• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI KETUHANA SEBAGAI DASAR DALAM KEHID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "NILAI KETUHANA SEBAGAI DASAR DALAM KEHID"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

NILAI KETUHANAN

SEBAGAI DASAR DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA DAN BERNEGARA

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah

“Pancasila dan Kewarganegaraan”

Dosen Pengampu :

Teguh Setiabudi, M. H

Disusun oleh:

Ahmad Zakki Maulana

14320079

FAKULTAS HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Segala puja dan puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan anugrahnya, penulis telah dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Dalam Kehidupan Beragama Dan Bernegara” .

Sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang penuh dengan kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan moril dan material dari berbagai pihak, baik itu dalam bentuk bimbingan maupun fasilitas-fasilitas yang penulis butuhkan. Oleh karena itu penulis tidak lupa pada kesempatan kali ini ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa, dorongan, dan telah memberikan fasilitas yang nyaman dalam pengerjaan makalah ini.

2. Teguh Setiabudi, M. H selalu Dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah membimbing dan selalu mengarahkan penulis dalam penyelesaian makalah ini.

3. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulisan makalah ini dibuat guna melengkapi tugas Ujian Akhir Semester dari mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para pembacanya agar dapat mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

(3)

Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan mengkaji materi Pancasila dan Kewarganegaraan dari berbagai referensi. Penulis menggunakan metode pengumpulan data ini, agar makalah yang penulis susun dapat memberikan informasi yang lebih akurat dan bisa dipercaya. Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang lainnya akan menyatu dalam satu makalah ini.

Kami sadar, dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat postif sangat di harapkan, guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Malang, 20 Mei 2015

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Pendahuluan...1

B. Rumusan masalah...2

C. Tujuan pembahasan...2

BAB II: PEMBAHASAN...3

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa...3

B. Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa...4

C. Pokok-pokok yang terkandung dalam sila Pertama...6

D. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa...8

E. Penerapan Pancasila sila Pertama dalam kehidupan berbangsa ...10

F. Sikap toleransi antar umat beragama ...11

BAB III: PENUTUP...13

A. Kesimpulan... 13

B. Saran... 13

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.

Pancasila sebagai dasar negara memang sudah final. Menggugat Pancasila halnya akan membawa ketidakpastiaan. Bukan tidak mungkin akan timbul kesalahan yang memecah-belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku.

Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Diantara makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya adalah terbatas.

Bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang sangat beragam. Perbedaan itu meliputi banyak aspek kehidupan, mulai dari suku, agama, ras dan bahasa. Masyarakatnya terdiri dari berbagai penganut agama dan kepercayaan sejak sebelum kemerdekaan. Walaupun demikian bangsa ini tetap berusaha keras untuk mempertahankan kesatuan dengan semboyan bhinneka tunggal ika yang bahkan tertera pada lambang negara.

(6)

mereka yang jauh dari penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagaimana mestinya. Akibatnya mereka pun tidak bisa menjadi pengamal Pancasila yang benar.

Kondisi masyarakat Indonesia seperti itulah yang mengarahkan pemikiran penulis untuk membahas mengenai Pancasila Sila Pertama dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah untuk menspesifikasikan dan mengklasifikasikan pokok masalah yang akan dikaji. Adapun masalah yang akan dianalisa adalah :

1. Apakah arti dan makna sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”?

2. Apakah pokok-pokok yang terkandung dalam sila pertama?

3. Apa sajakah butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama?

4. Bagaimanakah penerapan sila pertama Pancasila dalam kehidupan berbangsa saat ini?

5. Apa yang dimaksud dengan sikap toleransi antar umat beragama?

C. Tujuan Pembahasan

Untuk meningkatkan daya imajinasi dan nalar mengenai masalah sila pertama, diperlukan tujuan pembahasan dalam makalah Ujian Akhir Semester ini supaya terarah dan mudah diterima oleh pembaca akan penjelasan yang dikaji. Tujuan pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mengerti arti dan makna sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Mengetahui pokok-pokok yang terkandung dalam sila pertama

3. Mengetahui dan memahami butir-butir pengamalan Pancasila sila pertama.

4. Menerapkan sila pertama Pancasila beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antar umat beragama.

Pancasila sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti bahwa negara mengakui adanya Tuhan. Tuhan merupakan pencipta seluruh alam semesta ini. Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya, Esa dalam zat-Nya, dalam sifat-Nya maupun dalam perbuatan-Nya. Tuhan sendirilah yang maha mengetahui, dan tiada yang sanggup menandingi keagungan-Nya. Tidak ada yang bisa mengatur-Nya karena Tuhan mengatur segala aturan. Tuhan tidak diciptakan oleh makhluk lain melainkan Tuhan yang Menciptakan segalanya. Bahagia, tertawa, sedih, tangis, duka dan gembira juga Tuhan yang menentukan.

Selanjutnya Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mencerminkan sifat bangsa Indonesia yang percaya bahwa ada kehidupan lain di masa nanti setelah kehidupan di dunia sekarang. Hal ini memberikan dorongan untuk mengejar nilai-nilai yang dianggap luhur yang akan membuka jalan bagi kehidupan yang baik di masa akan datang (akhirat). Hal ini menyebabkan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dianggap sebagai sumber pokok dari nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, termasuk sumber pokok atau norma dasar dari segala peraturan-peraturan masyarakat, yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, baik sebagai perseorangan maupun kelompok masyarakat, dan hubungan antar umat dan penciptanya.

(8)

diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah terbatas, sedangkan selain-Nya terbatas.

B. Makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Percaya dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

Frasa Ketuhanan Yang Maha Esa bukan berarti warga Indonesia harus memiliki agama monoteis namun frasa ini menekan ke-Esaan dalam beragama.

Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya.

Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warganegara dan mediator ketika terjadi konflik agama

Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam beribadah menurut agama masing-masing.

(9)

Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

Jika ditilik secara historis, memang pemahaman kekuatan yang ada di luar diri manusia dan di luar alam yang ada ini atau adanya sesuatu yang bersifat adikodrati (di atas / di luar yang kodrat) dan yang transeden (yang mengatasi segala sesuatu) sudah dipahami oleh bangsa Indonesia sejak dahulu. Sejak zaman nenek moyang sudah dikenal paham animisme, dinamisme, sampai paham politheisme. Kekuatan ini terus saja berkembang di dunia sampai masuknya agama-agama Hindu, Budha, Islam, Nasrani ke Indonesia, sehingga kesadaran akan monotheisme di masyarakat Indonesia semakin kuat. Oleh karena itu tepatlah jika rumusan sila pertama Pancasila adalah Ketahuan Yang Maha Esa

Keberadaan Tuhan tidaklah disebabkan oleh keberadaban daripada makhluk hidup dan siapapun, sedangkan sebaliknya keberadaan dari makhluk dan siapapun justru disebabkan oleh adanya kehendak Tuhan. Karena itu Tuhan adalah Prima Causa yaitu sebagai penyebab pertama dan utama atas timbulnya sebab-sebab yang lain.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketahuan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertian yang terkandung dalam:

1. Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila atau negara Pancasila.

2. Pasal 29 UUD 1945

a. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu

(10)

diwujudkan kerukunan hidup beragama, kehidupan yang penuh toleransi dalam batas-batas yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama .

Untuk senantiasa memelihara dan mewujudkan 3 model hidup yang meliputi:

 Kerukunan hidup antar umat seagama

 Kerukunan hidup antar umat beragama

 Kerukunan hidup antar umat beragama dan Pemerintah

Di dalam memahami sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, hendaknya para pemuka agama senantiasa berperan di depan dalam menganjurkan kepada pemeluk agama masing-masing untuk menaati norma-norma kehidupan beragama yang dianutnya.

Sila pertama ini menjadi sumber utama nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia, yang menjiwai dan mendasari serta membimbing perwujudan dan Sila kedua sampai dengan Sila kelima.

C. Pokok-pokok yang terkandung dalam sila Pertama

1. Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD 1945 dimana perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh UUD 1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut :

“ Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”

Adanya pernyataan pengakuan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis konstitutional ini, mewajibkan pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

(11)

2. Menurut agama dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945), jaminan kemerdekaan beragama yang secara yuridis konstitutional ini membawa konsekuensi pemerintah sebagai berikut:

 Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan keagamaan

yang sehat.

 Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran agama, baik

penyebaran agama dalam arti kwalitatif maupun kwantitatif.

 Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.

 Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.

Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa, harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.

3. Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas kebebasan memeluk agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama mereka masing-masing.

(12)

D. Butir-butir pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama berbunyi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Sesuai dengan Pedoman

Panghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang tercantum dalam Tap. MPR No.II/MPR/1978 tentang butir-butir pengamalan pancasila, sila pertama ini mempunyai makna bahwa :

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing masing.

6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Berdasarkan butir-butir sila pertama tersebut, telah jelas bahwa masyarakat Indonesia diberi kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan masing-masing. Tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama. Hal ini juga dijelaskan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 29,

ayat 1 dan 2. Ayat 1 berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, sedangkan

ayat 2 berbunyi “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

(13)

Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing - masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Toleransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

E. Penerapan Pancasila sila Pertama dalam kehidupan berbangsa

Kita manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus mempunyai suatu kewajiban untuk beriman dan bertakwa dalam kehidupan sehari-hari, kita banyak melakukan berbagai kegiatan. seperti berdagang, bertani, guru, pengusaha, dan sebagainya. selain itu, kita selalu mengadakan hubungan dalam bentuk komunikaasi dengan orang lain.

Perbuatan yang kita lakukan tersebut, perlu dilandasi dengan iman dan takwa yang kuat. Mengapa? Sebab jika perbuatan itu tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas kendali. Bila keadaannya demikian, manusia cenderunng mempunyai sifat ingin mencari, berkuasa, dan sombong.

Contoh:

 Kita tahu, bahwa sekarang serba cangih. Salah satunya adalah diciptakannya pesawat

ulang-alik oleh bangsa Amerika. Pesawat ini dapat pergi ke bulan dengan waktu yang singkat dan dapat ditumpangi manusia. Dalam perbuatan dan penggunaan alat ini bila tidak dilandasi dengan rasa iman dan takwa, manusia cenderung bersifat sombong. Maka akan menimbulkan bencana untuk sendirinya.

 Menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing dengan sungguh. Kita jangan

(14)

perintah Tuhan. Menjalankan perintah-Nya, yaitu menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

 Menyayangi binatang; menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga

kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang selalu bertaqwa dan selalu berbuat baik. Lingkunagn hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan Bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Sungguh disayangkan, bila ada orang yang mengaku beriman dan beragama, tetapi perbuatannya sehari-hari masih suka berjudi, menipu, memfitnah, membunuh sesama manusia, mencuri, merampok, memperkosa, dan sebagainya. untuk itu, kita harus mawas diri (intropeksi).

F. Sikap toleransi antar umat beragama

Karena kita sebagai makhluk social, tidak bisa lepas dari bantuan rang lain. Jadi sikap toleransi itu sangatlah perlu dilakukan , sebagai makhluk social yang memerlukan bantuan terlebih dahulu maka kitalah yang hendaknya terlebih dahulu mengembangkan sikap toleransi itu, sebelum orang lain yang bertoleransi kepada kita . jadi jika kita memerlukan bantuan orang lain, maka dengan tidak ragu lagi orang itu pasti akan membantu kita, karena terlebih dahulu kita sudah membina hubungan baik dengan mereka yaitu saling bertoleransi

Sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Jika dalam suatu masyarakat masing - masing individu tidak yakin bahwa sikap toleransi akan menciptakan adanya kerukunan, maka bisa dipastikan jika dalam masyarakat tersebut tidak akan tercipta kerukunan. Sikap toleransi dapat diartikan pula sebagai sikap saling menghargai, jika kita sudah saling menghargai otomatis akan tercipta kehudupan yang sejahtera.

(15)

toleransi sama pengertiannya dengan saling menghormati dan menghargai satu sama lain dan saling gotong royong membantu masyarakat lainnya.

Kehidupan gotong royong dapat kita lihat baik dari lingkungan didesa maupun kota. Sebagai contohnya : Jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, tanpa diundang tetangga -tetangga pasti akan datang turut berbelasungkawa. Hal tersebut sudah menunjukkan bahwa sudah terjalinnya sikap toleransi dalam bermasyarakat.

Adapun hidup saling membantu dan tolong menolong antar sesama umat manusia dengan penuh tenggang rasa bersumber dari rasa kemanusiaan dan merupakan perbuatan yang luhur.

(16)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Makna dari pancasila sila pertama adalah adanya hubungan antara manusia dengan tuhan karena manusia adalah makhluk Tuhan. Hal itu di aplikasikan dengan kita menganut agama dan menjalankan syariat sesuai dengan agama masing – masing. Sehingga meskipun agama berbeda tetapi tujuannya adalah sama yaitu berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa. Negara juga berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan yang demikian ini menunjukan bahwa Negara Indonesia Yang berdasar pancasila adalah bukan negara sekuler yang memisahkan agama dan negara. Warga Negara Indonesia juga di beri kebebasan dalam hal memeluk agama menurut kepercayaan dan keyakinan mereka.

B. Saran

Penulis ingin memberikan sedikit pandangan bahwa kita sebagai manusia perlu melandasi keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap perbuatan, sebab jika tidak dilandasi dengan iman dan takwa, manusia akan lepas kendali yaitu mempunyai sifat ingin mencari yang lebih, berkuasa, dan sombong.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus mengembangkan sikap percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yaitu dengan cara pembinaan, yaitu dengan keteladanan dan memberikan penyuluhan. Hal itu semua harus kita terapkan dalam kehidupan keluarga, lingkungan sekolah/kampus, serta lingkungan masyarakat.

Sehingga dengan berpedoman kepada Pancasila terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa sesama manusia dapat mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing dan tidak dapat memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa Kepada orang lain.

(17)

Wahjono, Padmo. 1993. Bahan-bahan pedoman penghayatan dan pengamatan pancasila. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Fadjar, A. Malik, dkk. 1992. Pancasila dasar filsafah negara, prinsip-prinsip pengembangan

kehidupan beragama. Yogyakarta: UMM-Press

Kansil, Christine S.T. 2006. Modul pancasila dan kewarganegaraan. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita

Ali, Mukti, dkk. 1997. Agama dalam pergumpulan masyarakat kontemporer. Yogyakarta: PT.

Tiara Wicana Yogya

_____________. 1966. Mengamankan sila ketuhanan jang maha esa. Jakarta: ___________

Referensi

Dokumen terkait

Baik Pasal 53 UU AP maupun Perma 5 tahun 2015 tidak mengatur secara rinci dan jelas tentang kriteria keputusan dan/atau tindakan apa saja yang dapat dimohonkan kepada Badan

istilah adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam menyampaikan pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam tersebut dan

Tingkat pelayanan ruas jalan lajur kiri terburuk terjadi di Jalan Utama Gerbang Depan dengan nilai derajat kejenuhan 1 dan tingkat pelayanan kelas E, artinya pada

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan variabel independen serta dependen yang sama yaitu kesadaranwajib

Hasil pengamatan terhadap pertambahan bobot memperlihatkan bahwa pertambahan bobot udang vaname selama 96 hari pemeliharaan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Pem anfaat an Alat Per m ainan Edukat if Ber basis Sosial Budaya unt uk Meningkat kan Kecer dasan Nat ur alis pada Anak Didik Kelom pok Ber m ain.. Kendar i: Lapor an

[r]

Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti secara wawancara, observasi, dan keikutsertaan, maka dapat disimpulkan proses mediasi dalam penyelesaian sengketa tanah ulayat