BAB III
METODE PENELITIAN
A.Desain Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk menerapkan strategi REACT dalam
pembelajaran matematika dengan digunakan metode eksperimen. Menurut
Sudjana (2005) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha
mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat.
Dalam implementasinya, penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen yang memperoleh strategi REACT dan kelompok kontrol
yang memperoleh pembelajaran konvensional. Menurut Ruseffendi (2003: 45)
bahwa dalam suatu penelitian eksperimen, khususnya penelitian yang ingin
menyelidiki keefektifan penggunaan metode mengajar baru, diperlukan kelas lain
atau kelompok siswa yang digunakan metode lama atau yang biasa dilakukan
sebelumnya sebagai pembanding. Kelas pembanding ini disebut kelompok
kontrol. Hasil dari kelompok kontrol ini akan menjadi pembanding dari kelas
eksperimen untuk mengetahui apakah hasil kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Dengan demikian bertujuan untuk menelaah dan membandingkan
kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa
yang memperoleh strategi REACT dengan yang memperoleh pembelajaran
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis siswa, pada kedua kelas tersebut dilakukan pretes
dan postes. Pretes diberikan sebelum proses pembelajaran dalam penelitian ini
dimulai, sedangkan postes setelah keseluruhan proses pembelajaran selesai. Pretes
diberikan bertujuan untuk melihat kesetaraan kemampuan awal kedua kelompok,
sedangkan postes diberikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
pembelajaran yang diberikan terhadap peningkatan kemampuan siswa, melihat
apakah terdapat perbedaan kemampuan yang signifikan antara kedua kelompok
tersebut.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain yang
melibatkan dua kelompok dengan pretes dan postes. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis quasi eksperimen dengan desain
kelompok kontrol non-ekivalen (Ruseffendi, 2003 : 52). Alasan menggunakan
desain ini karena peneliti tidak memilih siswa untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, tetapi peneliti menggunakan kelas yang ada. Diagram desain
eksperimennya sebagai berikut :
O X O
O O
Keterangan :
O = pretes dan postes
X = kelas yang mendapat perlakuan dengan strategi REACT dalam kelompok
B.Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMPN se-kota
Pekanbaru. Dengan populasi target adalah SMP Negeri 23 Pekanbaru semester
ganjil pada Tahun Ajaran 2011/2012 yang berlokasi di Jalan HR. Subrantas
Simpang Baru, Provinsi Riau.
2. Sampel
Dari hasil observasi di SMPN 23 Pekanbaru, di sekolah tersebut terdapat
enam kelas IX, kemudian dipilih sebanyak dua kelas yang mempunyai
kemampuan akademik hampir sama untuk dijadikan sampel penelitian. Dari
pertimbangan guru matematika di sekolah tersebut satu kelas digunakan sebagai
kelompok eksperimen dan satu kelompok lagi sebagai kelas kontrol. Penentuan
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang merupakan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara purposive sampling karena pertimbangan tertentu (Sugiyono,
2010). Alasan pemilihan sampel dengan purposive sampling karena kedua
kelompok tidak dilakukan keacakan sesungguhnya, hanya berdasarkan kelas yang
ada. Hal ini dilakukan karena bila dilakukan pengacakan yang sesungguhnya
dikhawatirkan akan mengganggu proses pembelajaran.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMPN yang ada di kota
Pekanbaru yaitu SMPN 23 Pekanbaru yang terletak di Jalan HR. Subrantas
Agustus 2011 sampai dengan 13 Oktober 2011. Gambar lokasi penelitian
disajikan dalam peta berikut ini.
Gambar 3.1: SMPN 23 terletak di kota Pekanbaru (dalam lingkaran hitam) Provinsi Riau (sumber: Google Earth)
D.Variabel Penelitian
Menurut Sudjana (2005) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian
yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam
kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat
(dependent variable). Pada penelitian ini variabel yang digunakan terdiri dari
variabel bebas (X), dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang
dapat dimodifikasi sehingga dapat mempengaruhi variabel lain, variabel terikat
adalah hasil yang diharapkan setelah terjadi modifikasi pada variabel bebas,
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti.
1. Variabel Bebas (X)
Sugiyono (2008: 61) mengemukakan bahwa variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat. Variabel bebas adalah faktor stimulus/ input yaitu faktor yang
dipilih, dimanipulasi, diukur oleh peneliti untuk melihat pengaruh terhadap gejala
yang diamati. Variabel bebas ini dapat disebut sebagai variabel sebab.
Berdasarkan pengertian di atas maka yang menjadi variabel bebas (X) pada
penelitian ini yaitu: (a) strategi REACT diberikan kepada kelompok eksperimen;
(b) pembelajaran konvensional diberikan kepada kelompok kontrol.
2. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
dari variabel bebas (Sugiyono, 2008: 61). Variabel terikat ini juga disebut variabel
akibat. Berdasarkan pengertian tersebut maka yang menjadi variabel terikat (Y)
pada penelitian ini yaitu: (a) kemampuan komunikasi matematis; (b) kemampuan
pemecahan masalah matematis.
E.Instrumen Penelitian dan Pengembangannya
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan
non-tes. Adapun instrumen tes berupa tes berbentuk uraian untuk mengukur
kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa,
sedangkan instrumen non-tes berupa (1) skala sikap yang berguna untuk
digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
Dalam menyusun dan mengembangkan instrumen tes dan non-tes ini,
peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi kemudian mengkonstruksi instrumen
tersebut, serta memeriksa validitas isi, muka dan konstruk sebelum dilakukannya
ujicoba. Validitas isi, muka dan konstruk dari instrumen yang peneliti tulis,
diperiksa dan dinilai oleh dosen pembimbing, seorang dosen S3 dan 6 orang
mahasiswa S2.
Setelah instrumen tes selesai divaliditas, kemudian dilakukan ujicoba
instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan dua kali yang pertama dilakukan
pada sampel terbatas sebanyak 10 orang siswa kelas X. Uji coba ini dilakukan
untuk melihat validitas empirik yaitu keterbacaan soal dari pandangan siswa, dari
hasil ujicoba ada soal yang direvisi dari segi redaksi soal yaitu soal nomor dua
soal kemampuan komunikasi matematis dan nomor satu soal kemampuan
pemecahan masalah matematis. Uji coba selanjutnya dilakukan kepada siswa
kelas X di salah satu SMA di Lampung pada 10 Agustus 2011. Uji coba tes ini
dilakukan kepada siswa-siswa yang sudah pernah mendapatkan materi tentang
bangun ruang sisi lengkung. Hasil uji coba tes kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah ini di analisis dengan digunakan Anates versi 4.0 untuk
mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir
tes. Analisis hasil uji coba juga bertujuan untuk melihat apakah setiap item sudah
baik dan layak apabila digunakakn dalam penelitian. Setelah hasil uji coba
komunikasi diganti karena terlalu mudah. Soal tes pemecahan masalah matematis
yang direvisi adalah soal nomor 2-nya.
1. Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Bahan tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis
diambil dari materi pelajaran matematika SMP kelas IX semester ganjil dengan
mengacu pada kurikulum 2006 materi tentang bangun ruang sisi lengkung.
Instrumen tes terdiri dari 6 item soal bentuk uraian. Instrumen tes ini diklasifikasi
lagi menjadi dua bagian yaitu 3 item soal untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematis dan 3 item soal untul mengukur kemampuan pemecahan
masalah matematis. Alokasi waktu untuk menyelesaikan tes ini adalah 80 menit.
Untuk menentukan skor jawaban siswa, peneliti menetapkan suatu pedoman
penskoran untuk tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis.
Pedoman penskoran ini bertujuan untuk memberikan keseragaman dalam menilai
setiap jawaban siswa.
a. Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Pada Tabel 3.1 berikut disajikan pedoman penskoran tes kemampuan
komunikasi matematis dari Holistic Scoring Rubrics. Pedoman penskoran ini
Tabel 3.1
Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
Sumber (Digunakan Holistic Scoring Rubrics diadaptasi dari Lindawati (2010))
b. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Pedoman pensekoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis
disajikan pada Tabel 3.2 berikut. Pedoman ini diadaptasi dari pedoman
pensekoran pemecahan masalah yang dibuat oleh Schoen dan Ochmke (Sumarmo,
dkk 1994) dan pedoman pensekoran yang dibuat oleh Chicago Public Schools
Bureau of Student Assessment sebagai berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Pensekoran Pemecahan Masalah
Indikator Respon Siswa Skor
Memilih strategi yang tidak relevan 1
Memilih strategi yang kurang tepat sehingga tidak dapat memberikan jawaban yang benar
2
Memilih strategi pemecahan yang sesuai, namun hanya sebagian jawaban yang benar
3
Memilih strategi pemecahan sesuai dengan prosedur dan jawaban benar
Rencana yang dibuat untuk menyelesaikan masalah benar dan mengarah pada penyelesaian yang benar
1
Skor Respon siswa
0 Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan
1 Hanya sedikit dari penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik dan gambar yang dilukis, yang benar.
2 Penjelasan konsep, ide atau persoalan dari suatu gambar yang diberikan dengan kata-kata sendiri dalam bentuk penulisan kalimat secara matematik masuk akal, melukiskan gambar namun hanya sebagian yang benar 3 Semua penjelasan dengan digunakan gambar, fakta, dan hubungan dalam
menyelesaikan soal, dijawab dengan lengkap dan benar namun mengandung sedikit kesalahan
dalam konteks lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
Hanya sebagian kecil prosedur yang benar, atau kebanyakan salah sehingga hasil salah
2
Secara substansial prosedur yang dilakukan benar dengan sedikit kekeliruan atau ada kesalahan prosedur sehingga hasil akhir salah
3
Substansial prosedur yang dilakukan benar sehingga hasil akhir jawaban benar
4
Tidak memeriksa dan tidak menjelaskan jawaban 1
Ada penjelasan tetapi tidak benar 2
Penjelasan benar tetapi tidak memeriksa kebenaran jawaban
3
Penjelasan benar dan memeriksa kebenaran dari jawaban
4
Skor maksimal 4
2. Analisis Tes Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Soal tes yang diberikan kepada siswa secara tertulis yang terdiri dari 3
item soal kemampuan komunikasi matematis dan 3 item soal kemampuan
pemecahan masalah matematis. Pengolahan data hasil uji coba menyangkut
validitas tiap butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal
yang digunakan dalam penelitian ini digunakan program Anates versi 4.0. Daftar
skor, statistik deskriptif dan perhitungan lainnya dapat dilihat pada lampiran
halaman. Secara lengkap, proses analisis data hasi uji coba meliputi hal-hal
sebagai berikut.
a. Validitas Instrumen
Validitas suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menguji validitas tiap butir soal,
validitas butir soal akan dilakukan dengan rumus korelasi Product Moment Data
tak Tersusun (Ruseffendi, 1993: 207) yaitu :
∑
∑
∑
∑
r = koefisien korelasi antara variabel dan variabel
= banyaknya sampel
= nilai hasil uji coba
= nilai harian
Interpreatasi mengenai besarnya koefisien korelasi menurut Arikunto
(2002) seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3
Interpretasi Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasi
00
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.2. Hasil uji validitas ini
dapat diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.4 berikut
Tabel 3.4
Interpretasi Uji Validitas Tes Komunikasi Matematis No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Validitas
1 0,814 Sangat tinggi Valid
2 0,887 Sangat tinggi Valid
3 0,065 Kurang Tidak Valid
Dari tiga item soal yang digunakan untuk menguji kemampuan
komunikasi matematis, berdasarkan kriteria validitas tes diperoleh dua soal yaitu
soal nomor satu dan nomor dua memiliki validitas sangat tinggi dan satu soal
yaitu nomor tiga memiliki validitas kurang. Pada soal yang memiliki validitas
yang kurang disebabkan pada umumnya siswa mampu menjawab soal tersebut,
peneliti melakukan penggantian soal tes ini. Secara keseluruhan hasil uji coba tes
kemampuan komunikasi matematis ini artinya tidak semua item soal tes memiliki
validitas yang tinggi atau baik.
Untuk tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai korelasi xy
sebesar 0,49. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria tes dari Arikunto,
maka secara keseluruhan tes kemampuan komunikasi matematis ini memiliki
validitas yang cukup baik.
Selanjutnya hasil uji coba kemampuan pemecahan masalah matematis juga
digunakan Anates Versi 4.0, yang hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran B.4 diperoleh hasil uji validitas tesnya yang dapat
diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan pada Tabel 3.5 berikut ini.
Tabel 3.5
Interpretasi Uji Validitas Tes Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Korelasi Interpretasi Validitas Validitas
1 0,455 Cukup Tidak Valid
2 0,767 Tinggi Valid
Dari tiga item soal yang digunakan untuk menguji kemampuan pemecahan
masalah matematis, berdasarkan kriteria validitas tes diperoleh dua soal yaitu soal
nomor dua dan nomor tiga memiliki validitas tinggi dan satu soal yaitu nomor tiga
memiliki validitas yang cukup baik. Pada soal yang memiliki validitas yang
cukup baik peneliti melakukan sedikit revisi pada soal tersebut, hasil uji coba dari
item soal nomor satu pada umumnya siswa tidak mampu menjawab soal tersebut.
Secara keseluruhan hasil uji coba tes kemampuan pemecahan masalah matematis
ini artinya tidak semua item soal tes memiliki validitas yang tinggi atau baik.
Untuk tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh nilai
korelasi xy sebesar 0,29. Apabila diinterpretasikan berdasarkan kriteria tes dari
Arikunto, maka secara keseluruhan tes kemampuan komunikasi matematis ini
memiliki validitas yang rendah. Hal ini mungkin disebabkan siswa yang banyak
lebih terfokus pada soal-soal komunikasi dari pada soal-soal pemecahan masalah
yang dianggap siswa lebih sulit.
b. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat kekonsistensi dari suatu instrumen.
Menurut Arifin (2009) suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan
hasil yang sama bila diteskan pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Reliabel
soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan suatu soal tes. Untuk
mengukurnya digunakan perhitungan reliabilitas menurut Arikunto (2010: 109).
Rumus yang digunakan dinyatakan dengan:
Keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
= banyak butir soal
∑
2i
σ = jumlah variansi skor tiap butir item/soal
σt2 = variansi total
dengan
=∑ − (∑ )
= ∑ − (∑ )
Keterangan :
∑ = Jumlah kuadrat dari jawaban yang benar
∑ = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah subjek
(∑ ) = Jumlah total kuadrat dari skor
∑ = Jumlah total dari skor
Untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat
keandalan alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang ditetapkan oleh J.P.
Guilford (Suherman, 2003: 139) seperti pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6. Interpretasi Koefisien Korelasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Interpretasi 0,90 ≤ r11≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70≤r11<0,90 Tinggi
0,40≤r11<0,70 Sedang
0,20≤r11<0,40 Rendah
Penulis digunakan program Anates Versi 4.0 untuk menghitung reliabilitas
dari tes kemampuan komunikasi matematis dan tes kemampuan pemecahan
masalah matematis. Perhitungan hasil uji coba reliabilitas item soal secara
keseluruhan untuk tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh nilai tingkat
reliabilitas sebesar 0,66, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal tes
kemampuan komunikasi matematis mempunyai reliabilitas yang sedang. Untuk
tes kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh nilai tingkat reliabilitas
sebesar 0,44, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa soal tes kemampuan
komunikasi matematis mempunyai reliabilitas yang sedang juga.
c. Tingkat kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir soal instrumen yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu, yang digunakan
untuk mengklasifikasi setiap item instrumen tes ke dalam tiga kelompok tingkat
kesukaran untuk mengetahui apakah instrumen tergolong sulit, sedang atau
mudah.
Tingkat kesukaran tiap item tes dapat dihitung dengan digunakan rumus
berikut:
= (Suherman, 2003: 170)
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran.
= Rata-rata yang menjawab benar.
Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria
yang dikemukakan Suherman (2003:170) sebagai berikut :
Tabel 3.7
Kriteria Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi
IK=0,00 Soal terlalu sukar
0,00<IK≤ 0,30 Soal sukar
0,30<IK≤ 0,70 Soal sedang
0,70<IK≤ 1,00 Soal mudah
IK= 1,00 Soal terlalu mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran digunakan Anates Versi 4.0, diperoleh
tingkat kesukaran tiap item soal tes kemampuan komunikasi matematis dan
kemampuan pemecahan masalah matematis terangkum dalam Tabel 3.8 dan Tabel
3.9 berikut ini. Hasil perhitungan secara lengkapnya dapa dilihat pada lampiran
B.2.
Tabel 3.8
Tingkat Kesukaran Item Soal Komunikasi Matematis
No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 40,63 Soal sedang
2 45,31 Soal sedang
3 93,75 Soal mudah
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Item Soal Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 26,56 Soal Sukar
2 46,88 Soal Sedang
3 39,06 Soal Sedang
Tingkat kesukaran untuk item soal kemampuan komunikasi matematis dua
soal termasuk dalam kategori sedang yaitu soal nomor 1 dan 2, dan satu soal
termasuk dalam kategori mudah yaitu soal nomor 3. Soal nomor 3 yang termasuk
mampu menjawab soal tersebut, sedangkan soal lainnya sudah layak untuk
digunakan dalam penelitian.
Tingkat kesukaran untuk kemampuan pemecahan masalah matematis soal
nomor 1 termasuk dalam kategori sukar. Untuk soal nomor 2 dan 3 termasuk
dalam kategori soal sedang, pada soal ini sudah layak untuk digunakan dalam
penelitian.
d. Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk
membedakan antara siswa yang pandai (upper group) dan siswa yang kurang
pandai (lower group) atau antara siswa yang sudah menguasai kompetensi tertentu
dengan siswa yang belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan kriteria
tertentu. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa
yang pandai dapat mengerjakan soal dengan baik, dengan siswa yang kurang
pandai tidak dapat mengerjakan soal dengan baik.
Purwanto (2009) mengatakan untuk menghitung daya pembeda terlebih
dahulu kita kelompokkan siswa dengan menentukan 25% termasuk kelompok
pandai (upper group) dan 25% siswa yang termasuk kelompok kurang (lower
group). Menghitung daya pembeda dapat digunakan rumus yang dikemukakan
oleh (Suherman, 2003: 159) sebagai berikut:
$% = &− '
&
keterangan:
DP = Daya Pembeda
' = jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah
& = jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih
Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan
klasifikasi yang dikemukakan oleh (Suherman, 2003: 161) seperti tabel di bawah
ini:
Tabel 3.10
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Interpretasi
DP ≤ 0,00 Sangat rendah
0,00 < DP ≤ 0,20 Rendah
0,20 < DP ≤ 0,40 Sedang /cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
Hasil perhitungan daya pembeda untuk tes kemampuan komunikasi dan
kemampuan pemecahan masalah matematis juga digunakan Anates Versi 4.0 yang
disajikan masing-masing dalam Tabel 3.11 dan Tabel 3.12 berikut ini. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B2.
Tabel 3.11
Daya Pembeda Tes Komunikasi Matematis
No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1 81,25 Sangat baik
2 90,63 Sangat baik
3 0,00 Sangat rendah
Tabel 3.12
Daya Pembeda Tes Pemecahan Masalah Matematis
No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1 21,88 Sedang
2 62,50 Baik
3 59,38 Baik
Dari kedua tabel di atas untuk item soal tes kemampuan komunikasi soal
nomor 3 mempunyai daya pembeda yang sangat rendah, sehingga peneliti
mengganti soal nomor 3 ini. Untuk kemampuan pemecahan masalah item soal
nomor 1 mempunyai daya pembeda yang sedang, pada soal nomor 2 dan 3
mempunyai daya pembeda yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, pada tabel berikut ini disajikan rangkuman uji
coba yang dilakukan sebelum pelaksanaan penelitian.
Tabel 3.13
Hasil Uji Coba Tes Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis
Validitas Reliabilitas IK DP
Kom PM Kom PM Kom PM Kom PM
0,814 0,445
0,66 0,44
40,63 26,56 81,25 21,88
0,887 0,767 45,31 46,88 90,63 62,5
0,065 0,664 93,75 39,06 0,00 59,38
Berdasarkan tabel di atas, terdapat satu soal komunikasi matematis yang
validitasnya rendah, untuk reliabilitas kedua kemampuan pada tingkatan sedang,
pada indeks kesukaran satu soal komunikasi matematis pada kategori mudah dan
sebuah soal pemecahan masalah matematis pada kategori sukar, sedangkan pada
daya pembeda kedua kemampuan tersebut terdapat satu soal yang daya
pembedanya sangat rendah yaitu pada soal nomor tiga tes kemampuan
komunikasi matematis. Oleh karena soal tes kemampuan komunikasi matematis
mempunyai validitas yang rendah, indeks kesukaran yang terlalu mudah, dan daya
pembeda yang rendah, maka soal tes ini diganti.
3. Instrumen Skala Sikap
Skala sikap siswa bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses
pembelajaran dengan mengunakan strategi REACT. Dalam penelitian ini angket
empat skala pilihan yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan ragu-ragu (RR) tidak digunakan, untuk
menghindari jawaban aman, sekaligus mendorong siswa untuk menunjukkan
keberpihakannya terhadap pernyataan yang diajukan. Penyusunan skala sikap
diawali dengan pembuatan kisi-kisi, agar afektif yang hendak diukur terangkum
secara proporsional.
Langkah-langkah mengukur skala sikap sebagai berikut: pemberian skor
butir skala sikap dengan berpedoman kepada model skala Likert, yaitu (1) untuk
pernyataan positif, jawaban SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan
STS diberi skor 1; (2) untuk pernyataan negatif, jawaban SS diberi skor 1, S diberi
skor 2, TS diberi skor 3, dan STS diberi skor 4. Kemudian mencari skor netral
butir skala sikap, membandingkan skor sikap siswa untuk setiap item, indikator
dan klasifikasi skala sikap dengan sikap netralnya, untuk melihat kecenderungan
sikap siswa. Sikap siswa dikatakan positif jika skor sikap siswa lebih besar dari
sikap netralnya, sebaliknya disebut negatif jika skor sikap siswa lebih kecil dari
skor netralnya.
4. Lembar Observasi
Purwanto (2009: 149) mengatakan bahwa observasi adalah cara-cara
menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.
Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis,
sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin,
2010: 153).
Lembar observasi diberikan kepada pengamat, untuk memperoleh
gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dengan pembelajaran strategi
REACT dan aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran pada setiap
pertemuan. Tujuan dari pedoman ini adalah sebagai acuan dalam membuat
refleksi terhadap proses pembelajaran dan keterlaksanaan strategi REACT.
5. Pengembangan Bahan Ajar
Pengembangan bahan ajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Pengembangan bahan ajar ini bertujuan untuk membantu siswa
dalam mengembangkan daya pikirnya membangun konsep-konsep dan ide-ide
matematis sehingga siswa diharapkan mempunyai kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis.
Bahan ajar yang digunakan pada kelas eksperimen adalah bahan ajar
khusus yang dikembangkan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS), yang
berisi tugas-tugas yang menyajikan masalah yang akrab dengan kehidupan
sehari-hari. Tugas tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi indikator
komunikasi dan pemecahan matematis, sedangkan bahan ajar untuk kelas kontrol
digunakan bahan ajar sebagaimana biasanya.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa dikumpulkan
melalui tes (pretes dan postes). Penggunaan kamera video bertujuan untuk melihat
pola berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah dan dalam mengkomunikasikan
ide-ide matematika, serta suasana kelas ketika proses belajar mengajar
berlangsung, sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam
pembelajaran matematika dengan strategi REACT dikumpulkan melalui angket
skala sikap siswa.
G.Teknik Analisis Data
Ada dua jenis data yang dianalisis dalam penelitian ini, yaitu data
kuantitatif dan kulitatif. Data kuantitatif adalah data hasil tes kemampuan
komunikasi matematis dan pemecahan masalah matematis siswa, sedangkan data
kualitatif adalah data hasil observasi, skala sikap.
Data-data yang diperoleh dari hasil pretes dan postes dianalisis secara
statistik. Sedangkan hasil pengamatan observasi pembelajaran dianalisis secara
deskriptif. Untuk pengolahan data penulis digunakan bantuan program software
SPSS 16, dan Microsoft Excell 2007.
Setelah penelitian dilaksanakan, maka diperoleh data sebagai berikut:
1. Data skor pretes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah
matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2. Data skor postes kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah
matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
4. Data hasil observasi pembelajaran matematika dengan strategi REACT.
Tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang digunakan.
2. Menghitung statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain
meliputi skor terendah, skor tertinggi, rata-rata, dan simpangan baku.
3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus gain ternormalisasi, yaitu:
Gain ternormalisasi (g) =
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.14
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya Gain (g) Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g <0,3 Rendah
4. Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data skor
pretes, postes dan gain ternormalisasI kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis digunakan uji statistik One-Sample
Kolmogorov- Smirnov untuk data ≤30 dan Shapiro-Wilk untuk data > 30.
5. Menguji homogenitas varians data skor pretes, postes dan gain peningkatan
kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis digunakan uji
Homogen of Varians (Levene Statistic).
6. Jika sebaran data normal dan homogen, akan dilakukan uji perbedaan dua
Samples Test. Selain mengkaji perbedaan rataan, penelitian ini juga mengkaji
Kategori Kemampuan Matematis (KKM) siswa tinggi, sedang, dan rendah.
7. Menguji perbedaan dua rataan data postes, dalam hal ini data postes
kelompok eksperimen berdasarkan KKM siswa, digunakan uji statistik yaitu
ANOVA satu jalur.
8. Menguji perbedaan antara dua rataan data gain ternormalisasi, dalam hal ini
antara data gain ternormalisasi kelompok eksperimen dan data gain
ternormalisai kelompok kontrol berdasarkan KKM siswa. Uji statistik yang
digunakan adalah ANOVA satu jalur.
9. Melihat interaksi antara kategori kemampuan matematis siswa dan
pembelajarannya, uji statistik yang digunakan adalah ANOVA dua jalur.
10. Jika datanya tidak berdistribusi normal, maka uji yang dilakukan adalah uji
statistik non-parametrik seperti uji Mann-Whitney, uji Kruskal-Wallis.
11. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau
asosiasi antara dua variabel atau lebih yang diamati. Uji Korelasi ini digunakan
untuk pengujian hipotesis penelitian “Terdapat hubungan antara kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa pada pembelajaran dengan
digunakan strategi REACT”. Untuk data yang berdistribusi normal teknik
menghitung koefisien korelasi yaitu dengan digunakan korelasi Pearson
(Ruseffendi, 1993: 207).
Keterangan:
( = koefisien korelasi.
= banyak pasangan nilai-nilai.
∑ = jumlah perkalian nilai dan .
∑ = jumlah nilai . ∑ = jumlah nilai .
∑ = jumlah kuadrat nilai .
∑ = jumlah kuadrat nilai .
Selanjutnya untuk melihat dan meyakinkan adanya hubungan antara dua
kemampuan tersebut dilakukan uji hipotesis sebagai berikut:
)* ∶ , = 0 Tidak terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis.
)- ∶ , ≠ 0 Terdapat korelasi antara kemampuan komunikasi dan
pemecahan masalah matematis.
Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dengan rumus:
/ = (01 − (− 2
Data yang tidak berdistribusi normal digunakan uji korelasi nonparametrik
yaitu uji koefisien korelasi peringkat Spearman.
12. Mengukur Efektivitas
Untuk mendapatkan informasi tentang adanya perbedaan antar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, khususnya untuk mengetahui efektifitas
konvensional, diperlukan Effect Size. Teknik statistik ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar konstribusi strategi REACT dalam pembelajaran
matematika. Menurut Marzano (2006) rumus yang digunakan :
1 =(2(3/3456748 94:= − (2(3/3 5;: 8;<
5;: 8;<
Tabel 3.14 Kriteria Effect Size
Kriteria Efektivitas Interpretasi
1 < 0,2 Rendah
0,2 ≤ 1 < 0,8 Sedang
1 ≥ 0,8 Tinggi
13. Data Non-Tes
a. Data skala sikap berguna untuk mengetahui kualitas sikap siswa terhadap
pelajaran matematika, strategi REACT serta soal-soal komunikasi matematis
dan pemecahan masalah matematis dilakukan dengan berpedoman kepada
model skala Likert.
b. Data observasi dilakukan untuk melihat gambaran aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dengan menerapkan strategi REACT. Analisis yang
akan dilakukan dengan membandingkan skor rata-rata kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
H.Prosedur Penelitian
Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti:
1. Persiapan:
a. Menyusun jadwal penelitian.
c. Menyusun instrumen penelitian.
2. Pelaksanaan:
a. Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada.
b. Melakukan pretes pada kedua kelas.
c. Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk
masing-masing kelas.
d. Melakukan postes pada kedua kelas.
e. Mengisi lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
f. Memberi angket skala sikap pada kelas eksperimen.
3. Pengumpulan Data
I. Bagan Prosedur Penelitian
Bagan prosedur penelitian ini dirancang untuk memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian. Selanjutnya prosedur penelitian ini dapat dilihat dalam
bentuk diagram berikut:
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian
Studi Pendahuluan: Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Studi
Literatur, dll
Pengembangan & Validasi: Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen
Penelitian dan Ujicoba
Pemilihan RespondenPenelitian
Pretes
Kelas Eksperimen Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas Kontrol Pelaksanaan Pembelajaran
Postes
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
J. Bagan Analisis Data tentang Pengujian Rerata/Rataan
Prosedur analisis yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat dari
Gambar 3.3 berikut ini. Alur yang diikuti pertama kalinya dengan simbol .
Keterangan Simbol:
= lanjutkan
= pertanyaan
= jawaban akhir
Dari bagan tersebut yang dimaksud dengan beberapa sampel bebas yaitu
pembelajaran dengan strategi REACT dan pembelajaran konvensional. Untuk
peubah kontrol yang dimaksud dari bagan adalah Kategori Kemampuan