• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

99

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai

Sebalo di Kecamatan Bengkayang

Yenni Pratiwia, Muliadia*, Muh. Ishak Jumaranga a

Program Studi Fisika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Indonesia *Email : muliadi204@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang konsentrasi dan laju angkutan sedimen melayang di Sungai Sebalo Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu pengambilan data di lapangan dan uji laboratorium. Pengambilan data di lapangan berupa data debit sungai, dan sampel sedimen melayang yang dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2016 s.d 11 Desember 2016. Lokasi penelitian terdiri dari 5 stasiun pengamatan. Penentuan lokasi pengambilan sampel sedimen menggunakan metode purpose sampling. Debit sungai diperoleh dengan menggunakan metode interval tengah (mid section method). Pengujian di laboratorium untuk mendapatkan nilai konsentrasi sedimen melayang dengan menggunakan metode spektrofotometri. Nilai konsentrasi sedimen melayang digunakan untuk mendapatkan debit sedimen melayang sungai. Konsentrasi rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 sebesar 133,1 mg/l, Stasiun 2 sebesar 137,2 mg/l, Stasiun 3 sebesar 116,9 mg/l, Stasiun 4 sebesar 83,5 mg/l dan Stasiun 5 sebesar 109,6 mg/l. Sedangkan konsentrasi rata-rata sedimen melayang di Sungai Sebalo yaitu sebesar 116,1 mg/l. Debit rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 sebesar 22,872 ton/hari, Stasiun 2 sebesar 32,126 ton/hari, Stasiun 3 sebesar 71,787 ton/hari, Stasiun 4 sebesar 63,246 ton/hari dan Stasiun 5 sebesar 86,215 ton/hari. Sedangkan debit rata-rata sedimen melayang di Sungai Sebalo yaitu sebesar 55,249 ton/hari.

Kata Kunci : Bengkayang, Sedimen Melayang, Spektrofotometri, Sungai Sebalo

1. Latar Belakang

Secara geografis, Kabupaten Bengkayang terletak di 0°33'00" – 1°30'00" Lintang Utara dan 108°39'00" – 110°10'00" Bujur Timur. Ada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yang melintasi wilayah Kabupaten Bengkayang, yaitu DAS Sambas, DAS Sungai Raya dan DAS Sungai Duri. Sungai Sebalo merupakan salah satu sungai yang terdapat di Kabupaten Bengkayang yang termasuk ke dalam DAS Sambas [1].

Sungai Sebalo dimanfaatkan oleh beberapa penduduk sebagai sumber mata pencaharian seperti mendulang emas dan pengambilan batu atau pasir sungai. Selain itu terdapat juga pembangunan, permukiman penduduk, pembuangan sampah limbah rumah tangga dan aktivitas masyarakat lainnya di sekitar sungai. Kegiatan masyarakat tersebut menyebabkan jatuhnya material lain ke dalam aliran sungai, pengikisan dinding sungai dan sungai tercemari limbah anorganik maupun organik.

Berdasarkan pada penelitian sebelumnya, menyatakan bahwa Sungai Sebalo tidak dianjurkan sebagai air minum karena sudah dalam kondisi

tercemar. Sumber pencemaran pada sungai

disebabkan oleh pencemaran dari kegiatan

penambangan dan akibat limbah rumah tangga dan pasar[2]. Pencemaran air sungai akan berdampak besar terhadap penurunan kualitas air. Kualitas air yang buruk akan berpengaruh terhadap nilai

konsentrasi sedimen yang terkandung dalam air sungai.

Sedimentasi merupakan proses pengangkutan dan pengendapan material tanah pada sungai yang diakibatkan oleh faktor erosi[3]. Erosi yang terjadi di hulu sungai akan menyebabkan terjadinya sedimentasi di hilir sungai. Partikel-partikel tanah atau material lainnya yang jatuh ke sungai akan terbawa oleh aliran sungai. Jika hal ini terjadi

secara terus menerus, maka akan terjadi

pendangkalan di hilir sungai.

Pendangkalan sungai yang tidak ditanggulangi dapat menyebabkan terjadinya banjir jika hujan turun dengan intensitas tinggi dan dalam rentang waktu yang lama. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian ini untuk menentukan konsentrasi dan laju angkutan sedimen melayang di Sungai Sebalo Kecamatan Bengkayang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pemerintah setempat dalam

mengambil kebijakan selanjutnya untuk

penanganan sedimentasi di Sungai Sebalo. 2. Metodologi

2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sungai Sebalo

yang terletak di Kecamatan Bengkayang

Kabupaten Bengkayang. Stasiun pengamatan

berjumlah 5 stasiun dan setiap stasiun pengamatan terdapat 3 titik pengambilan data. Peta lokasi penelitian beserta titik stasiun pengambilan data

(2)

100

dapat dilihat pada Gambar 1. Pengambilan data

dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 9 Desember 2016 s.d 11 Desember 2016. Pengujian sampel sedimen melayang dilakukan pada tanggal 19 Desember 2016 di Unit Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat

2.2 Metode Penelitian

2.2.1 Pengukuran di Lapangan

Pengukuran data di lapangan berupa data lebar sungai, kedalaman sungai, kecepatan aliran sungai dan pengambilan sampel sedimen melayang. Pengukuran data kecepatan aliran, lebar dan kedalaman sungai dilakukan untuk menghitung debit aliran sungai.

Pengukuran lebar sungai menggunakan tali meteran yang dibentangkan sepanjang lebar sungai. Kemudian ditentukan 3 titik pengambilan data (kiri, tengah dan kanan sungai). Sketsa titik pengamatan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 3. Tiap titik pengambilan data akan diambil data kedalaman sungai, kecepatan aliran

sungai dan sampel sedimen melayang.

Pengambilan sampel sedimen melayang

menggunakan water sampler dan kemudian

dimasukkan ke dalam plastik sampel sebanyak 1 liter untuk setiap titik dan kedalaman pengukuran.

2.2.2 Pengujian di Laboratorium

Pengujian di laboratorium dilakukan untuk

menguji sampel sedimen melayang guna

mendapatkan nilai TSS (Total Suspended Solid) menggunakan alat spectrophotometer.

2.3 Metode Analisis Data

Debit aliran diperoleh dari data kecepatan aliran dan luas penampang sungai, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut [4]:

v A

Q  (1)

dengan Q adalah debit aliran (m3/s), A adalah luas

penampang sungai (m2) dan v adalah kecepatan

aliran (m/s). Luas penampang melintang sungai

dapat diperoleh dengan menggunakan mid section

method.

Debit sedimen melayang diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut [5]:

Q s C , s Q 00864  (2)

dengan Qs adalah debit sedimen melayang

(ton/hari), Cs adalah konsentrasi sedimen melayang

(mg/l) dan Q adalah debit aliran (m3/s).

2.4 Diagram alir Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian [6][7]

Selesai

Uji Sampel di Laboratorium

Perhitungan Debit Angkutan Sedimen Melayang

Kesimpulan Persiapan

Studi Pendahuluan

Penentuan Lokasi dan Persiapan Alat

Pengambilan Data

 Debit Sungai

(3)

101

Gambar 3. Sketsa Titik Pengamatan Pada Setiap

Stasiun 3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Debit Sungai Sebalo

Debit air pada hari pertama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Stasiun 1, debit terbesar terdapat pada Titik 1, kemudian Titik 2 dan terkecil terdapat pada Titik 3. Faktor yang menyebabkan debit air di tepi sungai (Titik 1) lebih besar daripada di tengah sungai (Titik 2) dikarenakan adanya pengaruh dari kedalaman sungai, dimana sudah diketahui bahwa debit air merupakan perkalian dari kecepatan aliran dan luas penampang. Kedalaman sungai akan mempengaruhi luas penampang sungai. Pada Titik 1 kedalaman sungai sebesar 1,03 m, kedalaman di Titik 2 yaitu 0,88 m dan kedalaman di Titik 3 yaitu 0,54 m.

Pada hari pertama di Stasiun 2, debit sungai terbesar berturut-turut terdapat pada Titik 2, Titik 1 dan terkecil pada Titik 3. Hal ini juga sama terjadi pada Stasiun 3, Stasiun 4 dan Stasiun 5. Besarnya debit sungai di Titik 2 dipengaruhi oleh kecepatan aliran sungai yang dapat dilihat pada Gambar 5. Pada sungai yang lurus kecepatan aliran sungai di bagian tengah (Titik 2) sungai akan lebih besar daripada bagian kiri (Titik 3) atau kanan (Titik 1) sungai. Hal ini dikarenakan bagian kiri (Titik 3) dan kanan (Titik 1) sungai mengalami efek gesekan

dengan dinding sungai yang lebih besar

dibandingkan dengan di tengah (Titik 2) sungai, gesekan ini akan memperkecil kecepatan aliran sungai[8].

Kecepatan aliran pada Stasiun 4 (hari pertama) menunjukan bahwa kecepatan terbesar berada di Titik 1 (di kanan) sungai. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh banyak hal seperti gesekan dengan daratan, permukaan dasar sungai yang tidak beraturan dan adanya gangguan seperti sampah maupun tanaman dalam sungai.

Gambar 4. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Pertama

Gambar 5. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Pertama

Gambar 6. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Kedua

0.503 0.558 1.004 1.104 1.263 0.451 0.737 1.055 1.372 1.383 0.203 0.446 0.722 1.009 0.842 0 2 4 6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

D e b it A ir (m 3/s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3 0.288 0.541 0.648 0.755 0.481 0.302 0.728 0.861 0.728 0.513 0.221 0.541 0.781 0.621 0.401 0 0.4 0.8 1.2 1.6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

K e ce p atan Al ir an (m /s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3 0.774 0.781 1.133 0.911 0.959 0.622 0.876 1.141 1.467 1.371 0.230 0.450 0.719 0.906 0.634 0 2 4 6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

D eb it A ir (m 3/s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3

(4)

102

Debit air pada hari kedua pengamatan dapat

dilihat pada Gambar 6. Debit air pada hari kedua memiliki pola yang sama dengan hari pertama (Gambar 4) dan hari ketiga (Gambar 8). Pada Stasiun 1 debit air terbesar akan terdapat di tepi sungai (Titik 1). Besarnya debit air di Titik 1 disebabkan oleh kedalaman sungai. Kedalaman di Titik 1 lebih besar dibandingkan dengan titik lainnya. Kedalaman di Titik 1 pada hari kedua yaitu sebesar 1,2 m, Titik 2 yaitu sebesar 0,95 m dan Titik 3 yaitu sebesar 0,5 m. Kedalaman di Titik 1 pada hari ketiga yaitu sebesar 1,32 m, di Titik 2 yaitu sebesar 1,14 m, dan di Titik 3 yaitu sebesar 0,66 m. Berbeda dengan Stasiun 1, debit air pada stasiun lainnya (Stasiun 2, 3, 4 dan 5) terbesar terdapat di tengah sungai (Titik 2). Hal ini dapat

disebabkan karena kecepatan aliran sungai terbesar terletak di tengah sungai (Titik 2) sedangkan di tepi sungai kecepatan alirannya kecil. Kecepatan aliran sungai pada hari kedua dapat dilihat pada Gambar 7, sedangkan kecepatan aliran pada hari ketiga dapat dilihat pada Gambar 9.

Selama 3 hari pengamatan terdapat beberapa pola debit air yang berbeda pada ketiga titik disetiap stasiun. Hal ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan kondisi cuaca setiap harinya. Ketika terjadi hujan, volume air sungai akan bertambah dan memperlebar wilayah tergenang air. Hal ini akan menyebabkan lebar dan kedalaman sungai bertambah begitupula dengan kecepatan aliran air sehingga berdampak pada debit air sungai.

Gambar 7. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Kedua

Gambar 8. Debit Air Sungai Sebalo Pada Hari Ketiga

Gambar 9. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Ketiga

0.385 0.782 0.755 0.701 0.418 0.391 0.861 0.861 0.728 0.535 0.275 0.541 0.701 0.648 0.348 0 0.4 0.8 1.2 1.6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

K e ce p atan Al ir an (m /s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3 2.554 2.087 3.371 4.290 4.569 2.088 2.495 5.166 5.019 5.101 1.034 1.231 2.570 3.795 3.468 0 2 4 6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

D e b it A ir (m 3/s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3 1.106 1.249 1.022 1.346 1.468 1.047 1.582 1.435 1.487 1.512 0.895 1.098 1.008 1.077 1.285 0 0.4 0.8 1.2 1.6

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

K e ce p atan Al ir an (m /s) Stasiun Pengamatan Titik 1 Titik 2 Titik 3

(5)

103

Gambar 10. Debit Total Sungai Sebalo

Debit total Sungai Sebalo dapat dilihat pada Gambar 10. Berdasarkan pada Gambar 10 dapat diketahui bahwa debit total sungai terbesar terjadi pada hari ketiga dan terkecil terjadi pada hari pertama. Debit total air terbesar terjadi pada hari ketiga disebabkan karena adanya penambahan volume air yang masuk ke dalam sungai akibat terjadinya hujan. Pada hari kedua pengamatan

dalam kondisi cerah sehingga tidak ada

penambahan volume air akibat hujan. Pada hari pertama pengamatan hanya terjadi hujan saat pengambilan data di Stasiun 4 dan Stasiun 5. Hal ini yang menyebabkan terjadi peningkatan debit air pada stasiun tersebut.

Debit air mengalami banyak peningkatan dari Stasiun 2 ke Stasiun 3. Peningkatan debit air pada stasiun tersebut disebabkan karena adanya aliran air lain yang masuk ke Sungai Sebalo, tepatnya terdapat di hulu Stasiun 2 dan juga terdapat di hulu Stasiun 3.

3.2 Konsentrasi Sedimen Melayang

Nilai konsentrasi sedimen melayang dapat dilihat pada Gambar 11. Konsentrasi sedimen melayang terbesar sampai terkecil secara berurutan terjadi pada hari pertama, hari ketiga dan terkecil pada hari kedua.

Pada hari pertama, konsentrasi sedimen terbesar terdapat pada Stasiun 1 dan Stasiun 2. Di hulu Stasiun 1 terdapat aktivitas pengerukan dasar sungai menggunakan alat berat, hal ini menjadi faktor yang mempengaruhi konsentrasi sedimen. Aktivitas tersebut dapat menyebabkan partikel pasir, tanah, lumpur maupun partikel lainnya yang

terdapat di dalam sungai terangkut oleh aliran air menuju ke tempat yang lebih rendah. Di sekitar Stasiun 2 masyarakat membangun rumah tepat di pinggir sungai dan melakukan berbagai aktivitas seperti mandi, mencuci, bahkan ada yang membuang sampah di sungai. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan angkutan sedimen melayang sehingga konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 2 memiliki nilai yang besarnya hampir sama dengan Stasiun 1. Konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 4 lebih kecil daripada stasiun lainnya dikarenakan kondisi lingkungan pada Stasiun 4 yang masih terdapat hutan sehingga sedimentasi yang terjadi hanyalah secara alami.

Pada hari kedua pengambilan data, cuaca dalam kondisi cerah sehingga hujan tidak menjadi faktor utama besarnya konsentrasi sedimen melayang. Konsentrasi sedimen melayang yang terbesar terdapat pada Stasiun 1 dan terus mengalami penurunan sampai Stasiun 5. Di hulu Stasiun 1 tidak ada aktivitas pengerukan sungai

menggunakan alat berat melainkan hanya

pengambilan pasir sungai dan mendulang emas secara perorangan hal ini yang mempengaruhi konsentrasi sedimen melayang pada sungai. Stasiun 2 dan Stasiun 3 terletak pada permukiman

penduduk yang ramai sehingga aktivitas

masyarakat seperti mandi, mencuci, membuang sampah di sekitar sungai mempengaruhi besar konsentrasi sedimen melayang dalam air. Stasiun 4 dan Stasiun 5 terletak lebih dari 3 km dari pemukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang) sehingga material hasil aktivitas masyakarat tersebut tidak berpengaruh besar pada Stasiun 4

Gambar 11. Konsentrasi Sedimen Melayang Sungai Sebalo

1.157 1.741 2.782 3.486 3.487 1.626 2.108 2.992 3.284 2.965 5.675 5.813 11.107 13.104 13.139 0 5 10 15

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

D e b it A ir (m 3/s) Stasiun Pengamatan Hari 1 Hari 2 Hari 3 276.2 271.3 132 84.3 120.3 51 35 34.7 27.3 15.8 72 105.2 184 139 192.7 0 50 100 150 200 250 300

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

K o n sen tr asi Sed im e n M e lay an g ( m g/ l) Stasiun Pengamatan Hari 1 Hari 2 Hari 3

(6)

104

dan Stasiun 5. Hal ini lah yang menyebabkan

konsentrasi sedimen melayang pada Stasiun 4 dan Stasiun 5 lebih kecil.

Pada hari ketiga pengambilan data,

konsentrasi sedimen melayang terbesar terdapat pada Stasiun 5 dan terkecil pada Stasiun 1. Besarnya konsentrasi sedimen melayang di Stasiun 5 disebabkan karena hujan yang terjadi selama pengambilan data, hujan tersebut membawa angkutan sedimen dari hulu sungai menuju ke hilir sungai. Pada Stasiun 3 memiliki konsentrasi sedimen melayang terbesar setelah Stasiun 5 karena Stasiun 3 terletak di hilir permukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang). Hujan akan membawa material dari hulu sungai berupa limbah hasil rumah tangga, toko maupun pasar sayur yang ada di sekitar sungai dan terangkut oleh deras arus aliran sungai menuju hilir sungai atau stasiun pengamatan terdekat (Stasiun 3). Konsentrasi sedimen melayang terkecil terdapat di Stasiun 1 dikarenakan Stasiun 1 merupakan stasiun paling hulu dan sedikitnya pemukiman serta aktivitas masyarakat di sekitar sungai.

3.3 Debit Sedimen Melayang Sungai Sebalo

Debit total sedimen melayang untuk semua stasiun pengamatan dapat dilihat pada Gambar 12. Debit sedimen terbesar terjadi pada hari ketiga dan terkecil pada hari kedua. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses sedimentasi adalah debit aliran [9]. Jika debit aliran rendah maka angkutan sedimen bisa jadi lebih kecil dan jika debit aliran tinggi maka angkutan sedimen akan lebih tinggi. Pada hari ketiga pengambilan data dalam kondisi hujan, hal ini menjadi salah satu penyebab tingginya debit sedimen pada hari ketiga. Curah hujan inilah yang dapat mempengaruhi konsentrasi sedimen dan debit sedimen walaupun tidak secara langsung. Hujan menyebabkan pengikisan tepian sungai atau erosi tanah, partikel tanah yang terlepas akan masuk ke dalam sungai. Partikel yang berukuran besar akan jatuh di dasar sungai sedangkan partikel yang lebih ringan akan terangkut oleh aliran sungai menuju tempat yang lebih rendah [8].

Debit sedimen melayang terbesar pada hari pertama terdapat pada Stasiun 2, hal ini disebabkan karena di hulu Stasiun 2 yaitu di sepanjang aliran sungai terdapat permukiman penduduk. Masyarakat sekitar banyak melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci, membuang sampah di sungai bahkan adanya pembangunan di sekitar sungai. Aktivitas ini dapat menyebabkan masuknya material lain ke dalam aliran sungai dan meningkatkan angkutan sedimen dari hulu ke hilir sungai.

Debit sedimen melayang terkecil pada hari pertama terdapat pada Stasiun 4, hal ini disebabkan oleh faktor kondisi fisik daerah aliran sungai. Di hulu Stasiun 4 masih terdapat hutan yang mengakibatkan sungai terdiri atas lahan tertutup. Daerah aliran sungai yang mempunyai bentuk lahan terbuka pada umumnya akan memberikan sumbangan suspensi yang relatif lebih besar dari daerah aliran sungai yang terdiri atas lahan-lahan tertutup, seperti hutan [10]. Hal ini lah yang menyebabkan debit sedimen melayang di Stasiun 4 lebih kecil. Kurangnya aktivitas masyarakat di Stasiun 4 juga menjadi penyebab kecilnya angkutan sedimen pada sungai. Pada Stasiun 5 yang terletak di hilir sungai memiliki dampak yang besar akibat faktor hujan, hujan akan membawa material sedimen dari hulu sungai ke hilir sungai.

Pada hari kedua, debit sedimen melayang pada kelima stasiun tidak jauh berbeda dan tidak dipengaruhi oleh faktor hujan karena pada hari kedua keadaan cuaca cerah. Besarnya debit sedimen pada hari kedua di Stasiun 3 dikarenakan lokasi Stasiun 3 berada di hilir pemukiman padat penduduk (Pasar Bengkayang). Masyarakat yang tinggal di sekitar pasar memanfaatkan sungai sebagai tempat membuang sampah (berupa limbah rumah tangga, limbah toko dan limbah pasar sayur), mandi dan mencuci, hal ini dapat menyebabkan masuknya material hasil aktivitas tersebut ke dalam aliran sungai. Debit aliran juga akan mempengaruhi besarnya debit sedimen. Debit aliran pada Stasiun 3 merupakan debit terbesar kedua setelah Stasiun 4.

Debit sedimen melayang terkecil hari kedua terdapat pada Stasiun 5, hal ini disebabkan karena

Gambar 12. Debit Total Sedimen Melayang Sungai Sebalo

25.294 39.359 31.734 24.831 37.044 6.353 6.337 9.239 7.547 4.322 36.970 50.682 174.389 157.360 217.278 0 50 100 150 200 250

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5

D e b it Se d im e n M e lay an g (To n /h ar i) Stasiun Pengamatan Hari 1 Hari 2 Hari 3

(7)

105

Stasiun 5 terletak di hilir sungai dan berada di

lokasi yang tidak padat penduduk. Aktivitas padat penduduk di hulu sungai mempunyai pengaruh yang kecil karena jarak stasiun yang besar (Stasiun 2 s.d Stasiun 5 berjarak lebih dari 5 km) terlebih karena kondisi cuaca tidak hujan sehingga angkutan sedimen dari hulu ke hilir sungai sangat lambat karena tidak ada tenaga pendorong bantuan seperti hujan.

Besarnya debit sedimen melayang hari ketiga di Stasiun 5 dikarenakan pada saat pengambilan data terjadi hujan dari Stasiun 1 sampai Stasiun 5 sehingga material sedimen terangkut dari hulu sungai sampai ke hilir sungai. Semakin besar volume aliran debit, maka jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit sungai akan semakin besar [10]. Pada Stasiun 5, debit aliran sangat besar, hal ini menyebabkan besarnya debit sedimen yang terdapat pada stasiun tersebut.

Debit sedimen melayang terkecil pada hari ketiga terdapat pada Stasiun 1, hal ini dikarenakan debit aliran dan konsentrasi sedimen yang lebih kecil dibandingkan dengan stasiun lainnya. Besarnya debit sedimen selain dipengaruhi oleh konsentrasi sedimen dan debit aliran sungai juga dipengaruhi oleh curah hujan, tofografi, vegetasi penutup lahan dan tataguna lahan [8]. Hal ini lah yang menyebabkan perbedaan nilai debit sedimen melayang pada tiap stasiun karena setiap stasiun memiliki kondisi yang berbeda-beda.

4. Kesimpulan

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan yaitu nilai konsentrasi rata-rata sedimen melayang pada Stasiun 1 adalah sebesar 133,1 mg/l, Stasiun 2 sebesar 137,2 mg/l, Stasiun 3 sebesar 116,9 mg/l, Stasiun 4 sebesar 83,5 mg/l dan Stasiun 5 sebesar 109,6 mg/l. Sedangkan konsentrasi sedimen rata-rata di Sungai Sebalo yaitu sebesar 116,1 mg/l. Debit rata-rata sedimen melayang yaitu pada Stasiun 1 sebesar 22,872 ton/hari, Stasiun 2 sebesar 32,126 ton/hari, Stasiun 3 sebesar 71,787 ton/hari, Stasiun 4 sebesar 63,246 ton/hari dan Stasiun 5 sebesar 86,215 ton/hari. Sedangkan debit sedimen melayang rata-rata di Sungai Sebalo yaitu sebesar 55,249 ton/hari.

Daftar Pustaka

[1] Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman [PPSP]. Buku Putih Sanitasi

Kabupaten Bengkayang. [Online].; 2013 (cited 2017 April 25. Available from: http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaa n/sanitasi/pokja/bp/kab.bengkayang/Bab%202 %20Gambaran%20Umum%20Wilayah.

[2] Tori, D. Identifikasi Kualitas Air Sungai

Sebalo di Kabupaten Bengkayang Berdasarkan Nilai TDS, Ph, dan Nilai Konduktivitas Air. Prisma Fisika. 2016; Vol. IV, No.01, Hal. 06-10.

[3] Suripin. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan

Air. Yogyakarta: Penerbit ANDI; 2004. [4] Asdak, C. Hidrologi dan Pengolahan Daerah

Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1995.

[5] Seta, A. K. Konservasi Sumber Daya Tanah

dan Air Cetakan Kedua. Jakarta: Kalam Mulia; 1995.

[6] Global Administrative Areas (GADM).

Download (Country: Indonesia, Format: shapefile). [Online].; 2015 (cited 2017 Mei 24. Available from: http://www.gadm.org/ download.

[7] Google Earth. Peta Kota Bengkayang. 2017.

(cited 2017 Mei 24; 2017 Mei 29).

[8] Lutfi, I. Kajian Kecepatan Aliran dan

Sedimen Melayang Sungai Cidurian Kabupaten Serang Provinsi Banten (Skripsi S1). Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2014. [9] Garde, R. J. and Ranga Raju, K.G. Mechanics

of Sediment Transportation and alluvial Stream Problem. New Delhi: Willey Eastern Limited; 1977.

[10] Ariyanto, A. F. Pengaruh Perubahan Penutup Lahan Terhadap Debit Aliran Permukaan di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri (Skripsi S1). Surakarta: Universitas Negeri Sebelas Maret; 2010.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian [6][7]
Gambar 5. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Pertama
Gambar 7. Kecepatan Aliran Air Sungai Sebalo Pada Hari Kedua
Gambar 11. Konsentrasi Sedimen Melayang Sungai Sebalo
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaanya terletak pada penerapan pembelajaran pendidikan agama Islam dan tidak menjelaskan dampak dalam membentuk karakter toleransi peserta didik serta tempat penelitian

Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,24 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT)

1. Gaji, merupakan imbalan yang dibayarkan kepada karyawan atas jasa yang mereka sumbangkan kepada pekerjaannya. Dimana masyarakat luas berpendapat bahwa.. gaji seorang

Di tengah era globalisasi seperti yang terjadi pada saat ini, perkembangan dunia bisnis dan organisasi tidak dapat dipisahkan dari perkembangan kualitas. Untuk itu, hal yang

Kearifan lokal dari kegiatan ini adalah seperti olah tanah minimum ONMLKJIHGFEDCBA ( m in im u m tilla g e ) karena dengan tebas (hanya membabat jerami dan gulma) tanah tidak

Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan perilaku deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA oleh wanita usia subur di Desa Sorek Satu

Pada penelition ini, metode-metode yang dilakukan pengujian kinerja dan analisis yaitu K- SVNN, Decision Tree (DT), dan Naive Bayes (NB). Ketiga metode ini dapat