• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU INFORMASI

SEKTOR KONSTRUKSI

SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG

EDISI 2011

JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

PENERAPAN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR

(2)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 1 dari 76

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I PENGANTAR ... 4

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi ... 4

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan ... 4

1.2.1. Desain Materi Pelatihan ... 4

1.2.2. Isi Materi Pelatihan ... 4

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan. ... 5

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC) ... 6

1.4. Pengertian-pengertian Istilah ... 6

1.4.1. Profesi. ... 6

1.4.2. Standardisasi. ... 6

1.4.3. Penilaian / Uji kompetensi. ... 6

1.4.4. Pelatihan. ... 6

1.4.5. Kompetensi. ... 7

1.4.6. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). ... 7

1.4.7. Standar Kompetensi. ... 7

1.4.8. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). ... 7

1.4.9. Sertifikat Kompetensi. ... 7

1.4.10. Sertifikasi Kompetensi. ... 7

BAB II STANDAR KOMPETENSI ... 8

2.1. Peta Paket Pelatihan ... 8

2.2. Pengertian Unit Standar ... 8

2.2.1. Unit kompetensi. ... 8

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari. ... 8

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan. ... 8

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten. ... 8

2.3. Unit Kompetensi yang Dipelajari ... 9

Batasan Variabel. ... 10

(3)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 2 dari 76

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ... 14

3.1. Strategi Pelatihan ... 14

3.1.1. Persiapan / perencanaan. ... 14

3.1.2. Permulaan dari proses pembelajaran. ... 14

3.1.3. Pengamatan terhadap tugas praktek. ... 14

3.1.4. Implementasi. ... 14

3.1.5. Penilaian. ... 15

3.2. Metode Pelatihan ... 15

3.2.1. Belajar secara mandiri. ... 15

3.2.2. Belajar berkelompok. ... 15

3.2.3. Belajar terstruktur. ... 15

BAB IV MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) ... 16

4.1. Umum ...16

4.2. Memeriksa Perlengkapan Keselamatan Kerja Sesuai Standar K3 ...17

4.2.1. Ketersediaan dan kelengkapan kotak P-3K diperiksa termasuk waktu kadaluwarsanya. ... 17

4.2.2. Pemeriksaaan sabuk keselamatan kerja (safety belt) untuk digunakan dilokasi ketinggian ... 26

4.2.3. Pengenalan rambu-rambu keselamatan kerja ... 28

4.2.4. Pemeriksaan ketersediaan dan kelengkapan peralatan pemadam kebakaran ... 31

4.3. Peralatan Pelindung Diri (APD) ... 33

4.3.1. Pakaian Kerja. ... 34

4.3.2. Pelindung Kaki (Safety shoes). ... 35

4.3.3. Safety helmet, Masker, Kacamata dan Pelindung Telinga. ... 39

4.3.4. Pemakaian Safety belt. ... 47

4.4. Penggunaan Perlengkapan Sesuai Prosedur Standar K3 ... 49

4.4.1. Pemeriksaan peralatan pemadam kebakaran. ... 50

4.4.2. Penggunaan Obat-Obatan dan Perlengkapan Kotak P-3K. ... 58

(4)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 3 dari 76

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ... 75

5.1. Sumber Daya Manusia ... 75

5.1.1. Pelatih ... 75

5.1.2. Penilai ... 75

5.1.3. Teman kerja / sesama peserta pelatihan. ... 75

5.2. Sumber-sumber Kepustakaan / Buku Informasi ... 76

5.3. Daftar Perlengkapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) dan Peralatan Pelindung Diri (APD) ... 76

(5)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 4 dari 76

BAB I PENGANTAR

1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).

• Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

• Kompeten ditempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

1.2. Penjelasan Materi Pelatihan. 1.2.1. Desain Materi Pelatihan.

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / Mandiri :

• Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. • Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta

dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih.

1.2.2. Isi Materi Pelatihan.

1) Buku Informasi.

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

2) Buku Kerja.

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / Mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

• Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

(6)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 5 dari 76

• Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

• Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.

3). Buku Penilaian.

Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

• Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

• Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

• Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

• Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. • Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.

• Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3. Penerapan Materi Pelatihan.

1) Pada pelatihan klasikal, instruktur akan :

• Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

• Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

• Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2) Pada pelatihan individual / mandiri, peserta pelatihan akan :

• Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. • Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. • Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

• Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

(7)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 6 dari 76

1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini.

• Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

• Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah:

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan

yang sama.

1.4. Pengertian-Pengertian / Istilah.

1.4.1 Profesi.

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan / jabatan.

1.4.2 Standardisasi.

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji kompetensi.

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan.

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

(8)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 7 dari 76

1.4.5 Kompetensi.

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. 1.4.7 Standar Kompetensi.

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi.

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi.

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

(9)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 8 dari 76

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1. Peta Paket Pelatihan.

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Juru Ukur Bangunan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

2.1.1 Penerapan Jadwal Konstruksi. 2.1.2 Penguasaan Peralatan Ukur. 2.1.3 Stake out dan monitoring.

2.1.4 Pengukuran Dimensi dan Penghitungan Volume. 2.1.5 Pembuatan Laporan Pengukuran.

2.2. Pengertian Unit Standar Kompetensi.

2.2.1. Unit kompetensi.

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2. Unit kompetensi yang akan dipelajari.

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3”.

2.2.3. Durasi / waktu pelatihan.

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4. Kesempatan untuk menjadi kompeten.

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.

(10)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 9 dari 76

2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang Dipelajari.

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

• Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. • Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. • Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

• Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian

2.3.1 Kemampuan Awal.

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pelindung Kerja (APK).

2.3.2 Judul Unit : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan benar 2.3.3 Kode Unit : INA.5230.233.23.01.07

2.3.4 Deskripsi Unit.

Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan benar yang dilakukan oleh juru ukur bangunan gedung.

2.3.5 Elemen Kompetensi & Kriteria Unjuk Kerja.

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Memeriksa perlengkapan keselamatan kerja sesuai dengan standar K3

1.1. Ketersediaan dan kelengkapan kotak P-3K diperiksa termasuk waktu kadaluwarsanya. 1.2. Sabuk keselamatan kerja (safety belt) untuk

digunakan di lokasi ketinggian diperiksa secara cermat apakah masih berfungsi.

1.3. Rambu-rambu keselamatan kerja dikenali penempatan dan dimengerti maksudnya. 1.4. Ketersediaan dan kelengkapan peralatan

pemadam kebakaran diperiksa secara cermat dan teliti apakah masih berfungsi.

2. Memakai peralatan pelindung diri (APD)

2.1. Pakaian kerja dipakai sesuai aturan. 2.2. Safety shoes dipakai sesuai aturan

2.3. Safety helmet, masker dan kacamata dipakai sesuai aturan

(11)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 10 dari 76

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

3. Menggunakan peralatan sesuai prosedur standar K3

3.1. Peralatan pemadam kebakaran diperiksa apakah masih berfungsi.

3.2. Obat-obatan dan perlengkapan kotak P-3K digunakan ketika terjadi kecelakaan.

3.3. Rambu-rambu keselamatan kerja harus dipatuhi.

BATASAN VARIABEL 1. Konteks Variabel.

1.1. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada pekerjaan pengukuran bangunan gedung.

1.2 Unit ini berlaku untuk melakukan pengukuran bangunan gedung sesuai dengan instruksi kerja dalam melaksanakan pekerjaan pada :

1.2.1. Bangunan gedung. 1.2.2. Jalan dan jembatan. 1.2.3. Bangunan air.

1.2.4. Bangunan fisik lainnya.

1.3. Potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja yang diidentifikasikan meliputi bahaya kecelakaan fisik/kimia, bahaya kebakaran dan bahaya ledakan.

1.4 Pengendalian bahaya dan resiko kecelakaan kerja meliputi : 1.4.1 Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

1.4.2 Tindakan melokalisasikan kebakaran supaya tidak meluas dan memadamkannya.

1.4.3 Serta melaporkan pada yang terkait.

2. Perlengkapan yang diperlukan:

2.1. Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :

2.1.1. Sepatu keselamatan (safety shoes).

2.1.2. Helm Pengaman (safety helmet).

2.1.3. Sarung tangan (gloves).

2.1.4. Tali pengaman (safety belt).

2.1.5 Kaca mata pelindung. 2.1.6 Alat pelindung pendengaran 2.1.7 Masker

(12)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 11 dari 76

2.2. Alat Pengaman Kerja (APK) antara lain :

2.2.1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

2.2.2. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P-3K). 2.2.3. Rambu-rambu keselamatan kerja.

2.2.4 Jaring Pengaman (safety Net). 2.2.5 Pagar pengaman (safety raill)

2.2.6 Pelataran kerja (Platform) dengan pagar penghalang.

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan.

3.1. Menyiapkan peralatan dan perlengkapan K3 & lingkungan. 3.2. Menggunakan APD dan APK sesuai dengan standar K3. 3.3. Memeriksa dan memelihara perlengkapan K3 & lingkungan. Catatan : Untuk Juru Ukur sendiri bukan untuk secara global

4. Peraturan-peraturan yang diperlukan.

4.1. Undang-undang Nomor. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

4.2. Undang-undang Nomor. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 4.3. Undang-undang Nomor. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

4.4. PERMENAKER RI No 05/Men/1996, tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

4.5. PERMENAKERTRANS No.PER.01/MEN/1980, tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.

4.6. Petunjuk Manual yang dirumuskan oleh perusahaan (jika ada) 4.7. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang terkait dan diberlakukan. 4.8. Peraturan-peraturan lain yang terkait dan berlaku.

PANDUAN PENILAIAN 1. Kondisi Pengujian.

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

(13)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 12 dari 76

1.1. Tes tertulis.

1.2. Test lisan / wawancara.

1.3. Praktek menggunakan alat peraga /simulasi. 1.4. Praktek di tempat kerja.

1.5. Portofolio atau metode lain yang relevan.

2. Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Perilaku Untuk Mendemonstrasikan

Kompetensi ini terdiri dari :

2.1 Mengenal rambu-rambu K3. 2.2 Mengenal APD.

2.3 Mengenal perlengkapan P-3K. 2.4 Mengenal perlengkapan APK.

3. Aspek Penting Penilaian.

3.1 Kecermatan dalam mengenali rambu-rambu K3.

3.2 Ketelitian dan kecermatan dalam mengenal, memeriksa dan memilih APD yang sesuai dengan standar.

3.3 Kemampuan menggunakan APD sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. 3.4 Kecermatan dan ketelitian dalam mengenal macam-macam obat luka.

4. Kaitannya Dengan Unit Kompetensi :

4.1 Mengenal rambu-rambu. 4.2 Menggunakan APD.

4.3 Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan.

5. Keterampilan Yang Dibutuhkan :

5.1 Memilih APD dan APK yang tepat untuk bekerja.

5.2 Menggunakan dan merawat peralatan dan perlengkapan kerja.

5.3 Mengidentifikasi penyebab utama kecelakaan ditempat kerja berkaitan dengan lingkungan kerja serta cara mengendalikan bahaya / resiko kecelakaan kerja dan pencegahannya.

5.4 Mengidentifikasi pencemaran lingkungan.

6. Aspek Kritis.

(14)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 13 dari 76

6.1 Kemampuan mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja ditempat kerja.

6.2 Kemampuan menilai ketidak lengkapan APK.

6.3 Kemampuan menggunakan APD sesuai dengan ketentuan K3.

6.4 Kemampuan untuk melakukan tindakan penanggulangan kecelakaan kerja bila terjadi keadaan darurat lainnya ditempat kerja.

7 Kompetensi Kunci.

No Kompetensi Kunci Dalam Unit Ini Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 1 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1

(15)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 14 dari 76

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. Strategi Pelatihan.

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan / proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan.

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran.

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek.

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi.

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

(16)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 15 dari 76

3.1.5 Penilaian.

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. Metode Pelatihan.

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri.

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok.

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar / ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur.

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(17)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 16 dari 76

BAB IV

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

4.1. Umum.

Modul TS-01 : Teknik penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mempresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Juru Ukur Bangunan Gedung (Technician Surveying).

Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsur-unsur lainnya, sehingga terpantau dan saling mengisi tetapi tidak terjadi saling tumpang-tindih (overlapping) terhadap unit-unit lainnya.

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Ada beberapa pengertian yang dirumuskan oleh lembaga internasional dan para ahli di bidang kesehatan kerja mengenai keselamatan dan kesehatan kerja. Secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja berarti sebagai ilmu dan penerapan teknologi tentang pencegahan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Secara filosofis keselamatan dan kesehatan kerja mengandung makna terjaminnya keutuhan jasmani dan rohani manusia secara umum dan tenaga kerja secara khusus selama mereka melakukan aktivitas di tempat kerja dengan tercapainya hasil karya yang diharapkan.

Sedangkan pengertian keselamatan kerja dalam Kamus Intercollegiate disebutkan bahwa keselamatan kerja secara umum diartikan sebagai interaksi antara manusia, mesin, dan media yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan pada sistem, tidak tercapainya sasaran, hilangnya jam kerja, atau celakanya pekerja.

Jadi dari pengertian-pengertian di atas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan aspek-aspek ilmu dan teknologi yang diterapkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul karena pekerjaan, artinya para pekerja dapat terlindungi dari berbagai ancaman risiko dan gangguan yang mengakibatkan cacat, penyakit yang menahun, dan kematian tanpa mengganggu rencana pencapaian hasil yang diharapkan dari proses kerja.

Pekerjaan pengukuran dalam setiap proyek seperti pembangunan gedung bertingkat tinggi mempunyai peranan yang sangat penting sejak awal hingga akhir pekerjaan. Peranan Juru

(18)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 17 dari 76

ukur khususnya sangat diperlukan disetiap tahapan pekerjaan konstruksi, sehingga mobilitasnya sangat tinggi. Akibat dari hal tersebut maka Juru ukur harus hati-hati terhadap bahaya kecelakaan. Potensi bahaya kecelakaan yang mengancam para pekerja termasuk Juru ukur pada lokasi proyek bangunan gedung tinggi adalah :

• Iritasi pada kulit, mata dan saluran pernafasan yang disebabkan oleh paparan debu semen yang beterbangan di lokasi kerja.

• Kurangnya peralatan pengaman.

• Sistem peringatan yang kurang memadai terhadap bahaya kecelakaan. • Sikap kerja yang berlebihan dan jelek sekali.

• Terpeleset, tersandung dan jatuh.

• Luka melepuh yang disebabkan oleh zat-zat kimia yang berasal dari campuran beton yang masih basah.

• Tertimpa material-material yang berjatuhan. • Dan lain-lainnya.

Oleh sebab itu, untuk menjamin kondisi kerja yang sehat dan aman bagi para pekerja, baik dari level manajer sampai tingkat pekerja, diperlukan adanya suatu manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan membangun standar dan prosedur kerja yang dapat dicapai tanpa menjadi beban yang berlebihan bagi pelaksana pekerja (kontraktor). Inti dari manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ini adalah perlu ada suatu standar khusus dan mengikat setiap orang di semua jenjang kegiatan. Standar ini kemudian dapat menilai proses kerja yang dilakukan untuk menentukan apakah mereka yang bekerja di berbagai jenjang kegiatan telah cukup melakukan pengendalian risiko yang ada.

4.2. Memeriksa Perlengkapan Keselamatan Kerja Sesuai Standar K3.

4.2.1. Ketersediaan dan kelengkapan kotak P-3K diperiksa termasuk waktu kadaluwarsanya.

4.2.1.1. Pemeriksaan ketersediaan kotak P-3K.

Kecelakaan atau risiko yang terjadi di tempat kerja pada intinya diakibatkan karena adanya interaksi antara manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja, peralatan atau mesin-mesin yang digunakan, ruang tempat bekerja serta dapat ditambahkan di sini adalah bahan-bahan yang digunakan dalam pemrosesan untuk diubah menjadi suatu produk jadi tertentu atau jasa tertentu. Interaksi yang terjadi di tempat kerja tersebut dapat menimbulkan potensi bahaya (hazard potential) yang

(19)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 18 dari 76

sewaktu-waktu, dapat mengancam keselamatan dan kesehatan para pekerja.

Ancaman kecelakaan atau cidera yang terjadi dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor, ada dua faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian dari berbagai tingkatan pekerja di setiap tingkat kegiatan yaitu

perilaku/perbuatan yang tidak aman (unsafe act) dan kondisi lingkungan kerja yang tidak aman (unsafe condition).

Beberapa contoh dari perilaku/perbuatan tidak aman yang berpotensi untuk menimbulkan kecelakaan di tempat kerja :

• Melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. • Tidak memakai alat pelindung diri.

• Memuat sesuatu melebihi batas ketentuan yang telah ditetapkan. • Menempatkan bahan atau peralatan di sembarang tempat. • Posisi kerja yang tidak tepat.

• Bersenda gurau waktu bekerja.

• Bertengkar pada sedang melaksanakan tugas. • Berada di bawah pengaruh alkohol atau obat-obatan.

Beberapa contoh dari kondisi lingkungan kerja yang tidak aman yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja :

• Lantai kerja yang tidak aman (licin). • Alat pelindung diri di bawah standar K3. • Peralatan kerja sudah rusak.

• Gerak tidak leluasa karena ruang kerja yang sempit. • Peralatan pemadam kebakaran yang sudah kadaluarsa. • Pencahayaan di tempat kerja kurang memadai.

• Sistem ventilasi ruang kerja tidak berjalan dengan baik.

• Tangga yang tidak dilengkapi dengan pelindung diri (hand rail).

Dua faktor utama tersebut merupakan dasar penting untuk mengidentifikasikan potensi bahaya di setiap tingkatan atau tahapan kegiatan. Untuk faktor pertama yang telah dikemukakan di atas merujuk

(20)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 19 dari 76

pada kompetensi seorang pekerja dalam menjalankan tugasnya dan berkaitan juga dengan sistem ergonomi, yaitu penyesuaian beban kerja dan peralatan kerja yang digunakan dengan kemampuan dan fisik pekerja.

Faktor kedua yang berhubungan dengan kondisi lingkungan kerja dipengaruhi pula oleh faktor-faktor :

• Faktor fisik yang meliputi penerangan, suhu udara, tingkat kelembaban, cepat rambat udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi, tekanan udara, dan lain sebagainya.

• Faktor kimia meliputi gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda-benda padat lainnya yang memiliki kandungan zat-zat kimia yang mempengaruhi kesehatan.

• Faktor fisiologis meliputi konstruksi mesin, konstruksi tempat kerja, dan lain sebagainya.

• Faktor sosiologis, meliputi susunan kerja, hubungan antar sesama pekerja, hubungan pekerja dengan atasanya, hubungan pekerja dengan pemberi kerja, pemeliharaan kerja.

Gambar 4.1. Contoh Tangga yang tidak aman bagi Para Pekerja

Sumber : OSHA Office Training and Education, USA

Dengan mengidentifikasi faktor-faktor potensial penyebab terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan cidera, cacat, meninggal dapat diantisipasi lebih awal. Kemauan untuk melakukan tindakan identifikasi terhadap potensi bahaya atau risiko ini dapat dilaksanakan bila pengusaha sebagai pemberi kerja memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan dan mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di

(21)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 20 dari 76

perusahaannya secara konsisten dan sistematis, dan juga para pekerja sendiri harus menyadari bahwa tanpa disiplin yang tinggi untuk mematuhi standar dan prosedur kerja yang telah ditetapkan, kecelakaan yang terjadi akan memberi dampak langsung pada dirinya sendiri dan keluarganya.

Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk mengidentifikasi dan pengendalian risiko di tempat kerja adalah:

• Mengidentitikasi peralatan yang digunakan oleh para pekerja di setiap tahapan kegiatan, bila peralatan memiliki potensi bahaya yang cukup tinggi, maka peralatan tersebut harus diganti dengan peralatan yang tingkat risikonya lebih rendah.

• Mengidentifikasi material atau bahan yang digunakan, bila terdapat penggunaan material atau bahan yang mengandung bahaya terhadap manusia, perlu dipertimbangkan menggunakan bahan yang lain yang sejenis yang lebih aman tanpa mengurangi mutu produk yang dihasilkan.

• Mengindentifikasi tempat dan kondisi kerja, bila disainnya membahayakan para pekerja, perlu dilakukan disain ulang sehingga tempat dan kondisi kerja menjadi lebih nyaman dan tidak terlalu berisiko bagi para pekerja.

• Mengecek dan mengisolasi sumber-sumber bahaya di setiap tahapan kegiatan, misalnya listrik ditempatkan di tempat yang tidak membahayakan, tangga tempat turun naik pekerja diberi pegangan yang memadai, dan lain sebagainya.

• Menugaskan pekerja yang memiliki kompetensi di bidangnya. Ketiga langkah tersebut harus pula dilengkapi dengan :

• Pengendalian secara administrasi, seperti menetapkan prosedur kerja, prosedur pemakaian alat, instruksi kerja, supervisi pekerjaan secara berkala serta simbol-simbol dan slogan-slogan K3 yang ditempelkan di tempat-tempat tertentu yang mudah terlihat oleh setiap orang atau pekerja.

• Penggunaan alat pelindung diri yang dipakai sesuai dengan standar industri yang berlaku yang harus diwajibkan kepada setiap pekerja sesuai dengan kebutuhan alat pelindung diri di tempat kerja.

(22)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 21 dari 76

Contoh di bawah ini merupakan bentuk dari pengendalian administrasi dalam bentuk slogan untuk mengingatkan siapa saja yang berada di lingkungan kerja, khususnya para pekerja dan supervisornya.

4.2.1.2. Pemeriksaan Kelengkapan Kotak P-3K.

P-3K adalah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Kotak P-3K berisi obat-obatan yang diperlukan untuk dapat membantu pertolongan pertama pada korban kecelakaan atau yang menderita sakit pada saat bekerja. Ketentuan isi kotak P-3K ini tergantung pada jenis tempat kerja dan jumlah tenaga kerja yang terlibat di tempat kerja tersebut.

Tabel 4.1. Bentuk Kotak P-3K Menurut Tempat Kerja

Jumlah Tenaga Kerja

Tempat Kerja Sedikit Kemungkinan Terjadi Kecelakaan Tempat Kerja Dengan Ada Kemungkinan Terjadi Kecelakaan

Tempat Kerja dengan Banyak Kemungkinan Terjadi Kecelakaan

0 s/d 25 Kotak P-3K Bentuk I Kotak P-3K Bentuk I & II

Kotak P-3K Bentuk II

25 s/d 100 I II III

100 s/d 500 II III III + Kotak Dokter

>500 II Setiap 500 TK III Setiap 500 TK + Kotak Dokter III Setiap 500 TK + Kotak Dokter

Sumber : Rudi Suardi, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja

Dengan mengetahui bentuk kotak P-3K berdasarkan tipe tempat kerja, maka kebutuhan obat-obatan yang diperlukan dapat pula diketahui. Mengetahui obat-obatan yang tersedia di tempat kerja, maka Koordinator P-3K dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk membantu korban kecelakaan atau yang menderita sakit sesuai dengan obat-obatan atau bahan-bahan pengobatan menurut jenis cidera, atau sakit yang diderita korban.

Penjelasan kotak P-3K bentuk I, II, III dan kotak dokter dapat dilihat pada subbab 4.2.3.

(23)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 22 dari 76

4.2.1.3. Pemeriksaan jenis obat-obatan yang dibutuhkan dalam kotak P-3K.

Daftar Isi Kotak P-3K menurut bentuknya masing-masing.

Gambar 4.2. Kotak Obat dan Isinya

1) Kotak P-3K Bentuk I berisi : a) Alat bantu :

• 10 gram kapas putih.

• 1 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm. • 1 rol pembalut gulung lebar 5 cm. • 1 pembalut segitiga (mitella).

• 1 pembalut cepat steril/snelverband. • 10 buah kassa steril ukuran 5 x 5 cm. • 1 rol plester lebar 2,5 cm.

• 10 buah plester cepat (mis. Tensoplast). • 1 buah gunting.

• 1 buku catatan.

• 1 buku pedoman P-3K. • 1 daftar isi kotak P-3K. b) Obat-obatan :

• Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, acetosal, dll). • Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll). • Norit.

• Obat anti alergi. • Obat merah. • Soda kue. • Obat tetes mata. • Obat gosok. 2) Kotak P-3K Bentuk II berisi :

a) Alat bantu :

(24)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 23 dari 76

• 100 gram kapas gemuk.

• 3 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm. • 2 rol pembalut gulung lebar 5 cm. • 2 rol pembalut gulung lebar 7,5 cm. • 2 pembalut segitiga (mitella).

• 2 pembalut cepat steril / snelverband. • 10 buah kassa steril ukuran 5x5 cm. • 10 buah kassa steril ukuran 7,5 x 7,5 cm. • 1 rol plester lebar 1 cm.

• 20 buah plester lebar 1 cm.

• 20 buah plester cepat (mis tensoplast). • 1 bidal.

• 1 gunting pembalut. • 1 buah sabun.

• 1 dos kertas pembersh (cleansing tissue). • 1 pinset.

• 1 lampu senter. • 1 buku catatan.

• 1 buku pedoman P-3K. • 1 daftar isi kotak P-3K. b) Obat-obatan :

• Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, acetosal, dll). • Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll). • Norit.

• Obat anti alergi. • Obat merah.

• Soda kue, garam daput. • Obat tetes mata. • Obat gosok.

• Salep anti histamimka. • Salep sulfa atau S.A. powder. • Boor zalif.

• Sofratulle.

(25)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 24 dari 76

• Amoniak cair 25% 100 cc. 3) Kotak P-3K Bentuk III berisi :

c) Alat bantu :

a. 300 gram kapas putih. b. 300 gram kapas gemuk.

c. 6 rol pembalut gulung lebar 2,5 cm. d. 8 rol pembalut gulung lebar 5 cm. e. 2 rol pembalut gulung lebar 10 cm. f. 4 pembalut segitiga (mitella).

g. 2 pembalut cepat steril / snelverband. h. 20 buah kassa steril ukuran 5x5 cm. i. 40 buah kassa steril ukuran 7,5 x 7,5 cm. j. 1 rol plester lebar 1 cm.

k. 20 buah plester cepat (mis tensoplast). l. 1 roll plester lebar 2,5 cm.

m. 3 bidal.

n. 1 gunting pembalut. o. 1 buah sabun.

p. 2 dos kertas pembersh (cleansing tissue). q. 1 pinset.

r. 1 lampu senter. s. 1 buku catatan.

t. 1 buku pedoman P-3K. u. 1 daftar isi kotak P-3K. d) Obat-obatan :

a. Obat pelawan rasa sakit (mis. Antalgin, acetosal, dll). b. Obat sakit perut (mis. Paverin, enterovioform, dll). c. Norit.

d. Obat anti alergi. e. Obat merah.

f. Soda kue, garam daput. g. Obat tetes mata. h. Obat gosok.

i. Salep anti histamimka. j. Salep sulfa atau S.A. powder.

(26)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 25 dari 76

k. Boor zalif. l. Sofratulle.

m. Larutan rivanol 1/10 500 cc. n. Amoniak cair 25% 100 cc. 4) Kotak P-3K Khusus Dokter berisi :

a. 1 set alat-alat minor surgery lengkap. b. 1 botol alkohol 70% isi 100 cc. c. 1 botol aquadest isi 100 cc. d. 1 botol betadine solution 60 cc. e. 1 botol lysol isi 100 cc.

f. 5 spnit injection diskosable 2,5 cc. g. 5 spnit injection diskosable 5 cc. h. 20 lidi kapas.

i. 2 flakon ATS injection isi 100 cc (disimpan di tempat sejuk). j. 5 flakon PS 4:1/2, atau 4:1 atau PP injectie.

k. Ampul morphine injectie. l. 3 ampul pethridine injectie. m. 2 flakon antihistamine injectie. n. 3 flakon anti panas injectie. o. 5 ampul adrenaline injectie. p. 1 flakon cartison injectie. q. 2 ampul cardizol injectie.

r. 10 sulfas atropine injectie 0,25 g. s. 10 sulfas atropine injectie 0,50 g. t. 5 ampul anti spascodik injectie. u. 2 handuk.

v. 1 tempat cuci tangan. w. 1 mangkok bengkok. x. 1 buku catatan.

y. 1 buku pedoman P-3K. z. 1 daftar isi.

Kotak P-3K di tempatkan di masing-masing kelompok P-3K dan bila dimungkinkan, bagi industri yang cukup besar, kotak P-3K di tempatkan di masing-masing unit kerja dengan jumlah tenaga kerja 25 – 50 orang,

(27)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 26 dari 76

khusus untuk Proyek bangunan gedung bertingkat tinggi yang memiliki potensi risiko tinggi dan di tempatkan di dinding ruang operator atau ruang kantor.

Penempatan Kotak P-3K harus ditempatkan di tempat terbuka, mudah terlihat dan mudah dijangkau, sehingga memudahkan bagi para tenaga penolong untuk mengambil obat-obatan serta perlengkapan pertolongan lainnya dari kotak P-3K.

4.2.1.4. Pemeriksaan waktu kadaluwarsa obat-obatan yang ada pada kotak P-3K.

Secara berkala pemeriksaan kondisi kotak P-3K harus dilakukan sebagai berikut :

1) Melaksanakan pengecekan secara visual dan mengevaluasi isi kotak menurut daftar isi yang terdapat di dalam kotak. Bila diperlukan lakukan konfirmasi kepada ahli kesehatan kerja mengenai isi yang tersedia dalam kotak. Dan pastikan bahwa masing-masing item isi kotak tersedia dalam jumlah yang cukup, bila kurang buat laporan kepada atasan langsung agar dapat dilakukan pemesanan kekurangan isi kotak.

2) Tulis tanggal, nama dan hasil dari pengecekan dan tulis YA bila hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi yang dapat diterima

3) Buat catatan beberapa observasi dan tanggal dan sifat dari beberapa tindakan perbaikan yang dilakukan. Buat pula catatan bila terdapat item-item yang elah kadaluarsa agar segera dapat diganti.

4) Simpan catatan yang dibuat dalam kotak P-3K dengan baik dan pastikan penyimpanannya telah ditempatkan di tempat yang aman di bagian dalam kotak P-3K

4.2.2. Pemeriksaaan sabuk keselamatan kerja (safety belt) untuk digunakan dilokasi ketinggian.

4.2.2.1. Pemeriksaan sabuk keselamatan kerja.

Sabuk keselamatan kerja merupakan salah satu peralatan yang sangat penting bagi seorang juru ukur yang bekerja pada tempat ketinggian, oleh sebab itu ketersediaan sabuk keselamatan kerja perlu diperiksa termasuk kondisinya apakah masih layak dipakai atau tidak. Beberapa hal yang

(28)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 27 dari 76

perlu dilakukan untuk memeriksa sabuk keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Apakah sabukkeselamatan kerja tersedia di tempat kerja.

b. Jika tersedia, apakah jumlahnya sesuai dengan jumlah tim pengukuran.

c. Jika sabuk keselamatan tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi untuk anggota tim juru ukur segera laporkan kepada pihak yang berkompeten agar segera diadakan atau ditambah jumlahnya.

4.2.2.2. Pemeriksaan berfungsi atau tidaknya sabuk keselamatan kerja.

Fungsi dari sabuk keselamatan harus diperiksa secara cermat, hal-hal yang perlu diperiksa pada sabuk keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

a. Apakah gesper pengait dapat berfungsi dengan baik. b. Apakah sabuk keselamatan kerja masih kuat.

c. Apakah tali-tali yang ada disabuk pengaman masih lengkap.

d. Apakah tali-tali yang ada disabuk keselamatan kerja masih baik dan kuat.

e. Jika kondisi sabuk keselamatan yang tersedia sudah tidak layak dipakai segera dilaporkan kepada pihak yang berwenang untuk segera diganti.

4.2.2.3. Penggunaan sabukkeselamatan kerja di lokasi ketinggian.

Sabuk keselamatan kerja digunakan apabila juru ukur bekerja pada suatu ketinggian. Prosedur yang harus dilaksanakan sebagai berikut :

a. selalu gunakan sabuk keselamatan kerja jika bekerja di suatu ketinggian.

b. Selalu mengingatkan kepada anggota tim pengukuran untuk juga menggunakan sabuk keselamatan kerja bila bekerja disuatu ketinggian.

c. Kaitkan tali pengait sabuk keselamatan kerja pada tempat yang kuat serta tidak mengganggu aktivitas diri sendiri maupun pekerja lainnya. d. Meskipun sudah menggunakan sabuk keselamatan kerja, tetaplah

(29)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 28 dari 76

4.2.3. Pengenalan rambu-rambu keselamatan kerja.

4.2.3.1. Arti dan maksud rambu-rambu keselamatan kerja.

Di dalam pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi yang berkaitan dengan banyak orang, bahan, peralatan, transportasi, peralatan berat serta peralatan-peralatan lain yang peka terhadap suatu gangguan, sangatlah perlu untuk dipasang tanda-tanda peringatan ataupun larangan yang biasa disebut dengan rambu. Rambu-rambu yang perlu dipasang pada kegiatan konstruksi bangunan tinggi antara lain :

a. Gunakan Helem. b. Dilarang masuk.

c. Dilarang merokok atau menyalakan api.

4.2.3.2. Penempatan rambu-rambu.

Rambu-rambu yang dipasang bertujuan untuk mengingatkan atau mencegah terjadinya suatu akibat yang mungkin timbul jika rambu-rambu tersebut tidak dipindahkan. Cara penempatan rambu juga harus tepat tempatnya dan tepat sasaran sebagi contoh adalah sebagai berikut : a. Rambu Gunakan Helem dipasang disetiap tempat strategis diareal

pekerjaan.

b. Rambu Dilarang Masuk ditempatkan pada gerbang masuk ke areal pekerjaan, tempat penyimpanan barang khusus, barang-barang berbahaya dan sebagainya.

c. Rambu Dilarang Merokok atau Dilarang Menyalakan Api ditempatkan disekitar tempat-tempat menyimpan berang-barang yang mudah terbakar maupun didekat barang-barang yang mudah terbakar. d. Rambu Awas Ada Barang Mudah Terbakar atau Bahan yang

Mudah Terbakar ditempatkan disekitar tempat-tempat menyimpan

barang-barang yang mudah terbakar maupun didekat barang-barang yang mudah terbakar.

e. Rambu Awas Ada Polusi Zat Kimia / Gunakan Masker ditempatkan disekitar daerah penyimpanan atau penggunaan bahan-bahan kimia yang berbahaya serta menimbulkan polusi.

f. Rambu Awas Ada Lalu Lintas Alat Berat ditempatkan pada jalur yang dilalui oleh alat-alat berat.

(30)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 29 dari 76

g. Rambu Awas Bidang Licin atau Awas Tergelincir dipasang pada lokasi menuju ke tempat yang menyimpan potensi orang atau barang mudah tergelincir.

h. Rambu Awas Ada Aktivitas Pengerekan Barang atau Lift dipasang didekat aktivitas pekerjaan pengerekan atau lift.

i. Rambu Tempat Penyimpanan Barang-Barang Berbahaya

ditempatkan pada bangunan dimana barang-barang berbahaya tersebut disimpan atau radius tertentu yang diijinkan.

j. Rambu Pos Pengamanan ditempatkan pada bangunan tempat Pos Pengamanan berada

k. Rambu Tempat Penyimpanan Kotak P3K ditempatkan pada bangunan atau area tempat Kotak P3K ditempatkan.

I. Rambu Tempat Penyimpanan Alat Pemadam Kebakaran

ditempatkan pada bangunan atau area tempat alat pemadam kebakaran ditempatkan.

m. Rambu Awas Benda Jatuh di tempatkan pada daerah dibawah area tempat asal benda-benda dari atas dimungkinkan jatuh.

n. Rambu Jalur Lewat Kendaraan di tempatkan pada area jalur kendaraan beraktivitas.

0. Dan sebagainya.

4.2.3.3. Tujuan pemasangan rambu-rambu.

Berikut diuraiakan tujuan setiap rambu yang disebutkan di atas :

a. Rambu Gunakan Helem dipasang dengan tujuan agar pekerja terlindung dari kemungkinan kepala terbentur atau terkena lemparan benda keras yang dapat mengakibatkan cedera kepala.

b. Rambu Dilarang Masuk dipasang dengan tujuan untuk menyeleksi setiap personil yang keluar masuk daerah yang dimaksud dari rambu, hal ini disamping untuk menjaga kemungkinan hilangnya suatu barang juga untuk menjaga keselamatan dari orang yang akan masuk daerah tersebut.

c. Rambu Dilarang Merokok atau Dilarang Menyalakan Api dipasang dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang diakibatkan oleh rokok atau penyalaan api.

(31)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 30 dari 76

d. Rambu Awas Ada Barang Mudah Terbakar atau Bahan yang

Mudah Terbakar ditempatkan untuk mencegah terbakarnya barang

atau bahan yang dimaksud oleh rambu tersebut.

e. Rambu Awas Ada Polusi Zat Kimia / Gunakan Masker dipasang dengan tujuan agar setiap orang yang mendekati area tersebut menggunakan masker agar terhindar dari menghirup polusi yang ditimbulkan oleh zat kimia.

f. Rambu Awas Ada Lalu Lintas Alat Berat ditempatkan pada jalur yang dilalui oleh alat-alat berat.

g. Rambu Awas Bidang Licin atau Awas Tergelincir dipasang pada lokasi menuju ke tempat yang menyimpan potensi orang atau barang mudah tergelincir.

h. Rambu Awas Ada Aktivitas Pengerekan Barang atau Lift dipasang didekat aktivitas pekerjaan pengerekan atau lift.

i. Rambu Tempat Penyimpanan Barang-Barang Berbahaya ditempatkan pada bangunan dimana barang-barang berbahaya tersebut disimpan atau radius tertentu yang diijinkan

j. Rambu Pos Pengamanan dipasang dengan tujuan memberikan informasi kepada setiap personil bahwa ditempat rambu dipasang adalah pos pengamanan sehingga setiap personil yang memerlukan keterlibatan bagian keamanan segera dapat menuju tempat tersebut. k. Rambu Tempat Penyimpanan Kotak P3K dipasang dengan tujuan

memberikan informasi kepada setiap personil bahwa ditempat rambu dipasang adalah tempat penyimpanan kotak P3K sehingga setiap personil yang memerlukan kotak P3K segera dapat menuju tempat tersebut.

I. Rambu Tempat Penyimpanan Alat Pemadam Kebakaran dipasang dengan tujuan memberikan informasi kepada setiap personil bahwa ditempat rambu dipasang adalah tempat penyimpanan alat pemadam kebakaran sehingga setiap personil yang memerlukan alat pemadam kebakan jika terjadi kebakaran segera dapat menuju tempat tersebut. m. Rambu Awas Benda Jatuh dipasang dengan tujuan agar setiap

personil yang akan melewati area yang dimaksud untuk lebih berhati-hati atau bahkan menghindar mengambil jalur lain untuk menghindar dari kejatuhan benda.

(32)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 31 dari 76

n. Rambu Jalur Lewat Kendaraan dipasang dengan tujuan agar setiap personil yang akan melewati area yang dimaksud untuk lebih berhati-hati atau bahkan menghindar mengambil jalur lain untuk menghindar dari kemungkinan terserempet kendaraan.

o. Dan sebagainya

4.2.4. Pemeriksaan ketersediaan dan kelengkapan peralatan pemadam kebakaran.

Keberadaan Alat Pemadam Kebakaran merupakan salah satu peralatan yang sangat penting pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi bangunan tinggi, oleh sebab itu ketersediaan Alat Pemadam Kebakaran perlu diperiksa termasuk kondisinya apakah masih layak dipakai atau tidak. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memeriksa Alat Pemadam Kebakaran adalah sebagai berikut: a. Apakah Alat Pemadam Kebakaran tersedia ditempat kerja.

b. Jika tersedia apakah jumlahnya mencukupi untuk areal yang ada.

c. Jika Alat Pemadam Kebakaran tidak tersedia atau jumlahnya tidak mencukupi untuk areal yang ada segera laporkan kepada pihak yang berkompeten agar segera diadakan atau ditambah jumlahnya.

4.2.4.1. Teknik pemeriksaan ketersediaan dan kelengkapan peralatan pemadam kebakaran.

Kelengkapan-kelengkapan yang perlu diperiksa dari alat pemadam kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Apakah batang pengait untuk digunakan merobohkan bagian bangunan yang dekat dengan api tetapi belum terbakar, dengan tujuan agar api tidak menjalar lebih luas lagi ke bagian lain tersedia.

b. Apakah tangga pertolongan untuk membantu merobohkan bagian bangunan yang tidak terjangkau batang pengait tersedia.

c. Apakah tersedia Karung-karung yang dibasahi untuk memadamkan api yang relatif masih kecil dengan cara menutupkannya ke sumber api.

d. Apakah tersedia cukup Pasir Tabur dalam drum-drum berkapasitas + 0,25 m3 yang dapat digunakan untuk memadamkan api yang relatif masih kecil yaitu dengan menuangkan atau menaburi sumber api. e. Apakah Hidran atau Sumber Air tersedia untuk memadamkan api

(33)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 32 dari 76

f. Apakah Tabung Pemadam Kebakaran yang berisi cairan kimia atau bubuk kimia tersedia secara cukup.

4.2.4.2. Pemeriksaan berfungsi atau tidaknya alat pemadam kebakaran.

Fungsi dari Alat Pemadam Kebakaran harus diperiksa secara cermat, hal-hal yang perlu diperiksa pada Alat Pemadam Kebakaran adalah sebagai berikut:

a. Batang Pengait, batang pengait perlu diperiksa fungsinya yaitu kekuatan, panjang dan kekuatan pengaitnya apakah masih cukup kuat untuk mengait bagian bangunan yang perlu dikait.

b. Tangga Pertolongan, peralatan ini perlu diperiksa kekokohannya agar pada saat digunakan tidak menimbulkan masalah lain seperti patah pegangannya ataupun patah anak tangganya.

c. Karung-karung yang dibasahi, apakah perlengkapan ini tersedia secara mencukupi dan tersedia pada beberapa tempat yang strategis, sehingga jika terjadi kebakaran secara awal dapat segera digunakan. d. Pasir Tabur, apakah perlengkapan ini sudah tersedia di dalam

drum-drum berkapasitas + 0,25 m3 dan tersedia dibeberapa lokasi strategis sehingga dapat digunakan untuk memadamkan api yang relatif masih kecil yaitu dengan menuangkan atau menaburi sumber api.

e. Hidran dan Sumber Air, apakah tersedia dan sumber air mencukupi untuk operasional pemadaman secara darurat sebelum tim Pemadam Kebakaran lain datang.

f. Tabung Pemadam Kebakaran, peralatan ini diperiksa apakah masih berfungsi setidaknya sesuai dengan masa kadaluarsa yang tertempel pada Tabung Pemadam Kebakaran, selain itu perlu dicek apakah kunci pengaman, katup pembuka dan isi dari tabung masih tersedia dan dalam kondisi baik serta siap pakai. Jika kondisi-kondisi standar tidak terpenuhi segera laporkan kepada pihak yang berwenang untuk segera dilengkapi dan disempurnakan.

(34)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 33 dari 76

Bagian-bagian tabung pemadam (fire extinguisher)

Pengoperasian tabung pemadam (fire extinguisher)

4.3. Peralatan Pelindung Diri (APD).

Alat Pelindung Diri (APD) dalam sistem manajemen K3 merupakan salah satu alat untuk pengendalian bahaya atau risiko di tempat kerja. Pemakaian APD disesuaikan dengan hasil dari identifikasi atau asesmen terhadap potensi bahaya di setiap proses kerja dan di setiap tahap kegiatan yang dilakukan, kondisi tempat kerja, dan lingkungan sekitarnya yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan kondisi tidak aman.

Dengan teridentifikasinya potensi-potensi bahaya baik pada proses kerja, kondisi tempat kerja, dan lingkungan kerja maka dapat pula ditentukan APD apa yang diperlukan bagi para pekerja, khususnya Juru ukur bangunan gedung.

Di samping menentukan APD apa yang seharusnya dipakai, perlu diperhatikan kualitas APD yang memenuhi syarat agar para pekerja terlindung dari bahaya yang setiap waktu dapat terjadi serta yang sesuai dengan potensi bahaya yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu pengenalan terhadap jenis APD dan kualitasnya menjadi suatu pengetahuan yang

(35)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 34 dari 76

sangat penting bagi seorang Juru ukur bangunan gedung. Kemudian tipe-tipe APD yang perlu dipakai pada saat menjalankan tugas. Selanjutnya bagaimana menggunakan APD yang tersedia dan mengenali batasan-batasan yang dimiliki oleh masing-masing APD.

Meskipun APD merupakan level terbawah dari susunan hirarkis dalam pengendalian risiko di tempat kerja, namun perannya juga sangat penting dalam melindungi setiap pekerja dari potensi risiko-risiko kecelakaan yang dapat membawa cedera dan bahkan meninggal di tempat kerja.

Misalnya saja pengendalian teknis dan pengendalian administrasi telah dilakukan dengan baik, penggunaan APD di tempat kerja tetap saja merupakan suatu keharusan, khususnya pada tempat-tempat yang berbahaya atau yang menyimpan potensi bahaya bagi para pekerja, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Pasal 13 yang berbunyi :

“ Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk kesehatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”.

Alat pelindung diri teridiri dari : Pakaian kerja, Pelindung kaki (safety shoes), safety helmet, masker, kacamata dan pelindung telinga.

4.3.1. Pakaian Kerja.

Pakaian kerja yang terdiri dari satu atau dua potong pakaian yang agak longgar yang dilengkapi dengan sepatu boot dan pelindung kepala (Safety helmet). Secara normal dipakai melebihi pakaian pelindung lainnya seperti pakaian pelindung dari bahaya kimia, pakaian tahan api. Melindungi diri dari percikan api, namun tidak bisa terlindung dari rembesan zat kimia tapi bisa dirancang untuk menghadapi kontaminasi bahaya kimia. Pakaian kerja ini seharusnya digunakan bila pemakai mungkin terbuka terhadap atmosfir yang mengandung racun.

(36)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 35 dari 76

4.3.2. Pelindung Kaki (Safety shoes).

Pelindung kaki sangat penting digunakan bila pekerja bekerja di tempat-tempat kerja yang memiliki kemungkinan jatuhnya benda-benda keras, berat, dan gelindingan roda-roda yang berat, benda-benda tajam yang mungkin terdapat di lantai kerja, terpeleset, dan debu kimia atau semen.

Untuk bekerja di lingkungan proyek bangunan gedung bertingkat, sepatu boot digunakan untuk pengaman kaki, di samping mampu menahan kejatuhan atau terpukul benda keras, sengatan listrik, sepatu boot juga harus mampu melindungi kulit kaki dari iritasi yang mengakibatkan kekeringan kulit bagian kaki atau tungkai, infeksi atau radang pada kulit, dan serangan debu kimia serta ancaman zat kimia yang terdapat pada campuran beton yang masih basah.

Persyaratan safety shoes yang baik adalah : • Tidak longgar dan tidak sempit.

• Tidak mudah tergelincir (selip) bila dipakai di lokasi yang licin. • Tahan terhadap benturan benda keras.

• Bagian alas sepatu tahan terhadap benda keras seperti batu, paku dan lain-lainnya.

Gambar 4.4. Contoh Kecelakaan yang terjadi pada kaki

Gambar 4.5. Contoh Sepatu Boot Pelindung Kaki dan Tungkai

(37)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 36 dari 76

4.3.2.1. Pemilihan jenis safety shoes.

Pilihan pelindung kaki bagian bawah dan kaki bagian atas mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Pembalut kaki melindungi kaki yang paling bawah dan kaki dari bahaya panas seperti logam cair. Kancing-kancing keselamatan yang tersedia pada pembalut kaki dapat digeser secepatnya.

b. Pelindung jari kaki cocok dengan sepatu regular untuk melindungi jari kaki dari bahaya benturan dan tekanan. Sepatu model ini dibuat dari baja, aluminium atau plastik.

c. Kombinasi pelindung kaki dan tulang melindungi kaki bagian bawah dan kaki, dan mungkin pula digunakan dengan mengkombinasikannya dengan pelindung jari kaki sewaktu pelindung yang lebih besar diperlukan.

d. Sepatu pelindung memiliki penahan benturan pada jari kaki dan alas penahan panas yang melindungi kaki untuk menghadapi pekerjaan yang permukaannya panas terkena sinar matahari dan lantai besi yang panas karena matahari atau situasi kerja di sekitarnya. Lapisan metal pada beberapa sepatu pelindung melindungi dari luka tertusuk. Sepatu pelindung juga ada didisain menjadi penyalur secara elektrikal untuk untuk mencegah penambahan listrik statis di area-area dengan atmosfir yang berpotensi menimbulkan ledakan atau nonkonduktif untuk melindungi pekerja dari ancaman bahaya listrik di tempat kerja.

4.3.2.2. Teknik memakai safety shoes.

Juru ukur bangunan gedung atau tenaga kerja lainnya yang membantu Juru ukur yang menghadapi kemungkinan cedera pada kaki atau tungkai dari kejatuhan benda atau gelindingan benda atau dari pukulan benda yang dapat menghancurkan atau dari rembesan material yang berasal dari debu semen atau zat-zat kimia.

Sepatu pelindung juga harus dipakai oleh Juru ukur dan tenaga kerja yang membantu Juru ukur yang pekerjaannya menyebabkan terjadinya paparan partikel-partikel panas atau beton basah atau zat-zat yang

(38)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 37 dari 76

menyebabkan terjadinya korosif atau material beracun agar tidak mengalami cedera atau cacat.

Sepatu pelindung juga harus dipakai untuk melindungi kaki Juru ukur dan tenaga kerja yang membantu Juru ukur terhadap bahaya listrik.

Juru ukur dan tenaga kerja yang membantu Juru ukur harus mempertimbangkan memakai sepatu bot. Situasi-situasi yang mengharuskan seorang pekerja menggunakan pelindung kaki :

a. Bila benda-benda berat seperti tong besi atau peralatan yang mungkin menggelinding atau jatuh menimpa kaki bagian bawah atau kaki bagian atas pekerja. Bekerja dengan benda-benda tajam seperti paku-paku kecil atau paku-paku yang besar yang dapat menembus telapan kaki atau bagian atas bila menggunakan sepatu biasa. b. Tetesan logam cair yang mungkin memercik pada kaki.

c. Bekerja atau mengelilingi permukaan yang panas, basah atau licin. d. Bekerja sewaktu bahaya listrik sedang terjadi.

Sepatu pelindung harus memenuhi standar minimum ANSI Z41-1991 atau standar yang ekuivalen dengan standar tersebut. Seluruh standar sepatu yang disetujui ANSI mempunyai pelindung jari kaki dan memberikan perlindungan terhadap benturan dan tekanan. Tetapi jenis dan bentuk perlindungan tidak selalu sama di antara sepatu-sepatu pelindung. Gambar 4.10 salah satu jenis sepatu yang cocok untuk dipakai oleh juru ukur banguna gedung dan tenaga pembantunya.

Sepatu pelindung yang berbeda memberi perlindungan pada kaki dalam bentuk yang berbeda pula. Teliti label yang terdapat pada sepatu pelindung atau konsultasikan dengan produsen atau agen untuk meyakinkan bahwa sepatu yang dibeli mampu melindungi pemakainya dari bahaya yang dihadapi sesuai bidang pekerjaan dan potensi bahaya yang terdapat di tempat kerja.

(39)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 38 dari 76

Gambar 4.10. Bentuk Sepatu Pelindung Sumber : dari berbagai sumber

Bahaya listrik, sepatu pelindung jari kaki merupakan sepatu nonkonduktif dan akan mencegah kaki pemakai dari perlengkapan suatu sirkuit listrik ke tanah. Sepatu-sepatu tersebut dapat melindungi sirkuit terbuka sampai 600 volt dalam kondisi kering dan seharusnya digunakan bersama dengan peralatan isolasi lainnya dan tindakan pencegahan tambahan untuk mengurangi risiko seorang pekerja menjadi suatu jalan untuk energi bahaya listrik. Pelindung penyekat bahaya listrik, sepatu pelindung jari mungkin dikompromikan bila sepatu dalam keadaan basah, tapak sepatu dipakai melalui, partikel logam menjadi tersimpan di tapak sepatu atau tumit sepatu, atau pekerja menyentuh konduktif, item-item yang ditanam dalam tanah. Catatan : sepatu pelindung nonkonduktif tidak dipakai dalam lokasi yang berbahaya dan eksplosif.

4.3.2.3. Teknik memeriksa dan menyiapkan safety shoes sesuai aturan.

Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, terlindas, menginjak benda-benda tajam dan sejenisnya. Penggunaan sepatu juga harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan. Untuk lokasi yang mempunyai karakteristik bidang ini yang berbeda digunakan jenis sepatu yang lain.

Gambar 4.11. Contoh sepatu pelindung (safety shoes)

Layak Pakai Tidak Layak Pakai

Retak-retak dan berlubang.

(40)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 39 dari 76

4.3.3. Safety helmet, Masker, Kacamata dan Pelindung Telinga. 4.3.3.1. Pelindung Kepala (Safety helmet).

Pelindung kepala ini digunakan untuk melindungi pekerja dari berbagai kemungkinan bahaya yang terjadi di tempat kerja, seperti kejatuhan benda keras di atas kepala. Jenis-jenis pelindung kepala yang umum digunakan di tempat kerja adalah :

Gambar 4.6. Contoh-contoh Helm Pelindung Kepala

a. Pelindung Kepala Kelas A, yaitu helm pelindung kepala yang dirancang untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda keras dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt

b. Pelindung Kepala Kelas B, yaitu helm pelindung kepala yang dirancang untuk melindungi kepala dari kejatuhan benda keras dan melindungi dari arus listrik sampai 20.000 volt.

c. Pelindung Kepala Kelas C, yaitu helm pelindung kepala yang dirancang untuk melindung kepala dari kejatuhan benda keras tetapi tidak melindungi dari kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif

d. Pelindung Kepala Bump Cap, yaitu helm yang dibuat dari platstik yang dirancang untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.

Bump cap tidak menggunakan sistem suspensi sehingga tidak dapat

melindungi kepala dari kejatuhan benda yang keras, dan tidak dapat pula melindungi kepala dari kejutan listrik.

Pelindung kepala atau safety helmed (hard hat) haruslah mampu melindungi kepala dari pukulan, benturan, sengatan arus listrik, percikan zat-zat kimia, kontaminasi zat-zat kimia terhadap rambut, mencegah libatan rambut pada mesin atau peralatan dan hujan.

(41)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 40 dari 76

4.3.3.2. Pelindung Mata (kacamata) dan wajah.

Pelindung mata dirancang untuk melindungi mata dari ancaman sinar ultra violet sampai pesentase tertentu yang dikenal dengan safety

galasses yang berbeda dari kaca mata biasa. Bagian atas dan sisi

kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya mampu menahan sinar ultra violet, partikel-partikel yang agak besar, dan proyektil.

Di samping melindungi mata dari berbagai risiko yang terjadi di tempat kerja, juga ada kaca mata yang sekaligus dapat melindungi wajah, pelindung wajah yang berbentuk kaca mata ini lebih dikenal dengan nama goggles. Goggles mengitari area mata dan daya lindungnya lebih dibandingkan dengan safety glases dalam hal terjadinya percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut. Alat ini tidak lazim dipakai oleh juru ukur.

Gambar 4.7. Contoh-contoh Pelindung Mata

Sumber : Personal Protective Equipment, Coastal Training Technologies, Virginia, USA

Pelindung mata melindungi mata dari berbagai kemungkinan bahaya dari berbagai gas, debu, zat-zat kimia atau partikel-partikel yang membahayakan mata.

Memilih pelindung mata dan wajah yang sangat cocok untuk para pekerja seharusnya mempertimbangkan elemen-elemen sebagai berikut :

1) Kemampuan untuk melindungi terhadap bahaya yang spesifik di tempat kerja.

2) Seharusnya sangat layak dan memberi kenyaman pada saat dipakai.

3) Seharusnya tidak memberikan pandangan dan pergerakan yang terbatas.

4) Seharusnya dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama dan dapat dibersihkan.

(42)

Judul Modul : Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Buku Informasi Edisi : 2011 Halaman: 41 dari 76

5) Seharusnya tidak membatasi fungsi dari alat pelindung diri lainnya yang juga dibutuhkan.

Gambar 4.8. Contoh Goggle

Pelindung mata dipilih untuk digunakan oleh juru ukur bangunan dan pembantunya harus diidentifikasi yang memproduksinya secara jelas. Beberapa alat perlengkapan pelindung mata harus sesuai dengan standar ANSI Z87.1-1989 atau setidak-tidaknya seefektif standar tersebut.

Bila sepasang pelindung mata akan digunakan oleh lebih dari satu orang, diperlukan pembersihan setelah pemakaian terhadap pelindung mata bersama tersebut. Pelindung mata dengan lensa dengan resep mungkin hanya digunakan oleh pekerja yang memiliki ukuran resep yang sesuai dan tidak bisa dipakai bersama-sama dengan pekerja lainnya.

Beberapa jenis pelindung mata yang umum dikenal, yaitu :

1) Kacamata Pelindung (Safety spectacles). Kacamata pelindung tersebut mempunyai frame yang dikonstruksi dari logam atau plastik dan lensanya tahan terhadap benturan. Sisi pelindungnya tersedia dalam beberapa model. Kacamata pelindung dengan sisi pelindung cocok untuk penggunaan umum di bengkel-bengkel kayu dan metal dan untuk penggunaan di area yang mengandung paparan zat kimia dalam jumlah kecil dan tidak terlalu merusak. Sisi pelindung direkomendasikan untuk perlindungan terhadap benda-benda yang berterbangan, percikan-percikan kembang api dan seterusnya. 2) Goggles. Pelindung mata model tersebut sangat tepat melindungi

mata secara penuh, rongga mata dan permukaan wajah yang mengelilingi mata dan memberikan perlindungan dari benturan, debu, dan percikan debu, api dan lainnya. Goggle bentuk yang lebih disukai dari bermacam-macam pelindung mata. Beberapa jenis

Gambar

Gambar 4.1. Contoh Tangga yang tidak aman bagi Para Pekerja                                                     Sumber : OSHA Office Training and Education, USA
Tabel 4.1. Bentuk Kotak P-3K Menurut Tempat Kerja  Jumlah
Gambar 4.2. Kotak Obat dan Isinya
Gambar 4.3.1 Bentuk Pakaian Kerja Non-Encapsulating lainnya yang sering digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau

Alat Pelindung Diri adalah perlengkapan standar yang wajib digunakan oleh pekerja yang ter;ibat di dalam suatu kegiatan konstruksi semisal : pakaian kerja, helm pengaman,

Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Arti kontrak bersifat fixed cost adalah tidak ada perhitungan kembali atas jumlah satuan dan harga satuan yang telah dihitung Kontraktor selama pekerjaan tidak mengalami

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan

Peserta akan dinilai untuk menentukan apakah telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar yang dijelaskan dalam Kriteria Unjuk Kerja.. Pada pelatihan berdasarkan