• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media audio visual pada siswa kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) Di SMK Negeri 2 Depok tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal melalui penggunaan media audio visual pada siswa kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) Di SMK Negeri 2 Depok tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO PISUAL

PADA SISWA KELAS X A TKJ (TEKNIK KOMPUTER JARINGAN) DI SMK NEGERI 2 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

Wiratama Rahman Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) di SMK Negeri 2 Depok dalam bimbingan klasikal menggunakan media audio visual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa kelas X A TKJ.

Penelitian terdiri dari tiga siklus, setiap pertemuan dilakukan 1 x 45 menit. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, skala kiraan sifat, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pedoman observasi digunakan setiap bimbingan berlangsung, angket digunakan setiap akhir siklus. Pedoman wawancara dan catatan lapangan digunakan setiap bimbingan berlangsung.

(2)

SERPICE THROUGH AUDIO PISUAL MEDIA ON STUDENTS OF CLASS X A NCE (NETWORK COMPUTER ENGINEERING)

AT SMK NEGERI 2 DEPOK IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR

by

Wiratama Rahman Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the motivation of students class X A NCE (Network Computer Engineering) at SMK Negeri 2 Depok in joining classical guidance using audio-visual media. This study is an action research of guidance and counseling which is carried out in collaboration with the teachers. The subject of this research is 32 students of class X A NCE.

This research consists of three cycles, each meeting lasts for 1 x 45 minutes. The technique of data collection is using observation, questionnaire, the scale of nature estimation, interview, field notes, and documentation. Observation guidelines are used in every guidance, while questionnaire is used at the end of each cycle. The interview guidelines and field notes are also used during guidance.

(3)

i

DI SMK NEGERI 2 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh : Wiratama Rahman

NIM: 091114066

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 November 2013

Penulis

(7)

v

Nama : Wiratama Rahman

No Induk Mahasiswa : 091114066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI LAYANAN

BIMBINGAN KLASIKAL MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

VISUAL PADA SISWA KELAS X A TKJ (TEKNIK KOMPUTER

JARINGAN) DI SMK NEGERI 2 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013”.

Beserta perangkat yang diperlukan bila ada. Dengan demikian saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan dalam internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin saya maupun yang memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 18 November 2013

Yang menyatakan

(8)

vi

Disiplin, tertib dan tanggung jawab adalah modal utama

dalam mencapai kesuksesan”

“ Hidup adalah perjuangan, berusahalah menjadi manusia

yang berguna bagi diri, sesama, bangsa serta agama”

“Awali segala sesuatu dengan berdoa, tetap semangat dan

pantang menyerah”

“Impian bagaikan semangat yang ada dalam diri, bisa

menjadi motivasi untuk mengapai mimpi”

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan untuk menyelesaikan skripsi.

Suparno, Wahyuning Haryati, Yan, dan Ully Arta yang telah Memberikan kasih sayang dan doa sehingga dapat

Berhasil dalam studi.

Kekasihku tercinta yang telah mendukung dan Senantiasa menjadi motivasi bagiku.

(9)

vii

MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

PADA SISWA KELAS X A TKJ (TEKNIK KOMPUTER JARINGAN) DI SMK NEGERI 2 DEPOK TAHUN AJARAN 2012/2013

Wiratama Rahman Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) di SMK Negeri 2 Depok dalam bimbingan klasikal menggunakan media audio visual. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru. Subjek penelitian berjumlah 32 siswa kelas X A TKJ.

(10)

viii

SERVICE THROUGH AUDIO VISUAL MEDIA ON STUDENTS OF CLASS X A NCE (NETWORK COMPUTER ENGINEERING)

AT SMK NEGERI 2 DEPOK IN 2012/2013 ACADEMIC YEAR by

Wiratama Rahman Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the motivation of students class X A NCE (Network Computer Engineering) at SMK Negeri 2 Depok in joining classical guidance using audio-visual media. This study is an action research of guidance and counseling which is carried out in collaboration with the teachers. The subject of this research is 32 students of class X A NCE.

This research consists of three cycles, each meeting lasts for 1 x 45 minutes. The technique of data collection is using observation, questionnaire, the scale of nature estimation, interview, field notes, and documentation. Observation guidelines are used in every guidance, while questionnaire is used at the end of each cycle. The interview guidelines and field notes are also used during guidance.

(11)

ix

dan hidayah, kekuatan dan dukungan serta kasih-Nya yang begitu besar pada saya dalam proses pembuatan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu saya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Dosen Pembimbing yang tulus memberi petunjuk, bimbingan, perhatian selama proses skripsi, dan memberikan dukungannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Segenap Dosen dan Karyawan Bimbingan dan Konseling yang telah banyak mendukung studi sehingga dapat menyelesaikan skripsi pada waktunya.

3. Drs. Aragani Mizan Zakaria sebagai Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Depok yang telah mengizinkan pelaksanaan penelitian dan memberikan dukungan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

(12)

x

dan memberikan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

6. Orang tuaku tercinta bapak Suparno dan ibu Wahyuning Haryati yang telah memberi dukungan doa, perhatian, dan kasih sayang selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

7. Kakak tercinta Ully Artha yang telah memberi semangat, doa, dan biaya selama menjalani studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

8. Bapak Wijo Purnomo, BA dan Mama Diah Pancawati yang telah memberi dukungan doa, perhatian, dan kasih sayang.

9. Widya Wulan Hapsari yang telah mendukung dalam doa, perhatian, dan kasih sayang selama ini.

10.Teman-teman Prodi Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang telah menjalin kebersamaan dan persahabatan selama saya mengikuti perkuliahan dan segala bentuk bantuan dalam penyelesaian skripsi.

11.Temen-temenku tercinta Galih, Deddy, Uut, Mas Anno, Mas Ony, Jarot, Lis Aviani, Arista dan Pokis terimakasih atas doa dan dukungan kalian.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tentu memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun demikian, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Penulis

(13)

xi

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

ABTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C.Tujuan Penelitian... 6

D.Manfaat Penelitian... 7

E. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Pelayanan Bimbingan di Sekolah... 10

1. Pengertian Bimbingan... 10

2. Bimbingan Klasikal... 11

B. Motivasi... 12

1. Pengertian Motivasi... 12

2. Jenis Motivasi... 14

3. Hal-hal yang Mempengaruhi Motivasi... 15

(14)

xii

2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran... 22

3. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran... 23

4. Media Bimbingan dan Konseling... 24

D. Media Audio Visual... 25

1. Pengertian Media Audio Visual... 25

2. Macam-macam Media Audio Visual... 25

3. Bentuk-bentuk Media Audio Visual... 26

4. Peran dan Keunggulan Media Audio Visual dalam Layanan Bimbingan Klasikal... 27

E. Hipotesis Tindakan... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 30

B. Subjek dan Objek Penelitian... 31

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 31

D. Jadwal Kegiatan Penelitian... 31

E. Prosedur Penelitian... 32

F. Instrumen Penelitian... 35

G. Validasi dan Reliabilitas... 40

H. Teknik Analisis Data... 42

I. Indikator Keberhasilan... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas... 47

1. Pra tindakan... 48

a. Perencanaan... 48

b. Pelaksanaan Pra Tindakan... 50

(15)

xiii

b. Pelaksanaan Tindakan... 56

c. Data Hasil Observasi, Skala Kiraan Sifat, dan Angket Siklus I... 60

d. Refleksi... 62

3. Siklus II... 64

a. Perencanaan... 64

b. Pelaksanaan Tindakan... 64

c. Data Hasil Observasi, Skala Kiraan Sifat, dan Angket Siklus II... 66

d. Refleksi... 69

4. Siklus III... 70

a. Perencanaan... 70

b. Pelaksanaan Tindakan... 71

c. Data Hasil Observasi, Skala Kiraan Sifat, dan Angket Siklus III... 73

d. Refleksi... 76

B. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling... 77

1. Hasil Angket Motivasi Siswa... 77

2. Hasil Lembar Observasi... 82

3. Hasil Skala Kiraan Sifat... 84

4. Hasil Wawancara... 85

5. Hasil Uji t Motivasi Siswa... 87

C. Pembahasan... 88

D. Keterbatasan Penelitian... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 94

(16)
(17)

xv

Tabel Bab III Halaman

3. 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian... 32

3. 2 : Kisi-kisi Panduan Observasi Siswa... 36

3. 3 : Kisi-kisi Skala Motivasi Siswa dalam Layanan Bimbingan Klasikal... 38

3. 4 : Pedoman Wawancara Guru dan Siswa... 39

3. 5 : Kriteria Hasil Presentase Skor Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal... 43

3. 6 : Kriteria Kategori Hasil Persentase Skor Observasi Terhadap Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan... 45

3. 7 : Rentang Skor Penilaian Setiap Siklus Terhadap Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan... 46

Tabel Bab IV 4. 1 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kelas X A TKJ... 48

4. 2 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Pada Pra Tindakan... 53

4. 3 : Penggolongan Motivasi Subjek dalam Lima (5) Kategori... 54

4. 4 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Pada Siklus I... 61

4. 5 : Penggolongan Motivasi Subjek dalam Lima (5) Kategori... 62

4. 6 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Pada Siklus II... 67

4. 7 : Penggolongan Motivasi Subjek dalam Lima (5) Kategori... 69

4. 8 : Analisis Hasil Observasi Motivasi Siswa Pada Siklus III... 74

4. 9 : Penggolongan Motivasi Subjek dalam Lima (5) Kategori... 76

4. 10 : Persentase dan Kriteria Perkembangan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal... 77

4. 11 : Data Hasil Observasi Motivasi Siswa Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... 83

(18)

xvi

1 : Grafik Hasil Skala Kiraan Sifat Pra Tindakan... 54

2 : Grafik Hasil Skala Kiraan Sifat Siklus I... 62

3 : Grafik Hasil Skala Kiraan Sifat Siklus II... 68

4 : Grafik Hasil Skala Kiraan Sifat Siklus III... 75

5 : Grafik Hasil Angket Motivasi Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II... 79

6 : Grafik Hasil Angket Motivasi Siklus II dan Siklus III... 80

7 : Grafik Hasil Angket Motivasi Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... 81

8 : Perbandingan Persentase Angket Motivasi Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... 82

9 : Grafik Observasi Siswa Pra Tindakan, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III... 84

(19)

xvii

1. 1 SPB Pra Tindakan (Motivasi Hidup)... 100

1. 2 SPB Siklus I (Problem Solving/Pemecahan Masalah)... 107

1. 3 SPB Siklus II (Kritis dalam Bekerja)... 113

1. 4 SPB Siklus III (Konsentrasi)... 120

1. 5 Daftar Hadir Siswa... 126

LAMPIRAN 2... 127

2. 1 Lembar Observasi Motivasi Siswa... 128

2. 2 Hasil Lembar Observasi Motivasi Siswa... 129

2. 3 Analisis Hasil Lembar Observasi Motivasi Siswa... 133

LAMPIRAN 3... 134

3. 1 Lembar Skala Kiraan Sifat Motivasi Siswa... 135

3. 2 Hasil Lembar Skala Kiraan Sifat Motivasi Siswa... 136

3. 3 Analisis Hasil Lembar Skala Kiraan Sifat Motivasi Siswa... 137

LAMPIRAN 4... 139

4. 1 Lembar Angket Motivasi Siswa... 140

4. 2 Hasil Perolehan Skor Angket Motivasi Siswa... 141

4. 3 Analisis Hasil Angket Motivasi Siswa... 145

LAMPIRAN 5... 149

5. 1 Catatan Lapangan... 150

5. 2 Dokumentasi Foto-foto Penelitian... 153

LAMPIRAN 6... 155

6. 1 Validitas dan Reliabilitas... 156

LAMPIRAN 7... 157

(20)

1

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan, dan diberikan sarana maupun prasarana. Aspek kualitas, pendidikan kita memang sungguh sangat memprihatinkan dibandingkan dengan kualitas pendidikan bangsa lain. Segi pelayanan bimbingan di SMA/K terbukti selalu kurang memuaskan berbagai pihak termasuk bagi siswa.

(21)

Peningkatan mutu pendidikan sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi. Perkembangan pesat di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini, dirasakan pengaruhnya dalam perkembangan layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Guru Bimbingan Konseling di sekolah memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling dalam memfasilitasi “Pengembangan Diri” siswa sesuai motivasi dengan mempertimbangkan tahapan tugas perkembangannya.

Menurut Winkel (2004: 29), bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan kepada individu secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya, sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak dengan wajar sesuai dengan tuntutan dan masyarakat sekitarnya. Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) menyatakan bahwa bimbingan merupakan suatu cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadi.

(22)

Pembimbing adalah salah satu komponen penting yang menentukan arah pilihan dan tujuan siswa dalam kegiatan layanan bimbingan. Pembimbing memiliki peranan yang sangat vital dalam kegiatan bimbingan di kelas. Pengelolaan kelas yang efektif dan efisien adalah salah satu tugas seorang pembimbing dalam setiap kegiatan bimbingan di kelas.

Pembimbing sebagai fasilitator dalam kegiatan bimbingan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas motivasi siswa terutama dalam mengikuti layanan bimbingan dan konseling. Pembimbing harus benar-benar memperhatikan, memikirkan, dan sekaligus merencanakan proses bimbingan yang menarik bagi siswa, agar siswa semangat dalam mengikuti bimbingan dan mau terlibat dalam proses bimbingan, sehingga bimbingan tersebut menjadi efektif.

(23)

siswa dalam mengikuti layanan bimbingan. Motivasi berkaitan dengan sejumlah keterlibatan siswa dalam aktivitas di kelas seperti dorongan untuk melakukan sesuatu berdasarkan tujuan tertentu, melakukan kebiasaan-kebiasaan positif, dan melakukan hasrat tertentu. Hal ini akan erat kaitannya dalam usaha untuk mencapai tujuan bimbingan, keuletan dalam mengikuti bimbingan, dan kepuasan terhadap bimbingan.

Berdasarkan observasi pada kegiatan bimbingan klasikal yang dilakukan di SMK Negeri 2 Depok, khususnya pada kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) pada bulan Januari 2013, diketahui bahwa pada saat bimbingan klasikal berlangsung siswa kurang memperhatikan penjelasan guru pembimbing, hal tersebut terlihat ketika siswa tidak memberikan umpan balik kepada pembimbing. Pada saat guru pembimbing menjelaskan materi bimbingan di depan kelas, sebagian siswa tidak memiliki motivasi untuk mengikuti bimbingan. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Siswa tampak asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, melamun, tidak mendengarkan penjelasan guru, bahkan ada yang mengerjakan tugas pelajaran lain, dan terlambat datang mengikuti bimbingan.

(24)

diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan.

Proses layanan bimbingan menggunakan media bimbingan yang tepat mampu mempengaruhi motivasi siswa. Penggunaan media bimbingan yang tepat, dapat menjadikan siswa memiliki motivasi yang tinggi dan dapat mengembangkan potensi diri. Motivasi yang tinggi mampu membuat siswa lebih tertarik, senang, tidak bosan, dan meningkatkan antusias siswa dalam mendengarkan materi bimbingan.

Salah satu media yang mampu membuat suasana bimbingan menarik, memotivasi siswa, dan menyenangkan adalah media audio visual. Menurut Daryanto (2010: 91) penggunaan suatu media dapat menyampaikan pesan lebih menarik perhatian. Unsur perhatian inilah yang penting dalam proses belajar, karena dari adanya perhatian akan timbul rangsangan/motivasi untuk belajar. Melalui penggunaan media audio visual dalam layanan bimbingan klasikal, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa.

Menurut Sanjaya, (2006: 172) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan media audio visual dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab memiliki dua unsur media. Unsur pertama memiliki suara yang disebut audio. Unsur kedua memiliki gambar yang disebut visual.

(25)

Layanan Bimbingan Klasikal Melalui Penggunaan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X A TKJ (Teknik Komputer Jaringan) Di SMK Negeri 2 Depok Tahun Ajaran 2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut:

1. Apakah motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui penggunaan media audio visual pada siswa kelas X A TKJ di SMK Negeri 2 Depok?

2. Seberapa tinggi kecenderungan peningkatan skor motivasi setiap antar siklus dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan media audio visual siswa kelas X A TKJ di SMK Negeri 2 Depok?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual pada siswa kelas X A TKJ di SMK Negeri 2 Depok.

(26)

1. Manfaat Teoritis

Mampu memberikan sumbangan terhadap tambahan pengetahuan bidang pendidikan khususnya dalam peningkatan kualitas pelayanan Bimbingan dan Konseling (BK) dengan penerapan media audio visual yang semakin inovatif.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan di kelas. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal dan meningkatkan responsi positif (senang/suka, puas, gembira) terhadap kegiatan layanan BK di kelas.

b. Bagi Guru Pembimbing (sebagai Peneliti)

(27)

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini berguna untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja sekolah, khususnya dalam pelayanan BK dalam konteks school reform menuju kualitas pendidikan yang lebih baik. Menggerakkan suasana pembelajaran dan pembimbingan yang lebih hidup, dinamis, bergairah, dan menyenangkan.

d. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain penelitian ini dapat memberikan inspirasi dan referensi untuk melakukan penelitian sejenisnya. Membantu peneliti lain dalam mengembangkan layanan bimbingan. Sebagai wacana baru untuk memperluas cakrawala pengetahuan tentang pemanfaatan media audio visual untuk meningkatkan motivasi siswa.

E. Batasan Istilah

1. Bimbingan Klasikal adalah salah satu pelayanan dasar bimbingan yang dirancang menuntut konselor untuk melakuka kontak langsung dengan para peserta didik dikelas secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan ini kepada peserta didik.

(28)

memperhatikan layanan bimbingan.

(29)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Bab ini memuat mengenai bimbingan klasikal, motivasi, media audio visual,

media pembelajaran dan media bimbingan dan konseling.

A. Pelayanan Bimbingan di Sekolah 1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah sebuah proses pemberian bantuan kepada individu

secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya,

sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak dengan wajar

sesuai dengan tuntutan dan masyarakat sekitarnya. Dengan demikian

individu dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan

sumbangan yang berarti (Winkel, 2004:29).

Menurut Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) bimbingan dapat berarti

(1) suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan,

pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri. (2) Suatu cara

pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami

dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang

dimiliki untuk perkembangan pribadinya. (3) Suatu proses pemberian

bantuan atau pertolongan kepada individu dalam hal memahami diri

sendiri, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya

(30)

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah No 29. 1992, bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka untuk

menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa

depan. Bimbingan dalam menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta

didik menemukan kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri. Bimbingan

dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik

secara obyektif mengenal lingkungan, baik sosial maupun fisik.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

bimbingan adalah bantuan yang dilakukan pembimbing (konselor), bagi

individu untuk memahami dirinya melalui pengetahuan, pengalaman, dan

informasi tentang dirinya, sehingga dapat meningkatkan realisasi pribadi,

karena dengan memahami diri sendiri akan memudahkan untuk bertindak

sesuai tujuan hidup.

2. Bimbingan Klasikal

Bimbingan Klasikal adalah bimbingan yang berorientasi pada

kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30‐40 orang siswa (sekelas). Bimbingan klasikal lebih bersifat preventif dan

berorientasi pada pengembangan pribadi siswa yang meliputi bidang

pembelajaran, bidang sosial, dan bidang karir (Siwabessy dan Hastoeti

2008:136 dalam Lisna). Dalam bimbingan klasikal terjadi interaksi antara

(31)

sebagai sumber informasi memiliki kebutuhan untuk menyampaikan

informasi (bahan ajar) kepada siswa sebagai penerima informasi.

B. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan,

dorongan, dan pembangkit tenaga, yang dimiliki seseorang sehingga orang

tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Dorongan atau tenaga tersebut

merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Motif dapat dikatakan

sebagai daya penggerak untuk melakukan aktivitas-aktivitas untuk

mencapai tujuan. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di

mulai dengan motivasi (niat). Sedangkan menurut pendapat ahli :

a. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di

dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah kegiatan

belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat

tercapai (Sardiman, 1986: 75).

b. Motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau

eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap

antusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu (Gray, dalam Winardi, 2008).

c. Sartain (dalam Purwanto, 2007 : 61) mengatakan bahwa motivasi

(32)

yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau

perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan

tingkah laku organisme itu.

Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2008: 74), motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling (perasaan) dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Pengertian motivasi ini dikemukakan oleh Mc. Donald dalam tiga

elemen yakni (1) bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan

energi pada diri setiap individu manusia karena menyangkut perubahan

energi manusia, maka akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2)

Motivasi ditandai dengan munculnya feeling (perasaan) atau afeksi

seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

(3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal

ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi

memang muncul pada diri manusia, tetapi kemunculannya terdorong oleh

unsur lain yaitu tujuan.

Mc. Donald (dalam Djamarah, 2008: 148) mengatakan bahwa

motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang yang

ditandai dengan timbulnya afeksi (perasaan) dan reaksi untuk mencapai

tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu, berbentuk suatu

(33)

tertentu dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang

kuat untuk mencapainya.

Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan

perasaan tidak suka itu. Dalam kegiatan, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa, yang menjamin

kelangsungan diri kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada

kegiatan, sebagai tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Dikatakan “keseluruhan”, karena pada umumnya ada beberapa motif yang

bersama-sama menggerakan siswa untuk belajar (Sardiman, 2008: 75).

Dari berbagai pendapat di atas mengenai motivasi dapat disimpulkan

bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seorang baik

secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan suatu perbuatan dengan

tujuan tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan.

2. Jenis Motivasi

Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat.

Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat

kekuatan tersebut. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat

kekuatannya, tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut

(34)

1) Motivasi Primer

Motivasi primer adalah motivasi yang berdasarkan pada motif-motif

dasar atau motif bawaan. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal

dari segi biologis atau jasmani manusia yang timbul akibat proses

kimiawi fisiologis yang terdapat pada setiap orang.

2) Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang diperoleh dari belajar melalui

pengalaman. Motivasi sekunder ini, sangat bergantung pada

pengalaman individu. Menurut Handoko (1992: 25) menyatakan

bahwa semakin bertambahnya usia seseorang semakin bertambah pula

pengalamannya, makin bertambah pula hal-hal yang ia pelajari berarti

makin banyak ia mempunyai motivasi sekunder.

3. Hal-hal yang mempengaruhi motivasi

a. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ektrinsik adalah motivasi yang disebabkan faktor-faktor

ekternal individu. Peranan motivasi ekstrinsik menjadi penting sebagai

penguat dan pendorong, dengan banyak cara seperti pujian kepada

siswa, memiliki arti bahwa siswa itu dipandang memiliki kemampuan

adanya rasa kepuasan dan tidak merasa sia-sia dengan usaha

belajarnya (Slavin, 2009-103).

Menurut Sardiman (2008: 90) motivasi ekstrinsik adalah

(35)

Bentuk motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak

mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar

untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang tuanya,

peraturan atau tata tertib sekolah, teladan orang tua, dan metode guru

mengajar.

Motivasi ektrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan

dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar

siswa mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa

termotivasi untuk belajar. Pembimbing yang berhasil adalah guru yang

pandai membangkitkan motivasi siswa dalam menunjang proses

interaksi layanan bimbingan klasikal.

b. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah suatu hal dan keadaan yang berasal dari

dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya untuk belajar.

Menurut Sardiman (2008: 89) motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Faktor-faktor yang menimbulkan motivasi

intrinsik adalah adanya kebutuhan, memahami akan pentingnya

kemajuan akan dirinya sendiri dan adanya cita-cita atau aspirasi dalam

(36)

Motivasi intrinsik biasanya ditingkatkan dengan banyak cara,

salah satunya dengan membuat siswa merasa tertarik dan tidak jenuh

untuk melakukan proses belajar. Salah satu contohnya bisa dilakukan

dengan guru pembimbing dan pendidik untuk mengajar dengan metode

yang bervariasi, menarik, mengambil contoh kehidupan sehari-hari

sesuai perkembangan belajar siswa. Adanya hal ini, siswa merasa

selalu ingin tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya.

Motivasi intrinsik seperti adanya rasa senang, kemauan, kecerdasan,

dan kemandirian.

Djamarah (2010: 194) berpendapat bahwa motivasi itu intrinsik

bila tujuan dapat melekat dengan situasi belajar, kebutuhan, serta

tujuan siswa untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam

pelajaran bukan karena keinginan untuk mendapat pujian, nilai yang

tinggi atau hadiah.

4. Faktor-faktor yang Memotivasi Belajar

Siswa yang melakukan kegiatan belajar mengalami suatu proses yang

menghasilkan perubahan dari belum mampu menjadi mampu.

Perubahan-perubahan yang terjadi tergantung pada bermacam-macam faktor.

Faktor-faktor yang memotivasi belajar seseorang, dikumpulkan informasi.

Informasi yang diperoleh mengemukakan ada 3 faktor yang memotivasi

(37)

a. Metode Mengajar Guru

Menurut Slameto (Huda, 2007: 63) metode mengajar adalah suatu

cara/jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar yang

kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.

Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja, menyebabkan

siswa bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang

progesif berani mencoba metode-metode baru, dapat meningkatkan

kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa untuk

belajar.

b. Minat

Menurut Hurlock (1989: 114) mengungkapkan bahwa minat

menjadi sumber motivasi. Minat adalah kecenderungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Siswa yang

berminat terhadap sebuah kegiatan selalu berusaha lebih keras untuk

belajar dibanding siswa yang kurang berminat atau bosan. Jika siswa

yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia

mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal

yang menarik dan berguna bagi kehidupan.

Menurut Slameto (Huda, 2007: 17) minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diamati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang

(38)

belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar

dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi

kehidupan serta hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya

dengan bahan pelajaran yang dipelajarinya.

c. Kemampuan Belajar

Darsono (Huda, 2006: 20) mengemukakan bahwa dalam belajar

dibutuhkan beberapa kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa

aspek psikis yang terdapat pada diri siswa, misalnya pengamatan,

ingatan, daya pikir, dan fantasi.

Orang belajar dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari.

Pengamatan dilakukan dengan memfungsikan panca indra. Makin baik

pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam dalam

dirinya dan makin mudah memproduksi atau mengingat. Siswa yang

memiliki kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam

belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses

sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya dalam belajar.

5. Peran Bimbingan dalam Memotivasi

Masalah belajar siswa memiliki bentuk yang banyak ragam, salah

satunya adalah kurangnya motivasi dalam belajar. Kurang motivasi dalam

belajar yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar,

mereka seolah-olah jera dan malas untuk belajar (Prayitno & Amti, 2004).

(39)

bimbingan tetapi sebagian siswa belum memiliki motivasi dalam

mengikuti layanan bimbingan yang kuat. Siswa yang kurang memiliki

motivasi yang kuat dapat tercermin dalam tingkah laku yang kurang

bersemangat, beraktivitas di luar bimbingan (misal berbicara dengan

teman, tidak mengerjakan tugas, dan lainnya) saat di kelas, kurang

mendengarkan pembimbing saat proses bimbingan.

Berdasarkan pada pemahaman tentang bimbingan itu sendiri, bahwa

bimbingan yang berarti menunjukkan jalan, mengarahkan, menuntun.

Bimbingan adalah sebuah bentuk bantuan, maka peran bimbingan dalam

meningkatkan motivasi sangat memberikan bantuan kepada siswa dalam

hal mengatasi beraneka masalah siswa. Siswa harus diarahkan untuk

membantu merumuskan tujuan dalam mengikuti layanan bimbingan

sehingga diharapkan siswa mulai memiliki motivasi layanan bimbingan

klasikal yang semakin kuat. Upaya membantu siswa untuk meningkatkan

motivasi layanan bimbingan dibutuhkan sebuah perencanaan yang

mengarah pada proses bimbingan bagi siswa. Proses bimbingan di sekolah

dan terlaksananya layanan bimbingan yang diharapkan dapat

meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan bimbingan sesuai

(40)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium” yang

berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media

pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media

digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga

istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran.

Menurut Rossi dan Bridle (dalam Sanjaya, 2006: 163) konsep atau

definisi media pendidikan atau media pembelajaran. Media pembelajaran

adalah seluruh alat dan bahan yang dapat digunkan untuk mencapai

tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan

sebagainya. Radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk

pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Selain pengertian di atas, Arsyad (2007: 6) berpendapat bahwa media

pengajaran meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak

(software). Hardware yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didegar,

atau diraba dengan pencaindra. Software yaitu kandungan pesan yang

terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin

(41)

2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan media yang sebaiknya digunakan

oleh pembimbing dalam proses bimbingan. Media merupakan salah satu

metode untuk memperoleh kemudahan ketika proses pembelajaran

dirasakan menemui kerumitan dan kebosanan dalam pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2006: 169), secara khusus media pembelajaran

memiliki fungsi dan peran untuk:

a. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu

Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat diabadikan

dengan foto, film, atau direkam melalui video atau audio, kemudian

perstiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan.

b. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu

Melalui media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran

yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami dan

dapat menghilangkan verbalisme. Memanipulasi keadaan, media dapat

menampilkan suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit

diikuti seperti gerakan mobil, gerakan kapal terbang, gerakan-gerakan

pelari atau gerakan yang sedang berolah raga; atau sebaliknya dapat

mempercepat gerakan-gerakan yang lambat, seperti gerakan

pertumbuhan tanaman, perubahan warna suatu zat, dan lain

sebagainya.

(42)

c. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa

Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga

perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih meningkat.

Sebagai contoh sebelum menjelaskan materi pelajaran tentang polusi,

untuk dapat menarik perhatian siswa terhadap topik tersebut, maka

guru memutar film terlebih dahulu tentang banjir atau tentang kotoran

limbah industri dan lain sebagainya.

3. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran

Sanjaya (2006: 172) mengatakan bahwa media pembelajaran dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana

melihatnya. Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:

a. Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar atau media yang

hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.

b. Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Media ini adalah film slide, foto,

transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak

seperti media grafis dan lain sebagainya.

c. Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur

suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya

rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.

Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab

(43)

4. Media Bimbingan dan Konseling

Media Bimbingan dan Konseling adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan bimbingan dan konseling yang dapat

merangsang pikiran/perasaan, perhatian, dan kemauan siswa/konseli

untuk memahami diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan serta

memecahkan masalah yang dihadapi. Media Bimbingan dan Konseling

selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur peralatan atau perangkat

keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya message (software).

Media Bimbingan dan Konseling memerlukan peralatan untuk

menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu, tetapi

pesan atau informasi bimbingan dan konseling yang dibawakan oleh

media.

Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan Bimbingan

dan Konseling itu sendiri yang akan disampaikan kepada siswa atau

konseli, sedangkan perangkat keras (hardware) adalah sarana atau

peralatan yang digunakan untuk menyajikan pesan/bahan Bimbingan

Konseling tersebut (Nursalim, 2013: 6)

(44)

D. Media Audio Visual

1. Pengertian Media Audio Visual

Audio Visual adalah media yang menunjukkan unsur auditif

(pendengaran) maupun visual (pengelihatan), meliputi media yang dapat

dilihat maupun didengar suaranya (Anitah, 2010: 54)

Media audio visual merupakan kombinasi antara media audio dan

visual. Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya

dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera penglihatan, akan

tetapi gambar yang dihasilkan adalah gambar diam atau sedikit memiliki

unsur gerak. Penggunaan media ini, maka layanan bimbingan klasikal

akan semakin lengkap dan optimal.

Media audio visual harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan

kondisi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang

baik, akan sulit memahami pelajaran pelajaran manakala digunakan media

yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki

kemampuan pengelihatan yang kurang, akan sulit menangkap bahan

pembelajaran yang disajikan melalui media visual (Sanjaya, 2006: 174).

2. Macam-macam Media Audio Visual

Media ini dibagi dalam:

a. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar

(45)

b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya

berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang

unsur gambarnya berasal dari slide proyektor dan unsur suaranya

berasal dari tape recoder. Dilihat dari daya liputnya, media terbagi

menjadi:

1) Media dengan daya liput luas dan serentak. Penggunaan media ini

tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau

jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama seperti

radio dan televisi serta internet.

2) Media dengan daya liput terbatas oleh ruang dan tempat,

penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat khusus seperti

film, sound slide, dan film rangkai yang harus menggunakan

tempat tertutup dan gelap.

3) Media untuk pembelajaran individual. Media ini penggunaannya

hanya untuk seorang diri termasuk modul program dan pengajaran

melalui komputer.

3. Bentuk-bentuk Media Audio Visual

Berbicara mengenai bentuk media, disini media memiliki bentuk

yang bervariasi sebagaimana dikemukakan oleh tokoh pendidikan, baik

dari segi penggunaan, sifat bendanya, pengalaman belajar siswa, dan daya

(46)

pembahasan ini akan dipaparkan sebagian dari bentuk media audio visual

yang dapat diklasifikasikan menjadi delapan kelas yaitu:

a. Media audio visual gerak contoh, televisi, video tape, film dan media

audio pada umumnya seperti kaset program, piringan, dan

sebagainya.

b. Media audio visual diam contoh, filmastip bersuara, slide bersuara,

komik dengan suara.

c. Media audio semi gerak contoh, telewriter, mouse, dan media board.

d. Media visual gerak contoh, film bisu

e. Media visual diam contoh microfon, gambar, dan grafis, peta globe,

bagan, dan sebagainya

f. Media seni gerak

g. Media audio contoh, radio, telepon, tape, disk dan sebagainya

Hal tersebut di atas adalah merupakan gambaran media sebagai

sumber belajar, memberikan suatu alternatif dalam memilih dan

menggunakan media bimbingan sesuai dengan karakteristik siswa. Media

sebagai alat bantu bimbingan, tetapi harus disesuaikan dengan rumusan

tujuan instruksional dan tentu saja dengan pembimbing itu sendiri.

4. Peran dan Keunggulan Media Audio Visual dalam Layanan

Bimbingan Klasikal

Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang

(47)

belajar seringkali bersentuhan dengan hal-hal yang bersifat kompleks,

maya dan di balik realitas. Media memiliki andil untuk menjelaskan

hal-hal yang abstrak dan menunjukan hal-hal-hal-hal yang tersembunyi. Ketidak

jelasan atau kerumitan bahan ajar dapat dibantu dengan menghadirkan

media sebagai perantara. Bahkan dalam hal-hal tertentu media dapat

mewakili kekurangan guru dalam mengkomunikasikan materi pelajaran

(Sutikno, 2009: 65).

Menurut Sutikno (2009: 102 - 103) Bahwa ada beberapa fungsi

penggunaan media dalam proses belajar mengajar, di antaranya: menarik

perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses

pembelajaran memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas

(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan), mengatasi keterbatasan ruang,

pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa

dikondisikan, menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar,

meningkatkan motivasi siswa yang mempelajari sesuatu/menimbulkan

gairah belajar, melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, dan

meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Dale (dalam Arsyad, 2007: 43) memperkirakan bahwa

pemerolehan hasil belajar melalui indra pandang berkisar 75%, melalui

indra dengar 13%, dan melalui indra lainnya sekitar 12%. Diambil dari

data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses bimbingan klasikal

(48)

hanya melalui ceramah biasa. Hal ini dilihat dari penjumlahan antara

“melalui pendengaran 75% ” + “ melalui penglihatan 13 % = 88%. Dapat

disimpulkan bahwa media audiovisual mempunyai banyak manfaat

termasuk dalam meningkatkan motivasi siswa.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesistindakandapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Motivasi siswa kelas X A TKJ di SMK Negeri 2 Depok dalam

mengikuti layanan bimbingan klasikal dapat ditingkatkan melalui

penggunaan media audio visual.

2. Peningkatan skor motivasi setiap antar siklus dalam mengikuti layanan

bimbingan klasikal menggunakan media audio visual siswa kelas X A

(49)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian,

rencana tindakan penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data,

dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling

(PTBK). Penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling merupakan bentuk

suatu kajian yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi

praktik pembelajaran yang telah dilakukan. Penelitian ini dapat dilaksanakan

jika pembimbing sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang

terkait dengan proses layanan bimbingan klasikal yang dihadapi di kelas.

(50)

sebagai upaya peningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti layanan

bimbingan klasikal kelas X A TKJ di SMK Negeri 2 Depok. Pada saat

memberikan bimbingan tindakan perbaikan, peneliti hanya meneliti satu kelas

dengan instrumen yang sama.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok.

Kelas X A TKJ terdapat 32 siswa terdiri dari 14 siswa putri dan 18 siswa

putra. Objek dalam penelitian ini adalah motivasi siswa dalam mengikuti

layanan bimbingan klasikal dengan menggunakan media audio visual.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok yang

beralamatkan Mrican, Caturtunggal Depok Sleman, Yogyakarta.

b. Waktu Penelitian

Semester II tahun ajaran 2012/2013 dimulai bulan Januari 2013 sampai

dengan bulan Februari 2013.

D. Jadwal Kegiatan Penelitian

(51)
[image:51.595.99.528.162.584.2]

Tabel 3. 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan

Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan

Proposal

√ √ √

2. Persiapan Penelitian

√ √

3. Pelaksanaan Penelitian

√ √ √ √ √

4. Penyusunan Laporan

√ √ √ √ √

E. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan ini meliputi tahap perencanaan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini, akan

dilaksanakan tiga siklus. Sebelum masuk ke siklus I, melakukan observasi

terlebih dahulu untuk mengetahui situasi kelas dan motivasi siswa mengikuti

bimbingan klasikal.

Setelah melakukan observasi dan telah menentukan kelas yang akan

dilakukan penelitian, selanjutnya secara rinci prosedur penelitian tindakan BK

tersebut dijabarkan sebagai berikut.

Siklus I

1. Perencanaan (Planing)

(52)

a. Menyiapkan Satuan Pelayanan Bimbingan (SPB) yaitu problem

sloving, motivasi dan berfikir kritis.

b. Mempersiapkan lembar observasi kegiatan bimbingan, lembar catatan

lapangan yang akan digunakan untuk mengetahui dan sebagai catatan

aktivitas siswa selama proses bimbingan berlangsung.

c. Menyiapkan lembar evaluasi untuk evaluasi siklus I.

d. Menyusun dan mempersiapkan angket dan skala kiraan sifat untuk

mungukur peningkatan motivasi siswa dalam proses bimbingan ketika

menggunakan model audio visual (film pipa dan ember, ketrampilan

manusia, kisah hidup, dan jangan pernah putus asa) diaplikasikan.

2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Setelah dilakukan perencanaan secara memadai, selanjutnya

dilaksanakan tindakan dengan penerapan media audio visual pada layanan

bimbingan klasikal. Pada tahap tindakan ini peneliti melaksanakan

layanan bimbingan yang telah direncanakan yaitu bimbingan klasikal

menggunakan media audio visual. Tindakan yang dilakukan sifatnya

fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai dengan apa

yang terjadi di lapangan.

3. Observasi (observation) atau pengamatan

Observasi dilakukan ketika peneliti melaksanakan tindakan. Peneliti

juga sebagai observer melakukan pengamatan terhadap tindakan yang

(53)

bimbingan. Observasi dilakukan oleh observer sesuai dengan pedoman

observasi yang telah dibuat.

4. Refleksi (reflection)

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis data yang

diperoleh selama observasi, yaitu data yang diperoleh dari lembar

observasi. Kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru dari hasil

pengamatan yang dilakukan, baik kekurangan maupun ketercapaian

bimbingan dari siklus pertama sebagai pertimbangan perencanaan

bimbingan pada siklus selanjutnya.

Siklus II

Kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua dimaksudkan sebagai

perbaikan dari siklus pertama. Tahapan pada siklus kedua identik dengan

siklus pertama yaitu diawali dengan perencanaan (planning), dilanjutkan

dengan pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi

(reflection). Jika hasil evaluasi pada akhir siklus kedua tidak terjadi

peningkatan dilaksanakan siklus ketiga yang tahap-tahapnya seperti pada

tahap siklus pertama dan kedua. Siklus ketiga, keempat, dan seterusnya tidak

diperlukan jika sudah ada peningkatan motivasi siswa sebagai tolak ukur

(54)

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa.

1. Lembar observasi kegiatan bimbingan

Lembar observasi berupa catatan penting yang digunakan untuk

mengobservasi hal-hal yang terjadi dalam kegiatan bimbingan, seperti

keterlaksanaan SPB dan keterlaksanaan rencana tindakan. Lembar

observasi ini juga digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dalam

mengikuti kegiatan bimbingan, kemampuan siswa dalam menyimpulkan

materi, dan antusias siswa dalam mengikuti bimbingan. Hasil observasi

ini juga digunakan sebagai tolak ukur tindakan berikutnya. Tabel dibawah

(55)
[image:55.595.97.528.152.618.2]

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Panduan Observasi Siswa

NO Situasi Yang Diamati Kualifikasi Baik Cukup Kurang A Respon Siswa

1. Siswa mendengarkan materi yang disampaikan.

2. Partisipasi siswa dalam mengikuti bimbingan.

3. Siswa ulet dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

4. Siswa senang saat mengikuti bimbingan.

5. Siswa menyimpulkan materi yang disampaikan

B Situasi Pelaksanaan Media Audio Visual

1. Keaktifan siswa saat mengikuti bimbingan.

2. Siswa antusias dalam mengikuti bimbingan dengan media audio visual.

3. Siswa tidak sibuk dengan hal yang lain.

4. Siswa memperhatikan saat bimbingan.

5. Siswa bertanya mengenai materi bimbingan.

Keterangan :

(56)

2. Lembar skala pengukuran motivasi

Skala penilaian digunakan untuk mengukur motivasi siswa ketika

model bimbingan menggunakan media audio visual diterapkan di dalam

kelas. Skala motivasi siswa terdiri dari 20 butir. Masing-masing

pernyataan terdapat 3 kriteria jawaban dan pedoman penskoran butir, yaitu

Setuju (S) = 3, Kurang Setuju (KS) = 2, dan Tidak Setuju (TS) = 1. Siswa

mengisi skala dengan memberikan tanda √ (check list) sesuai kondisi yang

dialami siswa terhadap setiap pernyataan.

Kisi-kisi yang digunakan sebagai pedoman untuk menyusun

pernyataan dalam skala motivasi siswa, aspek yang diamati adalah sebagai

(57)
[image:57.595.99.494.130.665.2]

Tabel 3. 3

Kisi-kisi Skala Motivasi Siswa dalam Layanan Bimbingan Klasikal

No Aspek Indikator No item Jumlah

Positif Negatif

1. 2. Intrinsik a. Perasaan senang b. Kemauan c. Kecerdas-an d. Kemandi-rian Extrinsik Dorongan

1. Senang terhadap layanan bimbingan. 2. Senang terhadap guru

BK

3. Senang mengikuti layanan bimbingan. 1. Kemauan siswa dalam

memahami materi Bimbingan. 2. Kemauan siswa

mengerjakan tugas. 3. Kemauan siswa

memperoleh nilai-nilai layanan

1. Siswa memahami materi yang disampaikan

2. Siswa bertanya saat bimbingan

1. Kesadaran siswa untuk serius

1. Dorongan untuk memperhatikan. 2. Dorongan untuk

memaknai. 1,2,3 4 10,11 6,9 7 13 15 17 20 18 5 8 14 16 12 19 3 1 2 3 2 2 2 1 1 2 1

(58)

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang

hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala.

Selain itu pedoman wawancara juga mempermudah peneliti untuk

melakukan tanya jawab tentang bagaimana respon siswa terhadap

[image:58.595.99.504.218.648.2]

bimbingan dengan menggunakan media audio visual.

Tabel 3. 4

Pedoman Wawancara Guru dan Siswa

Guru

1. Bagaimana sikap Anda terhadap bimbingan hari ini? 2. Apakah Anda merasa senang dengan bimbingan hari ini? 3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai bimbingan

menggunakan media audio visual?

4. Manfaat apa saja yang Anda dapat jika bimbingan menggunakan media audio visual?

5. Apakah penting bimbingan menggunakan media audio visual?Jelaskan!

Siswa

1. Menurut guru BK, bimbingan menggunakan media audio visual bagus atau tidak?Jelaskan!

2. Bagaimana kondisi kelas, saat peneliti memberikan bimbingan menggunakan media audio visual? 3. Menurut guru BK, siswa yang mengikuti bimbingan

menggunakan media audio visual ada peningkatan(rasa senang, tertarik, dan hilang rasa bosan)

4. Apa saja yang harus diperbaiki untuk peneliti melakukan tindakan berikutnya saat bimbingan?

(59)

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting.

Pembuatan catatan lapangan bersama mitra kolaboratif (observer)

dilakukan berdasarkan hasil observasi berbagai aspek bimbingan di kelas,

suasana kelas, pengelolaan kelas, dan interaksi siswa di kelas.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik untuk memperoleh gambaran

visualisasi mengenai aktivitas siswa selama proses bimbingan

berlangsung. Dokumentasi berupa hasil kerja siswa selama kegiatan

berlangsung serta foto-foto kegiatan yang dilakukan selama bimbingan

dengan menggunakan media kamera. Dokumentasi dilakukan untuk

melihat catatan-catatan yang dilakukan dalam penelitian.

G. Validasi dan Reliabilitas

Uji coba instrumen dilakukan untuk menguji keandalan instrumen dan

untuk menguji ketepatan dari segi teknik. Instrumen yang baik harus

memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2005:

64-113). Baik tidaknya alat ukur yang digunakan harus dianalisis setelah uji

coba instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data.

1. Validitas butir atau item

Menurut Sugiyono, valid berarti dapat digunakan untuk mengukur

(60)

pengertian bahwa sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai

dukungan yang besar terhadap skor total. Dengan kata lain sebuah item

memiliki validitas yang tinggi sehingga jika skor pada item mempunyai

kesejajaran dengan skor total (Arikunto, 2005: 72)

Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran digunakan

rumus korelasi product moment sebagai berikut.

r

xy= N

xy

-

x

y

√(

N∑X2 – (∑x)2)(N∑y2 – (∑y)2

)

Keterangan :

rxy = koefisien validitas butir

x = skor masing-masing butir

y = skor total semua siswa

N = jumlah siswa

Setelah memperoleh harga dengan rumus korelasi product moment di

atas kemudian dikonsultasikan dengan tabel harga kritik rxy product

moment dengan menentukan taraf signifikannya lebih dahulu, jika rxy ≥

rtabel, maka item tersebut dikatakan valid sebaliknya jika rxy < rtabel, maka

item tersebut dikatakan tidak valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berarti alat ukur menunjuk pada ketepatan dan

(61)

penelitian. Suatu intrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut

mempunyai ketepatan hasil walaupun digunakan berulang-ulang.

Maksudnya intrumen tersebut akan memberikan hasil yang sama.

Instrumen yang akan diuji dalam penelitian ini berupa angket yang

skornya dari 1 sampai 3, maka untuk menghitung reliabilitas

menggunakan rumus alpha, yaitu :

r

ii =

[

n

]

(1- )

(Arikunto, 2005 :109)

di mana :

r ii = koefisien reliabilitas

n = banyaknya item yang valid

= jumlah varians skor item

= jumlah varians skor total

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul berupa hasil observasi, hasil wawancara, skala,

catatan lapangan, dan dokumentasi bimbingan. Data yang diperoleh dianalisi

secara deskriptif untuk mengetahui pelaksanaan dan hambatan-hambatan yang

terjadi selama bimbingan klasikal. Analisis data dalam PTBK dilakukan

secara langsung sejak data pra tindakan diperoleh dari hasil observasi. Hal ini

bermanfaat untuk mempertimbangkan rencana perbaikan bimbingan pada

∑ѳ1 2

∑ѳ1 2

∑ѳ1 2

n-1

(62)

siklus berikutnya. Adapun secara lebih rinci analisis datanya adalah sebagai

berikut:

a. Analisis Data Skala Motivasi

Analisis data dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi

siswa kelas X A TKJ SMK Negeri 2 Depok tahun ajaran 2012-2013.

Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pengkategorisasian jenjang ordinal. Norma pengkategorisasian

menggunakan kriteria Azwar (2011: 108). Terdapat lima kategorisasi

yang digunakan dalam mengukur capaian motivasi dalam penelitian ini

yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

[image:62.595.101.520.238.625.2]

Kategorisasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 5

Kriteria Hasil Presentase Skor Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan Klasikal

Rumus Kategori

X< -1,5σ Sangat Rendah

-1,5σ < X < - 0,5σ Rendah

- 0,5σ < X < + 0,5σ Sedang

+ 0,5σ < X< +1,5σ Tinggi

+1,5σ < X Sangat Tinggi

Keterangan :

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi

(63)

σ : Standar deviasi yaitu luas jarak

rentang skor yang dibagi dalam 6 satuan

M : Mean teoritik yaitu rata-rata teoritis

dari skor maximum dan minimum

b. Analisis Data Observasi dan Catatan Lapangan

Data hasil observasi dianalisis dengan mendeskripsikan aktivitas

siswa dalam kegiatan layanan bimbingan klasikal yaitu menggunakan

lembar observasi motivasi siswa. Penilaian dapat dilihat dari skor pada

lembar observasi yang digunakan. Persentase perolehan skor lembar

observasi dikualifikasi untuk menentukan seberapa besar motivasi siswa

dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal. Setiap siklus persentase

diperoleh dari rata-rata persentase motivasi siswa pada tiap pertemuan

bimbingan. Berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat, maka

dalam menghitung persentase skor hasil observasi digunakan cara sebagai

berikut:

q = r

x100% t

q = persentase skor hasil observasi motivasi siswa

r = jumlah keseluruhan skor yang dipeoleh

t = skor maksimal

Selanjutnya persentase skor hasil observasi motivasi siswa dianalisis

(64)
[image:64.595.98.515.202.621.2]

Tabel 3. 6

Kriteria Kategori Hasil Presentase Skor Observasi Terhadap Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan

(Riduwan, 2007: 15)

q = persentase skor hasil motivasi observasi siswa

Selain pedoman observasi, digunakan juga catatan lapangan untuk

melengkapi catatan hasil observasi dalam mendiskripsikan hasil

pengamatan tentang aktivitas siswa dalam kegiatan layanan bimbingan.

c. Analisis data dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari

hasil observasi, angket, wawancara dan tes. Dokumentasi dilakukan untuk

melihat catatan-catatan atau arsip-arsip yang dilakukan dalam penelitian.

Data hasil dokumentasi dianalisis dengan mendiskripsikan sesuai gambar

yang diambil.

d. Analisis data hasil wawancara

Data hasil wawancara dianalisis dengan mendiskripsikan atau

merangkum hasil wawancara dengan berpedoman pada pedoman

wawancara yang digunakan.

Persentase Yang Diperoleh Keterangan

85% ≤ ≤ 100% Sangat Tinggi

70% ≤ < 85% Tinggi

55% ≤ < 70% Sedang

40% ≤ < 55% Rendah

(65)

I. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pencapaian peningkatan motivasi siswa dalam

mengikuti layanan bimbingan klasikal siswa kelas X A TKJ SMK Negeri 2

Depok dalam penelitian ini ditetapkan sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal

setelah diterapkan media audio visual yang ditunjukkan dengan kenaikan

[image:65.595.96.524.230.610.2]

persentase motivasi siswa dari siklus I ke siklus II dan III.

Tabel 3. 7

Rentang Skor Penilaian Setiap Siklus

Terhadap Motivasi Siswa dalam Mengikuti Layanan Bimbingan

Rentang Skor Keterangan

20-31 Sangat Rendah

31-37 Rendah

37-43 Sedang

43-49 Tinggi

49-60 Sangat Tinggi

2. Rata-rata kelas berdasarkan observasi siswa ditunjukkan dengan kenaikan

(66)

47

Bab ini memaparkan tentang deskripsi pelaksanaan tindakan, deskripsi hasil

tindakan, dan pembahasan.

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan bimbinga

Gambar

Tabel Bab IV
Gambar                                                                                                        Halaman
Tabel 3. 1
Tabel 3. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skrips i yang berjudul, “ Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2016 ” yang

Kecurangan akuntansi diartikan sebagai sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan dan

Sementara, kepemimpinan pendidikan Islam adalah seseorang yang bukan hanya menjadi pemimpin bagi lembaga Islam, seperti di sekolah, tetapi seorang pemimpin yang bisa menjadi

Dalam penulisan penelitian, penulis menggunakan sumber tertulis yang dibuat oleh Sjafruddin Prawiranegara. Selain itu penulis juga memasukkan beberapa sumber pendukung lain dalam

perkebunan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang tidak sedikit (Tim Penulis PS, 2008).. Secara tradisional, penggunaan produk kelapa adalah untuk konsumsi

Pendapat dari masyarakat tentang lembaga peradilan sekarang ini terjadi karena tidak adanya kontrol terhadap prinsip kebebasan dan kemandirian hakim, sehingga

Simpulan hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan aktivita peneliti dalam kegiatan layanan siklus I 64% kategori (cukup) dan siklus II 82% kategori (baik).Hasil

Tujuan pembelajaran make a match menurut Febriana (2011) yaitu untuk menumbuhkan sikap saling menghormati, menumbuhkan sikap tanggung jawab, meningkatkan percaya diri