• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntansi Biaya. Joint Produk, Material, Labor, FOH, ABC. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Akuntansi Biaya. Joint Produk, Material, Labor, FOH, ABC. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

Modul ke:

Fakultas Program Studi

Akuntansi Biaya

Joint Produk, Material, Labor,

FOH, ABC

Angela Dirman, SE., M.Ak

FEB

Manajemen

(2)

Content

(3)

Competence

Mahasiswa mampu membedakan biaya product dan

joint produk, mampu mendeskripsikan system

pembelian dan penggunaan bahan baku, mampu

menjelaskan karakteristik produktivitas dan

hubungannya dengan biaya tenaga kerja, mampu

membuat perhitungan tarif BOP dan

mengakumulasikan BOP actual, mampu menerapkan

BOP menggunakan tarif yang ditentukan dimuka,

mampu menjelaskan dan mengidentifikasi traditional

costing, activity analysis, cost driver, dan ABC system

(4)

By product, Joint Product

Akuntansi Biaya

(5)

Produk Bersama dan Produk

Sampingan

Produk bersama dikelompokkan menjadi produk utama (main

products) dan produk sampingan (by product). Bahan baku

yang sama diolah melalui proses produksi bersama (joint

process) untuk menghasilkan beberapa jenis produk (joint

product). Contoh: pemrosesan minyak mentah

menghasilkan bensin, minyak pelumas, minyak solar,

minyak tanah dan aspal.

Produk utama adalah produk yang mempunyai nilai

jual lebih tinggi dari produk sampingan. Produk sampingan

adalah produk yang mempunyai nilai jual lebih rendah dari

produk utama. Contoh: penggilingan padi menghasilkan

beras sebagai produk utama, dan dedak atau katul sebagai

produk sampingan.

(6)

Produk Bersama dan Produk

Sampingan

Karakteristik produk bersama:

(1) Pemrosesan produk bersama menghasilkan produk bersama lainnya pada waktu yang bersamaan. Proses produksi untuk satu jenis produk secara otomatis diikuti dengan dihasilkannya satu atau lebih jenis

produk yang lain.

(2) Pemrosesan produk bersama selalu terjadi titik pisah, yaitu pada saat setiap produk secara individual dapat diidentifikasi dengan jelas, yaitu dapat diketahuinya produk utama dan produk sampingan.. Pada titik pisah, setiap produk dapat dijual langsung atau diproses lebih lanjut. (3) Pemrosesan produk bersama menghasilkan produk tertentu dengan

nilai jual yang lebih tinggi dari produk lainnya. Nilai jual produk

merupakan kriteria untuk membedakan produk utama dengan produk sampingan. Perlakuan suatu jenis sebagai produk sampingan tidak berlaku secara permanen.

(7)

Produk Bersama dan Produk

Sampingan

Karakteristik produk sampingan:

(1). Merupakan hasil sampingan dari proses produksi produk

utama, atau hasil dari proses

penyiapan bahan baku sebelum bahan baku tersebut

diproses menjadi produk utama

(2) Produk sampingan diklasifikasi dapat dijual setelah titik

pisah tanpa pemrosesan lebih

lanjut, atau diproses lebih lanjut agar dapat dijual dengan

harga lebih tinggi.

(8)

Biaya Produksi Bersama /

Biaya Bersama

Biaya bersama adalah biaya yang digunakan untuk proses produksi bersama. Biaya bersama meliputi semua biaya yang terjadi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, BOP)pada proses produksi bersama sampai terjadinya titik pisah, atau biaya bersama terjadi sebelum biaya dapat diidentifikasi dengan jelas pada setiap produk.

Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan biaya

produk, yang digunakan untuk penilaian sediaan dan penentuan laba. Karakteristik biaya bersama adalah tidak dapat ditelusur secara

langsung dan jelas pada setiap jenis produk yang dihasilkan, sehingga perlu dilakukan alokasi biaya bersama pada setiap produk tersebut. Contoh: pemrosesan minyak mentah untuk menghasilkan bensin,

minyak pelumas, minyak solar, minyak tanah dan aspal mengeluarkan biaya bersama yang meliputi biaya eksplorasi, penambangan dan

(9)

Akuntansi Produk

Sampingan

Perlakuan akuntansi produk sampingan ada dua cara, yaitu tidak mendapat alokasi biaya bersama dan mendapat alokasi biaya bersama.

a. Produk sampingan tidak mendapat alokasi biaya bersama (biaya bersama dibebankan semuanya ke produk utama), terdiri atas dua 2 metode, yaitu: 1). Metode Pendapatan Kotor

Pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan disajikan dalam Laporan Rugi-Laba sebagai pendapatan lain-lain (menambah laba operasi),

menambah penjualan produk utama, mengurangi harga pokok penjualan produk utama, mengurangi biaya produksi total produk utama,

2). Metode Pendapatan Bersih

Pada metode ini, pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan seluruh biaya yang terjadi setelah titik pisah. Biaya setelah titik

pisah meliputi biaya administrasi, biaya pemasaran dan biaya pemrosesan lebih lanjut produk sampingan.

(10)

Alokasi Biaya Produksi Bersama

pada Produk Bersama

Biaya produksi bersama dialokasikan ke setiap produk bersama

menggunakan metode nilai pasar, rata-rata biaya per satuan, rata-rata tertimbang dan unit kuantitatif.

a. Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif

Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang dihasilkan dalam

proses produksi bersama memiliki nilai jual atau nilai pasar yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya yang berbeda, produk yang mengkonsumsi biaya yang tinggi memiliki nilai jual tinggi juga dan sebaliknya.

b. Metode rata-rata biaya per satuan

Metode ini digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa produk dengan kualitas yang berbeda, dan produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama. Penentuan biaya untuk setiap produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk yang dihasilkan.

(11)

Alokasi Biaya Produksi Bersama

pada Produk Bersama

c. Metode rata-rata tertimbang

Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama memiliki faktor penimbang yang berbeda, seperti tingkat kesulitan pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, keahlian tenaga

kerja, kualitas produk yang dihasilkan, dll. Penentuan alokasi biaya

bersama pada setiap produk didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya digunakan sebagai dasar untuk alokasi.

d. Metode unit kuantitatif

Asumsi yang mendasari adalah setiap produk yang dihasilkan dalam proses produksi bersama menggunakan bahan baku sesuai dengan tingkat

pemanfaatan bahan baku yang terdapat pada setiap produk yang dihasilkan. Setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran satuan yang sama.

(12)

KONSEP PRODUK BERSAMA

DAN PRODUK SAMPINGAN

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang

kegiatan produksinya berdasarkan pesanan ataupun secara massa. Biaya Produk bersama juga bisa diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan

sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Biaya produk bersama muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk dalam proses yang sama. Ketika dua atau tiga produk di produksi dari sumber daya yang sama maka akan terbentuk biaya gabungan. Biaya gabungan terjadi sebelum titik pisah (split-off). Titik pisah adalah saat

dihasilkannya dua atau lebih produk bersama, dimana pada saat itu produk bersama bisa langsung dijual atau diproses lebih lanjut.

(13)

Sifat Produk Bersama, Produk

Sampingan Dan Produk Sekutu

Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi. b. Dengan mengolah produk bersama, produsen tidak dapat menghindarkan diri

untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi salah satu diantara prduk bersama tersebut.

c. Produk diproses secara bersamaan dan setiap produk mempunyai nilai yang relatif sama antara satu dengan yang lainnya.

d. Setiap produk mempunyai hubungan fisik yang sangat erat dalam proses produksi. Apabila terjadi peningkatan kualitas untuk satu unit jenis produk yang dihasilkan, maka kualitas yang lain akan bertambah secara proporsional.

e. Dalam produk bersama dikenal istilah Split-Off Point adalah saat dimana produk-produk tersebut dapat diidentifikasi atau dipisah ke masing-masing produk-produk secara individual.

f. Setelah Split-Off Point (titik pisah) tersebut dapat dijual pada titik pisah (secara langsung) dan dapat juga dijual setelah pisah (setelah proses lebih lanjut) untuk mendapatkan produk yang lebih menguntungkan. Biaya yang dikeluarkan untuk memproses produk lebih lanjut disebut biaya proses lanjutan atau biaya setelah titik

(14)

Material: Controlling, Costing, and Planning.

Materials Procurement and Use.

Quantitative Models.

Material Control.

Inventory Costing Method.

Akuntansi Biaya

(15)

Describe the importance

of control over inventory.

(16)

Two primary objectives of control

over inventory are:

1.

Safeguarding the inventory,

and

2.

Properly reporting it in the

financial statements.

(17)

The purchase order authorizes the

purchase of the inventory from an

approved vendor.

The

receiving report establishes an

initial record of the receipt of the

inventory.

The amount of inventory is always

available in the subsidiary inventory

ledger.

(18)

Controls for safeguarding inventory

should include security measures to

prevent damage and customer or

employee theft. Some examples of

security measures include the

following:

1.

Storing inventory in areas that are

restricted to only authorized

employees.

(19)

2.

Locking high-priced inventory

in cabinets.

3.

Using two-way mirrors, cameras,

security tags, and guards.

(20)

A physical inventory or count

of inventory should be taken

near year-end to make sure

that the quantity of inventory

reported in the financial

statements is accurate.

(21)

Describe three inventory cost flow

assumptions and how they impact

the statement of comprehensive

income and statement of financial

position.

(22)
(23)

May 10 Purchase

1

$ 9

18 Purchase

1

13

24 Purchase

1

14

Total

3

$36

Average cost per unit: $12 ($36 ÷ 3 units)

(24)

Assume that one unit is sold on May 30 for $20.

Depending upon which unit was sold, the gross profit

varies from $11 to $6 as shown below:

Inventory Cost Flow

Assumptions

(25)

Under the specific identification

inventory cost flow method, the

unit sold is identified with a

specific purchase.

Not practical unless each inventory

unit can be separately identified

.

Inventory Cost Flow

Assumptions

(26)

Under the first-in, first out (FIFO)

inventory cost flow method, the

first units purchased are assumed to

be sold and the ending inventory is

made up of the most recent

purchases.

Inventory Cost Flow

Assumptions

(27)

Under the last-in, first out (LIFO)

inventory cost flow method, the

last units purchased are assumed

to be sold and the ending

inventory is made up of the first

purchases.

Inventory Cost Flow

Assumptions

(28)

Under the average inventory

cost flow method, the cost of

the units sold and in ending

inventory is an average of the

purchase costs.

Inventory Cost Flow

Assumptions

(29)
(30)
(31)
(32)

Use of Inventory Costing Methods*

(33)

Example

Cost Flow Methods

Three identical units of Item QBM are purchased during February, as shown below.

Feb. 8 Purchase 1 $ 45

15 Purchase 1 48

26 Purchase 1 51

Item QBM Units Cost

Assume that one unit is sold on February 27 for $70.

Determine the gross profit for February and ending inventory on February 28 using the (a) in, out (FIFO); (b) last-in, first-out (LIFO); and (c) average cost methods.

Total 3 $144

Average cost per unit $48 ($144 ÷ 3 units)

(34)

Gross Profit Ending Inventory (a) First-in, first-out (FIFO): $25 ($70 – $45) $99 ($48 + $51) (b) Last-in, first-out (LIFO): $19 ($70 – $51) $93 ($45 + $48) (c) Average cost: $22 ($70 – $48) $96 ($48 × 2)

(35)

Determine the cost of

inventory under the perpetual

inventory system, using the

FIFO, LIFO, and average cost

methods.

(36)

On January 1, the firm had 100 units

of Item 127B that cost $20 per unit.

Item 127B

Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20

First-In, First-Out Method

(37)

On January 4, the firm sold 70 units

of 127B at $30 each.

Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70

(38)
(39)

On January 10, the firm purchased

80 units at $21 each.

Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21

First-In, First-Out Method

(40)

Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)

10 Merchandise Inventory 1,680

(41)

On January 22, the firm sold 40 units

for $30 each.

Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40

(42)

Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)

(43)

On January 28, the firm sold 20

units at $30 each.

Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40 28 Sale 20

First-In, First-Out Method

(44)

Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)

(45)

Item 127B Units Cost Jan. 1 Inventory 100 $20 4 Sale 70 10 Purchase 80 21 22 Sale 40 28 Sale 20 30 Purchase 100 22

On January 30, purchased one hundred

additional units of Item 127B at $22 each.

First-In, First-Out Method

(46)

Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (continued)

(47)

Cost of goods sold January 31 inventory

Entries and Perpetual Inventory Account (FIFO) (concluded)

(48)

Example

Perpetual Inventory Using FIFO

Beginning inventory, purchases, and sales for Item ER27 are as follows:

Nov. 1 Inventory 40 units at $5 5 Sale 32 units

11 Purchase 60 units at $7 21 Sale 45 units

Assuming a perpetual inventory system and the in, first-out (FIFO) method, determine (a) the cost of goods sold on the November 21 and (b) the inventory on November 30.

(49)

a) Cost of goods sold (November 21):

8 units at $5

$40

37 units at $7

259

45 units

$299

b) Inventory, November 30:

$161 = (23 units × $7)

6-38

(50)

Labor: Controlling and accounting for

cost labor

Akuntansi Biaya

(51)

Definisi Biaya Tenaga Kerja

Tenaga Kerja adalah usaha baik fisik maupun mental

yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah bahan

baku menjadi produk. sedangkan biaya tenaga kerja

adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan

tenaga kerja.Biaya tenaga kerja merupakan salah satu

biaya konversi (biaya untuk mengubah bahan baku

(52)

Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja

Pada Perusahaan Menufaktur:

Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja Pada Perusahaan

Menufaktur:

1. Berdasarkan fungsi pokok organisasi atau perusahaan

Fungsi pokok tersebut terdiri dari produksi, pemasaran dan

administrasi Fungsi pokok ini di perlukan untuk membedakan :

• Biaya tenaga kerja pabrik sebagai unsur harga pokok

penjualan

(53)

Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja

Pada Perusahaan Menufaktur:

2. Berdasarkan kegiatan-kegiatan departemen dalam

perusahaan

Departemen dalam perusahaan menufaktur dibedakan

menjadi 2 yaitu :

• Departemen produksi

• Departemen non produki

Penggolongan kegiatan tenaga kerja pada kedua

depatemen ini untuk memudahkan pengendalian terhadap

biaya tenaga kerja pada setiap departemen.

(54)

Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja

Pada Perusahaan Menufaktur:

3. Menurut jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan menjadi dasar penetapan upah standar. Ex :

operator, mandor, upah stndar untuk masing-masing jenis

pekerjaan tersebut berbeada..

(55)

Penggolongan Kegiatan Tenaga Kerja

Pada Perusahaan Menufaktur:

4. Menurut hubungannya dengan produk, tenga kerja

dibedakan menjadi :

a. Tenaga kerja langsung adalah semua karyawan yang

secara langsung ikut serta dalam produksi. Jasanya dapat

di telusuri secara langsung pada produk dan upahnya

merupakan bagian yang besar dalam memproduksi

produk.

b. Tenaga kerja tidak langsung adalah kebalikan dari tenaga

kerja langsung. Upahnya masuk dalam biaya tenga kerja

tidak langsung, sebagai unsur biaya overhead pabrik

dibebankan pada produk secara tidak langsung, tetapi

melalui tarif biaya overhead pabrik yang ditentukanterlebih

dahulu.

(56)

Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja terdiri dari :

1. Gaji dan upah regular

2. Insentif

3. Premi lembur

4. Biaya-biaya yang dihubungkan dengan tenaga kerja

(Labor Related Cost)

(57)

Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Gaji dan Upah Reguler

Pada perusahaan yang menggunakan harga pokok pesanan (job order

costing), gaji dan upah dihitung berdasarkan:

a. Kartu Hadir (clock card), mencatat jam kehadiran karyawan

(jangka waktu jam hadir sampai pulang).

Proses pencatatan :

Setiap akhir minggu kartu hadir tiap karyawan dikirim ke bagian

pembuat daftar gaji dan upah untuk dipakai sebagai dasar perhitungan

gaji dan upah karyawan per minggu

b. Kartu Jam Kerja (job time ticket)

menggunakan kartu hadir untuk melihat jam kerja dalam mengerjakan

produk (biasanya untuk tenaga kerja langsung)

Perhitungan Upah = tarif Upah x Jam Kerja

(58)

Akuntansi Biaya Tenaga Kerja

Insentif

Insentif diberikan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan

agar bekerja lebih baik.

Pemberian insentif didasarkan pada :

• Waktu kerja

• hasil produksi

(59)

Pengawasan Biaya Tenaga Kerja

Didalam perusahaan manufaktur, umumnya biaya tenaga

kerja merupakan elemen biaya produksi yang cukup besar

sehingga amat penting dan perlu mengadakan

pengawasan terhadap biaya tenaga kerja. Tujuan utama

pengawasan biaya tenaga kerja bagi manajemen yaitu

supaya dicapai efisiensi tenaga kerja.

1. Perencanaan dan Analisa Biaya Tenaga Kerja.

2. Pembagian Tugas Fungsional di dalam Organisasi yang

berhubungan dengan tenaga kerja beserta tugas-tugas

fungsional setiap bagian.

(60)

Karakteristik Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah daya kerja fisik maupun mental yang

merupakan sumbangsih manusia untuk menghasilkan

suatu produk dan jasa tertentu.Biaya tenaga kerja

merupakan pembayaran kepada tenaga kerja sebagai

penggunaan jasa untuk menghasilkan suatu produk atau

jasa. Biaya tenaga kerja dalam perusahaan manufaktur

dapat dibedakan menjadi :

1. Biaya tenaga kerja langsung : biaya tenaga yang dapat

ditelusuri kepada produk yang dihasilkan, merupakan

biaya utama untuk menghasilkan produk dan jasa tertentu,

dan secara langsung diidentifikasi kepada produksi

2. Biaya tenaga kerja tidak langsung : Seluruh biaya tenaga

kerja selain biaya tenaga kerja langsung yang

berhubungan dengan proses produksi untuk menghasilkan

produk dan jasa tertentu

(61)

Factory Overhead

Akuntansi Biaya

(62)

PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead

costs) adalah biaya produksi yang tidak masuk

dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga

kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga

memiliki departemen-departemen lain selain

departemen produksi maka semua biaya yang

terjadi di departemen pembantu tersebut

(termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan

sebagai biaya overhead pabrik.

(63)

PENGERTIAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari

biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian

bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak langsung,

pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi,

hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan

dalam proses produksi.

(64)

PENGGOLONGAN BIAYA

OVERHEAD PABRIK

Biaya overhead pabrik dapat digolongkan ke dalam

tiga kriteria, yakni:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut

sifatnya

Berdasarkan sifatnya, biaya overhead pabrik dapat

dibagi menjadi:

a. Biaya bahan penolong

b. Biaya tenaga kerja tak langsung

c. Biaya reparasi dan pemeliharaan

(65)

PENGGOLONGAN BIAYA

OVERHEAD PABRIK

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya

dalam hubungan dengan perubahan volume produksi.

Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat dibagi menjadi tiga

golongan:

a. Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik

yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan dalam

volume produksi.

b. Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead

pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume

produksi.

c. Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead

pabrik yang berubah namun tidak sebanding dengan

(66)

PENGGOLONGAN BIAYA

OVERHEAD PABRIK

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut

hubungannya dengan departemen.

Berdasarkan hubungannya dengan

departemen-departemen yang ada dalam perusahaan, biaya

overhead pabrik dapat digolongkan menjadi dua

kelompok, yaitu:

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen

(direct departemental overhead expenses)

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

(indirect departemental overhead expenses)

(67)

METODE PENENTUAN TARIF BIAYA

OVERHEAD PABRIK

Terdapat tiga alternatif yang dapat perusahaan

digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead

pabrik, yaitu:

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal

2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas

(68)

MENGHITUNG BIAYA OVERHEAD

PABRIK

Untuk bisa menghitung biaya overhead pabrik,

terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan oleh

perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

2. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya

overhead pabrik

(69)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

Macam-macam penghitungan dasar pembebanan

biaya overhead pabrik kepada produk antara lain:

a. Jumlah satuan produk

(70)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

(71)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

(72)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

(73)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

(74)

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD

PABRIK

(75)

Traditional Costing, Activity Analysis,

Cost Driver, ABC System

Manajemen Biaya Strategik Pokok Bahasan Modul dari Pertemuan

(76)

Traditional Costing, Activity Analysis,

Cost Driver, ABC System

Semakin derasnya arus teknologi dan informasi,

perusahaan dituntut untuk lebih dapat

mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan

tersebut dalam persaingan global. Kelangsungan hidup

suatu perusahaan dapat ditentukan oleh berbagai

strategi yang diterapkan oleh perusahaan. Salah satu

strategi yang dapat digunakan perusahaan agar dapat

bersaing dalam bisnis global ini adalah dengan

mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas,

meningkatkan kualitas produk atau jasa dan

meningkatkan kemampuan untuk memberi respon

terhadap berbagai kebutuhan pelanggan.

(77)

Pengertian ABC System

Activity Based Costing merupakan metode yang

menerapkan konsep-konsep akuntansi aktivitas

untuk menghasilkan perhitungan harga pokok

produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif

manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari

sekedar informasi biaya produk yang akurat akan

tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya

dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta

dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek

biaya selain produk, misalnya pelanggan dan

(78)

Pengertian ABC System

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin

Widjaja (1992; 27) adalah : “Bahwa ABC Sistem

tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk

yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi

apa yang menimbulkan biaya dan bagaimana

mengelolanya, sehingga ABC System juga dikenal

sebagai sistem manajemen yang pertama.”

(79)

Pengertian ABC System

Sedangkan menurut Mulyadi (1993:34)

memberikan pengertian ABC sebagai berikut:

“ABC merupakan metode penentuan HPP (product

costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi

harga pokok secara cermat bagi kepentingan

manajemen, dengan mengikursecara cermat

konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang

digunakan untuk menghasilkan produk.”

(80)

ABC System

Manajemen sering kali mengabaikan perhitungan biaya

produksi secara akurat yang dapat mengakibatkan

perusahaan tersebut tidak mampu bersaing di pasaran.

Oleh karena itu, manajer suatu perusahaan

membutuhkan suatu informasi mengenai biaya-biaya

yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu

produk secara akurat. Pembebanan setiap biaya

produksi yang dikeluarkan untuk satu unit produk

dengan suatu metode dapat membantu manajemen

memperoleh informasi mengenai biaya produksi satu

unit produk dengan lebih akurat. Metode ini didalam

akuntansi manajemen dinamakan sebagai metoda

Activity Based Costing (ABC) System.

(81)

ABC System

Metode Activity Based Costing (ABC) System

menghitung setiap biaya pada masing-masing aktivitas

dengan dasar alokasi yang berbeda untuk

masing-masing aktivitas. Banyak perusahaan-perusahaan di

Indonesia belum mengadopsi metode ini dalam

penghitungan biaya produksi yang dikeluarkan untuk

setiap produk. Umumnya metode yang digunakan oleh

perusahaan yang berada di Indonesia adalah

pemerataan biaya secara umum untuk masing-masing

produk. Padahal masing-masing produk tersebut

kenyataannya tidak menggunakan sumber daya dalam

jumlah yang sama.

(82)

ABC System

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan

manajemen akan informasi akuntansi yang mampu

mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai

aktivitas untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini

didorong oleh:

Persaingan global yang tajam yang memaksa

perusahaan untuk cost effective

Advanced manufacturing technology yang

menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam

product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market

driven strategy.

(83)

Traditional Costing

Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan

secara arbitrer kepada harga pokok produk. Hal ini akan

menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya

distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa

diandalkan dalam mengukur efisiensi dan produktivitas.

Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi

manajemen sebagai dasar untuk pembuatan keputusan. Manajemen

dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:

menentukan harga jual

mempertimbangkan menolak atau menerima suatu pesanan

memantau realisasi biaya

menghitung laba/rugi tiap pesanan

menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk

dalam proses yang akan disajikan di neraca.

(84)

Kelemahan Traditional Costing

Kelemahan sistem akuntansi biaya tradisional:

Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya

menyajikan informasi biaya pada tahap produksi

Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan

pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan

volume produksi.

Ada diversitas produk, dimana masing-masing

produk mengkonsumsi biaya overhead yang

berbeda beda.

(85)

Perbandingan Traditional Costing

dengan ABC Costing

Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan

Tradisional

Metode Penentuan Harga Pokok Produk Tradisional

Metode Activity Based Costing

Tujuan Inventory level Product Costing

Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi, Tahap pengembangan

Fokus Biaya bahan baku, tenaga kerja langsung

Biaya overhead

Periode Periode akuntansi Daur hidup produk

(86)

Kelemahan Traditional Costing

Dengan berkembangnya dunia teknologi, sistem biaya tradisional mulai

dirasakan tidak mampu menghasilkan produk yang akurat lagi. Hal ini

disebabkan karena lingkungan global menimbulkan banyak pertanyaan

yang tidak dapat dijawab sistem akuntansi biaya tradisional, antara lain:

1.

Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan

penentuan harga pokok produk yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya

menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk mencapai

keunggulan dalam persaingan global.

2.

Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu

memusatkan pada distribusi dan alokasi biaya overhead daripada

berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan menghilangkan

aktivitas yang tidak bernilai tambah.

3.

Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat

biaya karena seringkali beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh

faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja langsung.

(87)

Kelemahan Traditional Costing

4.

Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang

terdistorsi sehingga mengakibatkan pembuatan keputusan yang

menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.

5.

Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung

dan tidak langsung serta biaya tetap dan variabel hanya mendasarkan

faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal dalam

lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi

kabur karena biaya dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.

6.

Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan suatu perusahaan

kedalam pusat-pusat pertanggung jawaban yang kaku dan terlalu

(88)

Kelemahan Traditional Costing

7.

Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada

perhitungan selisih biaya pusat-pusat pertanggungjawaban tertantu

dengan menggunakan standar.

8.

Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat

dan teknik-teknik yang canggih dalam sistem informasi dibandingkan

pada lingkungan teknologi maju.

9.

Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya

daur hidup produk. Hal ini dibuktikan dengan perlakuan akuntansi

biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas perekayasaan,

penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan

sebagai biaya periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi

harga pokok daur hidup produk.

(89)

Keunggulan ABC System

Amin (1994: 23) mengemukakan tentang keunggulan ABC adalah sebagai

berikut:

1.

Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus

mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai

hasilnya mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara

simultan fokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti

bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing, yang pada

akhirnya dapat memicu aktivitas untuk mereorganisasi proses,

memperbaiki mutu dan mengurangi biaya.

2.

ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan.

3.

Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

kompetitif yang lebih wajar.

4.

Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan

analisis yang lebih akurat mengenai volume, yang dilakukan untuk mencari

break even atas produk yang bervolume rendah.

5.

Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen

dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai

pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

(90)

Langkah-langkah ABC System

Tahap pertama pengelompokan biaya overhead ke

dalam kelompok biaya yang homogen. Kelompok

biaya homogen merupakan kumpulan overhead

yang variasinya dapat dijelaskan oleh satu faktor

penyebab (cost driver). Untuk menentukan mana

kelompok biaya yang homogen, dapat melihat biaya

yang mempunyai rasio konsumsi sama untuk

seluruh produk.

Tahap kedua alokasi biaya overhead pabrik:

Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar

pembebanan yang dikonsumsi

(91)

Cost Driver

Landasan penting untuk menghitung biaya

berdasarkan aktivitas adalah dengan

mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver

untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang tidak

tepat atas pemicu akan mengakibatkan

ketidaktepatan pada pengklasifikasian biaya,

sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen

dalam mengambil keputusan.

(92)

Cost Driver

Ada dua jenis cost driver, yaitu:

Cost Driver berdasarkan unit

Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya

overhead pada produk melalui penggunaan tarif

overhead tunggal oleh seluruh departemen.

Cost Driver berdasarkan non unit

Cost Driver berdasarkan non unit merupakan

factor-faktor penyebab selain unit yang menjelaskn konsumsi

overhead. Contoh cost driver berdasarkan unit pada

perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien,

jumlah kamar yang tersedia.

(93)

Cost Driver

Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor

yang harus dipertimbangkan:

Kemudahan untuk mendapatkan data yang

dibutuhkan dalam pemilihan cost driver (cost of

measurement). Cost driver yang membutuhkan

biaya pengukuran lebih rendah akan dipilih.

Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan

oleh cost driver terpilih dengan konsumsi aktivitas

sesungguhnya 20 (degree of correlation). Cost driver

yang memiliki korelasi tinggi akan dipilih.

Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih

(behavior effect). Cost driver yang menyebabkan

perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.

(94)

Daftar Pustaka

• Activity Based Costing diakses di

https://akuntansiterapan.com/2014/02/17/activity-based-costing/

• Biaya Tenaga Kerja, diakses di

http://teguh-ekom.blogspot.co.id/2011/01/biaya-tenaga-kerja.html

• Blocher, et all. 2007. Cost Management Manajemen Biaya Penekanan Strategis. 3rd Edition. Buku 1. Salemba Empat

• Kieso, Weygandt, Accounting Principle. 2013. IFRS Edition. John Wiley & Sons Publishing.

• Konsep Produk Bersama dan Produk Sampingan, diakses di

http://yabeshulu.blogspot.co.id/2015/06/produk-bersama-dan-produk-sampingan.html

• Pengertian Biaya Overhead, diakses di

http://ciputrauceo.net/blog/2015/12/17/pengertian-biaya-overhead-pabrik-dan-cara-menghitung-biaya-overhead-pabrik

(95)

Daftar Pustaka

• Penentuan biaya produk bersama & produk sampingan, diakses di

http://ekonomiuh.blogspot.co.id/2012/12/penentuan-biaya-produk-bersama-produk.html

• Warren, Reeve, Duchac, dan Wang. 2014. Principle of Financial Accounting with Conceptual Emphasis on IFRS. 2nd Edition. Cengage Learning Asia Pte Ltd.

• William K.Carter & Milton F. Usry, (2008). Cost Accounting. 14th Edition,

(96)

Terima Kasih

Referensi

Dokumen terkait

dengan mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna dalam melaksanakan tugas kedinasan dan pelayanan publik di Lingkungan Pemerintah Kota Banda

Melalui agenda visitasi kepemimpinan nasional ke Bojonegoro, peserta PKN II dapat mempelajari aktualisasi pada lokus visitasi, membandingkan pembelajaran yang diperoleh

Interpretasi dari kedua konsep tersebut, melahirkan pendekatan internalisasi nalar spiritual di mana tiap kerja manusia berpijak pada tujuan nilai dan implikasi pada orientasi

Dengan memanjatkan segala puji syukur kepada Allah SWT atas seluruh rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Modal Intelektual,

Hasil observasi dan interview terkumpul data yang selanjutnya dianalisa secara kualitatif, maka aplikasi manajemen hubungan masyarakat dalam meningkatkan partisipasi

Sasaran strategis untuk tingkat keuntungan, tingkat pendapatan, tingkat pemenuhan kewajiban jangka pendek dan tingkat produktivitas (perspektif keuangan) belum mencapai target

Pada tanggal 29 Mei 2009 telah ditanda tangani kontrak untuk proyek ICP-R Process Platform antara AFCONS-Gunanusa J.V dan ONGC (Oil & Natural Gas Corporation

Proses optimasi yang dilakukan adalah optimasi pada batasan fungsi keanggotaan FIS Tsukamoto, sehingga dapat ditemukan batasan fungsi keanggotaan yang paling maksimum