Keterlambatan Penegakan Diagnosis
Alamat korespondensi: EdySujoko (www.edysujoko74@yahoo.co.id) Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran, Jl. Eijkman No.38 Bandung 40132.
PENGARUH KETERLAMBATAN PENDERITA DAN SISTEM PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KETERLAMBATAN PENEGAKAN DIAGNOSIS PENDERITA TB PARU BTA (+) DI TINGKAT PUSKESMAS KABUPATEN
TAPANULI SELATAN
Edy Sujoko1, Elsa Pudji Setiawati2, Bonny Wiem Lestari3
1Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi
Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung. 2,3Dosen Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Bandung
Abstrak
Keterlambatan penegakan diagnosis TB paru akan berisiko meningkatkan transmisi infeksi yang luas dan berkepanjangan, risiko kematian serta berpotensi memperburuk keadaan ekonomi pasien maupun keluarga. Keterlambatan diagnosis dianalisis oleh dua aspek utama, yaitu aspek penderita dan aspek sistem pelayanan kesehatan (yankes). Tujuan penelitian mengukur total waktu keterlambatan, besar pengaruh keterlambatan penderita dan sistem yankes terhadap keterlambatan penegakan diagnosis serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Suatu studi cross sectiona dengan sampel penelitian penderita TB paru baru
yang tercatat dalam register TB 03 Kabupaten Tapanuli Selatan dan masih dalam masa pengobatan fase intensif periode Oktober-November 2012. Penderita diwawancarai menggunakan kuesioner mulai dari timbul gejala sampai dengan ditetapkan sebagai penderita TB paru.
Hasil penelitian, total keterlambatan diagnosis 72 hari 90 menit, penderita adalah 60 hari dan sistem yankes 12 hari 90 menit. Faktor risiko yang paling berpengaruh dari aspek penderita adalah pengetahuan dengan statistik 68,15 > t-tabel 1,973 (p < 0,05) dan pendapatan dengan t-statistik 21,78 > t-t-tabel 1,973 (p < 0,05), sedangkan aspek sistem yankes yaitu laboratorium dengan statistik 39,99 > t-tabel 1,973 (p < 0,05). Dari kedua aspek yang berpengaruh secara signifikan adalah aspek penderita dengan nilai t-statistik 8.24 > t-tabel 1,973 (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterlambatan penegakan diagnosis TB paru paling besar dipengaruhi oleh keterlambatan penderita.