• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt dengan Pendekatan Konsep Art Deco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt dengan Pendekatan Konsep Art Deco"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe

Stadt dengan Pendekatan Konsep Art Deco

Teddy Maulani Mulyawan

Jurusan Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Itenas, Bandung

Email: teddymulyawan4@gmail.com

ABSTRAK

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sering kali dijadikan sebagai kota destinasi untuk berwisata masyarakat Indonesia, bahkan wisatawan mancanegara pun sering kali memilih Kota Bandung sebagai destinasi untuk beriwasata, selain sebagai pusat berwisata, Kota Bandung pun juga mempunyai banyak sekali bangunan peninggalan-peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh dari masa penjajahan Belanda yang saat ini bangunannya banyak dialihfungsikan menjadi bermacam-macam jenis fungsi bangunan salah satunya museum. Pada era modern ini peran museum di Kota Bandung kurang diminati oleh masyarakat, karena masyarakat pada era modern untuk saat ini berfikir museum adalah tempat destinasi yang kurang tepat untuk mengisi waktu senggang atau masa libur. Melihat fenomena yang terjadi pada saat ini tidak sedikit dari masyarakat Indonesia yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap melestarikan pengetahuan maupun benda-benda museum karena museum pada saat ini belum memiliki daya tarik yang menjadikan museum sebagai destinasi utama untuk dikunjungi dalam waktu senggang atau masa libur. Mengusung konsep Art Deco pada perancangan museum ini diharapkan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai tempatnya peninggalan sejarah pada zaman dahulu, dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik.

Kata kunci: Art deco, bangunan colonial, museum

ABSTRACT

Bandung City is one of the cities in Indonesia which has the status as the capital city of West Java Province which is often used as a destination city for Indonesian people to travel, even foreign tourists often choose Bandung as a destination for sightseeing, apart from being a tourist center, The city of Bandung also has a lot of historical heritage buildings that are still standing strong from the Dutch colonial period which are currently being converted into various types of building functions, one of which is a museum. In this modern era, the role of museums in Bandung is less attractive to the public, because people in the modern era consider museums to be inappropriate destinations to fill their spare time or vacation. Seeing the current phenomenon, not a few Indonesians lack concern and concern for the preservation of knowledge and museum objects because museums currently do not have the charm that makes museums the main destination to visit on leisure and on holidays. Carrying the Art Deco concept is expected to present the museum building as a place for historical relics in ancient times, judging from the building style and function of the building must be preserved and introduced to the public in order to recognize and understand that Indonesia has many interesting historical heritages.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang sering dijadikan sebagai kota destinasi untuk berwisata masyarakat Indonesia, selain itu Kota Bandung juga mempunyai banyak bangunan peninggalan-peninggalan sejarah pada masa penjajahan Belanda yang saat ini banyak dialihfungsikan menjadi bermacam-macam jenis fungsi bangunan salah satunya museum.

Peran museum di Kota Bandung saat ini kurang diminati oleh masyarakat, masyarakat berpikir untuk saat ini museum adalah tempat destinasi dengan pilihan terakhir, karena hanya sebagian orang yang berpikiran bahwa museum kurang cocok untuk dijadikan destinasi berlibur yang tepat. Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi permasalahan, misalnya daya tarik dari bangunan museum itu sendiri kurang menarik ataupun fasilitas-fasilitas pada museum itu sendiri kurang baik yang menjadikan masyarakat berfikir kembali alasan museum sebagai destinasi untuk berlibur dalam waktu senggang. Dengan melihat fenomena yang terjadi pada saat ini berdampak pada khususnya masyarakat Indonesia yang kurang akan kesadaran dan kepedulian terhadap peran museum.

Maka dari itu dengan mengusung konsep Art Deco diharapkan konsep dan fungsi bangunan dapat mempresentasikan bangunan museum sebagai tempatnya peninggalan sejarah pada zaman dahulu, karena dilihat dari gaya bangunan dan fungsi bangunan keduanya sama-sama patut dilestarikan dan diperkenalkan pada masyarakat agar bisa mengenal dan memahami bahwa Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah yang menarik.

2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN

2.1 Definisi Proyek

Pengertian museum menurut para Ahli dan Peraturan Pemerintahan :

1) Menurut Douglas A. Allan (ahli geologi & seorang kurator), museum adalah sebuah gedung yang didalamnya menyimpan kumpulan benda-benda untuk penelitian studi dan kesenangan. (Douglas A. Allan, 1957)[1]

2) Menurut PP No.19 tahun 1995 pasal 1 ayat 1, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa [2]

3) Menurut A. C. Parker (ahli permuseuman Amerika) museum adalah sebuah lembaga yang secara aktif menjelaskan dunia, manusia dan alam [3]

4) Menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan [4]

Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt adalah sebuah bangunan sebagai wadah fasilitas benda bersejarah dan didalamnya memberikan ilmu-ilmu tentang pengetahuan sejarah fosil-fosil dengan tujuan sebagai sarana pendidikan dan juga sarana rekreasi agar merefresh pikiran kita tentang kekayaan sumber daya alam. “Museum Fur Fossil” sendiri diambil dari Bahasa belanda yang berarti Museum Fosil, lalu arti dari “Parahyangan Nieuwe Stadt” adalah Kota Baru Parahyangan yang sama diambil dari Bahasa belanda. Maka dari itu judul proyek dengan pendekatan konsep bangunan kolonial art deco diharapkan dapat mempresentasikan zaman prasejarah di lokasi site yang berada di Kota Baru Parahyangan.

(3)

2.2 Lokasi Proyek

Tapak berada di wilayah Bandung Barat tepatnya di jalan Raya Padalarang, Padalarang. Kab. Bandung Barat. Keadaan tapak merupakan lahan yang belum terbangun. Akses memasuk tapak yaitu melalui jalan Raya Padalang. Area tapak berada pada belokan yang berdekatan dengan museum PUSPA IPTEK. Keadaan topografi tapak cukup datar yang berbeda dengan sisi timur tapak yang merupakan lahan berkontur dengan ketinggian 1 m dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Tapak 2.3 Definisi Tema

Berakar dari perencanaan sebuah museum dengan melakukan metoda pendekatan konsep bangunan kolonial, karena museum yang direncanakan berhubungan dengan fosil jaman purba kala, maka Art Deco merupakan tema konsep yang muncul karena adanya pemikiran bahwa konsep bangunan Art Deco dapat mempresentasikan sebuah museum yang menerbitkan hasil-hasil penelitian tentang fosil-fosil karena keduanya memiliki unsur-unsur peninggalan pada zaman dahulu yang wajib dilestarikan. Tema yang digunakan pada perancangan museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt adalah Nieuwe Bouwen. Dimana Nieuwe Bouwen ini memiliki gaya bangunan kolonial art deco namun mengalami campuran arsitektur tradisional Indonesia yang lebih memperhatikan penataan ruang yang jelas, terlihat baru, bersih dan sederhana dengan massa bangunan kubus atau tabung.

2.4 Elaborasi Tema

Tema yang diangkat dalam perancangan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt ini adalah Art Deco. Istilah art deco muncul setelah perang dunia 1, para ahli dari art deco menganggap bahwa art deco merupakan gabungan dari beberapa jenis gaya yang populer di abad 20. Art deco banyak diterapkan dalam berbagai bidang, seperti fashion, lukisan, seni grafis maupun eksterior dan interior bangunan.[5] Dapat dilihat pada tabel 1.

(4)

3. HASIL RANCANGAN

3.1 Zoning Dalam Tapak

Pada area site terdapat tiga zona bangunan yang dibagi berdasarkan jenis pelaku dengan kegiatannya yaitu zona pengguna publik yang terdiri dari hall, atm center, foodcourt, galeri buku, klinik, toko souvenir dan amphitheater yang dapat digunakan oleh pengunjung museum maupun tamu (pengguna bukan pengunjung museum). Zona pengguna semi publik yang terdiri dari lobby museum, ruang tiketing, ruang penitipan barang, dan area pamer yang dapat digunakan oleh pengunjung museum dan tamu penting; zona pengguna privat yang terdiri dari auditorium, gudang, loker pegawai dapat dilihat pada gambar 2.

(5)

3.2 Sirkulasi Dalam Tapak

Sirkulasi utama kendaraan dan servis berada di pintu masuk dari arah utara tapak yaitu di jalan Raya Padalarang yang kemudian di bagi kedua arah antara kendaraan pengunjung dan kendaraan servis. Sirkulasi pejalan kaki dan pengguna angkutan umum melalui arah barat site yaitu berada di jalan Raya Padalarang. Sirkulasi tersebut direncanakan sedemikian rupa agar tidak terjadi cross circulation antar kendaraan.

Gambar 3. Sirkulasi dalam Tapak

Penempatan area parkir pengunjung berada di bagian selatan site tepatnya berada di dekat pintu keluar agar mempermudah akses karena melewati area drop off terlebih dahulu sebelum parkir lalu keluar menuju jalan Raya Padalarang. Untuk tempat parkir servis berada di arah utara bangunan, berada dekat dengan bangunan utilitas agar memudahkan aksebilitas karena lebih dekat dapat dilihat pada gambar 3. 3.4 Zoning Dalam Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt

Pembagian zona dalam bangunan museum ini dibagi menjadi empat zona yang diantaranya: Zona publik, zona semi – publik, zona servis, dan zona privat. Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda – beda tiap jenis zonanya. Zona publik ditandai dengan warna kuning, zona semi publik ditandai dengan warna biru, zona privat ditandai dengan warna merah, dan zona servis ditandai dengan warna hijau dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Zoning dalam Bangunan Lantai 1

Kendaraan pengunjung Kendaraan servis Pejalan kaki & Pengguna angkutan umum

(6)

Pada lantai kedua ditempatkan fasilitas yang bersifat semi-publik yaitu area pamer dan akses tangga, dan fasilitas yang bersifat privat berupa fasilitas kantor pengelola museum, ruang rapat, toilet, dan mushola dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Zoning dalam Bangunan Lantai 2

3.5 Fasad Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt

Desain fasad Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt ini dipengaruhi oleh analisa fungsi bangunan yang langsung berkaitan dengan tema bangunan yaitu Arsitektur Art Deco-Nieuwe Bouwen. Fasad utama dihadapkan ke arah selatan sebagaimana hasil dari analisa tapak terkait orientasi matahari terhadap lokasi tapak dan fasad yang lainnya dihadapkan ke arah utara sehingga kedua tampak muka bangunan ini terhindar dari sinar matahari timur dan baratdapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6.

(7)

Pada fasad yang menghadap ke arah timur dan barat di desain lebih didominasi oleh dinding masif tanpa bukaan terlalu banyak kecuali pada bagian area pamer agar cahaya dan udara bisa masuk kedalam bangunan dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Tampak Samping Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt dari arah timur

3.6 Potongan Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt

Penutup dan struktur atap semua bangunan menggunakan baja ringan dengan penutup atap bitumen, dan dinding bangunan menggunakan bata ringan, plesteran dengan cat putih agar konsep bangunan lebih kuat di tambah dengan didominasi penggunaan material kayu dan batu alam agar memperkuat konsep.

Gambar 8. Potongan A-A Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt Penggunaan pondasi tiang pancang menjadi pilihan dengan mempertimbangkan kondisi tanah dan fungsi bangunan dengan kolom ukuran 50 x 50 cm, balok dan sloof dengan ukuran 30 x 40 cm. Dapat dilihat pada gambar 8 & gambar 9.

(8)

Gambar 9. Potongan B-B Bangunan Museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt 3.7 Eksterior dan Interior Bangunan Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt

Berikut merupakan gambar site view dari mata burung pada museum fur fossil parahyangan nieuwe stadt dengan konsep art deco. Pada area utara pada site ditempatkan dengan fungsi museum dan akses masuk pada area site, lalu pada area tengah site difungsikan sebagai hall utama dan bangunan fasilitas pendukung, kemudian pada area selatan difungsikan sebagai area parkir dan juga akses keluar site. Dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Eksterior (Bird eye view)

Gambar 11 merupakan view eksterior hall dari museum dengan mengusung konsep art deco. Penggunaan warna cerah pada fasad merupakan simbolis dari kemegahan dipadukan dengan bentuk dan ornamen fasad yang minimalis.

(9)

Gambar 12. Area Lobby Museum dan Area Ruang Pengelola

Area lobby museum merupakan area penerima yang didalamnya ada berbagai aktivitas seperti pembelian tiket, penitipan barang, ataupun menanyakan informasi. Area ruang pengelola merupakan area kantor yang dibuat open space agar lebih leluasa dalam bergerak dan tidak terlihat sempit. Ruang pengelola ada berbagai aktivitas seperti rapat antar instansi, bekerja dan beristirahat dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 13. Ruang Auditorium

Ruang auditorium merupakan area komunal yang didalamnya ada berbagai aktivitas seperti seminar, pertunjukan maupun kegiatan lainnya yang membutuhkan ruang besar dengan kapasitas tempat duduk yang banyak dapat dilihat pada gambar 13.

3.8 Fasilitas Penunjang

Adapun beberapa fasilitas penunjang yang diperuntukkan bagi pengunjung sebagai pelengkap pada sarana Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt diantaranya yaitu amphitheater, foodcourt, toko souvenir, galeri buku, deck, dan taman. Fasilitas-fasilitas tersebut dirancang sebagai kebutuhan penunjang bagi pengunjung yang datang tidak hanya ke museum.

(10)

Fasilitas penunjang Amphitheater seperti pada gambar 14 direncanakan untuk kebutuhan pengunjung sebagai fasilitas acara kegiatan outdoor selain itu juga bisa digunakan sebagai tempat bersitirahat.

Gambar 15. Toko souvenir & Galeri buku Gambar 16. View Foodcourt

Fasilitas penunjang toko souvenir, foodcourt dan galeri buku seperti pada gambar 15 & gambar 16 direncanakan sebagai kebutuhan pengunjung yang ingin beristirahat untuk makan, berbelanja atau pun yang sekedar hanya membaca buku yang berkaitan dengan ilmu geologi.

Gambar 17. Ramp menuju taman Gambar 18. View Taman

Fasilitas penunjang seperti taman diperuntukkan untuk pengunjung yang ingin berekreasi ataupun jalan-jalan ataupun sebagai fungsi ruang komunal dapat dilihat pada gambar 17 dan gambar 18.

Gambar 19. View Deck dan View Taman From Deck

Fasilitas dengan fungsi deck adalah sebagai tempat beristirahat, menikmati view ke area luar sambil menikmati minum atau makan, selain itu area deck juga di fungsikan sebagai tempat berfoto-foto dapat dilihat pada gambar 19.

4. SIMPULAN

Museum Fur Fossil Parahyangan Nieuwe Stadt merupakan sarana pendidikan yang terletak di Jalan Raya Padalarang, Kota Baru Parahyangan yang dirancang dengan pendekatan art deco. Pendekatan tersebut diterapkan mencakup pada bentuk massa bangunan utama museum yang berbentuk persegi yang mengalami subtraktif dan aditif disetiap sisisnya. Elemen lainya yang berkaitan dengan pendekatan tersebut yaitu terdapat elemen hias garis gorizontal ataupun vertical dan juga penggunaan kolom dan

(11)

pediment. Semua fasilitas tersebut dirancang untuk merespon tema pendekatan yang digunakan dalam merancang sarana pendidikan tersebut. Selain terdapat pada fasilitas-fasilitas tersebut, pendekatan lainnya direspon dengan fungsi bangunan dimana fungsi bangunan ini merupakan wadah benda benda bersejerah pada zaman purba yang sama halnya dengan gaya art deco yang harus dilestarikan agar tidak hilang eksistensinya.

DAFTAR PUSTAKA [1] Hayunirasa Sadari, Pengertian museum dan museologi,

http://hayunirasasadara.multiply.com/journal/item/18/Pengertian_Museum_dan_Museologi,

diakses 19 September 2020

[2] Peraturan Pemerintahan No.19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1),

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Download/46507/PP%20No.%2019%20Th%201995.pdf,

diakses 23 juli 2020

[3] Sumber Pengertian.id, Pengertian geologi menurut parah ahli,

https://www.sumberpengertian.id/pengertian-geologi-menurut-para-ahli, diakses 26 juli 2020

[4] Kementrian Pendidikan dan Budaya (2017). Museum Khusus di Indonesia,

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/museum-khusus-di-indonesia

, diakses 10 Agustus 2020

[5] Bramble Jurnal. (2020). Desain Arsitektur Art Deco: Fakta, Karakteristik & Sejarah,

https://arc213.files.wordpress.com/2015/08/time_saver_building_types_small.pdf,

Gambar

Gambar 1. Lokasi Tapak
Gambar 2. Zoning Tapak
Gambar 3. Sirkulasi dalam Tapak
Gambar 5. Zoning dalam Bangunan Lantai 2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Jembatan tipe pratt Dari kedua jenis jembatan di atas, untuk memilih mana jembatan yang lebih efisien untuk di gunakan, maka perlu di tinjau pemilihan profil

Objek yang akan diteliti dalam film animasi Battle Of Surabaya yang berupa beberapa detil karakter wajah dari beberapa karakter utama yang telah dibuat oleh

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan adanya reaksi fisik dan psikis dari pengaruh internal maupun eksternal yang berbeda-beda pada setiap individu

Menggunakan informasi dengan kritis dan untuk menyelesaikan masalah Lenox dan Walker (1993) juga membuat kriteria seseorang yang dapat dikatakan melek informasi adalah seseorang

Pertama, mengalami pertobatan yang sejati “Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Ma r. Kebenaran a gung yang dikhotbahkan Kri stus adalah waktunya telah genap; Kerajaan Al

Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam melakukan diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini membawa

klinik yang ada, Confusion, Urea, Respiratory rate, Blood pressure, Age >65 years (CURB-65) dan Pneumonia Severity Index (PSI) dilaporkan memiliki sensitivitas

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pola hubungan variabel cuaca (penyinaran matahari, curah hujan, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan angin) terhadap