• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN APRIL 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA BULAN APRIL 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Pada

April 2017

, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku Utara sebesar 100,87 atau mengalami

penurunan 0,13 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya (Maret 2017) yang sebesar

101,01.

Menurut subsektornya, Nilai Tukar Petani Pangan (NTPP) tercatat sebesar 106,61 (turun 0,21

persen); Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 106,76 (turun 0,09 persen); Nilai Tukar Petani

Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 92,19 (turun 0,29 persen); Nilai Tukar Petani Peternakan

(NTPT) 107,15 (naik 0,63 persen); dan untuk Nilai Tukar Perikanan (Nelayan dan Pembudidaya

Ikan/NTNP) sebesar 103,27 (turun 0,73 persen), dimana untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar

103,17 (turun 0,69 persen) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) sebesar 104,34 (turun 1,13

persen).

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP

April 2017

terhadap Maret 2017 terjadi

peningkatan NTP pada empat provinsi, sedangkan enam provinsi lainnya mengalami penurunan

NTP.

Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Maret 2017 ke

April 2017

yaitu dari 99,95

menjadi 100,01 atau naik 0,06 persen.

Pada

April 2017

, Provinsi Maluku Utara mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,20 persen yang

disebabkan oleh naiknya indeks harga pada enam kelompok pengeluaran, sedangkan satu

kelompok pengeluaran mengalami penurunan.

Inflasi Perdesaan Nasional pada bulan

April 2017

sebesar -0,29 persen, yang disebabkan oleh

turunnya indeks harga pada satu kelompok pengeluaran yaitu bahan makanan.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Maluku Utara

April 2017

sebesar

111,91 atau turun 0,06 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya (Maret 2017) yang sebesar

111,98.

No. 24/05/82/Th.XVI, 02 Mei 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI MALUKU UTARA

BULAN APRIL 2017

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di tujuh kabupaten se-Provinsi Maluku Utara pada April 2017, NTP Provinsi Maluku Utara turun 0,13 persen dibandingkan NTP Maret 2017, yaitu dari 101,01 menjadi 100,87. Penurunan NTP pada April 2017 disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami peningkatan 0,04 persen, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian mengalami peningkatan lebih besar yaitu 0,18 persen.

Penurunan NTP Provinsi Maluku Utara April 2017 disebabkan oleh turunnya NTP pada empat subsektor yaitu NTP Subsektor Tanaman Pangan NTP turun 0,21 persen, Subsektor Hortikultura turun 0,09 persen, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun 0,29 persen, dan NTP Subsektor Perikanan turun 0,73 persen. Sementara itu NTP Subsektor Peternakan mengalami peningkatan 0,63 persen.

1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada April 2017, di Maluku Utara indeks harga yang diterima petani (It) secara umum mengalami peningkatan sebesar 0,04 persen dibanding Maret 2017, yaitu dari 126,29 menjadi 126,34. Jika dilihat menurut subsektornya terjadi penurunan It pada dua subsektor sementara tiga subsektor lainnya mengalami peningkatan It.

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada April 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Maluku Utara naik sebesar 0,18 persen bila dibanding Ib Maret 2017, yaitu dari 125,02 menjadi 125,24. Jika dilihat menurut subsektornya, terjadi peningkatan Ib pada semua subsektor.

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani Maluku Utara Per Subsektor, Maret 2017 – April 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Perubahan (%) Maret 2017 April 2017 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 135,32 135,36 0,03

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,68 126,98 0,24

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 106,83 106,61 -0,21

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 134,44 134,56 0,09

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,82 126,04 0,18

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 106,85 106,76 -0,09

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 116,40 116,26 -0,12

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,88 126,11 0,18

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 92,46 92,19 -0,29

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 127,32 128,23 0,71

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 119,58 119,68 0,08

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 106,47 107,15 0,63

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 128,62 127,87 -0,59

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,63 123,81 0,15

c. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 104,04 103,27 -0,73

5.1 Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima Nelayan (It) 128,36 127,64 -0,56 b. Indeks yang Dibayar Nelayan (Ib) 123,55 123,71 0,13

c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 103,89 103,17 -0,69

5.2 Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 131,33 130,26 -0,82 b. Indeks yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 124,46 124,85 0,31 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 105,53 104,34 -1,13

Gabungan/Maluku Utara

a. Indeks yang Diterima (It) 126,29 126,34 0,04

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,02 125,24 0,18

(4)

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada April 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) mengalami penurunan sebesar 0,21 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Maret 2017. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,03 persen, lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,24 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan ini disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok padi/gabah yaitu sebesar 1,51 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,24 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,24 persen, dan indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,22 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada April 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,09 persen dibandingkan dengan NTPH bulan Maret 2017. Hal ini disebabkan karena indeks harga hasil produksi pertanian mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen, lebih kecil dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,18 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Hortikultura ini disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok buah-buahan (terutama duku/langsat, nanas, dan salak) secara rata-rata sebesar 1,05 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 0,18 persen disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,23 persen.

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada April 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mengalami penurunan sebesar 0,29 persen. Hal ini disebabkan karena penurunan indeks harga hasil produksi pertanian yaitu sebesar 0,12 persen, dan peningkatan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yaitu sebesar 0,18 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh turunnya indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,12 persen (terutama komoditi kakao dan cengkeh). Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,18 persen dikarenakan naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,17 persen, dan indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,24 persen.

(5)

d. Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada April 2017, Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Peternakan (NTPT) mengalami peningkatan sebesar 0,63 persen. Hal ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,71 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yaitu sebesar 0,08 persen.

Peningkatan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh naiknya harga secara rata-rata pada kelompok ternak besar sebesar 1,10 persen dan kelompok unggas sebesar 1,20 persen. Komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain sapi potong, kerbau, itik/bebek dan ayam buras. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,18 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada April 2017, NTNP mengalami penurunan sebesar 0,73 persen. Hal ini disebabkan karena karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,59 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen.

1) Kelompok Penangkapan Ikan (Nilai Tukar Nelayan/NTN)

Pada April 2017, NTN mengalami penurunan sebesar 0,69 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,56 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,13 persen.

Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata pada kelompok penangkapan laut sebesar 0,56 persen (terutama komoditas bawal, cakalang, julung-julung, goropa, bubara dan cumi-cumi). Sedangkan peningkatan yang terjadi pada Ib disebabkan karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami peningkatan sebesar 0,21 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (Nilai Tukar Pembudidaya Ikan/NTPi)

Pada April 2017, NTPi turun sebesar 1,13 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,82 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan 0,31 persen.

Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga secara rata-rata pada kelompok budidaya air laut yaitu sebesar 1,13 persen (terutama komoditas ikan kerapu). Sedangkan pada komponen penyusun Ib yaitu Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen, dan Indeks Biaya Produksi dan Pembelian Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan sebesar 0,60 persen.

(6)

Tabel 2.

Indeks Diterima dan Dibayar Petani Per Subsektor dan Perubahannya, Maret 2017 – April 2017 (2012=100)

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Maret 2017 April 2017 (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 135,32 135,36 0,03

- Padi 122,30 124,14 1,51

- Palawija 143,00 141,98 -0,71

b. Indeks Dibayar Petani 126,68 126,98 0,24

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,98 130,29 0,24

- Indeks BPPBM 111,02 111,26 0,22

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 134,44 134,56 0,09

- Sayur-sayuran 148,11 145,60 -1,70

- Buah-buahan 128,69 130,05 1,05

- Tanaman Obat 127,16 127,16 0,00

b. Indeks Dibayar Petani 125,82 126,04 0,18

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,59 128,90 0,23

- Indeks BPPBM 111,07 110,89 -0,16

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 116,40 116,26 -0,12

- Tanaman Perkebunan Rakyat 116,40 116,26 -0,12

b. Indeks Dibayar Petani 125,88 126,11 0,18

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 128,20 128,41 0,17

- Indeks BPPBM 115,27 115,54 0,24

(7)

Lanjutan Tabel 2.

Kelompok dan Sub kelompok

Bulan Perubahan (%) Maret 2017 April 2017 (1) (2) (3) (4) 4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 127,32 128,23 0,71

- Ternak Besar 128,69 130,10 1,10

- Ternak Kecil 125,09 124,90 -0,15

- Unggas 127,70 129,23 1,20

- Hasil Ternak 123,73 123,41 -0,26

b. Indeks Dibayar Petani 119,58 119,68 0,08

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,60 129,83 0,18

- Indeks BPPBM 110,34 110,31 -0,02

5. Perikanan

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 128,62 127,87 -0,59 b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 123,63 123,81 0,15

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,63 129,90 0,21

- Indeks BPPBM 113,91 113,96 0,04

5.1. Perikanan Tangkap

a. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 128,36 127,64 -0,56

- Penangkapan Laut 128,36 127,64 -0,56

b. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 123,55 123,71 0,13

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,61 129,88 0,21

- Indeks BPPBM 114,02 114,01 -0,01

5.2. Perikanan Budidaya

a. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 131,33 130,26 -0,82

- Budidaya Air Tawar 128,97 130,21 0,96

- Budidaya Air Laut 132,52 131,03 -1,13

b. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 124,46 124,85 0,31

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 129,81 130,07 0,20

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Kawasan Timur Indonesia

Dari 10 Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, NTP April 2017 terhadap Maret 2017 terjadi penurunan NTP di enam provinsi, sementara empat provinsi lainnya mengalami peningkatan NTP. Peningkatan NTP terbesar terjadi di Provinsi Gorontalo sebesar 0,64 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 1,30 persen. Secara nasional NTP mengalami peningkatan dari Maret 2017 ke April 2017 yaitu dari 99,95 menjadi 100,01 atau naik sebesar 0,06 persen.

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani (NTP) dan Persentase Perubahannya di Kawasan Timur Indonesia, April 2017 (2012=100)

No. Provinsi

It Ib NTP

Indeks Perubahan % Indeks Perubahan % Indeks Perubahan %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sulawesi Utara 116,05 -0,17 125,93 -0,72 92,15 0,55 2 Sulawesi Tengah 120,55 -0,12 127,18 0,48 94,79 -0,60 3 Sulawesi Selatan 127,06 -0,53 126,92 0,09 100,11 -0,62 4 Sulawesi Tenggara 118,69 -1,18 125,06 0,12 94,91 -1,30 5 Gorontalo 131,65 -0,35 125,27 -0,98 105,09 0,64 6 Sulawesi Barat 129,40 0,75 122,08 0,22 106,00 0,53 7 Maluku 128,31 0,05 127,76 0,01 100,43 0,04 8 Maluku Utara 126,34 0,04 125,24 0,18 100,87 -0,13 9 Papua Barat 127,40 -0,66 126,67 0,09 100,57 -0,75 10 Papua 121,13 0,24 126,49 0,55 95,76 -0,32 Nasional 127,08 -0,08 127,07 -0,14 100,01 0,06 5. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Provinsi Maluku Utara, pada April 2017 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,20 persen yang disebabkan oleh naiknya indeks pada 6 kelompok pengeluaran yaitu Kelompok Bahan Makanan naik sebesar 0,06 persen, Kelompok Perumahan naik sebesar 0,60 persen, Kelompok Sandang naik sebesar 0,76 persen, Kelompok Kesehatan naik sebesar 1,39 persen, Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga naik sebesar 0,20 persen, dan Kelompok Transportasi & Komunikasi naik sebesar 0,30 persen. Sementara itu, Kelompok Makanan Jadi,

(9)

Tabel 4.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Provinsi Maluku Utara dan Nasional Menurut Kelompok Pengeluaran, April 2017 (2012=100)

Kelompok Pengeluaran

Maluku Utara Nasional

IKRT Inflasi Perdesaan IKRT Inflasi Perdesaan Maret 2017 April 2017 Maret 2017 April 2017

Konsumsi Rumah Tangga 128,94 129,20 0,20 132,57 132,19 -0,29

Bahan Makanan 134,15 134,23 0,06 143,51 142,05 -1,02

Makan Jadi, Minuman,

Rokok & Tembakau 128,61 128,56 -0,04 130,41 130,74 0,26

Perumahan 123,68 124,42 0,60 124,83 125,30 0,38

Sandang 125,81 126,77 0,76 124,79 125,11 0,26

Kesehatan 121,35 123,04 1,39 121,30 121,64 0,28

Pendidikan, Rekreasi

& Olah Raga 110,65 110,87 0,20 116,30 116,37 0,07

Transportasi & Komunikasi 120,77 121,13 0,30 121,93 122,29 0,29 Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dan Inflasi Perdesaan Menurut Provinsi di Kawasan Timur Indonesia, April 2017 (2012=100)

No. Provinsi IKRT Inflasi Perdesaan Maret 2017 April 2017 (1) (2) (3) (4) (5) 1 Sulawesi Utara 131,97 130,67 -0,99 2 Sulawesi Tengah 131,94 132,71 0,58 3 Sulawesi Selatan 133,04 133,03 -0,01 4 Sulawesi Tenggara 128,91 129,02 0,08 5 Gorontalo 133,53 131,67 -1,39 6 Sulawesi Barat 125,09 125,40 0,25 7 Maluku 133,15 133,14 -0,01 8 Maluku Utara 128,94 129,20 0,20 9 Papua Barat 132,37 132,50 0,10 10 Papua 132,39 133,29 0,68 Nasional 132,57 132,19 -0,29

(10)

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang dihitung IKRT-nya pada April 2017, enam provinsi mengalami inflasi perdesaan, sementara empat provinsi lainnya mengalami deflasi perdesaan. Papua merupakan provinsi dengan inflasi perdesaan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 0,68 persen, sedangkan Gorontalo merupakan provinsi dengan deflasi perdesaan tertinggi di Kawasan Timur Indonesia yaitu sebesar 1,39 persen. Secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar -0,29 persen yang disebabkan oleh turunnya indeks pada satu kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan.

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena merupakan hasil perbandingan antara hasil produksi pertanian dengan ongkos/biaya produksinya.

NTUP Provinsi Maluku Utara pada April 2017 secara umum mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada tiga subsektor, yaitu NTUP Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,19 persen; NTUP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,35 persen; dan NTUP Subsektor Perikanan sebesar 0,63 persen, dimana NTUP Perikanan Tangkap turun sebesar 0,56 persen dan NTUP Perikanan Budidaya turun sebesar 1,41 persen. Sementara itu, dua subsektor yang mengalami peningkatan NTUP yaitu, NTUP Subsektor Hortikultura sebesar 0,25 persen; dan NTUP Subsektor Peternakan sebesar 0,74 persen.

Tabel 6.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) per Subsektor, dan Persentase Perubahannya di Provinsi Maluku Utara, Maret 2017 – April 2017 (2012=100)

Subsektor Maret 2017 2017 April Perubahan %

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 121,90 121,67 -0,19

2. Hortikultura 121,04 121,34 0,25

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 100,98 100,62 -0,35

4. Peternakan 115,39 116,25 0,74

5. Perikanan 112,91 112,20 -0,63

a. Perikanan Tangkap 112,58 111,96 -0,56

Referensi

Dokumen terkait

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Karena dengan menggunakan layar sentuh maka mahasiswa dapat lebih mudah mengetahui segala informasi untuk sistem akademik dan pengumuman untuk setiap fakultas

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Puji syukur kami panjatkan kehadlirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Setelah mencermati dan mempelajari Nota Keuangan dan Raperda Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Tahun Anggaran 2014 dan Rancangan Peraturan