• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hepatoprotektif dekok biji Persea americana jangka pendek terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida dan mengetahui waktu pemberian efektif dekok.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan membagi acak 30 ekor tikus ke dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil

(1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian setelah 6 jam diberikan diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST, dan data dihitung dengan menggunakan ANOVA satu arah.

Dari peneltian diperoleh bahwa pemberian dekok biji P. americana

360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan waktu 1, 4, dan 6 jam; dengan waktu efektif pada jam ke-1 setelah pemberian dekok biji P. americana.

(2)

ABSTRACT

The aim of study research are to prove the hepatoprotective effect of short term Persea americana seed decoction to decrease serum levels of ALT and AST in rats induced carbon tetrachloride and to know the most effective time in giving decoction.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of 30 male Wistar rats were divided randomly into 6 groups in the same amount. Group I (hepatotoxins controlled-group) was given carbon tetrachloride dissolved in olive oil (1:1) at a dose of 2 ml/kgBW in intraperitonial. Group II (negative-controlled-group) was given a dose of 2 ml/kgBW olive oil in intraperitonial. Group III (decoction controlled-group) was given oral decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then after 6 hours, their blood was drawn. Group IV, V, and VI (treatment group) were given decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then successively on the 1, 4, and 6 hour after administration of decoctoin dose, 2 ml/kgBW of carbon tetrachloride was adminstered intraperitonially. At the 24th hour after administration of carbon tetrachloride, blood samples from all group were taken through the eyes orbital sinus for measuring the ALT and AST activities. The data were analyzed by one way ANOVA.

The result of this study showed that short-term seeds of P. americana

decoction at a dose of 360.71 mg/kgBW had effect to reduce ALT-AST activitities in male rats induced carbon tetrachloride 2 ml/kgBW with a time of 1, 4, and 6 hours; with effective time 1 hour after administration decoction of P. americana seeds.

(3)

i

EFEK HEPATOPROTEKTIF JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP AKTIVITAS ALT-AST

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Angelia Rosari

NIM : 108114115

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kekuatan Di Hidupku

Ku Dapat Dalam Yesus

Dia Tak Pernah Tinggalkanku

Setia Menopangku

Berseru, Berharap Dalam Yesus

(edward chen)

Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh, demikianlah pula dalam hidup manusia bukan? Karena ada

angan-angan mudah mati, kadang-kadang timbullah angan-angan-angan-angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikan buah.

(R. A. Kartini)

Kupersembahkan tulisan kecil ini untuk Yesus Kristus Dan Bunda Maria sumber kuat dan harapanku, yang mencintai, memberkati dan menyertai segala jalanku Mamaku, Papaku, dan adikku yang tak pernah berhenti menyayangi

(7)
(8)
(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Bapa atas berkat, kasih, anugerah,

dan kuasaNya, sehingga skripsi yang berjudul EFEK HEPATOPROTEKTIF

JANGKA PENDEK DEKOK BIJI Persea americana Mill. TERHADAP

AKTIVITAS ALT-AST PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON

TETRAKLORIDA dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu Program Studi Farmasi (S. Farm) Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada banyak

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, penulis hendak

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran

yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi tersebut.

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini

yang telah memberikan saran kepada penulis.

4. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK selaku Dosen Penguji pada skripsi ini, atas saran

(10)

viii

5. Ibu Rini Dwiastuti., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi yang

telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium untuk

kepentingan dan keberlangsungan skripsi tersebut.

6. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah memberikan bantuan dalam

determinasi biji Persea americana.

7. Bapak Heru, Bapak Parjiman, Bapak Kayat, Bapak Kunto, dan Bapak

Suparlan selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan

dukungannya kepada penulis selama proses pngerjaan skripsi tersebut.

8. Keluargaku Mama Li Sian Lay, Papa Mikael NES, adikku Maria Charin da

Christa, Kokoku Harry Siestanto, Mbah, Om Agus, dan Ce Fretty atas segala

cinta, doa, nasihat, dukungan, dan batuan yang selalu mengiringiku.

9. Rekan-rekan Tim Persea americana: Ni Luh Putu Dian P.P., Lydia Setiawan, Gidion Krisnadi Yoseph, Inneke Devi P. S., Irene, Rotua, Komang Ayu N.,

Ike Kumalasari, Priscilla D.V.V., Liana Risha G., Robert Dwijantara Putra,

Maria Malida V. S., Yudhytha Anggarhani Q., dan Adrienne Roma A. atas

segala kerja sama, dukungan, dan bantuannya.

10.Sahabat dan partner segala tugas praktikum serta diskusi Agriva Devaly A., Yudhytha Anggarhani Q., Evan Gunawan, dan Stefanus Indra.

11.Para sahabat tercinta Hendy Larsen, Denny Krisandi, Priscilla Novelia Sari,

Gabriella Indria, Arellia Oktaviori, Eva Christiana, dan Wuri Kinanti atas

doa, motivasi, dan sarannya.

12.Teman luar biasaku Andreas Wilasto Anggit buat semua doa, dukungan,

(11)

ix

13.Keluarga besar Wisma Ananda: Mbak Sum, Ocha, Eva, Helen, Maria, Indah,

Kak Liza atas semua dukungan dan doa yang mengiringiku.

14.Om Budi (Alm.), Tante Hastuti, Mas Bowo, Mbak Asri, dan Mbak Risty

terima kasih buat semua dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.

15.Teman-teman FKK B 2010 dan teman-teman Fakultas Farmasi USD 2010

atas kebersaamaan dan dukungannya.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis yang

telah ikut membantu selama proses penyusunan skripsi tersebut.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan

mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis juga berharap semoga skripsi tersebut dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pada bidang farmasi, maupun

masyarakat.

Yogyakarta, Oktober 2013

(12)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

1. Rumusan masalah ... 2

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum ... 4

(13)

xi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Anatomi dan Fisiologi Hati ... 5

B. Fungsi Hati ... 7

C. Jenis Kerusakan Hati ... 8

1. Perlemakan (Steatosis) ... 8

2. Nekrosis hati ... 9

3. Kolestasis ... 9

4. Sirosis ... 10

D. Hepatotoksin ... 10

1. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A) ... 10

2. Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B) ... 10

E. ALT dan AST ... 11

F. Karbon Tetraklrorida ... 11

G. Persea americana Mill. ... 12

1. Taksonomi ... 12

2. Nama lain ... 13

3. Morfologi ... 13

4. Kandungan kimia ... 14

5. Khasiat dan kegunaan ... 14

H. Landasan Teori ... 15

I. Hipotesis ... 16

BAB III. METODE PENELITIAN ... 17

(14)

xii

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 17

1. Variabel utama ... 17

2. Variabel pengacau ... 17

3. Definisi operasional ... 18

C. Bahan Penelitian ... 19

1. Bahan utama ... 19

2. Bahan kimia ... 19

D. Alat Penelitian ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 21

1. Determinasi serbuk biji P. americana ... 21

2. Pengumpulan bahan uji ... 21

3. Pembuatan serbuk biji P. americana ... 21

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering biji P. americana ... 22

5. Pembuatan dekok serbuk biji P. americana ... 22

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50% ... 22

7. Uji pendahuluan ... 23

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji ... 24

9. Pembuatan serum ... 24

10.Pengukuran aktivitas ALT dan AST ... 24

F. Tata Cara Analisis Hasil ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

A. Penyiapan Bahan ... 27

(15)

xiii

2. Penetapan kadar air serbuk kering biji P. americana ... 27

B. Uji Pendahuluan ... 28

1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida ... 28

2. Penentuan waktu pencuplikan darah ... 29

C. Hasil Uji Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida ... 32

1. Kontrol negatif (olive oil 2 ml/kgBB) ... 36

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/kgBB) ... 39

3. Kontrol perlakuan (dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB ... 40

4. Kelompok praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB ... 41

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Rata-Rata Aktivitas ALT-AST Tikus Setelah Induksi

Karbon Tetraklorida dengan Dosis 2 ml/kgBB Saat

Pencuplikan Darah pada Jam ke-0, 24, dan 48 (n=3) ... 29

Tabel II. Hasil Uji Scheffe Aktivitas ALT Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 30

Tabel III. Hasil Uji Scheffe Aktivitas AST Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 31

Tabel IV. Pengaruh Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek Terhadap

Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida pada Aktivitas

Serum ALT dan AST ... 33

Tabel V. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Mann Whitney dari

Kebermaknaan ALT Antar Kelompok ... 34

Tabel VI. Hasil Analisis Statistik Uji Post Hoc Scheffe dari

Kebermaknaan AST Antar Kelompok ... 36

Tabel VII. Perbandingan Kontrol Olive Oil Jam ke-0 dan 24 pada

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penampang Mikroskopik Hati ... 7

Gambar 2. Struktur Mikroskopik Hepar yang Mengalami Steatosis ... 9 Gambar 3. Struktur Molekul Karbon Tetraklorida ... 11

Gambar 4. Mekanisme Oksidasi dan Biotransformasi Karbon

Tetraklorida ... 12

Gambar 5. Diagram Batang Orientasi Aktivitas ALT Tikus Setelah

Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 29

Gambar 6. Diagram Batang Orientasi Aktivitas AST Tikus Setelah

Diinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada

Jam ke-0, 24, dan 48 ... 31

Gambar 7. Diagram Batang Rata-Rata Pengaruh Waktu Protektif

Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek terhadap Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida

pada Aktivitas Serum ALT ... 35

Gambar 8. Diagram Batang Rata-Rata Pengaruh Waktu Protektif

Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka pendek terhadap Hepatotoksisitas Karbon Tetraklorida

pada Aktivitas Serum AST ... 35

Gambar 9. Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan ALT Kontrol

(18)

xvi

Gambar 10. Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan AST Kontrol

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto Serbuk Biji P. americana ... 53

Lampiran 2. Foto Dekok Biji P. americana ... 53

Lampiran 3. Surat Determinasi Biji P. americana ... 54

Lampiran 4. Data Organoleptis dan Mikroskopis Hasil Determinasi Serbuk Biji P. americana ... 55

Lampiran 5. Surat Ethical Clearance ... 61

Lampiran 6. Analisis Statistik Data ALT dan AST Uji Pendahuluan Waktu Pencuplikan Darah Hewan Uji Setelah Diinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ... 62

Lampiran 7. Analisis Statistik Data ALT dan AST Kelompok Kontrol Olive Oil Dosis 2 ml/kgBB ... 69

Lampiran 8. Analisis Statistik Data ALT dan AST Kelompok Perlakuan Dekok Biji P. americana Dosis 360,71 mg/kgBB Terinduksi Karbon Tetraklorida 2 ml/kgBB ... 75

Lampiran 9. Perhitungan Persen Hepatoprotektif ALT ... 89

Lampiran 10. Penetapan Kadar Air Serbuk ... 90

Lampiran 11. Perhitungan Konversi Dosis dan Waktu Untuk Manusia ... 92

(20)

xviii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek hepatoprotektif dekok biji Persea americana jangka pendek terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus yang diinduksi karbon tetraklorida dan mengetahui waktu pemberian efektif dekok.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan membagi acak 30 ekor tikus ke dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil

(1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian setelah 6 jam diberikan diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI (kelompok perlakuan) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kg BB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB. Pada jam ke-24 setelah pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST, dan data dihitung dengan menggunakan ANOVA satu arah.

Dari peneltian diperoleh bahwa pemberian dekok biji P. americana

360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB dengan waktu 1, 4, dan 6 jam; dengan waktu efektif pada jam ke-1 setelah pemberian dekok biji P. americana.

(21)

xix

ABSTRACT

The aim of study research are to prove the hepatoprotective effect of short term Persea americana seed decoction to decrease serum levels of ALT and AST in rats induced carbon tetrachloride and to know the most effective time in giving decoction.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total of 30 male Wistar rats were divided randomly into 6 groups in the same amount. Group I (hepatotoxins controlled-group) was given carbon tetrachloride dissolved in olive oil (1:1) at a dose of 2 ml/kgBW in intraperitonial. Group II (negative-controlled-group) was given a dose of 2 ml/kgBW olive oil in intraperitonial. Group III (decoction controlled-group) was given oral decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then after 6 hours, their blood was drawn. Group IV, V, and VI (treatment group) were given decoction of P. americana seeds at a dose of 360.71 mg/kgBW, then successively on the 1, 4, and 6 hour after administration of decoctoin dose, 2 ml/kgBW of carbon tetrachloride was adminstered intraperitonially. At the 24th hour after administration of carbon tetrachloride, blood samples from all group were taken through the eyes orbital sinus for measuring the ALT and AST activities. The data were analyzed by one way ANOVA.

The result of this study showed that short-term seeds of P. americana

decoction at a dose of 360.71 mg/kgBW had effect to reduce ALT-AST activitities in male rats induced carbon tetrachloride 2 ml/kgBW with a time of 1, 4, and 6 hours; with effective time 1 hour after administration decoction of P. americana seeds.

(22)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang Penelitian

Hepar merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar di dalam tubuh yang

memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan yang

sudah dicerna. Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah

metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Adanya kerusakan pada hepar

disebabkan karena adanya pemejanan terhadap senyawa kimia dan

mikroorganisme (Donatus, 1992).

Menurut Sofia, Nurdjanah, dan Ratnasari (2009), prevalensi perlemakan

hati di Indonesia sebesar 30,6%. Menurut WHO (2013), 500 juta penduduk dunia

terkena infeksi virus hepatitis B atau C, yang setiap tahunnya membunuh 1,5 juta

manusia. Dari angka tersebut dapat terlihat bahwa prevalensi penyakit hati di

masyarakat tinggi.

Adanya tanaman-tanaman di sekitar kita dapat dimanfaatkan dalam

pengobatan berbagai penyakit (Donatus, 1992), termasuk penyakit yang

menyerang organ hati. Salah satunya adalah Persea americana yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang memiliki kemampuan untuk

menangkap radikal bebas (Malangngi, Meyke, dan Jessy, 2012) karena P. americana memiliki kandungan flavonoid yang larut air dan dapat menangkap radikal bebas (Arukwe, Amadi, Duru, Agomuo, Adindu, Odika, Lele, Egejuru,

(23)

penelitian ini menggunakan pelarut air dengan harapan dapat memperoleh

antioksidan lebih banyak. Adapun bentuk sediaan yang diuji adalah dekok karena

betuk sediaan tersebut banyak digunakan dalam masyarakat sebagai salah satu

cara untuk memperoleh khasiat dari suatu tanaman.

Radikal bebas dalam penelitian ini terbentuk sebagai hasil pengubahan

karbon tetraklorida menjadi radikal triklormetil (CCl3•) dan kemudian diubah

menjadi radikal trikorometilperoksi (CCl3O2•) yang bersifat lebih reaktif

(Hodgson, 2010). Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian terkait aktivitas

P. americana untuk mengetahui kemampuannya sebagai hepatoprotektif jangka pendek pada tikus jantan yang sudah diinduksi karbon tetraklorida untuk diketahui

pengaruh pemberian dan waktu pemberian efektif dekok tersebut yang mampu

memberikan efek hepatoprotektif yang optimal. Penelitian serupa mengunakan

waktu jangka panjang juga dilakukan bersamaan dengan penelitian tersebut.

1. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

a. Apakah pemberian dekok biji Persea americana jangka pendek memberi pengaruh hepatoprotektif dengan menurunkan kadar AST-ALT serum

pada tikus jantan galur Wistar yang diinduksi karbon tetraklorida?

b. Berapa lama waktu pemberian dekok biji P. americana yang efektif untuk memberikan efek hepatoprotektif yang optimal pada tikus jantan

(24)

2. Keaslian penelitian

Penelitian menggunakan ekstrak biji Persea americana Mill. pernah dilakukan oleh Arukwe, et al. (2012) yang menyatakan bahwa ekstrak biji Persea americana memiliki kandungan saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol, dan steroid. Ekstrak air biji Persea americana dinyatakan oleh Alhassan, Sule, Atiku, Wudil, dan Abubakar (2012) memiliki efek hipoglikemi

pada tikus terinduksi aloksan. Selanjutnya, penelitian terkait dengan P. americana

telah dilakukan oleh Idris, Ndukwe, dan Gimba (2009) yang melaporkan bahwa

biji P. americana memiliki aktivitas antimikroba. Selain itu, Malangngi, dkk. (2012) melaporkan ekstrak etanol biji P. americana memiliki kandungan antioksidan. Malangngi, dkk. (2012) juga melaporkan kandungan tanin dan

aktivitas antioksidan ekstrak etanol biji Persea americana dalam menangkap radikal bebas DPPH. Nwaoguikpe dan Braide (2011) juga melaporkan bahwa

ekstrak air biji P. americana juga mampu mengontrol hipertensi dan penyakit kardiovaskular.

Sejauh studi pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian terkait

dengan efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji P. americana Mill. terhadap penurunan kadar ALT dan AST serum pada tikus jantan galur Wistar

yang terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan pengetahuan bagi

(25)

mengenai pengaruh pemberian dekok biji Persea americana yang memiliki efek hepatoprotektif jangka pendek.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada masyarakat

terkait waktu efektif dalam pemberian dekok biji Persea americana yang memiliki efek hepatoprotektif.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh waktu pemberian dekok biji P. americana

terhadap hepar tikus jantan galur Wistar.

2. Tujuan khusus

a.Mengetahui pengaruh pemberian dekok biji P. americana jangka pendek terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus jantan galur Wistar yang

diinduksi karbon tetraklorida.

b.Mengetahui waktu pemberian efektif dekok biji P. americana yang dapat memberikan efek hepatoprotektif optimal pada tikus jantan galur Wistar

(26)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hepar merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar di dalam tubuh yang

memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan yang

sudah dicerna. Fungsi utama dari organ yang sekaligus kelenjar ini adalah

metabolisme (Wibowo dan Paryana, 2009). Hepar memiliki berat sekitar 1400 g

pada orang dewasa dan dibungkus oleh suatu fibrosa. Hepar menerima hampir

sekitar 1500 ml darah per menit melalui vena porta dan arteri hepatica (McPhee dan Ganong, 2011).

Hepar secara keseluruhan tertutup oleh dinding thorax. Hepar memiliki

dua facies, yaitu (1) facies diaphragmatica yang terletak di sisi atas dengan bentuk sesuai dengan lengkung diafragma dan memiliki tekstur permukaan yang

halus, serta terbagi menjadi bagian anterior dan posterior; (2) facies visceralis

yang memiliki permukaan yang ireguler karena berbatasan dengan gaster, duodenum, esofagus, flexura coli dextra, ren dextra, dan vesica fellea. Facies ini menghadap ke bawah dan ke belakang dengan garis horizontal yang membentang

yang dinamakan porta hepatis (Wibowo dan Paryana, 2009).

Hepar terdiri dari unit-unit fungsional (Gambar 1.) yang biasa disebut

lobulus yang berupa susunan jaringan berbentuk heksagonal yang mengelilingi

vena sentral. Darah dari cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari

(27)

antara deretan sel hati ke vena sentral. Di bagian dalam sinusoid ini terdapat sel

yang berfungsi untuk menghancurkan sel darah merah dan bakteri yang

melewatinya dalam darah. Sel ini disebut sel Kupffer (Sherwood, 2007), dan tidak

jarang disebut sebagai sel fagositik (Price dan Wilson, 2005). Lapisan endotel

sinusoid vena memiliki pori-pori yang sangat besar, berdiameter hampir 1

mikrometer. Di bawah lapisan ini terdapat ruang Disse atau disebut juga ruang

perisinusoidal. Jutaan disse menghubungkan pembuluh limfe di dalam pembuluh septum interlobularis. Kelebihan cairan dalam ruang ini akan dikeluarkan melalui

aliran limfatik (Guyton dan Hall, 2006).

Hepar menerima darah dari dua sumber: (a) Darah arteri, yang

menyediakan O2 bagi hati dan mengandung metabolit darah untuk diproses oleh

hati, disalurkan oleh arteri hepatika;dan (b) Darah vena yang berasal dari saluran

cerna, dibawa oleh vena porta hepatika untuk pemrosesan dan penyiapan nutrien

yang baru diserap (Sherwood, 2007). Kedua pembuluh darah ini bercabang

mengikuti ductus biliaris sampai akhirnya bermuara ke dalam sinusoid. Dari sini, darah akan dialirkan menuju vena hepatica dan bermuara pada vena cava inferior

(28)

Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)

B. Fungsi Hati

Pada awal kehidupan, fungsi hati pada neonatus masih kurang efektif

(Guyton dan Hall, 2006). Namun peran hati sesungguhnya dalam sistem

pencernaan adalah sekresi garam empedu. Hati juga memiliki fungsi lain, yaitu:

1. Memetabolisme nutrien utama: karbohidrat, protein, lemak

2. Mendetoksifikasi zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh, hormon, serta

senyawa asing lain yang masuk ke dalam tubuh

3. Membentuk protein plasma

4. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan vitamin

5. Bersama ginjal, mengaktifkan vitamin D (Sherwood, 2007).

Fungsi utama hepar adalah metabolisme. Hepar memiliki struktur

(29)

hepar mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang kaya akan makanan

dan tidak mengandung oksigen, namun terkadang bersifat toksik; serta dari arteri

hepatika yang mengandung oksigen. Karena sistem peredaran darah yang tidak

biasa ini, sel-sel hepar mendapatkan suplai darah yang relatif kurang oksigen yang

mengakibatkan hepar memiliki potensi besar untuk mengalami kerusakan dan

juga penyakit (Wibowo dan Paryana, 2009).

Setelah hati mengalami kehilangan jaringannya, hati akan melakukan

regenerasi atau mengembalikan dirinya sendiri. Proses regenerasi ini berlangsung

selama 5 hingga 7 hari pada tikus dimana pada saat ini hepatosit diperkirakan

mengalami replikasi sebanyak satu atau dua kali, dan setelah mencapai ukuran

yang sebenarnya, hepatosit akan kembali lagi pada keadaan semula (Guyton dan

Hall, 2007).

C. Jenis Kerusakan Hati

Macam-macam jenis kerusakan hati yang dapat terjadi sebagai akibat

dari efek toksik yang dihasilkan oleh toksikan, antara lain:

1. Perlemakan (Steatosis)

Perlemakan hati (Gambar 2.) ditandai dengan adanya lipid pada hati

dengan berat lebih dari 5%. Lesi yang terbentuk dapat bersifat akut, seperti yang

ditimbulkan oleh etionin, fosfor, atau tertrasiklin. Tetrasiklin menyebabkan

banyaknya butiran lemak kecil di dalam suatu sel, sementara etanol menyebabkan

terbentuknya butiran lemak kecil yang menggantikan inti, sedangkan karbon

(30)

protein dari lipoprotein dan penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein

(Lu, 1995).

Gambar 2. Struktur mikroskopik hepar yang mengalami steatosis

(Mercer University School of Medicine, 2012)

2. Nekrosis hati

Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam

kerusakan akut. Kematian sel ini ditandai dengan edema sitoplasma, dilatasi

retikulum endoplasma, dan disagregasi polisom (Lu, 1995). Di daerah terjadinya

nekrosis terjadi peningkatan eosinofil di sitoplasma dan juga neutrofil di daerah

terjadinya kerusakan tersebut (Hodgson, 2010).

3. Kolestasis

Kolestasis merupakan jenis kerusakan hati akut yang jarang ditemukan

dibandingkan perlemakan hati dan nekrosis (Lu, 1995). Kolestasis merupakan

penekanan atau penghentian aliran empedu yang disebabkan oleh faktor dalam

(31)

mengakibatkan akumulasi retensi garam empedu, akumulasi bilirubin, dan

peristiwa yang mengarah jaundice (Hodgson, 2010).

4. Sirosis

Sirosis merupakan hepatotoksisitas yang ditandai dengan adanya kolagen

di seluruh hati yang mengakibatkan terbentuknya jaringan parut. Dalam banyak

kasus, hal ini terjadi karena adanya paparan senyawa kimia secara kronis yang

mengakibatkan terjadinya akumulasi di matriks ekstra seluler yang menghambat

aliran darah, metabolisme normal hepar, dan proses detoksifikasi (Hodgson,

2010). Pada manusia, penyebab utama terjadinya sirosis hati adalah konsumsi

kronis dari minuman beralkohol (Lu, 1995).

D. Hepatotoksin

Hepatotoksin diklasifikasi menjadi dua, yaitu:

1. Hepatotoksin teramalkan (Tipe A)

Hepatotoksin ini merupakan senyawa yang dapat merusak hepar jika

diberikan dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Jadi jenis

hepatotoksin ini bergantung dari jumlah dosis pemberian senyawa. Parasetamol

dan karbon tetraklorida merupakan contoh hepatotoksin teramalkan (Forrest,

2006).

2. Hepatotoksin tak teramalkan (Tipe B)

Hepatotoksin tersebut tidak bersifat toksik, dan hanya memberikan efek

(32)

pada dosis pemberian. Contoh senyawa yang termasuk jenis ini adalah isoniazid

dan clorpromazine (Forrest, 2006).

E. ALT dan AST

ALT (alanin aminotransferase) dan AST (aspartat aminotransferase)

serum sering digunakan dalam uji fungsi hati yang terletak normal di dalam

hepatosit. Maka jika kedua enzim tersebut ditemukan di dalam serum, hal ini

mengindikasikan adanya kerusakan fungsi hati (McPhee dan Ganong, 2007).

Kadar aminotransferase dalam level yang tinggi menunjukkan adanya infeksi

virus, ischemic, atau keracunan pada hepar (Dipiro, 2008).

ALT merupakan enzim yang konsentrasi terbesarnya terdapat pada hepar

yang merupakan petunjuk spesifik adanya nekrosis hepar dibandingkan AST yang

terdapat pada hampir semua jaringan, hepar, dan otot rangka (Zimmerman, 1999).

F. Karbon Tertaklorida

Gambar 3. Struktur molekul karbon tetraklorida (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

Karbon tetraklorida (Gambar 3.) merupakan senyawa model yang dapat

mengakibatkan perlemakan dan nekrosis pada hepar (Timbrell, 2009). Senyawa

(33)

lemak (Wahyuni, 2005). Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia

yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan

senyawa kimia lainnya. CCl4 dikonversi menjadi radikal triklormetil (CCl3•) dan

kemudian diubah menjadi radikal trikorometilperoksi (CC3O2•) yang bersifat lebih

reaktif (Gambar. 4). Nekrosis yang terjadi karena CCl4 paling parah terjadi pada

centrilobular sel hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi yang bertanggung jawab mengaktifkan CCl4 (Hodgson, 2010), dan

pemejanan senyawa ini dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya

sirosis dan tumor hati, juga kerusakan ginjal (Timbrell, 2009).

Gambar 4. Mekanisme oksidasi dan biotransformasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

G. Persea americana Mill.

1. Taksonomi

(34)

Sub kerajaan : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua atau dikotil)

Sub kelas : Magnoliidae

Bangsa : Laurales

Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Varietas : Persea americana Mill. (Proseanet, 2012)

2. Nama lain

Avocado (Amerika), Butter fruit, Avocado-pear, Alligator pear (Inggris),

Alligatorbine, Avocadobirne (Jerman), Avokad, Adpukat (Indonesia), Awokado

(Thailand), Apukado, Avokado (Malaysia) (World Agroforestry Centre, 2002).

3. Morfologi

Persea americana memiliki pohon berukuran sedang hingga besar dengan tinggi 9-20 m. Daun berbentuk elips, lanset, dan oval, berukuran panjang 7-41 cm,

berwarna merah ketika muda, dan menjadi lembut dan kasar serta berwarna hijau

tua saat matang (World Agroforestry Centre, 2002) dan bagian permukaannya berlapis lilin (Porseanet, 2012). Bunga berwarna hijau kekuningan dengan

diameter 1-1,3 cm (World Agroforestry Centre, 2002). Bunga banci tersusun atas 3 daun mahkota. Perhiasan bunga tersusun atas dua lingkaran, 9 benang sari di

dalam 3 lingkaran, kumpulan benang sari di bagian dalam menghasilkan 2 nektar

(35)

ramping dengan kepala putik tunggal (simple papillate stigma). Buah berdaging dan berair, besar dan bulat, berbiji tunggal, permukaan buah halus, dengan

panjang 7-20 cm (Proseanet, 2012).

4. Kandungan kimia

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arukwe, et al. (2012), biji Persea americana memiliki kandungan saponin, tanin, flavonoid, sianogenik glikosida, alkaloid, fenol, dan steroid. Di antara senyawa kimia ini, kandungan saponin

memiliki prosentase terbesar dari berbagai kandungan kimia yang terdapat pada

biji Persea americana.

5. Khasiat dan kegunaan

Ekstrak air biji Persea americana memiliki efek hipoglikemi pada tikus yang terinduksi aloksan. Hal ini menunjang pendapat banyak orang terkait

kegunaan Persea americana bagi orang yang mengalami diabetes (Alhassan, et al., 2012). Ekstrak air biji P. americana juga mampu mengontrol hipertensi dan penyakit kardiovaskular (Nwaoguikpe, et al., 2011), juga sebagai antimikroba (Idris, et al., 2009). Selain itu, ekstrak etanol biji P. americana memiliki kandungan antioksidan (Malangngi, dkk., 2012). Di Nigeria, Ekstrak kulit

kayunya digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit

(Owolabi, Jaja, dan Coker, 2005). Daun Persea americana Mill memiliki kemampuan mengontrol penyakit diabetes melitus, sedangkan bijinya sebagai anti

(36)

H. Landasan Teori

Hepar merupakan organ yang berperan sebagai organ metabolisme. Hepar

memperoleh darah dari vena portae hepatis (70%) dan arteria hepatica (30%). Kedua pembuluh darah ini bercabang mengikuti ductus biliaris sampai akhirnya bermuara ke dalam sinusoid. Dari sini, darah akan dialirkan menuju vena hepatica

dan bermuara pada vena cava inferior. Sel-sel yang membawa darah menuju hepar ini sering bersifat toksik dan tidak membawa oksigen yang memperbesar

kemungkinan terjadinya kerusakan hepar (Wibowo dan Paryana, 2009). Aktivitas

ALT dan AST dapat digunakan sebagai uji fungsi hati untuk mengetahui adanya

kerusakan hepar jika kadar kedua serum tersebut tinggi dalam darah (Dipiro,

2008).

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia yang dapat merusak

hepar. CCl4 di dalam hepar akan dikonversi menjadi radikal triklormetil (CCl3•)

dan kemudian diubah menjadi radikal trikorometilperoksi (CC3O2•) yang bersifat

lebih reaktif. Nekrosis yang terjadi karena CCl4 paling parah terjadi pada

centrilobular sel hati (Hodgson, 2010).

(37)

biji P. americana, aktivitas ALT dan AST serum pada tikus yang terinduksi karbon tetraklorida dapat diturunkan, berikut dengan waktu pemberian efektifnya.

I. Hipotesis

(38)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan

rancangan acak lengkap pola searah.

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel utama

a. Variabel bebas

Variasi waktu pemberian dekok biji P. americana jangka pendek dengan dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi

karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung

Penurunan kadar ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian P. americana jangka pendek.

2. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

Dalam penelitian ini yang termasuk variabel pengacau terkendali

adalah hewan uji yang digunakan, yaitu tikus jantan galur Wistar yang

(39)

hepatotoksin secara intraperitonial; cara pemberian dekok biji P. americana secara per oral; frekuensi waktu pemberian dekok biji P. americana (selama 1, 4, dan 6 jam); dan biji P. americana yang diperoleh dari Sumatera Barat.

b. Variabel pengacau tak terkendali

Dalam penelitian tersebut, variabel pengacau tak terkendali

adalah kondisi patologis hewan uji.

3. Definisi operasional

a. Dekok P. americana

Dekok P. americana adalah sediaan yang diperoleh dengan menginfundasi 8,0 g serbuk kering biji P. americana dalam air sebanyak 16,0 ml; kemudian dipanaskan dalam 100,0 ml air pada suhu

900C selama 30 menit sehingga diperoleh ekstrak dekok biji P. americana.

b. Efek hepatoprotektif

Efek hepatoprotekif adalah kemampuan dekok P. americana

terhadap penurunan kadar ALT-AST tikus jantan galur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida setelah pemberian P. americana secara jangka pendek.

c. Jangka pendek

Yang dimaksud penelitian jangka pendek adalah penelitian

(40)

C. Bahan Penelitian 1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan

galur Wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan 150-250 g

yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah serbuk biji P. americana yang diperoleh dari Sumatera Barat pada Bulan Januari 2013.

2. Bahan kimia

a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang

diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Kontrol negatif yang digunakan adalah olive oil (Bertolli®).

c. Pelarut untuk dekok digunakan aquadest yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

d. Pelarut hepatotoksin digunakan olive oil (Bertolli®).

e. Blanko pengukuran kadar ALT dan AST menggunakan aquabidestilata

yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis dan Instrumental

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(41)

g. Reagen serum ALT

Komposisi dan konsentrasi dari reagen ALT Diasys yang digunakan

adalah sebagai berikut.

Komposisi pH Konsentrasi

R1: TRIS 7,15 140 mmol/L

L-alanine 700 mmol/L

LDH (lactate

dehydrogease)

≥ 2300 mmol/L

R2: 2-oxogultarate 85 mmol/L

NADH 1 mmol/L

Komposisi dan konsentrasi dari reagen AST Dyasis yang digunakan

adalah sebagai berikut.

Komposisi pH Konsentrasi

R1: TRIS 7,65 110 mmol/L

L-aspartate 320 mmol/L

MDH (malate

R2: 2-oxoglutarate 65 mmol/L

(42)

D. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan di dalam penelitian ini antara lain oven, mesin

penyerbuk, ayakan, panci enamel, termometer, stopwatch, beaker glass, gelas ukur, penangas air, kain flannel, tabung reaksi, labu ukur, pipet tetes, batang

pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik Mettler Toledo®, sentrifuge

Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit injeksi per oral dan syringe 3

cc Terumo®, spuit i.p. dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung

Eppendorf, Microlab 200 Merck®, moisture balance, dan stopwatch.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi serbuk biji P. americana

Determinasi dilakukan dengan mencocokkan serbuk biji P. americana

yang diperoleh dari Sumatera Barat dengan serbuk yang diketahui secara pasti

merupakan serbuk biji P. americana yang dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah biji P. americana yang masih segar dan tidak busuk.

3. Pembuatan serbuk biji P. americana

Biji P. americana dicuci bersih dan dipisahkan dari kulitnya. Setelah itu, biji dirajang tipis lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 500C. Setelah biji

(43)

4. Penetapan kadar air pada serbuk kering biji P. americana

Serbuk kering biji P. americana yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance sebanyak ± 5 g kemudian diratakan. Bobot serbuk kering biji tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan (bobot A),

setelah itu dipanaskan pada suhu 1050C. Serbuk kering biji P. americana yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah

pemanasan (bobot B). Kemudian dilakukan perhitungan terhadap selisih bobot A

terhadap bobot B yang merupakan kadar air serbuk biji P. americana.

5. Pembuatan dekok serbuk biji P. americana

Serbuk kering biji P. americana ditimbang 8,0 g dan dimasukkan ke dalam 16,0 ml pelarut aquadest dan kemudian ditambahkan lagi aquadest

sebanyak 100,0 ml, kemudian dipanaskan pada suhu 900C dan dijaga tetap dalam

suhu tersebut selama 30 menit. Waktu 30 menit dihitung ketika suhu campuran

mencapai 900C. Setelah 30 menit, campuran tersebut diambil dan diperas

menggunakan kain flanel kemudian tambahkan air panas secukupnya melalui

ampas hingga diperoleh volume dekok biji P. americana yang dikehendaki.

6. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50%

Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan perbandingan karbon

tetraklorida : pelarut adalah 1 : 1, sehingga konsentrasi larutan karbon tetraklorida

yang digunakan adalah 50% (Janakat dan Al-Merie, 2002). Pelarut yang

(44)

7. Uji Pendahuluan

a. Penetapan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Berdasarkan penelitian Janakat dan Al-Merie (2002), dosis

karbon tetraklorida yang digunakan untuk menginduksi kerusakan

hepar pada tikus jantan galur Wistar adalah 2 ml/kg BB. Dosis ini

mampu merusak sel-sel hepar pada tikus jantan yang ditunjukkan

melalui peningkatan aktivitas ALT-AST tetapi tidak menimbulkan

kematian pada hewan uji.

b. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah ditentukan melalui orientasi

dengan tiga kelompok perlakuan waktu, yaitu pada jam ke–0, 24, dan

48 setelah pemejanan karbon tertraklorida. Setiap kelompok perlakuan

terdiri dari 5 hewan uji yang pengambilan darahnya dilakukan melalui

pembuluh sinus orbitalis mata.

Aktivitas ALT tikus yang terinduksi karbon tetraklorida yang

dilarutkan dalam olive oil (1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB mencapai kadar maksimal pada jam ke–24 setelah pemberian dan mulai menurun

pada jam ke–48 (Janakat dan Al-Merie, 2002). Hal ini juga mengacu

pada penelitian yang telah dilakukan oleh Martha (2009) bahwa waktu

pencuplikan darah pada tikus terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB

(45)

8. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak 30 ekor tikus jantan galur Wistar

yang dibagi secara acak dalam 6 kelompok sama banyak. Kelompok I (kelompok kontrol hepatotoksin) diberi karbon tertraklorida yang dilarutkan dalam olive oil

(1:1) dengan dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok II (kelompok

kontrol negatif) diberi olive oil dosis 2 ml/kgBB secara intraperitonial. Kelompok III (kelompok kontrol dekok) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB, kemudian setelah 6 jam diambil darahnya. Kelompok IV, V, dan VI

(kelompok perlakuan) diberi dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB, kemudian secara berturut-turut pada jam ke 1, 4 dan 6 setelah pemberian dekok

dilakukan pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB. Pada jam ke-24 setelah

pemberian karbon tetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah

sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas ALT dan AST.

9. Pembuatan serum

Darah diambil melalui sinus orbitalis mata hewan uji dan ditampung

dalam tabung eppendrof dan didiamkan selama 15 menit, lalu disentrifugasi

selama 15 menit dengan kecepatan 5000 rpm, lalu dipisahkan bagian

supernatannya.

10. Pengukuran aktivitas ALT dan AST

Micro vitalab 200 adalah alat yang digunakan untuk mengukur aktivitas

ALT-AST pada serum hewan uji. Sebelum melakukan pengukuran sampel, alat

(46)

Kisaran nilai ALT dan AST kontrol serum Roche/Hitachi Cobas C series adalah

26,2-41,8 U/L dan 35,4-56,6 U/L untuk AST.

Pengukuran ALT dilakukan dengan mencampur 100 μl serum dengan

1000 μl reagen I, kemudian divortex selama 5 detik, didiamkan selama 2 menit,

setelah itu dicampur dengan 250 μl reagen II, kemudian divortex selama 5 detik

dan dibaca serapan setelah 1 menit.

Pengukuran aktivitas AST dilakukan dengan mencampur 100 μl serum

dengan 1000 μl reagen I, kemudian divortex selama 5 detik, didiamkan selama 2

menit, setelah itu dicampur dengan 250 μl reagen II, kemudian divortex selama 5

detik dan dibaca serapan setelah 1 menit.

Aktivitas ALT dan AST dinyatakan dalam U/L yang diukur pada panjang

gelombang 340 nm, suhu 370C, dengan faktor koreksi -1745. Pengukuran

aktivitas ALT dan AST ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Data aktivitas ALT-AST diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data tiap kelompok hewan uji. Apabila didapat distribusi

data yang normal maka analisis dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way

ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan

masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan masing-masing antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau

(47)

tidak normal, maka dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT dan AST antar kelompok. Setelah itu

dilanjutkkan dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan tiap kelompok.

Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap hepatotoksin karbon

tetraklorida diperoleh dengan rumus:

purata ALT CCl4−purata ALT ��� � −(purata ALT perlakuan−purata ALT ��� �)

(48)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan Bahan 1. Hasil determiasi serbuk biji P. americana

Biji P. americana merupakan biji uji yang digunakan di dalam penelitian tersebut. Untuk memastikan bahwa serbuk yang digunakan dalam penelitian

tersebut adalah benar serbuk biji tanaman P. americana, maka peneliti melakukan determinasi tanaman. Determinasi tanaman dilakukan oleh Bapak Yohanes

Dwiatmaka, M.Si di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma. Determinasi tersebut dilakukan dengan mencocokkan

ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis serbuk uji pembandingnya (Lampiran 4).

Dari determinasi ini diperoleh bukti bahwa serbuk yang peneliti gunakan dalam

penelitian tersebut adalah benar biji P. americana.

2. Penetapan kadar air serbuk kering biji P. americana

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air dalam

serbuk, sehingga dapat diketahui apakah serbuk biji P. americana memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak, yaitu memiliki kandungan

kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,

1995).

Penetapan kadar air ini dilakukan dengan menggunakan metode

(49)

Pemanasan pada suhu tersebut dimaksudkan supaya kandungan air menguap

dalam batas waktu 15 menit, sehingga dapat memenuhi persyaratan serbuk yang

baik. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh kadar air serbuk biji P. americana

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 7,4%. Hal ini menyatakan

bahwa kadar air serbuk biji P. americana telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

B. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

Pada penelitian ini dilakukan penentuan dosis hepatotoksik karbon

tetraklorida. Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksik karbon tetraklorida

tersebut adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat

mengakibatkan kerusakan hepar berupa steatosis yang ditandai dengan adanya

peningkatan pada kadar serum ALT dan AST pada hewan uji.

Pemejanan terhadap karbon tetraklorida dapat mengakibatkan

perlemakan (steatosis) pada hepar (Timbrell, 2009), yang dapat ditandai dengan

peningkatan kadar ALT mencapai 50-200 U/L (Wahyuni, 2005). Berdasarkan

penelitian Rajendran, Hemalatha, Akasakalai, MaduKrishna, Sohil, Vita, et al. (2009), terjadinya steatosis ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas ALT

dan AST mencapai dua kali lipat terhadap kontrol. Dosis hepatotoksin yang

digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan

oleh Janakat dan Al-Merie (2002) dan Martha (2009), dimana kabon tetraklorida

(50)

2. Penentuan waktu pencuplikan darah

Penentuan waktu pencuplikan darah ini dilakukan untuk mengetahui

waktu dimana karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB mampu memberikan efek

hepatotoksik yang maksimal yang ditandai dengan peningkatan aktivitas ALT dan

AST tertinggi pada hewan uji pada waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2

ml/kgBB diujikan pada tikus jantan, dan dilakukan pencuplikan darah pada sinus

orbitalis hewan uji pada jam ke-0, 24, dan 48. Berdasarkan uji tersebut diperoleh

data aktivitas ALT dan AST yang masing-masing tertera pada Tabel. I dan

Gambar 5.

Tabel. I. Rata-rata aktivitas ALT-AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dengan dosis 2 ml/kgBB saat pencuplikan darah pada jam ke-0, 24, dan 48 (n=3)

Waktu pencuplikan jam ke-

Purata aktivitas ALT ± SE (U/L)

Purata aktivitas AST ± SE (U/L)

0 68,0 ± 9,6 88,3 ± 3,7

24 203,3 ± 15,9 407,7 ± 26,8

48 54,7 ± 5,5 147,3 ± 7,5

(51)

Uji menggunakan Kolmogorov Smirnov pada aktivitas ALT jam ke-0, 24, dan 48 menunjukkan signifikansi masing-masing 0,996 (p>0,05); 0,850 (p>0,05);

dan 0,944 (p>0,05). Kemudian dilanjutkan dengan analisis pola searah (One Way ANOVA) dan diperoleh signifikansi 0,143 (p>0,05). Data tersebut menunjukkan bahwa variansi data homogen. Lalu dilakukan uji menggunakan Scheffe untuk melihat kebermaknaan antar kelompok yang ditunjukkan pada Tabel. II.

Tabel. II. Hasil uji Shceffe aktivitas ALT tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan (jam ke-)

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

0 - B TB

24 B - B

48 TB B -

Untuk data AST, hasil analisis menggunakan uji Kolmogorov Smirnov

pada setiap kelompok perlakuan jam ke-0, 24, dan 48 diperoleh signifikansi

masing-masing kelompok sebesar 1,000 (p>0,05); 1,000 (p>0,05); dan 1,000

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data memiliki distribusi normal, sehingga

dilanjutkan analisis data dengan menggunakan uji pola searah (One Way ANOVA). Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh signifikansi 0,145 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa variansi data yang diperoleh adalah homogen. Lalu

(52)

Tabel. III. Hasil uji Sceffe aktivitas AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Waktu pencuplikan

Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48

Jam ke-0 - B TB

Jam ke-24 B - B

Jam ke-48 TB B -

Gambar 6. Diagram batang orientasi aktivitas AST tikus terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB saat pencuplikan darah jam ke-0, 24, dan 48

Berdasarkan Tabel. I terlihat bahwa rata-rata aktivitas ALT tertinggi pada

saat pencuplikan darah jam ke-24, dimana sesuai dengan nilai kerusakan hati

ringan dengan kenaikan aktivitas ALT mencapai dua kali lipat (Rajendran, et al., 2009), yaitu 203,3 ± 15,9 U/L dari aktivitas ALT jam ke-0, dan meningkat tiga

kali lipat dari nilai normal ALT 29,8-77,0 U/L (Hastuti, 2008), dimana

(53)

(Zimmerman, 1999). Hal ini juga didukung oleh data AST yang menunjukkan

peningkatan aktivitas AST tertinggi pada jam ke-24. Pada Gambar 5. dan Gambar

6. juga terlihat bahwa ada peningkatan aktivitas ALT dan AST pada jam ke 24,

dimana nilai tersebut menunjukan perbedaan yang bermakna pada jam ke-24

dibandingkan pada jam ke-0 dan 48. Selain itu, pada jam ke-48, kedua aktivitas

serum tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan seperti terlihat pada

Gambar 5. dan Gambar 6. yang menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna

(p>0,05) terhadap aktivitas AST jam ke-0, dimana kerusakan hepar yang terjadi

sudah kembali pada keadaan normal.

Berdasarkan keseluruhan data tersebut, terlihat bahwa efek hepatotoksik

yang dimiliki karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB menunjukkan efek yang

maksimal pada jam ke-24. Oleh karena itu, hasil orientasi ini digunakan oleh

peneliti sebagai acuan dalam penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji, yaitu

pada jam ke-24 untuk dosis karbon tetraklorida 2 ml/kgBB.

C. Hasil Uji Waktu Protektif Pemberian Dekok Biji P. americana Secara Jangka Pendek Pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida

Penelitian tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

waktu pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST pada tikus yang terinduksi karbon

tetraklorida. Waktu pemberian jangka pendek yang digunakan dalam penelitian

ini adalah 1, 4, dan 6 jam. Penggunaan waktu pemberian secara jangka pendek ini

(54)

jangka panjang terhadap penurunan aktivitas serum ALT dan AST yang dilakukan

bersamaan dengan penelitian tersebut.

Dosis dekok biji P. americana yang digunakan dalam penelitian ini adalah 360,71 mg/kgBB. Pemilihan dosis ini didasarkan pada dosis yang

digunakan oleh masyarakat. Hasil penelitian berupa penurunan aktivitas ALT dan

AST (U/L) tersaji dalam bentuk purata ± SE dalam tabel dan diagram batang

berikut.

Tabel. IV Pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas karbon tetraklorida pada aktivitas serum

ALT dan AST

Keterangan: DPA = Dekok Persea americana

(55)

Tabel. V Hasil analisis statistik uji Post HocMann Whitney dari kebermaknaan

Keterangan: DPA = Dekok Persea americana

(56)

Gambar 7. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas

karbon tetraklorida pada aktivitas serum ALT

Gambar 8. Diagram batang rata-rata pengaruh waktu protektif pemberian dekok biji P. americana secara jangka pendek terhadap hepatotoksisitas

(57)

Tabel. VI Hasil analisis statistik uji Post HocScheffe dari kebermaknaan AST

Ket: B = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p > 0,05)

1. Kontrol negatif (olive oil 2 ml/kgBB)

Pada penelitian ini dilakukan juga pengujian pada kelompok kontrol

negatif. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa peningkatan

aktivitas serum ALT dan AST pada hewan uji hanya disebabkan karena

pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida, dan bukan akibat dari pemberian

(58)

oil yang digunakan sama dengan dosis karbon tetraklorida, yaitu 2 ml/kg BB. Hal ini dilakukan agar diketahui apakah pada dosis yang sama dengan hepatotoksin

yang diberikan pada hewan uji, olive oil memberikan pengaruh terhadap aktivitas serum ALT dan AST atau tidak, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk

perlakuan hewan uji pada jam ke-1, 4, dan 6. Berdasarkan pengujian tersebut

diperoleh nilai aktivitas rata-rata ALT dan AST seperti terlihat pada Tabel. VII,

dan diagram batang hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST tersaji pada Gambar

9.

Tabel. VII Perbandingan kontrol olive oil jam ke-0 dan 24 pada aktivitas serum ALT dan AST hewan uji (n=5)

Perlakuan Purata ± SE

ALT Oliveoil jam

ke-0

Olive oil jam ke-24

jam ke-0 41,6 ± 1,1 B

jam ke-24 47,6 ± 1,9 B

AST

jam ke-0 Olive oil jam ke-24

jam ke-0 50,2 ± 2,2 B

jam ke-24 60,2 ± 2,3 B

Ket: B = berbeda bermakna (p < 0,05) TB = tidak bermakna (p > 0,05)

(59)

Gambar 10. Diagram batang rata-rata perbandingan AST kontrol olive oil jam ke-0 dan 24

Berdasarkan hasil pengukuran ALT seperti yang sudah disajikan pada

Tabel. VII dan Gambar 6. terlihat nilai ALT jam ke-0, yaitu sebelum pemberian

kontrol negatif olive oil adalah sebesar 41,6 ± 1,1 U/L, sedangkan nilai ALT jam ke-24 setelah pemberian olive oil menjadi 47,6 ± 1,9 U/L. Secara statistik, data tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada jam ke-0 dan 24,

dimana jika dilihat pada Gambar 9. diketahui bahwa aktivitas ALT mengalami

peningkatan pada jam ke-24 setelah pemberian olive oil, namun peningkatan yang terjadi masih berada pada rentang nilai normal ALT. Sebagai data pendukung,

digunakan data lain berupa aktivitas AST hewan uji pada jam ke-0 dan 24.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, aktivitas AST pada jam ke-0 sebesar

50,2 ± 2,2 U/L dan mengalami peningkatan aktivitas pada jam ke-24 menjadi 60,2

(60)

yang bermakna (p<0,05) antara aktivitas AST pada jam ke-0 dan 24 setelah

pemberian olive oil, namun peningkatan nilai AST tersebut masih berada pada rentang nilai normal.

Dengan demikian, hasil pengukuran terhadap aktivitas ALT dan AST

hewan uji setelah pemberian olive oil 2 ml/kgBB menunjukkan peningkatan. Akan tetapi, peningkatan tersebut masih di dalam batas normal aktivitas ALT dan

AST, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian olive oil 2 ml/kgBB tidak menyebabkan hepatotoksik.

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/kgBB)

Tujuan dilakukan kontrol hepatotoksin adalah untuk mengetahui

pengaruh pemberian karbon tetraklorida 2 ml/kgBB terhadap sel hepar hewan uji

yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST. Pengujian

tersebut dilakukan dengan memejankan karbon tetraklorida 2ml/kgBB secara

intraperitonial pada hewan uji. Kemudian dilakukan pencuplikan darah pada jam

ke-24 untuk diukur aktivitas ALT dan AST dan dibandingkan dengan kelompok

kontrol olive oil. Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada Tabel. IV, terjadi peningkatan aktivitas ALT hingga 183,2 U/L yang memberikan perbedaan

bermakna (p<0,05) terhadap kontrol olive oil (Tabel. V). Dari pengukuran ini, aktivitas ALT hewan uji setelah dipejani hepatotoksin meningkat tiga kali lipat

hingga lebih dari rata-rata ALT tikus yang diberi kontrol olive oil. Data tersebut telah sesuai dengan penelitian Zimmerman (1999) bahwa pemejanan karbon

(61)

Pada pengukuran AST, terjadi peningkatan aktivitas AST menjadi 476,8

U/L, dimana aktivitas AST ini meningkat sekitar 10 kali lipat dari rata-rata

aktivitas AST pada kelompok kontrol olive oil, dimana kenaikan aktivitas AST ini telah sesuai dengan teori, yaitu empat kalinya (Zimmerman, 1999). Data yang

diperoleh menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p<0,05) dibandingkan

dengan kontrol olive oil, seperti yang tertera pada Tabel. VI.

Berdasarkan uji tersebut, adanya peningkatan aktivitas ALT dan AST

pada hewan uji menunjukkan bahwa karbon tetraklorida 2 ml/kgBB memiliki efek

hepatotoksik pada hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini.

3. Kontrol perlakuan (dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB)

Dalam penelitian ini dilakukan kontrol perlakuan untuk mengetahui

bahwa pemberian dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB tidak memberikan pengaruh terhadap kenaikan aktivitas ALT dan AST pada hewan uji.

Uji tersebut dilakukan dengan memberikan dekok P. americana pada hewan uji secara per oral. Kemudian pada jam ke-24 dilakukan pencuplikan darah melalui

sinus orbitalis yang selanjutnya diukur aktivitas ALT dan AST. Berdasarkan

pengukuran, kontrol perlakuan dekok P. americana 360,71 mg/kgBB memberikan rata-rata aktivitas ALT sebesar 36,6 ± 0,5 U/L yang memiliki perbedaan yang

tidak bermakna (p>0,05) dibandingkan dengan kontrol olive oil, dengan nilai aktivitas ALT kontrol dekok lebih kecil dibandingkan dengan kontrol olive oil. Pada pengukuran aktivitas AST secara statistik diperoleh rata-rata aktivitas AST

sebesar 91,6 ± 4,4 U/L dengan perbedaan yang bermakna (p<0,05) terhadap

(62)

karena adanya peningkatan AST di jaringan lain selain di hati, seperti jantung,

otot rangka, dan ginjal.

Berdasarkan data-data tersebut, dapat diketahui bahwa pemberian dekok

P. americana 360,71 mg/kgBB tidak berdampak pada kerusakan hepar hewan uji.

4. Kelompok praperlakuan dekok biji P. americana dosis 360,71 mg/kgBB pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida 2 ml/kgBB

Kelompok perlakuan diberikan praperlakuan dekok biji P. americana

dosis 360,71 mg/kgBB secara jangka pendek, yaitu pada jam ke-1, 4, dan 6

sebelum hewan uji diberi pemejanan karbon tetraklorida 2 ml/kgBB. Hasil

pengujian pada kelompok praperlakuan jam ke-1 (Tabel. IV) terlihat rata-rata

aktivitas ALT sebesar 36,6 ± 1,4 U/L. Perhitungan analisis berdasarkan statistik

dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida menunjukkan

perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini dapat dikatakan bahwa dekok biji P. americana dosis 2 ml/kgBB memiliki efek hepatoprotektif dengan efek hepatoprotektif sebesar 108,1%. Pada kelompok praperlakuan jam ke-1

dibandingkan pada kelompok kontrol olive oil menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p>0,05), dimana purata kelompok perlakuan jam ke-1 menunjukkan

bahwa aktivitas ALT sudah kembali normal dengan nilai yang lebih kecil

dibandingkan kelompok kontrol olive oil. Aktivitas AST pada jam ke-1 menunjukkan purata sebesar 115,8 ± 13,1 U/L yang menunjukkan perbedaan yang

bermakna (p<0,05) terhadap kelompok kontrol hepatotoksin dan kelompok

kontrol olive oil dimana aktivitas AST hewan uji telah mengalami penurunan, namun penurunan aktivitas AST tersebut belum kembali pada aktivitas normal.

Gambar

Tabel II. Hasil Uji Scheffe Aktivitas ALT Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida Dosis 2 ml/kgBB pada Pencuplikan Darah
Gambar 1. Penampang Mikroskopik Hati  ...................................................
Gambar 10.  Diagram Batang Rata-Rata Perbandingan AST Kontrol
Gambar 1. Penampang mikroskopik hati (Ganong dan McPhee, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

bal$a semburc Rrbar sangar berpore.si sebasai rumbuhar invdjt lnrna hampn scntra cin cni nmbL$6 invasil dinrilikinya, didblnya biji sedbu.g.. rmbll dlpal berkccmbji

sebagai pedoman kerja yang telah dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah tersedia,

Disamping Sari Sejarah Serdang; Jati Diri Melayu juga penulis pakai karena dengan adanya karya ini penulis lebih memahami akan budaya politik Melayu yang

nkumn kon.jstensi penycl€nggara nega.a terh.dap prinsip kedaulabn Bkyat dalam UUD 1945. Paso perubahan UoD 1945, sisten pemilihan udun anggota legislatif setalu

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Program Studi

TtrRTUMBUTLA.N DAN PRODUKSI RUM}M BXNGGAL{. (P@1

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank

Mengacu dari uraian yang sudah dijelaskan di atas bahwa penerapan model Missouri Mathematics Project (MMP) menggunakan teknik permainan kartu arisan merupakan model