• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Aliran Tak Tunak Dan Perpindahan Panas Fluida Sisko Pada Pipa Annulus Vertikal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Karakteristik Aliran Tak Tunak Dan Perpindahan Panas Fluida Sisko Pada Pipa Annulus Vertikal"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISKTIK ALIRAN TAK TUNAK DAN

PERPINDAHAN PANAS FLUIDA SISKO PADA

PIPA ANNULUS VERTIKAL

Sestika Wijiningutami, Basuki Widodo, dan Kamiran

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: b_widodo@matematika.its.ac.id Abstrak - Fluida sisko merupakan salah satu fluida

non-Newtonian yang mempunyai karakteristik bingham plastik. Permasalahannya adalah fluida ini tidak dapat mengalir tanpa adanya energi panas yang diberikan sebelum dialirkan dalam pipa. Pada penelitian ini, dikaji bagaimana karakteristik aliran tak tunak dan perpindahan panas fluida sisko pada pipa annulus vertikal. Model matematis dari aliran fluida sisko dikembangkan dari persamaan kontinuitas, momentum, dan persamaan panas. Model yang diperoleh berupa Persamaan Differensial Parsial (PDP). Kemudian, persamaan tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode beda hingga implisit Crank-Nicholson. Dari simulasi diperoleh bahwa kecepatan fluida sisko lebih kecil daripada fluida Newtonian. Tetapi temperatur fluida sisko lebih besar daripada fluida Newtonian. Selain itu, semakin besar waktu yang diberikan kepada kedua fluida, kecepatannya semakin besar dan temperaturnya semakin kecil. Dengan demikian terlihat bahwa profil kecepatan dan temperatur fluida sisko dipengaruhi oleh besarnya waktu yang diberikan dan nilai parameter material, selain itu distribusi temperatur juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman.

Kata kunci Fluida sisko, Bingham Plastic, Pipa Annulus Vertikal, Crank-Nicholson, Bilangan Brinkman.

I. PENDAHULUAN

luida berbentuk dua jenis, yaitu fluida gas dan fluida cair. Sedangkan, Fluida cair sendiri dibagi menjadi fluida Newtonian dan fluida non-Newtonian. Dikatakan fluida Newtonian, karena karakteristik jenis fluida ini menganut hukum-hukum Newton. Seperti contohnya adalah air. Sebaliknya, fluida non-Newtonian mempunyai karakteristik yang menyimpang dari hukum-hukum Newton.Fluida sisko merupakan salah satu jenis fluida non-Newtonian. Dikatakan menyimpang karena fluida tersebut tidak dapat mengalir dalam pipa tanpa adanya energi panas yang diberikan pada fluida sisko sebelum dialirkan dalam pipa [1]. Sehingga, jenis fluida ini mempunyai karakteristik yang sulit untuk diprediksi. Dengan demikian, karakteristik fluida seperti ini akan menjadi masalah tersendiri bagi kegiatan industri.

Pada penelitian sebelumnya telah dibahas analisis aliran dan perpindahan panas fluida sisko pada keadaaan stedi dengan kondisi pipa berbentuk horisontal. Metode numerik yang digunakan adalah metode beda hingga eksplisit pusat. Berdasarkan simulasi dan visualisasi, dihasilkan kecepatan fluida Newtonian lebih besar daripada fuida sisko saat , dan sebaliknya untuk . Temperatur fluida sisko selalu lebih besar daripada fluida Newtonian. Selain itu distribusi panas juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman. Namunsecara nyata aliran fluida ini adalah aliran tak tunak yang kecepatannya berubah terhadap waktu. Untuk beberapa industri seperti industri

perminyakan, penyulingan minyak, pengawetan makanan dan juga sistem perpipaan pada pembangkit listrik tenaga panas bumi menggunakan pipa jenis pipa annulus vertikal [2].

Berdasarkan uraian dari permasalahan diatas, maka pada penelitian ini akan membahas model aliran tak tunak dan perpindahan panas fluida sisko pada pipa Annulus vertikal. Model matematika diperoleh dari penurunan persamaan kontinuitas, momentum, dan energi pada fluida secara umum. Selanjutnya, dari model tersebut akan diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metode beda hingga implisit Crank-Nicholson. Karena metode ini mempunyai nilai akurasi yang lebih baik dari metode beda hingga eksplisit pusat. Penyelesaian numerik yang diperoleh kemudian disimulasi menggunakan software Matlab.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori

2.1.1 Fluida

Fluida dibagi menjadi 2, yaitu fluida Newtonian dan fluida non Newtonian. Fluida sisko merupakan salah satu fluida yang termasuk kedalam fluida non Newtonian serta masuk kedalam karakterikstik bingham plastic. Dengan demikian persamaan tensor tegangan fluida sisko pada pipa annulus didefinisikan sebagai[3] :

̿ dengan [ |√ ( ( )) | ] (2.1) dengan: ̿ : Tensor tegangan : Tekanan

: Tegangan geser pada fluida : Nilai parameter material

: Tensor Rivlin-Erickson

: Kecepatan

Berdasarkan pergerakan alirannya, fluida terdiri dari : 1. Aliran laminar: fluida yang bergerak dalam lapisan –

lapisan, atau lamina – lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar . Suatu aliran dinyatakan sebagai aliran laminar jika bilangan Reynolds . 2. Aliran turbulen : Aliran dimana pergerakan dari

partikel – partikel fluida sangat tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel antar lapisan. Suatu aliran dinyatakan sebagai aliran turbulen jika bilangan Reynolds .

(2)

2.1.2 Aliran Fluida pada Pipa Annulus

Pipa anulus adalah pipa luar pembatas fluida. Atau dengan kata lain pipa ini adalah pipa yang terdiri dari dua silinder tetap yang sepusat dengan panjang . Koordinat yang digunakan adalah koordinat silinder. Diasumsikan bahwa dua pipa ini dalam keadaan diam, sehingga tidak ada gesekan yang ditimbulkan antar kedua pipa. Aliran fluida yang dibahas adalah aliran fluida yang mengalir antara pipa dalam dengan jari-jari dan pipa luar dengan jari-jari , sehingga ada atau tidaknya aliran pipa bagian dalam diabaikan. Aliran tersebut mengalir sejajar dengan dinding sehingga dan .

Gambar 2.1. Bentuk pipa Annulus 2.1.3 Koordinat Polar Silinder

Dalam koordinat silinder, adalah jarak radial dari sumbu , adalah sudut yang diukur dari sebuah garis sejajar dengan sumbu- (dengan arah yang berlawanan perputaran jarum jam dianggap positif), dan adalah koordinat sepanjang sumbu- . Komponen-komponen kecepatan adalah kecepatan radial ( ), kecepatan tangensial ( ), dan kecepatan aksial ( ). Jadi, kecepatan pada sebuah titik sembarang dapat dinyatakan sebagai [1].

̂ ̂ ̂ (2.2)

Dengan ̂, ̂, dan ̂ masing-masing adalah vektor-vektor satuan dalam arah dan . Operator nabla ( ) jika dikenakan pada fungsi skalar disebut gradien dan dalam koordinat silinder dinyatakan sebagai berikut :

̂ ̂ ̂ (2.3)

Namun jika dikenakan pada fungsi vektor disebut divergensi, dalam koordinat silinder dinyatakan sebagai berikut. Jika V adalah vektor :

⃗⃗ ⃗ ( ) (2.4)

2.1.4 Persamaan Aliran Fluida 2.1.4.1 Persamaan Kontinuitas

Fluida disusun oleh molekul-molekul yang bertabrakan satu sama lain. Persamaan kontinuitas fluida secara umum [4]: ( ) (2.5) dengan: : Kerapatan fluida : Kecepatan 2.1.4.2 Persamaan Momentum

Laju perubahan momentum dari volume tertutup sama dengan jumlah dari gaya yang bekerja pada volume tersebut [4]. Persamaan momentum fluida yang digunakan adalah [2]:

( ( ) ) ( ̿) (2.6) dengan:

: Body Force (Gaya yang bekerja pada benda)

2.1.4.3 Persamaan Distridusi Panas

Untuk memperoleh profil distribusi panas pada fluida sisko, digunakan persamaan distribusi panas secara umum pada benda tiga dimensi [5]:

( ) ̇ (2.7)

dengan:

: Kapasitas panas pada tekanan konstan

: konstanta panas

: Temperatur fluida : Fluks panas

2.1.5 Metode Beda Hingga Crank-Nicholson

Metode ini sering digunakan untuk mencari penyelesaian dari persamaan diferensial parsial (PDP). Indeks subscript pertama sebagai variabel ruang dan subscript kedua sebagai variabel waktu.

( ) ( )

Misalkan diberikan suatu persamaan distribusi panas:

(2.8)

dengan adalah suatu konstanta. Dengan syarat awal :

( ) , jika adalah jari-jari silinder dalam dan adalah jari-jari silinder luar

dan syarat batas :

( ) , jika adalah konstanta

Bentuk umum persamaan beda hingga pada titik ke dan sebagai berikut [6]: ( ) ( ( ) ) ( ) ( ( ) ) Jika maka diperoleh skema eksplisit

(

) (

( ) )

akan diperoleh skema implisit

(

) (

( ) )

Sehingga didapat pendekatan skema Crank-Nicholson : ( ) ( ( ) ) ( ( ) )

III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Pemodelan Matematika Kecepatan Aliran dan Perpindahan Panas Fluida Sisko pada Pipa

3.1.1 Pemodelan Matematika Kecepatan Aliran Fluida Sisko pada Pipa

Pada penelitian ini didasarkan pada model kecepatan aliran fluida tak tunak dan tak mampu mampat dengan beberapa asumsi.

Aliran fluida sisko merupakan aliran tak mampu-mampat, maka kerapatan fluida konstan, sehingga diperoleh persamaan kontinuitas fluida Sisko :

(3.1)

Jika dinyatakan dalam koordinat silinder :

( )

(3.2)

Tegangan geser pada fluida sisko adalah

( ) (3.3)

Sehingga divergensi dari tensor tegangannya menjadi : ̿ ( ( ) ) ( ) (3.4) Tekanan pada fluida didefinisikan sebagai [2]:

dengan P adalah tekanan pada batas padat dan adalah grafitasi.

Misalkan bahwa (konstanta).

𝒓 𝒍 𝒛 𝒓𝟎 𝑹 𝒓𝟏 𝒅𝑹 𝒈

(3)

Sehingga didapat persamaan kecepatan aliran fluida sisko: ( ( ) ) ( ) (3.5)

3.1.2 Pemodelan Matematika Perpindahan Panas Aliran Fluida Sisko pada Pipa

Persamaan perpindahan panas fluida sisko didefinisikan dalam bentuk [3]:

̿ (3.6)

dengan :

adalah kerapatan fluida dan kapasitas panas pada tekanan konstan.

Selanjutnya didapat Persamaan perpindahan panas fluida sisko:

([ ( ) ] ) ( ) (3.7)

3.2 Model Kecepatan Aliran dan Perpindahan Panas Non-Dimensional

Variabel non-dimensional yang digunakan: , , , ( ) ( ) ( ) , ( ) , ( ) ( ), ,

Sehingga model kecepatan aliran non-dimensional : ( ) ( ( ) ) ( ) (3.8) Dan Persamaan perpindahan panas fluida sisko menjadi:

[ ( ) ] ( ) ( ) (3.9) 3.3 Penyelesaian Numerik

3.3.1 Kondisi Awal dan Kondisi Batas

Dalam penelitian ini, pipa yang digunakan adalah pipa annulus dengan pusat jari-jari sama antara silinder dalam dan silinder luar, maka

Kondisi batas pada kecepatan aliran: ( ) ( ) , dengan kondisi awal :

( ) ,

Sedangkan kondisi batas pada perpindahan panas. ( ) ( ) ,

dengan kondisi awal :

( ) ,

Kondisi batas dan kondisi awal Non-Dimensional : Kondisi batas pada kecepatan aliran :

( ) ( ) , dengan kondisi awal :

( ) , kondisi batas pada perpindahan panas : ( ) ( ) , dengan kondisi awal :

( ) ,

3.3.2 Penyelesaian Numerik Kecepatan Aliran Model kecepatan aliran pada Persamaan (3.8) terdapat parameter material b. Apabila nilai parameter material bernilai 0, maka fluida tersebut adalah fluida Newtonian. Fluida sisko adalah fluida dengan nilai parameter material b tidak sama dengan 0. Pada penelitian ini akan digunakan parameter material untuk

fluida sisko pada power index 0 dan pada power index 1.

Untuk Persamaan (3.8) menjadi :

( )

(3.10)

Fluida sisko hanya mengalir antara pipa dalam dan pipa luar. Maka , dimana , untuk pendiskritan sebanyak .

Gambar 3.1 Penampang horizontal pipa Annulus Misalkan dan ( ).

Maka selanjutnya didapatkan skema numerik Crank-Nicholson untuk adalah

( ) ( ) ( ) ( ( ) ) ( ) ( ) ( ) (3.11)

Untuk Persamaan (3.8) menjadi :

( ) (

) ( ) (3.12) Dengan metode Crank-Nicholson, didapat skema numerik: ( ( )) ( ( ) ( )) ( ( ) ( )) ( ) ( ( )) ( ( ) ( )) ( ( ) ( )) (3.13)

3.3.3 Penyelesaian Numerik Perpindahan Panas Sama halnya dengan model kecepatan aliran. Model perpindahan panas juga dipengaruhi oleh power index . Sehingga diperoleh model perpindahan panas :

( ) (3.14)

Dan model perpindahan panas :

[ ] ( ) (3.15) Untuk : Misalkan dan ( )

Maka selanjutnya didapatkan skema numerik Crank-Nicholson untuk adalah

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) (

) ( ) (3.16)

Untuk :

Dengan metode Crank-Nicholson, didapat skema numerik: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) [ ] ( ) (3.17) 𝑟 𝑑 𝑟

(4)

3.4 Simulasi Kecepatan Aliran dan Distribusi Temperatur Fluida Sisko pada Pipa

Berdasarkan persamaan yang sudah didapat, fluida Newtonian mempunyai nilai power index dan . Sedangkan fluida sisko mempunyai nilai power index

dan .

3.4.1 Simulasi Kecepatan Aliran Fluida Sisko Pada Pipa

Dengan mendifinisikan parameter . Selanjutnya, akan dibandingkan besar kecepatan fluida sisko dengan dan fluida Newtonian dengan pada power index , serta fluida sisko dengan dan fluida Newtonian dengan untuk power

index . Perbandingan tersebut juga ditunjukkan pada

variasi waktu, dan jari-jari pipa bagian dalam ( ).

Gambar 3.2 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

Gambar 3.3 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

Berdasarkan Gambar (3.2) dan (3.3), semakin besar nilai t, maka kecepatan fluida semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin besar nilai t, tegangan geser fluida semakin kecil. Pada gambar tersebut, juga terlihat bahwa semakin dekat aliran fluida dengan dinding pipa, aliran fluida akan semakin menurun. Kondisi ini disebabkan karena semakin dekat jarak fluida yang mengalir dengan dinding pipa, maka gesekan antar fluida semakin besar. Sehingga kecepatan pada dinding pipa sama dengan 0. Pada Gambar (3.2) dan (3.3) juga terlihat bahwa semakin besar nilai b, besar kecepatan akan semakin kecil. Hal ini disebabkan karena besar parameter material b sebanding dengan besar tegangan fluida. Sehingga semakin besar nilai parameter yang diberikan, tegangan pada fluida akan semakin besar, dan pada akhirnya, kecepatan fluida tersebut semakin kecil. Dengan demikian, pada power index ,

kecepatan fluida sisko lebih kecil daripada fluida Newtonian.

Gambar 3.4 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

Gambar (3.3) dan (3.4), menunjukkan bahwa kecepatan aliran juga dipengaruhi oleh panjangnya jari-jari antara pipa dalam dan pipa luar. Semakin kecil jarak kedua pipa, kecepatan aliran akan semakin kecil.

Jadi, disimpulkan kecepatan aliran fluida dengan

power index dipengaruhi waktu yang ditentukan,

parameter material dan jarak jari-jari antara kedua pipa. Tegangan geser pada suatu fluida mempunyai nilai yang sebanding dengan gaya yang bekerja pada fluida tersebut. Tetapi, keduanya mempunyai arah yang berlawanan.

Selanjutnya, ditampilkan distribusi kecepatan aliran fluida dengan power index adalah sebagai berikut:

Gambar 3.5 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

Gambar 3.6 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Kecepatan Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 5 10 15 20 25 30

Kecepatan Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 2 4 6 8 10 12 14

Kecepatan Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 5 10 15 20 25 30

Kecepatan Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=0.5 b=1 b=6 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 5 10 15 20 25 30 35 40

Kecepatan Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=0.5 b=1 b=6

(5)

Gambar 3.7 Distribusi kecepatan aliran dengan power index

Pada Gambar (3.5) sampai (3.7) menunjukkan hasil yang hampir sama dengan power index . Sehingga dapat disimpulkan kecepatan fluida sisko lebih kecil daripada fluida Newtonian pada power index

dan .

3.4.2 Simulasi Distribusi Temperatur Aliran Fluida Sisko Pada Pipa

Dengan mendifinisikan parameter , dan . Selanjutnya, akan dibandingkan besar distribusi temperatur antara fluida sisko dengan dan fluida Newtonian dengan untuk power index

, serta fluida sisko dengan dan fluida Newtonian dengan untuk power index . Perbandingkan tersebut juga ditunjukkan pada variasi waktu, dan Bilangan Brinkman.

Gambar 3.8 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Gambar 3.9 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Pada Gambar (3.9) menunjukkan bahwa besarnya gesekan pada fluida mempunyai pengaruh lebih besar dari

pada besarnya kecepatan aliran tersebut. Gesekan terbesar terjadi pada dinding pipa menyebabkan temperatur fluida mengalami titik tertinggi. Semakin aliran menjauhi dinding, temperaturnya menurun sampai kemudian temperaturnya kembali naik.

Pada Gambar (3.8) dan (3.9), terlihat semakin besar nilai t, distribusi temperatur semakin kecil. Dari kedua gambar tersebut juga terlihat untuk nilai b yang lebih besar, distribusi temperatur pada fluida akan lebih tinggi dari pada nilai b yang lebih kecil. Seperti yang sudah dibahas pada kecepatan, semakin besar parameter material b, menyebabkan tegangan fluida semakin besar. Dengan demikian, temperatur fluida juga semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan temperatur fluida sisko lebih besar dari pada fluida Newtonian.

Gambar (3.10),diberikan nilai bilangan Brinkman yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar bilang Brinkman, distribusi temperatur fluida semakin kecil.

Gambar 3.10 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Bilangan Brinkmann merupakan salah satu dari parameter non-Dimensional, yang mana nilainya berbanding terbalik dengan temperatur fluida.

Jadi, disimpulkan bahwa distribusi temperatur aliran fluida sisko dengan power index dipengaruhi oleh waktu yang ditentukan, parameter material dan bilangan Brinkman.

Selanjutnya akan ditampilkan distribusi temperatur aliran fluida dengan power index sebagai berikut:

Gambar 3.11 Distribusi temperatur aliran dengan power

index 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Kecepatan Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari K e c e p a ta n b=0 b=0.5 b=1 b=6 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 150 200 250 300 350 400

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 100 150 200 250 300 350 400

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 0

Jari-Jari T e m p e ra tu r Br=0.5 Br=2 Br=5 Br=7.5 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=0.5 b=1 b=6

(6)

Gambar 3.12 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Gambar 3.13 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Berdasarkan Gambar (3.10) dan (3.13), dapat disimpulkan bahwa dengan semakin besar bilangan Brinkman temperatur fluida sisko lebih kecil.

Semakin besar nilai t, kecepatan dan temperatur kedua fluida semakin stabil. Pada fluida dengan power

index , nilai t akan stabil terjadi pada . Seperti

pada Gambar (3.14).

Gambar 3.14 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Selanjutnya, untuk fluida dengan power index

, nilai t akan stabil ditunjukkan pada Gambar (3.15).

Gambar 3.15 Distribusi temperatur aliran dengan power

index

Berdasarkan Gambar (3.15), fluida pada power

index mencapai nilai stabil pada . Nilai t

stabil yang dimaksud adalah, untuk nilai yang lebih dari nilai stabil, kecepatan dan temperatur fluida menunjukkan hasil yang sama.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa karakteristik aliran tak tunak fluida sisko:

1. Tegangan geser pada fluida sisko mempunyai pengaruh yang sangat besar. Karena tegangan gesernya semakin kecil, menyebabkan pada power index dan , kecepatan fluida sisko lebih kecil daripada fluida Newtonian. Sebaliknya, temperatur fluida sisko lebih besar daripada fluida Newtonian.

2. Semakin besar waktu yang diberikan pada kedua power

index mengakibatkan kecepatannya semakin besar,

sedangkan temperaturnya semakin kecil. Hal ini juga disebabkan karena adanya tegangan geser yang semakin lama semakin kecil.

3. Temperatur fluida juga dipengaruhi oleh bilangan Brinkman. Semakin besar bilangan Brinkman, temperatur fluida sisko dan Newtonian semakin kecil untuk .

V. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Nirmalasari, N.A. 2011.“Analisis Aliran dan Perpindahan Panas

Fluida Sisko dalam Keadaan Stedi”. Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.

[2]. Radhika, T.S.L, Aditya V.H. 2012. “Application of Optimal

Homotopy Asymptotic Method for Non-Newtonian Fluid Flow In A Vertical Annulus”. Proceedings of the International Multi Conference of Engineers and Computer Scientists 2012 Vol II. Hongkong [3]. Khan, M. et. al. 2010. “Steady Flow and Heat Transfer of a Sisko

Fluid In Annular Pipe”. Journal of Heat and Mass Transfer. 53: 1290-1297. Departmen of Mathematics, Pakistan.

[4]. Krause, E. 2005.“Fluid Mechanics”. Germany : Springer-Verlag

Berlin Heidelberg.

[5]. Lienhard V, John H. 2005. “A Heat Transfer Textbook”. University

of Houston. USA

[6]. Fadugba, S. E, dkk. 2013. ”Crank-Nicolson Method for Solving Parabolic Partial Differential Equations”. International Journal of Applied Mathematics and Modeling IJA2M. Vol. 1, No. 3, Hal. 8-23.

[7]. Widodo, B. 2005. “Free Surface Fluid Flows Induced By A

Submerged Sink In a Three Layer Fluid Under The Effects of Surface Tension”. Proc. The International Conference on Applied

Mathematics 2005, ITB Bandung, 22-26August 2005.

0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 100 150 200 250 300 350 400

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=0.5 b=1 b=6 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 1

Jari-Jari T e m p e ra tu r Br=0.5 Br=5 Br=10 Br=15 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 100 150 200 250 300 350 400

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 0 saat t = 45 s

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=7 b=14 b=20 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Distribusi Temperatur Fluida dengan Power index 1 saat t = 113 s

Jari-Jari T e m p e ra tu r b=0 b=0.5 b=1 b=6

Gambar

Gambar 3.5 Distribusi kecepatan aliran dengan power index
Gambar 3.7 Distribusi kecepatan aliran dengan power index
Gambar 3.12 Distribusi temperatur aliran dengan power

Referensi

Dokumen terkait

Kata Utama Nama Indonesia yang terdiri dari – Nama diri diikuti gelar tradisional, gelar keagamaan, atau gelar administrasi yg digabungkan dgn gelar kebangsawanan dan

Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengajukan tema dan judul : “ PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SERTA KETERAMPILAN MAHASISWA TERHADAP

iPS didefinisikan sebagai upaya reprogramming sel punca multipoten dari jaringan dewasa menjadi sel punca pluripoten sehingga dihasilkan sel yang secara genetik

Untuk tahap awal perusahaan harus mengajukan Permohonan Izin Penyelenggaraan dengan mengisi form seperti dibawah dan jika semua permintaan telah diisi maka

Namun berdasarkan hasil penelitian menggunakan hukum pareto 80/20 dimana setiap pertanyaan dalam kuesioner di frekuensikan satu per satu maka diketahui bahwa pengetahuan pegawai

Berikut ini adalah kamus data yang di ambil dari data flow diagram Sistem Informasi Penjualan Konveksi Bandung Jaya Laksana yang diusulkan :.. Atribut : nama_produk,

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran Fiqh Ibadah kelas VII di MTs Negeri 2 Surakarta sudah berjalan dengan baik,

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas laba sebelum dan sesudah konvergensi penuh IFRS di Indonesia dari sisi akuntansi yaitu kualitas akrual