlaku baik, bahkan

tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua dan pergeseran norma

keluarga dalam mengembangkan norma positif. Disamping itu keluarga tidak

memberikan arahan seks yang baik.

3. Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperti lingkungan masyarakat yang

mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga.

4. Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja sebagai akibat

globalisasi, akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang mendapatkan

informasi sehat dalam seksualitas.

Menurut Sarwono (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi seks bebas pada

(13)

1. Perubahan hormonal

Perubahan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam

bentuk tingkah laku tertentu.

2. Penyebaran informasi melalui media massa

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran

informasi dan rangsangan melalui media massa dan teknologi canggih

(internet) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode

ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar

dari lingkungan sekelilingnya, karena pada umumnya mereka belum pernah

mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.

3. Tabu-larangan, norma-norma di masyarakat

Orang tuanya sendiri, baik karena kehidupan ketidak tahuannya maupun

karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan

anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak bahkan cenderung

membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

4. Pergaulan yang semakin bebas antara laki-laki dan perempuan.

Adanya kecenderungan yang makin bebas antara laki-laki dan wanita, dalam

masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita,

sehingga kedudukan wanita sejajar dengan pria.

2.2.2 Bentuk-bentuk Perilaku Seks Bebas

Menurut Santrock (2002) Bentuk-bentuk perilaku seks bebas meliputi :

1. Kissing: Saling bersentuhan antara dua bibir atau pasangan yang didorong

(14)

2. Necking: Mencium bagian leher pasangan sampai menimbulkan nafsu.

Leher adalah bagian tubuh yang peka terhadap rangsangan.

3. Petting: Bercumbu sampai menempelkan alat kelamin, yaitu dengan

menggesek-gesekkan alat kelamin dengan pasangan namun belum

bersenggama.

4. Intercaurse: Mengadakan hubungan kelamin atau bersetubuh di dalam dan

diluar pernikahan.

Menurut Mu’tadin (2002) perilaku seksual adalah segala tigkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual, baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis.

Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik

hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan senggama. Obyek seksual dapat

berupa orang dalam khayalan atau diri sendiri. Sebagian tingkah laku ini memang

tidak memiliki dampak, terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang

yang bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku seksual(yang

dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki dampak psikologis yang

sangat serius, seperti rasa bersalah, depresi, marah dan agresi.

Hudson ( dalam walmyr.com, 2003) ada sebagaian kalagan mengganggap

bahwa perilaku seks bebas terpisah dari ukuran moral; artinya sah-sah saja

sepanjang dilakukan atas dasar kebutuhan bersama. Khusus dalam pergaulan

lewat jenis pada lingkungan bebas norma dan rendahnya control sosial, cenderung

mengundang hasrat dan kebutuhan seks serta menerapkannya secara bebas. Bagi

kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang normal, bila remaja

(15)

kalau remaja menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi,

dan tidak peduli dengan resiko.

2.2.3 Aspek-aspek Perilaku Seks

Menurut Hudson dalam (Walmyr.com,2003) aspek sikap remaja terhadap

perilaku seks pranikah mengkait dengan empat aspek :

1. Aspek Biologis

Aspek biologis merupakan aspek yang berkaitan dengan berfungsinya organ

reproduksi termasuk didalamnya bagaimana menjaga atau merawat kesehatan

kesehatan reproduksi, mengfungsikannya secara optimal pengetahuan mengenai

bahayanya melakukan seks bebas. Aspek biologis ini berkaitan dengan perilaku

seks bebas yang meliputi kissing, necking, petting dan intercourse.

2. Aspek Psikologis

Aspek psikologis berhubungan dengan permasalahan perasaan seseorang.

1). Atas dasar saling mencintai, melakukan hubungan seks bebas sebagai

pencurahan rasa kasih sayang.

2). Atas dasar pemuas nafsu dan kebutuhan materi.

3. Aspek Moral

Aspek moral mencangkup anggapan dari seseorang individu terhadap

hubungan seks bebas.

4. Aspek Sosial

Merupakan aspek yang melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi

antar manusia, bagaimana seseorang menyesuaikan diri dengan tuntutan peran

dari lingkungan social, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas

(16)

2.3 Hubungan Konformitas negative dengan Perilaku Seks Bebas

Menurut Hurlock (1999), Salah satu alasan utama remaja melakukan

konformitas negatif adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari

celaan kelompok. Hal inilah yang memicu remaja untuk melakukan apa yang

dilakukan anggota kelompok dalam berbagai hal. Konformitas negatif pun dapat

memberikan dampak negatif seperti minum-minuman beralkohol, merokok, pola

hidup konsumtif. Di dalam gaya hidup pun mereka dapat melakukan konformitas

negatif, mereka tak malu untuk berpacaran di depan umum, mereka bermesraan

dan berpelukan di depan umum, bahkan juga melakukan hubungan seks bebas

tanpa ada ikatan yang resmi.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Loma (2011) yang menunjukkan

bahwa ada hubungan yang positif yang Sangat signifikan antara konformitas

negatif teman sebaya dengan perilaku seks bebas pada remaja. Semakin tinggi

konformitas negatif teman sebaya maka semakin tinggi pula perilaku seks pada

remaja, demikian juga sebaliknya.Dari hasil uji statistik diperoleh hasil p-value

0,026 dengan menggunakan nilai derajat 95 % taraf kebebasan α p-value < . Hasil penelitian yang dilakukan oleh febri (2012) tentang hubungan antara

konformitas dengan prestasi belajar terdapat hubungan positif dan signifan

antara konformits dengan prestasi belajar yang ditunjukan dengan signifikansi

(17)

2.5 Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini hipotesis yang peneliti ajukan adalah ada hubungan

yang signifikan antara konformitas negatif dengan perilaku seks bebas remaja

Referensi

Dokumen terkait

Berbagai unsur mulai dari mahasiswa keperawatan, pendidik keperawatan, perawat peneliti, ners dan spesialis keperawatan harus digerakkan melakukan

Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk pekerjaaan Pengadaan Alat Kesehatan Rumah Sakit Rujukan Regional RSUD Kardinah Tahun Anggaran 2015 tersebut dinyatakan

kurang penguasaannya,bahkan cenderung masih banyak Gumil yang belum memiliki s pesialisasikegumilan. b.Gumil pada saat memberikan pelajaran, masih terdapat berdasarkandasar teori

Sehubungan dengan tahap Pembuktian Kualifikasi Peker jaan Pengadaan dan Pemasangan Pagar Pengaman Jalan (Guardrail) , dengan ini kami mengundang Saudara/ i untuk dapat hadir..

Persiapan fisik khusus bertujuan meningkatkan kemampuan fisik dan gerak yang lebih baik.

Sedangkan teknik analisis data menggunakan Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov, Uji homogenitas variant menggunakan uji Levene’s Test dengan

Inilah yang disitir Al-Qur’an (Q.s. Al-Anfal [8]: 2): innama-‘l- mu’minuuna-‘l-ladziina idza dzukira-‘l- laahu wajilat quluubuhum wa idzaa tuliyat aayaatuhu zaadathum

Paling tidak, waktu efektif antara Maghrib dan Isyak ini dipergunakan membina kekuatan ruhani kita, dengan (1) bertadarus atau dengan (2) membaca doa-doa untuk keselamatan diri