Modul ke:
Fakultas Program Studi
Akuntansi Biaya
Joint Produk, Material, Labor,
FOH, ABC
Angela Dirman, SE., M.Ak
FEB
Manajemen
Content
Competence
•
Mahasiswa mampu membedakan biaya product dan
joint produk, mampu mendeskripsikan system
pembelian dan penggunaan bahan baku, mampu
menjelaskan karakteristik produktivitas dan
hubungannya dengan biaya tenaga kerja, mampu
membuat perhitungan tarif BOP dan
mengakumulasikan BOP actual, mampu menerapkan
BOP menggunakan tarif yang ditentukan dimuka,
mampu menjelaskan dan mengidentifikasi traditional
costing, activity analysis, cost driver, dan ABC system
By product, Joint Product
Akuntansi Biaya
Produk Bersama dan Produk
Sampingan
Produk bersama dikelompokkan menjadi produk utama (main
products) dan produk sampingan (by product). Bahan baku
yang sama diolah melalui proses produksi bersama (joint
process) untuk menghasilkan beberapa jenis produk (joint
product). Contoh: pemrosesan minyak mentah
menghasilkan bensin, minyak pelumas, minyak solar,
minyak tanah dan aspal.
Produk utama adalah produk yang mempunyai nilai
jual lebih tinggi dari produk sampingan. Produk sampingan
adalah produk yang mempunyai nilai jual lebih rendah dari
produk utama. Contoh: penggilingan padi menghasilkan
beras sebagai produk utama, dan dedak atau katul sebagai
produk sampingan.
Produk Bersama dan Produk
Sampingan
Karakteristik produk bersama:
(1) Pemrosesan produk bersama menghasilkan produk bersama lainnya pada waktu yang bersamaan. Proses produksi untuk satu jenis produk secara otomatis diikuti dengan dihasilkannya satu atau lebih jenis
produk yang lain.
(2) Pemrosesan produk bersama selalu terjadi titik pisah, yaitu pada saat setiap produk secara individual dapat diidentifikasi dengan jelas, yaitu dapat diketahuinya produk utama dan produk sampingan.. Pada titik pisah, setiap produk dapat dijual langsung atau diproses lebih lanjut. (3) Pemrosesan produk bersama menghasilkan produk tertentu dengan
nilai jual yang lebih tinggi dari produk lainnya. Nilai jual produk
merupakan kriteria untuk membedakan produk utama dengan produk sampingan. Perlakuan suatu jenis sebagai produk sampingan tidak berlaku secara permanen.
Produk Bersama dan Produk
Sampingan
Karakteristik produk sampingan:
(1). Merupakan hasil sampingan dari proses produksi produk
utama, atau hasil dari proses
penyiapan bahan baku sebelum bahan baku tersebut
diproses menjadi produk utama
(2) Produk sampingan diklasifikasi dapat dijual setelah titik
pisah tanpa pemrosesan lebih
lanjut, atau diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan
harga lebih tinggi.
Biaya Produksi Bersama /
Biaya Bersama
Biaya bersama adalah biaya yang digunakan untuk proses produksi bersama. Biaya bersama meliputi semua biaya yang terjadi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, BOP)pada proses produksi bersama sampai terjadinya titik pisah, atau biaya bersama terjadi sebelum biaya dapat diidentifikasi dengan jelas pada setiap produk.
Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan biaya
produk, yang digunakan untuk penilaian sediaan dan penentuan laba. Karakteristik biaya bersama adalah tidak dapat ditelusur secara
langsung dan jelas pada setiap jenis produk yang dihasilkan, sehingga perlu dilakukan alokasi biaya bersama pada setiap produk tersebut. Contoh: pemrosesan minyak mentah untuk menghasilkan bensin,
minyak pelumas, minyak solar, minyak tanah dan aspal mengeluarkan biaya bersama yang meliputi biaya eksplorasi, penambangan dan
Akuntansi Produk
Sampingan
Perlakuan akuntansi produk sampingan ada dua cara, yaitu tidak mendapat alokasi biaya bersama dan mendapat alokasi biaya bersama.
a. Produk sampingan tidak mendapat alokasi biaya bersama (biaya bersama dibebankan semuanya ke produk utama), terdiri atas dua 2 metode, yaitu: 1). Metode Pendapatan Kotor
Pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan disajikan dalam Laporan Rugi-Laba sebagai pendapatan lain-lain (menambah laba operasi),
menambah penjualan produk utama, mengurangi harga pokok penjualan produk utama, mengurangi biaya produksi total produk utama,
2). Metode Pendapatan Bersih
Pada metode ini, pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan seluruh biaya yang terjadi setelah titik pisah. Biaya setelah titik
pisah meliputi biaya administrasi, biaya pemasaran dan biaya pemrosesan lebih lanjut produk sampingan.
Alokasi Biaya Produksi Bersama
pada Produk Bersama
Biaya produksi bersama dialokasikan ke setiap produk bersama
menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.
a. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam
proses produksi bersama memiliki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda, produk yang mengkonsumsi biaya yang tinggi memiliki nilai jual tinggi juga dan sebaliknya.
b. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk dengan kualitas yang berbeda, dan produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.
Alokasi Biaya Produksi Bersama
pada Produk Bersama
c. Metode rata-rata tertimbang
Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki faktor penimbang yang berbeda, seperti tingkat kesulitan pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, keahlian tenaga
kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dll. Penentuan alokasi biaya
bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
d. Metode unit kuantitatif
Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama menggunakan bahan baku sesuai dengan tingkat
pemanfaatan bahan baku yang terdapat pada setiap produk yang dihasilkan. Setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.
KONSEP PRODUK BERSAMA
DAN PRODUK SAMPINGAN
Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang
kegiatan produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara massa. Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat
dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut.
Sifat Produk Bersama, Produk
Sampingan Dan Produk Sekutu
Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi. b. Dengan mengolah produk bersama, produsen tidak dapat menghindarkan diri
untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi salah satu diantara prduk bersama tersebut.
c. Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya.
d. Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi. Apabila terjadi peningkatan kualitas untuk satu unit jenis produk yang dihasilkan, maka kualitas yang lain akan bertambah secara proporsional.
e. Dalam produk bersama dikenal istilah Split-Off Point adalah saat dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk-produk secara individual.
f. Setelah Split-Off Point (titik pisah) tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat juga dijual setelah pisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut disebut biaya proses lanjutan atau biaya setelah titik
Material: Controlling, Costing, and Planning.
Materials Procurement and Use.
Quantitative Models.
Material Control.
Inventory Costing Method.
Akuntansi Biaya
Describe the importance
of control over inventory.
Two primary objectives of control
over inventory are:
1.
Safeguarding the inventory,
and
2.
Properly reporting it in the
financial statements.
•
The purchase order authorizes the
purchase of the inventory from an
approved vendor.
•
The
receiving report establishes an
initial record of the receipt of the
inventory.
•
The amount of inventory is always
available in the subsidiary inventory
ledger.
Controls for safeguarding inventory
should include security measures to
prevent damage and customer or
employee theft. Some examples of
security measures include the
following:
1.
Storing inventory in areas that are
restricted to only authorized
employees.
2.
Locking high-priced inventory
in cabinets.
3.
Using two-way mirrors, cameras,
security tags, and guards.
A physical inventory or count
of inventory should be taken
near year-end to make sure
that the quantity of inventory
reported in the financial
statements is accurate.
Describe three inventory cost flow
assumptions and how they impact
the statement of comprehensive
income and statement of financial
position.
May 10 Purchase
1
$ 9
18 Purchase
1
13
24 Purchase
1
14
Total
3
$36
Average cost per unit: $12 ($36 ÷ 3 units)
Assume that one unit is sold on May 30 for $20.
Depending upon which unit was sold, the gross profit
varies from $11 to $6 as shown below:
Inventory Cost Flow
Assumptions
Under the specific identification
inventory cost flow method, the
unit sold is identified with a
specific purchase.
Not practical unless each inventory
unit can be separately identified
.
Inventory Cost Flow
Assumptions
Under the first-in, first out (FIFO)
inventory cost flow method, the
first units purchased are assumed to
be sold and the ending inventory is
made up of the most recent
purchases.
Inventory Cost Flow
Assumptions
Under the last-in, first out (LIFO)
inventory cost flow method, the
last units purchased are assumed
to be sold and the ending
inventory is made up of the first
purchases.
Inventory Cost Flow
Assumptions
Under the average inventory
cost flow method, the cost of
the units sold and in ending
inventory is an average of the
purchase costs.
Inventory Cost Flow
Assumptions
Use of Inventory Costing Methods*
Example
Cost Flow Methods
Three identical units of Item QBM are purchased during February, as shown below.
Feb. 8 Purchase 1 $ 45
15 Purchase 1 48
26 Purchase 1 51
Item QBM Units Cost
Assume that one unit is sold on February 27 for $70.
Determine the gross profit for February and ending inventory on February 28 using the (a) in, out (FIFO); (b) last-in, first-out (LIFO); and (c) average cost methods.
Total 3 $144
Average cost per unit $48 ($144 ÷ 3 units)
Gross Profit Ending Inventory (a) First-in, first-out (FIFO): $25 ($70 – $45) $99 ($48 + $51) (b) Last-in, first-out (LIFO): $19 ($70 – $51) $93 ($45 + $48) (c) Average cost: $22 ($70 – $48) $96 ($48 × 2)
Determine the cost of
inventory under the perpetual
inventory system, using the
FIFO, LIFO, and average cost
methods.
On January 1, the firm had 100 units
of Item 127B that cost $20 per unit.
Item 127B
Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20
First-In, First-Out Method
On January 4, the firm sold 70 units
of 127B at $30 each.
Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70On January 10, the firm purchased
80 units at $21 each.
Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21First-In, First-Out Method
Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)
10 Merchandise Inventory 1,680
On January 22, the firm sold 40 units
for $30 each.
Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)
On January 28, the firm sold 20
units at $30 each.
Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40 28 Sale 20First-In, First-Out Method
Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)
Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40 28 Sale 20 30 Purchase 100 22
On January 30, purchased one hundred
additional units of Item 127B at $22 each.
First-In, First-Out Method
Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)
Cost of goods sold January 31 inventory
Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (concluded)
Example
Perpetual Inventory Using FIFO
Beginning inventory, purchases, and sales for Item ER27 are as follows:
Nov. 1 Inventory 40 units at $5 5 Sale 32 units
11 Purchase 60 units at $7 21 Sale 45 units
Assuming a perpetual inventory system and the in, first-out (FIFO) method, determine (a) the cost of goods sold on the November 21 and (b) the inventory on November 30.
a) Cost of goods sold (November 21):
8 units at $5
$40
37 units at $7
259
45 units
$299
b) Inventory, November 30:
$161 = (23 units × $7)
6-38Labor: Controlling and accounting for
cost labor
Akuntansi Biaya
Definisi Biaya Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah usaha baik fisik maupun mental
yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk. sedangkan biaya tenaga kerja
adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja.Biaya tenaga kerja merupakan salah satu
biaya konversi (biaya untuk mengubah bahan baku
Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja
Pada Perusahaan Menufaktur:
Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja Pada Perusahaan
Menufaktur:
1. Berdasarkan fungsi pokok organisasi atau perusahaan
Fungsi pokok tersebut terdiri dari produksi, pemasaran dan
administrasi Fungsi pokok ini di perlukan untuk membedakan :
• Biaya tenaga kerja pabrik sebagai unsur harga pokok
penjualan
Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja
Pada Perusahaan Menufaktur:
2. Berdasarkan kegiatan-kegiatan departemen dalam
perusahaan
Departemen dalam perusahaan menufaktur dibedakan
menjadi 2 yaitu :
• Departemen produksi
• Departemen non produki
Penggolongan kegiatan tenaga kerja pada kedua
depatemen ini untuk memudahkan pengendalian terhadap
biaya tenaga kerja pada setiap departemen.
Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja
Pada Perusahaan Menufaktur:
3. Menurut jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan menjadi dasar penetapan upah standar. Ex :
operator, mandor, upah stndar untuk masing-masing jenis
pekerjaan tersebut berbeada..
Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja
Pada Perusahaan Menufaktur:
4. Menurut hubungannya dengan produk, tenga kerja
dibedakan menjadi :
a. Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang
secara langsung ikut serta dalam produksi. Jasanya dapat
di telusuri secara langsung pada produk dan upahnya
merupakan bagian yang besar dalam memproduksi
produk.
b. Tenaga kerja tidak langsung adalah kebalikan dari tenaga
kerja langsung. Upahnya masuk dalam biaya tenga kerja
tidak langsung, sebagai unsur biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk secara tidak langsung, tetapi
melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukanterlebih
dahulu.
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja terdiri dari :
1. Gaji dan upah regular
2. Insentif
3. Premi lembur
4. Biaya-biaya yang dihubungkan dengan tenaga kerja
(Labor Related Cost)
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Gaji dan Upah Reguler
Pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan (job order
costing), gaji dan upah dihitung berdasarkan:
a. Kartu Hadir (clock card), mencatat jam kehadiran karyawan
(jangka waktu jam hadir sampai pulang).
Proses pencatatan :
Setiap akhir minggu kartu hadir tiap karyawan dikirim ke bagian
pembuat daftar gaji dan upah untuk dipakai sebagai dasar perhitungan
gaji dan upah karyawan per minggu
b. Kartu Jam Kerja (job time ticket)
menggunakan kartu hadir untuk melihat jam kerja dalam mengerjakan
produk (biasanya untuk tenaga kerja langsung)
Perhitungan Upah = tarif Upah x Jam Kerja
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja
Insentif
Insentif diberikan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan
agar bekerja lebih baik.
Pemberian insentif didasarkan pada :
• Waktu kerja
• hasil produksi
Pengawasan Biaya Tenaga Kerja
Didalam perusahaan manufaktur, umumnya biaya tenaga
kerja merupakan elemen biaya produksi yang cukup besar
sehingga amat penting dan perlu mengadakan
pengawasan terhadap biaya tenaga kerja. Tujuan utama
pengawasan biaya tenaga kerja bagi manajemen yaitu
supaya dicapai efisiensi tenaga kerja.
1. Perencanaan dan Analisa Biaya Tenaga Kerja.
2. Pembagian Tugas Fungsional di dalam Organisasi yang
berhubungan dengan tenaga kerja beserta tugas-tugas
fungsional setiap bagian.
Karakteristik Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang
merupakan sumbangsih manusia untuk menghasilkan
suatu produk dan jasa tertentu.Biaya tenaga kerja
merupakan pembayaran kepada tenaga kerja sebagai
penggunaan jasa untuk menghasilkan suatu produk atau
jasa. Biaya tenaga kerja dalam perusahaan manufaktur
dapat dibedakan menjadi :
1. Biaya tenaga kerja langsung : biaya tenaga yang dapat
ditelusuri kepada produk yang dihasilkan, merupakan
biaya utama untuk menghasilkan produk dan jasa tertentu,
dan secara langsung diidentifikasi kepada produksi
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung : Seluruh biaya tenaga
kerja selain biaya tenaga kerja langsung yang
berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan
produk dan jasa tertentu
Factory Overhead
Akuntansi Biaya
PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead
costs) adalah biaya produksi yang tidak masuk
dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga
kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga
memiliki departemen-departemen lain selain
departemen produksi maka semua biaya yang
terjadi di departemen pembantu tersebut
(termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan
sebagai biaya overhead pabrik.
PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian
bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung,
pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi,
hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan
dalam proses produksi.
PENGGOLONGAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan ke dalam
tiga kriteria, yakni:
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut
sifatnya
Berdasarkan sifatnya, biaya overhead pabrik dapat
dibagi menjadi:
a. Biaya bahan penolong
b. Biaya tenaga kerja tak langsung
c. Biaya reparasi dan pemeliharaan
PENGGOLONGAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya
dalam hubungan dengan perubahan volume produksi.
Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat dibagi menjadi tiga
golongan:
a. Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik
yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan dalam
volume produksi.
b. Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead
pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi.
c. Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead
pabrik yang berubah namun tidak sebanding dengan
PENGGOLONGAN BIAYA
OVERHEAD PABRIK
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut
hubungannya dengan departemen.
Berdasarkan hubungannya dengan
departemen-departemen yang ada dalam perusahaan, biaya
overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen
(direct departemental overhead expenses)
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen
(indirect departemental overhead expenses)
METODE PENENTUAN TARIF BIAYA
OVERHEAD PABRIK
Terdapat tiga alternatif yang dapat perusahaan
digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead
pabrik, yaitu:
1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal
2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi
3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas
MENGHITUNG BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Untuk bisa menghitung biaya overhead pabrik,
terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
2. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya
overhead pabrik
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Macam-macam penghitungan dasar pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk antara lain:
a. Jumlah satuan produk
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN
PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Traditional Costing, Activity Analysis,
Cost Driver, ABC System
Manajemen Biaya Strategik Pokok Bahasan Modul dari Pertemuan
Traditional Costing, Activity Analysis,
Cost Driver, ABC System
•
Semakin derasnya arus teknologi dan informasi,
perusahaan dituntut untuk lebih dapat
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
tersebut dalam persaingan global. Kelangsungan hidup
suatu perusahaan dapat ditentukan oleh berbagai
strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Salah satu
strategi yang dapat digunakan perusahaan agar dapat
bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan
mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas,
meningkatkan kualitas produk atau jasa dan
meningkatkan kemampuan untuk memberi respon
terhadap berbagai kebutuhan pelanggan.
Pengertian ABC System
•
Activity Based Costing merupakan metode yang
menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas
untuk menghasilkan perhitungan harga pokok
produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif
manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari
sekedar informasi biaya produk yang akurat akan
tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya
dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta
dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek
biaya selain produk, misalnya pelanggan dan
Pengertian ABC System
•
Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin
Widjaja (1992; 27) adalah : “Bahwa ABC Sistem
tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk
yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi
apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana
mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal
sebagai sistem manajemen yang pertama.”
Pengertian ABC System
•
Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34)
memberikan pengertian ABC sebagai berikut:
“ABC merupakan metode penentuan HPP (product
costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi
harga pokok secara cermat bagi kepentingan
manajemen, dengan mengikursecara cermat
konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang
digunakan untuk menghasilkan produk.”
ABC System
•
Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya
produksi secara akurat yang dapat mengakibatkan
perusahaan tersebut tidak mampu bersaing di pasaran.
Oleh karena itu, manajer suatu perusahaan
membutuhkan suatu informasi mengenai biaya-biaya
yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu
produk secara akurat. Pembebanan setiap biaya
produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk
dengan suatu metode dapat membantu manajemen
memperoleh informasi mengenai biaya produksi satu
unit produk dengan lebih akurat. Metode ini didalam
akuntansi manajemen dinamakan sebagai metoda
Activity Based Costing (ABC) System.
ABC System
•
Metode Activity Based Costing (ABC) System
menghitung setiap biaya pada masing-masing aktivitas
dengan dasar alokasi yang berbeda untuk
masing-masing aktivitas. Banyak perusahaan-perusahaan di
Indonesia belum mengadopsi metode ini dalam
penghitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
setiap produk. Umumnya metode yang digunakan oleh
perusahaan yang berada di Indonesia adalah
pemerataan biaya secara umum untuk masing-masing
produk. Padahal masing-masing produk tersebut
kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam
jumlah yang sama.
ABC System
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan
manajemen akan informasi akuntansi yang mampu
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini
didorong oleh:
•
Persaingan global yang tajam yang memaksa
perusahaan untuk cost effective
•
Advanced manufacturing technology yang
menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam
product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
•
Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market
driven strategy.
Traditional Costing
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan
secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan
menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya
distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa
diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi
manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen
dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:
•
menentukan harga jual
•
mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan
•
memantau realisasi biaya
•
menghitung laba/rugi tiap pesanan
•
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang akan disajikan di neraca.
Kelemahan Traditional Costing
Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:
•
Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya
menyajikan informasi biaya pada tahap produksi
•
Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan
pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan
volume produksi.
•
Ada diversitas produk, dimana masing-masing
produk mengkonsumsi biaya overhead yang
berbeda beda.
Perbandingan Traditional Costing
dengan ABC Costing
Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan
Tradisional
Metode Penentuan Harga Pokok Produk Tradisional
Metode Activity Based Costing
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung
Biaya overhead
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Kelemahan Traditional Costing
Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai
dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini
disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan
yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:
1.
Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan
penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya
menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai
keunggulan dalam persaingan global.
2.
Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu
memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada
berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan
aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat
biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh
faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung.
Kelemahan Traditional Costing
4.
Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang
terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang
menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
5.
Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung
dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan
faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam
lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi
kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6.
Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan
kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu
Kelemahan Traditional Costing
7.
Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada
perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu
dengan menggunakan standar.
8.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat
dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan
pada lingkungan teknologi maju.
9.
Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya
daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi
biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan,
penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan
sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi
harga pokok daur hidup produk.
Keunggulan ABC System
Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai
berikut:
1.
Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus
mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai
hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan fokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti
bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada
akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,
memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.
2.
ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.
3.
Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
4.
Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan
analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari
break even atas produk yang bervolume rendah.
5.
Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen
dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai
pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.
Langkah-langkah ABC System
•
Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke
dalam kelompok biaya yang homogen. Kelompok
biaya homogen merupakan kumpulan overhead
yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor
penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana
kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya
yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk
seluruh produk.
•
Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:
Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar
pembebanan yang dikonsumsi
Cost Driver
Landasan penting untuk menghitung biaya
berdasarkan aktivitas adalah dengan
mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver
untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak
tepat atas pemicu akan mengakibatkan
ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya,
sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen
dalam mengambil keputusan.
Cost Driver
Ada dua jenis cost driver, yaitu:
•
Cost Driver berdasarkan unit
Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya
overhead pada produk melalui penggunaan tarif
overhead tunggal oleh seluruh departemen.
•
Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan
factor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi
overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada
perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien,
jumlah kamar yang tersedia.
Cost Driver
Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor
yang harus dipertimbangkan:
•
Kemudahan untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of
measurement). Cost driver yang membutuhkan
biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.
•
Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan
oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas
sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost driver
yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.
•
Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih
(behavior effect). Cost driver yang menyebabkan
perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.
Daftar Pustaka
• Activity Based Costing diakses di
https://akuntansiterapan.com/2014/02/17/activity-based-costing/
• Biaya Tenaga Kerja, diakses di
http://teguh-ekom.blogspot.co.id/2011/01/biaya-tenaga-kerja.html
• Blocher, et all. 2007. Cost Management Manajemen Biaya Penekanan Strategis. 3rd Edition. Buku 1. Salemba Empat
• Kieso, Weygandt, Accounting Principle. 2013. IFRS Edition. John Wiley & Sons Publishing.
• Konsep Produk Bersama dan Produk Sampingan, diakses di
http://yabeshulu.blogspot.co.id/2015/06/produk-bersama-dan-produk-sampingan.html
• Pengertian Biaya Overhead, diakses di
http://ciputrauceo.net/blog/2015/12/17/pengertian-biaya-overhead-pabrik-dan-cara-menghitung-biaya-overhead-pabrik
Daftar Pustaka
• Penentuan biaya produk bersama & produk sampingan, diakses di
http://ekonomiuh.blogspot.co.id/2012/12/penentuan-biaya-produk-bersama-produk.html
• Warren, Reeve, Duchac, dan Wang. 2014. Principle of Financial Accounting with Conceptual Emphasis on IFRS. 2nd Edition. Cengage Learning Asia Pte Ltd.
• William K.Carter & Milton F. Usry, (2008). Cost Accounting. 14th Edition,