BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap individu memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kualitas
berkaitan dengan potensi diri. Dalam hal ini yang dimaksud adalah keahlian
atau kompetensi di bidang tertentu, yang diperoleh individu dari suatu proses
belajar melalui pendidikan. Pengertian pendidikan tercantum dalam UU No.
20 tahun 2003 bahwa:
„Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.‟
Sedangkan Ihsan (2010:5) mengemukakan bahwa pendidikan dapat
diartikan sebagai:
1. suatu proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan; 2. suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam
pertumbuhannya;
3. suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat;
4. suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan.
Di Indonesia sendiri pendidikan dapat ditempuh berjenjang secara formal
mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan hingga perguruan tinggi.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional. Seiring terus berkembangnya pembangunan, sedikit
banyak telah menimbulkan perubahan dalam berbagai bidang. Perubahan ini
semakin kompleks sehingga individu pun dituntut untuk meningkatkan
kualitas diri untuk semakin cerdas dan terampil agar dapat mengimbangi
lahirnya kemajuan. Generasi muda yang sedang menjalani proses
perkembangan dengan belajar di institusi pendidikan untuk nantinya bisa
berpartisipasi dalam usaha pembangunan sebagai tenaga kerja yang tidak
bekerja asal kerja, tetapi memegang suatu jabatan yang bermakna bagi
pembangunan dan juga mengandung potensi untuk mengembangkan dan
memperkaya dirinya sendiri.
Di Indonesia, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah institusi yang
mempersiapkan siswanya untuk siap kerja. Sesuai dengan penjelasan pada
Pasal 15 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa:
SMK merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki akhlak mulia, pengetahuan dan wawasan kebangsaan yang luhur; serta mempunyai tujuan khusus yaitu menyiapkan peserta didik dengan pengetahuan, kompetensi, teknologi dan seni agar menjadi manusia produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi.
Sebagai lembaga yang lulusannya disiapkan untuk memasuki dunia kerja,
tentu SMK diharapkan memberikan lulusan yang berkualitas sehingga dituntut
memiliki kualitas layanan pendidikan yang baik dilihat dari fasilitas belajar
yang diberikan kepada siswa. Baik dalam hal fasilitas belajar fisik maupun
non fisik. Efektivitas dan efisiensi program pendidikan kejuruan harus
benar-benar dibuktikan. Sedangkan jika mengacu kepada data dari Badan Pusat
Statistik Jawa Barat (www.jabar.bps.go.id) yaitu mengenai tingkat
pengangguran terbuka yang bersumber dari lulusan SMK pada tahun 2014
adalah sebanyak 392.830, angka tersebut mengalami kenaikan daripada angka
Itu menjadi alasan mengapa setiap individu harus terus memperkaya diri
mereka dengan kompetensi yang sesuai dengan kemampuan dan minat agar
tetap bisa bersaing di dunia kerja yang semakin kompleks dengan mengikuti
segala perubahan yang terjadi di dalamnya. Karena SMK sendiri dirancang
dengan disediakannya berbagai jurusan yang disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan sehingga paling tidak lulusannya pun dapat langsung bersaing sehat
di dunia kerja dengan keahlian yang dimiliki masing-masing individu. Dengan
kata lain, individu harus memiliki kesiapan kerja yang baik yang mampu
membawa dirinya ke dunia kerja.
“Kesiapan kerja peserta didik dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menunjukkan adanya keserasian antara kematangan fisik, mental, serta pengalaman sehingga peserta didik mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan suatu kegiatan tertentu dalam hubungannya dengan
pekerjaan atau kegiatan”, (Yanto 2006:9).
Sebagai sekolah yang memberlakukan Pendidikan Sistem Ganda (PSG),
Praktik Kerja Industri (Prakerin) menjadi salah satu media untuk SMK melatih
keahlian produktif siswa dalam rangka usaha nyata untuk mencapai
kompetensi diri siswa sehingga diharapkan siswa akan siap kerja nantinya.
Menurut Musabakoh (2014:23) dalam jurnalnya bahwa:
“Kebijaksanaan Dinas Pendidikan Nasional tentang pendekatan Pendidikan dengan Sistem Ganda (PSG) atau yang disebut juga Praktik Kerja Industri sebagai pola utama penyelenggaraan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tamatan agar lebih sesuai dengan tuntutan kebutuhan.”
Sesuai dengan yang dijelaskan oleh Pratiwi (2009:16) bahwa “Prakerin merupakan model pelatihan yang bertujuan untuk memberikan kecakapan
yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan tuntutan kemampuan bagi pekerjaan.” Sehingga ketika Prakerin, siswa dapat mengimplementasikan pelajaran yang telah didapat dari kegiatan belajar mengajar di kelas dan siswa
pun dapat secara nyata mengetahui keadaan di dunia kerja yang akan mereka
kompetensi keahlian produktif secara terstandar, menginternalisasi sikap, nilai
dan budaya industri yang berorientasi pada mutu, nilai-nilai ekonomis, dan
jiwa kewirausahaan serta membentuk etos kerja yang kritis, produktif dan
kompetitif. Sehingga paling tidak siswa bisa mempersiapkan diri lebih dini
untu masuk ke dunia kerja.
SMK Negeri 11 Bandung adalah salah satu SMK yang ada di kota
Bandung. Berikut adalah nilai rata-rata Prakerin siswa kelas XII program
keahlian akuntansi tahun ajaran 2015-2016:
Tabel 1.1
Nilai Rata-rata Prakerin Siswa
Kelas Jumlah siswa Nilai rata-rata
XII AK-1 33 83,22
XII AK-2 31 83,66
XII AK-3 33 84,72
Sumber: HUBIN SMKN 11 Bandung
Tabel tersebut menunjukkan nilai rata-rata Prakerin yang dicapai oleh
siswa yaitu dengan nilai rata-rata di atas 80,00 dengan predikat baik. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa rata-rata sudah bisa mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan dengan nilai KKM 75,00. Tetapi ketika kita mengetahui
bahwa kualitas SMK dianggap masih belum sesuai harapan, apakah
kompetensi yang dicapai pada saat Prakerin cukup untuk siswa bisa dikatakan
memiliki kesiapan kerja. Muncul pertanyaan atas fenomena yang terjadi,
apakah Prakerin bisa menjadi acuan bahwa siswa telah siap bekerja dengan
memiliki kesiapan kerja yang baik dan mampu membawa dirinya masuk ke
dunia kerja serta memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja, atau
terdapat faktor lain yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah berasal dari
luar yaitu sarana dan prasarana sekolah yang salah satu termasuk ke dalamnya
konseling. Karena, tentunya bimbingan karier merupakan salah satu
bimbingan yang dilaksanakan sekolah untuk membantu mengarahkan individu
dalam suatu jabatan yang sesuai dengan minat dan bakat dan termasuk kepada
layanan fasilitas yang disediakan oleh sekolah. Sesuai dengan pengertian dari
bimbingan karier yang dikemukakan oleh Nurihsan (2006:16) bahwa:
“Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja, pemahaman
kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karier, penyesuaian pekerjaan, dan penyelesaian masalah-masalah karier yang dihadapi.”
Layanan bimbingan karier dilaksanakan dengan maksud siswa dapat
mengetahui minat kerja yang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki dan
juga dengan harapan dapat mempersiapkan diri lebih awal untuk masuk ke
dunia kerja sehingga memiliki kesiapan kerja. Karena menurut Sutirna
(2013:140) bahwa:
“Hal-hal yang menjadi permasalahan umum bagi seseorang adalah kurangnya pemahaman untuk mengenal diri, yaitu mengetahui potensi dan mewaspadai kelemahannya, kurangnya persiapan mental untuk bersaing di dunia kerja, kekurangtahuan tentang lingkup pekerjaan pada bidang pekerjaan yang ada di pasar tenaga kerja, serta pemahaman mengenai bagaimana upaya untuk meraih puncak karier yang dicita-citakan.”
Dengan penempatan yang tepat dan sesuai dengan minat, bakat dan
kompetensi yang dimiliki, setidaknya kecenderungan individu tersebut
terserap oleh dunia kerja cukup besar dengan harapan akan mengurangi angka
pengangguran terbuka.
Merujuk pada penelitian yang telah dilakukan Arifah (2005:83)
menyebutkan bahwa, “semakin efektif pelaksanaan bimbingan karier terhadap siswa akan memberikan tingkat kemandirian siswa dalam mengahadapi
karier.” Yusuf dan Nurihsan (2011:4) menjelaskan bahwa:
kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling).”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, kesiapan kerja
siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 11 Bandung
dikategorikan baik. Namun belum bisa dikatakan kesiapan kerja yang dimiliki
sudah baik karena masih ada faktor lain yang mempengaruhi kesiapan kerja.
Menurut Sastrohadiwiryo (2005:162) faktor yang mempengaruhi kesiapan
kerja adalah:
1. Prestasi akademik
Merupakan bukti langsung kemampuan tenaga kerja, sekaligus untuk
memperoleh data yang berhubungan dengan pribadi tenaga kerja.
2. Pengalaman
Pengalaman bekerja merupakan modal utama seseorang untuk terjun
dalam bidang tertentu, karena teori yang pernah diperoleh dari bangku
pendidikan kadang-kadang berbeda dengan praktik di lapangan pekerjaan.
3. Kesehatan fisik dan mental
Merupakan hal yang menjadi pertimbangan karena ketika secara fisik
dan mental sehat maka kemauan dan kemampuan untuk kerja akan tinggi.
Menurut Kardimin (2004:2) ada dua faktor yang mempengaruhi kesiapan
kerja, yaitu:
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi kematangan
baik fisik maupun mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi,
kemandirian, penguasaan ilmu pengetahuan dan motivasi.
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi peran
masyarakat, keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja
dan pengalaman kerja.
Berdasarkan kajian dari beberapa pendapat ahli yang menyebutkan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja adalah faktor-faktor internal dan faktor-faktor
eksternal. Faktor internal yang meliputi kematangan dan kesehatan fisik
maupun mental, tekanan, kreativitas, minat, bakat, intelegensi, kemandirian,
penguasaan ilmu pengetahuan, nilai-nilai, sikap, sifat-sifat pribadi dan
motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang meliputi peran masyarakat,
keluarga, sarana dan prasarana sekolah, informasi dunia kerja dan pengalaman
kerja. Dari beberapa hal yang disebutkan, penulis memilih layanan bimbingan
karier yang termasuk ke dalam ragam dari bimbingan dan konseling sebagai
salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja yang akan diteliti
kemudian. Karena bimbingan dan konseling merupakan suatu program yang
disediakan sekolah untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yeni Prihantini pada
tahun 2015 hasil yang diperoleh adalah bahwa terdapat pengaruh positif
bimbingan karier terhadap kesiapan kerja dengan koefisien korelasi rx3y
sebesar 0,701 dan koefisien determinasi r2x3y sebesar 0,491.
Mengacu pada penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Layanan Bimbingan Karier terhadap
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang, peneliti merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh layanan bimbingan karier terhadap kesiapan kerja siswa kelas XII program keahlian akuntansi SMK Negeri 11 Bandung tahun ajaran 2015/2016”. Permasalahan tersebut selanjutnya dijabarkan dalam beberapa pertanyaan peneliti sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran layanan bimbingan karier di SMK Negeri 11
Bandung.
2. Bagaimana gambaran kesiapan kerja siswa di SMK Negeri 11 Bandung.
3. Bagaimana pengaruh layanan bimbingan karier terhadap kesiapan kerja
siswa di SMK Negeri 11 Bandung.
D. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian
Berdasarkan yang telah diuraikan sebelumnya pada latar belakang
masalah dan rumusan masalah, maka maksud dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui fakta, data dan hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan variabel layanan bimbingan karier terhadap kesiapan kerja
siswa serta pengaruh antara kedua variabel tersebut.
2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
a) Mendeskripsikan layanan bimbingan karier di SMK Negeri 11
Bandung.
b)Mendeskripsikan kesiapaan kerja siswa di SMK Negeri 11 Bandung.
c) Memverifikasi pengaruh layanan bimbingan karier terhadap kesiapan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan
layanan bimbingan karier di sekolah dan juga kesiapan kerja siswa.
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan pengetahuan terhadap lembaga dalam pelaksanaan
layanan bimbingan karier dan juga kesiapan kerja siswa agar lembaga
dapat senantiasa meningkatkan kualitas layanan fasilitas sekolah untuk