• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMALISASI PERAN KEPERAWATAN DALAM UPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPTIMALISASI PERAN KEPERAWATAN DALAM UPA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMALISASI PERAN KEPERAWATAN DALAM UPAYA PROMOTIF TERHADAP MASALAH TB PARU DI INDONESIA

Mata Kuliah:PROMOSI KESEHATAN

KELOMPOK 5

1. KurniaWijayanti 22020114410006

2. EkaSakti W 22020114410009

3. FitriaPurnamawati 22020114410022

4. Rosiah 22020114410025

5. Tri Suwarto 22020114410026

6. AnestasiaPangestu MT 22020114410028 7. KartikaSetia P 22020114410033

8. Sukarno 22020114410035

9. Marwiati 22020114410040

10. RianiPradanaJati 22020114410043

11. CandraDewiR 22020114410051

12. Kusnadi Jaya 22020114410044

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

A. Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia.Beban TB semakin meningkat seiring semakin bertambahnya kasus co-infeksiTB-HIV. Selain masalah HIV/AIDS,meningkatnya kasus TB dipengaruhi juga oleh kemiskinan yang meningkat akibatinflasi yang meningkat, resistensi obat terhadap bakteri penyebab tuberculosis,hingga masalah perumahan, kepadatan penduduk yang didorong olehpertumbuhan penduduk yang semakin meningkat (Swandewi, 2012). Salah satu penyebab sulitnya penanggulangan TB paru di Indoesia menurut Manalu (2010) adalah kesalahan persepsi tentang BCG dan penularan TB paru itu sendiri.

Secara global, Beban TB masih sangat besar. Pada tahun 2011,terdapat perkirakan 8,7 juta kasus baru TB (13% nya merupakan co-infeksiHIV) dan 1,4 juta orang meninggal karena TB, termasuk hampir satu jutakematian di antara orang dengan HIV-negatif dan 430.000 diantara orangyang HIV-positif. TB merupakan salah satu pembunuh atas wanita, dengan300.000 kematian di antara perempuan HIV-negatif dan 200.000 kematian diantara perempuan HIV-positif di tahun 2011. Masalah regional seperti daerahAfrika dan Eropa belum dapat mengurangi separuh tingkat kematian sepertipada tahun 1990, hingga tahun 2015 (WHO, 2012 dalam Swandewi, 2012).

Insidensi tertinggi kasus TB di Indonesia adalah 222 per 100.000penduduk, sedangkan angka insidensi terendah sebesar 155 per 100.000penduduk. Selain itu, ditampilkan pula angka prevalensi tertinggi kasus TB diIndonesia yaitu 489 per 100.000 penduduk, sedangkan angka prevalensiterendahnya adalah 130 per 100.000 penduduk. Adapun angka kematiantertinggi yaitu 48 per 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian terendahberada di angka 12 per 100.000 penduduk. Angka-angka diatasmenggambarkan kasus TB Paru di Indonesia masih cukup tinggi (WHO,2012 dalam Swandewi, 2012).

(3)

terhadap upaya penanggulangan TB Paru sehingga terlaksana dalam perbutan yang mendukung pennanggulangan TB paru. Metode yang paling sering dilaksanakan selama ini adalah berbagi informasi kesehatan dan ceramah karena pertimbangan waktu dan biaya. Tetapi hasil dari tindakan tersebut masih belum mampu menurunkan kejadian TB Paru di Indonesia. Karena itu perlu dianalisis metode-metode baru dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini mendorong kami untuk menelaah tentang upaya promosi dengan pendekatan pemberdayaan dan bagaimana perawat dapat mengambil peran dalam kegiatan tersebut.

B. Peran perawat dalam pelayanan keperawatan

Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dan sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan social baik dari dalam lingkungannya maupun dari luar lingkungannya yang bersifat konstan. Dalam hal peran perawat, maka dapat dikatakan merupakan perilaku perawat yang diaharapkan oleh masyarakat sesuai dengan profesi keperawatan yang dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial budaya dalam keperawatan itu sendiri maupun karakteristik sosial budaya masyarakat dimana keperawatan berkarya.

Menurut Lokakarya Nasional Keperawatan 1983, peran perawat di Indonesia disepakati sebagai berikut :

1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver)

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dilakukan dengan pemenuhan kebutuhan dasar klien dengan pendekatan proses keperawatan

2. Peran advokasi (pembela) klien

(4)

3. Peran sebagai pendidik (educator) Peran ini dilakukan untuk :

a. Meningkatkan pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi masalah kesehatanya.

b. Perawat member informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien 4. Peran sebagai koordinator

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Peran sebagai kolaborator

Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya yang melibatkan profesi lainnya serta support system yang mendukung. 6. Peran sebagai konsultan

Peran disini sebagai tempat konsultasi terhadap masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan yang diberikan.

7. Peran sebagai pembaharu (change agent)

Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mendorong penemuan cara-cara baru dan terjadinya perubahan yang progresif dalam mensikapi dinamika masalah kesehatan yang terus berkembang. Dalam hal ini perawat dapat melakukan kontrak kerjasama untuk mewujudkan perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan yang semestinya. Peran perawat sebagai pembaharu dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

a. Kemajuan teknologi b. Perubahan lisensi-regulasi

c. Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan

(5)

8. Pengamat kesehatan

Melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada indvidu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut masalah kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan, observasi dan pengumpulan data. 9. Peran pengorganisir pelayanan kesehatan

Perawat mempertemukan support system yang saling menguntungkan antara individu, keluarga dan kelompok dalam setiap upaya pelayanan kesehatan sehingga pencapaian tujuan asuhan dapat dicapai melalui pemberdayaan. 10. Peran fasilitator

Perawat merupakan tempat mencari kesehaatan bagi masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan, diharapkan perawat dapat fasilitasi sehingga masyarakat dapat mencapai tujuan dalam bidang kesehatan yang diharapkan.

C. Insidensi TB Paru

TB Parudi masyarakat dikenal dengan istilah penyakit paru-paru. Penyakit menular ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteri, biasanya Mycobacterium tuberculosis. Kuman yang terdiri dari lemak ini menyebar melalui droplet ketika orang yang terinfeksi TB aktif mengalami batuk, bersin atau menyebarkan cairan pernafasan melalui udara. Pada tahun 2012, terdapat 8,6 juta orang terdiagnosis TB dan 1,3 juta meninggal akibat TB. Perkiraan jumlah orang yang sakit akibat TB setiap tahun cenderung menurun meskipun sangat lambat, tetapi bangsa-bangsa di dunia sepakat untuk berusaha mencapai tujuan pembangunan milenium untuk mengurangi penyebaran TB pada tahun 2015.

(6)

Masalah lain adalah peran vaksinasi BCG dalam pencegahan infeksi dan penyakit TB yang masih kontroversial. Berbagai penelitian melaporkan proteksi dari vaksinasi BCG untuk pencegahan penyakit TB berkisar antara 0%-80%, namun secara umum diperkirakan daya proteksi BCG hanya 50%, dan vaksinasi BCG hanya mencegah terjadinya TB berat, seperti milier dan meningitis TB. Daya proteksi BCG terhadap meningitis TB 64%, dan milier TB 78% pada anak yang mendapat vaksinasi.

Indonesia saat ini merupakan negara peringkat keempat dengan kasus TB tertinggi di dunia dan secara khas sering ditemukan kasus TB pada beberapa wilayah mulai dari Lampung sampai Papua. Tingginya kasus TB ini umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat serta belum terlaksananya penanganan TB secara tepat dan efektif. Pemberian informasi mengenai TB harus dilakukan sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat.

D. Strategi Promosi Kesehatan Dalam Upaya Penanganan TB paru 1. Level Komunitas

(7)

dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat; d) Kapasitas organisasi lokal, kegiatannya dengan kemampuan bekerja sama, mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.

Tujuan pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi TB paru adalah membentuk kemandirian agar masyarakat agar secara mandiri mempunyai kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan untuk menanggulangi penyakit TB Paru dengan membentuk subjektif norm pada setiap individu dalam keluarga baik sebagai keluarga penderita secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat mengambil beberapa contoh untuk membentuk sikap kemandirian dalam upaya pencegahan penyakit TB paru.

Kemandirian dari suatu masyarakat atau kelompok dapat dilihat pada indikator kemandirian tentang bagaimana masyarakat mempunyai akses, kemampuan utuk mandiri tentunya ada 4 indikator yaitu 1), indikator knowledge mencakup pengetahuan tentang cara penularan TB Paru dan hubungan TB paru dengan penyakit yang merusak immunitas, 2) indikatorkemampuan (capacity) mencakup kemampuan masyarakat merawat penderita TB paru di rumah dan mengendalikan faktor-faktor resiko, 3) indikator kepercayaan (trust) mencakup sikap masyarakat terhadap informasi dan program yang dijalankan untuk mengatasi TB Paru serta 4) participatory yang mencakup tingkat kunjungan penderita TB ke Puskesmas, ketuntasan pengobatan, keterlibatan support system dalam pengendalian TB paru khususnya di daerah endemik.

(8)

tujuan, yaitu enabling, empowering, dan protecting. Enabling maksudnya menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang. Empowering, bertujuan untuk memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat dengan menerapkan langkah-langkah nyata, yakni dengan menampung berbagai masukan dan mengakses prasarana dan sarana yang diperlukan. Protecting, artinya melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Dalam KMK No 364 dijelaskan skema penanganan TB paru di Indonesia adalah sbb :

2. Level Manajemen

(9)

Dalam melaksanakan promosi kesehatan berbasis pemberdayaan tersebut peran yang dapat ditampilkan oleh perawat adalah : advokat, pendidik, koordinator, fasillitator, agen pembaharu, pengorganisir pelayanan serta pengamat kesehatan. Adapun strategi implementasinya dapat dilakukan pendekatan kepada tokoh penting di masyarakat dan support system pendukung lainnya untuk mengoptimalkan pencapaian kemandirian yang diinginkan (membangun jejaring kerjasama).

Dalam program penanggulangan TB paru di Indonesia bentuk riil program kerja perawat manager yaitu :

a. Menjalin Partnership

Partnerships adalah setiap orang atau kelompok yang memiliki kepedulian, kemauan, kemampuan dan komitmen yang tinggi unutk memberikan dukungan serta kontribusi pada pengendalian TB dengan berperan sesuai potensinya. Potensi tersebut dimanfaatkan secara optimal untuk keberhasilan penanganan TB. Setiap mitra harus memiliki pemahaman yang sama akan tujuan kemitraan TB yakni terlaksananya upaya percepatan pengendalian TB secara efektif, efisien dan berkesinambungan. Menjalin partnership bisa dilakukan oleh perawat dengan pihak-pihak terkait yaitu :

1) Pada level kebijakan perencanaan, pengarahan dan struktur.

Fungsi kemitraan pada level ini adalah untuk memperoleh bantuan teknis, manajemen dan pengadaan obat, implementasi DOTS di Rumah Sakit, Mengembangkan analisis data sebagai upaya riset, dan advokasi serta komunikasi yang memadai.

2) Pembiayaan dan alokasi dana

Pembiayaan dan alokasi dana selain dari program pemerintah perawat sebagai seorang manajer juga bisa mengembangkan kemitraan dengan penyedia dana eksternal. Penyedia dana yang bisa di akses adalah GFATM, USAID dsb.

3) Penyedia pelayanan

(10)

penyedia pelayanan dalam hal ini adalah organisasi profesi (asosiasi profesi), sektor pemerintah, pelayanan TB di masyarakat, perusahaan, Kolaborasi TB-HIV dan dukungan sosial.

b. Case Manager

Keberhasilan ekspansi DOTS di Indonesia membutuhkan dukungan manajerial yang kuat. Desentralisasi pelayanan kesehatan berpengaruh negatif terhadap kapasitas sumber daya manusia dan program pengendalian TB. Dalam hal ini perawat dapat berperan sebagai case manager TB paru, banyak hal yang bisa dilakukan oleh perawat dalam bidang ini. Salah satu wujud nyata dari peran case manager adalah mengontrol perkembangan kasus TB. Kegiatan tersebut dapat dispesifikasikan menjadi :

1) Pengembangan SDM

Tantangan baru yang dihadapi oleh program TB adalah meningkatkan kebutuhan akan pelatihan strategi DOTS ataupun topik baru. Pelatihan strategi DOTS dengan perluasan jenis dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan serta berbagai inovasi untuk memperkuat penerapan strategi DOTS. Selain pelatihan pengembangan SDM bisa juga dilakukan melalui on the job training dan supervisi. Supervisi sebagai salah satu metode untuk peningkatan kinerja SDM.

2) Monitoring

Metode monitoring bisa dilaksanakan dengan supervisi. Supervisi sebagai salah satu metode untuk peningkatan kinerja SDM.

3) Evaluasi (Surveilance)

Evaluasi seharusnya dilakukan triwulan dengan cara melihat keberhasilan program DOTS dan angka kejadian dari TB.

(11)

Perawat klinis dalam kasus TB paru mempunyai banyak peran yaitu : a. Care Giver

Perawat sebagai care giver adalah pemberi pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesembuhan klien. Perawat sebagai care giver dapat berperan di Puskesmas ataupun di Rumah Sakit.

b. Researcher

Penelitian saat ini masih harus dikembangkan dan hasilnya perlu didesiminasikan sebagai bagian dari sistem informasi strategis untuk pengambilan keputusan dalam program pengendalian TB. Sehingga perawat mempunyai kesempatan yang sangat besar terkait program tersebut data-data yang ditemukan terkait kejadian TB, upaya penanggulangan yang benar serta strategi atau metode yang paling tepat dalam upaya menekan angka kejadian TB sangat diperlukan.

c. Educator

Peran perawat klinis selanjutnya adalah educator. Pendidik sangat berperan dalam kesembuhan pasien TB. Mengingat proses penyembuhan TB yang lama serta klien diwajibkan minum obat selama 6 bulan berturut-turut tanpa terputus bisa membuat klien bosan sehingga pendidik disini diharapkan mampu memberikan wacana bagi klien serta motivasi sehingga klien tidak berhenti minum obat.

(12)

Bentuk-bentuk kegiatan langsung optimalisasi peran keperawatan secara teknis kepada masyarakat di Indonesia yaitu : 1) bimbingan dan peningkatan kesehatan tentang PHBS, 2) sosialisasi cara pencegahan TB Paru, 3) bimbingan rohani ke masyarakat dalam kaitannya dengan upaya pembatasan penyebaran TB terkait HIV/AIDS, 4) penjagaan keluarga penderita TB secara efektif, 5) pembinaan social support serta meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam upaya menurunkan angka kematian TB di Indonesia. Berbagai kajian melaporkan bahwa penyuluhan kesehatan TB di Desa/Kelurahan memiliki efektifitas lebih tinggi dibandingkan dengan metode penyuluhan di Rumah Sakit, sebab optimalisai peran keperawatan mengandalkan hubungan interpersonal ke masyarakat. Dengan metode ini maka peran keperawatan, penerimaan materi dan bimbingan kesehatan akan diterima dalam porsi lebih besar ke masyarakat dan nilai-nilai yang diberikan juga lebih mudah diserap.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E T, Farlan, J Mc. Community as partner: theory and practice in nursing. ISBN 979-448-742-2

Alramadona. Pemerintah serius capai delapan tujuan MDG’s. Padang Ekspress Mar. 30, 2012.

A Fex - 2010 - diva-portal.org

Department of Health, Social Services and Public Safety (2010) Your health matters: the annual report of thechief medical officer for Northern Ireland 2010. Belfast: DHSSPS.

Konstantinos A (2010) Pengujian untuk TB. Australian resep 33 (1): 12-18.

Kumar V, Abbas AK, Fausto N, Mitchell RN (2007) Robbins Basic Pathology (8th ed.). Saunders Elsevier. hlm 516-522. ISBN 978-1-4160-2973-1

Manalu, H.S.P. (2010) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB Parudan upaya penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1340 – 1346. Diambil dari http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/8451

Mubarak, WI (2010) Pengantar Keperawatan Komunitas, Jakarta : Penerbit Sagung Seto

Notoatmodjo, S. (2011) Promosi kesehatan dan ilmu perilaku, teori dan aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sjattari Elly Lilianty (2012) Model integrasi self care dan familly centered nursing. Makassar: Pustaka Timur-CEPSIS.

Swandewi, Murti ,Yayi Suryo Prabandari, Bambang Sigit Riyanto, E. (2012). Efektivitas promosi kesehatan dengan peer education pada kelompok dasa wisma dalam upaya penemuan tersangka penderita TB paru. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat (BKM), 22(3), 128. Diambil dari

http://www.berita-kedokteran-masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/7 http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/

http://www.tbindonesia.or.id/indonesian-country-profile-partnership/ http://id.wikipedia.org/wiki/Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Model penelitian yang digunakan dalam pembuatan adalah penelitian pengembangan. Model penelitian pengembangan yang digunakan dalam pengembangan media Flash berbasis

Berbagai permasalahan sedang mengepung anak- anak kita, mulai peredaran narkoba, kasus trafficking di Bogor dengan korban 143 anak, kekerasan seksual di Surabaya dengan korban 23

Dalam hal ini, nilai RMSE digunakan untuk mengevaluasi keakuratan hasil peramalan dibandingkan dengan data aktual, sedang nilai Dstat digunakan untuk mengevaluasi arah pergerakan

Dalam hal tersebut, perusahaan perlu meningkatkan pengenalan pada benak konsumen akan citra merek hijau ( green brand image ), label hijau (eco-label ), dan kualitas yang

Dalam pandangan secara obyektif, ukuran mengarah kepada sebuah dimensi dan fisik daripada benda yang bersangkutan.Sedangkan dalam pandangan secara subyektif, ukuran yang

Fleksibilitas, berdasarkan hasil wawancara kriteria fleksibilitas tidak dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok karena tidak sesuai dengan sistem pembelian PT XYZ, dimana

Turnover menurut Robbins (2009:38) adalah tindakan pengunduran diri secara permanen yang dilakukan oleh karyawan baik secara sukarela ataupun tidak secara

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas penggunaan php sebagai bahasa script yang mendukung web dalam media informasi yang dinamis, yaitu sebagai sarana untuk mengambil,