• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 5.1.Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tabel 5.1.Matrik Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5- 3

No Lingkungan yang

Dikelola

Sumber Dampak

Pengelolaan Lingkungan Hidup Upaya Pengelolaan Lingkungan Lokasi Pengelolaan Periode Pengelolaan

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Perubahan Tingkat Kebisingan

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Baku Mutu Tingkat Kebisingan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-48/

MENLH/11/1996 tentang tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

a. Pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon di sekitar jalan angkut untuk mobilisasi peralatan dan material.

• Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimal 40 km/jam, terutama yang melintasi daerah pemukiman penduduk.

• Pembatasan kapasitas angkut kendaraan agar jangan sampai melebihi batas maksimum yang direkomendasi pabrikan.

b. Pada kegiatan pengupasan tanah pucuk, dan penambangan batubara

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon di sekitar lokasi kegiatan.

• Pengaturan waktu kerja dengan mengatur waktu peledakan pada jam-jam yang telah disosialisasikan ke masyarakat

• Penggunaan penyumbat/pucuk telinga (ear plug/ear muff) pada pekerjaan yang tingkat kebisingannya tinggi (> 85 db)

c. Pada kegiatan pengangkutan batubara

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) di sekitar jalan tambang dan jalan angkut.

• Pembatasan kecepatan kendaraan operasional (kendaraan angkut, alat berat maupun kendaraan ringan) maksimal 40 km/jam di jalan tambang dan jalan angkut, terutama yang melintasi daerah pemukiman penduduk.

• Pembatasan kapasitas angkut kendaraan agar jangan sampai melebihi batas maksimum yang direkomendasi pabrikan.

• Melakukan perawatan kendaraan dan alat berat yang digunakan secara berkala agar dapat mengurangi kebisingan yang diakibatkan pada saat beroperasinya alat tersebut.

• Melaksanakan uji kebisingan terhadap kendaraan, alat berat dan mesin yang digunakan.

• Pemasangan alat peredam pada knalpot mesin truk pengangkut untuk mengurangi kebisingan yang ditimbulkan

• Penggunaan penyumbat/pucuk telinga (ear plug/ear muff) pada pekerjaan yang tingkat kebisingannya tinggi (> 85 db).

d. Pada kegiatan pengoperasian sarana dan prasarana penunjang

• Perawatan secara periodik terhadap unit genset yang digunakan agar dapat mengurangi kebisingan yang diakibatkan pada saat beroperasinya alat tersebut.

• Memasang peredam mesin, sekaligus mengurangi getaran

• Penanaman dan pemeliharaan tanaman terutama yang berkanopi lebar di sekeliling lokasi genset

e. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi

• Memaksimalkan upaya pengelolaan terhadap komponen flora darat, agar revegetasi lahan

Pengelolaan dilakukan di seluruh area penambangan, jalan tambang dan jalan angkut, stockpile , dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

Dilaksanakan sejak dimulainya pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap pra- kontruksi dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari secara keseluruhan hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

(2)

Bab 5 - 4 pasca tambang dapat tumbuh dengan baik,

sehingga dapat menyerap tingkat kebisingan yang dihasilkan dari operasional alat tambang

• Mengintegrasikan program pengendalian kebisingan pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

• Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

2. Perubahan Kualitas Udara

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Baku Mutu Udara Ambien sesuai dengan PP No. 41 tahun 1999 dan Pergub Kalsel No. 53 tahun 2007

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

a. Pada kegiatan mobilisasi peralatan dan material :

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon di sekitar jalan angkut untuk mobilisasi peralatan dan material.

• Melakukan penyiraman pada area pekerjaan untuk mengurangi peningkatan konsentrasi debu khususnya pada musim kemarau.

• Pembatasan kecepatan kendaraan angkut maksimal 40 km/jam, terutama yang melintasi daerah pemukiman penduduk.

• Pembatasan kapasitas angkut kendaraan agar jangan sampai melebihi batas maksimum yang direkomendasi pabrikan.

b. Pada kegiatan pengupasan tanah pucuk dan penambangan batubara :

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon di sekitar lokasi kegiatan.

• Melakukan penyiraman pada area pekerjaan untuk mengurangi peningkatan konsentrasi debu khususnya pada musim kemarau.

• Penggunaan kacamata dan pucuk hidung pada pekerjaan yang tingkat emisi debunya >

230 μg/Nm³.

c. Pada kegiatan pengangkutan batubara :

• Mengupayakan secara maksimal untuk mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) di sekitar jalan tambang dan jalan angkut.

• Melakukan penyiraman jalan terutama pada lokasi-lokasi yang berdekatan dengan permukiman penduduk untuk meminimalkan dispersi debu.

• Pembatasan kecepatan kendaraan operasional (kendaraan angkut, alat berat maupun kendaraan ringan) maksimal 40 km/jam di jalan tambang dan jalan angkut, terutama yang melintasi daerah pemukiman penduduk.

• Pembatasan kapasitas angkut kendaraan agar jangan sampai melebihi batas maksimum yang direkomendasi pabrikan.

• Melakukan perawatan kendaraan dan alat berat yang digunakan secara berkala.

• Melaksanakan uji emisi gas buang dari mesin bergerak dan tidak bergerak.

• Penggunaan kacamata dan pucuk hidung pada pekerjaan yang tingkat emisi debunya >

230 μg/Nm³.

Di seluruh area penambangan, terutama jalan tambang dan jalan angkut, stockpile , dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

Mulai kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

(3)

Bab 5 - 5 d. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Mengintegrasikan program pengendalian dispersi debu pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

• Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

3. Kualitas air permukaan

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Baku mutu kualitas air permukaan (sungai) menurut PerGub Kal-Sel Nomor 05 Tahun 2007

• Baku mutu kualitas limbah cair menurut PerGub Kal-Sel Nomor 36 Tahun 2008

• Parameter utama yang menjadi indikator dalam pengelolaan kualitas air permukaan adalah TSS, pH (in situ), besi, batubara, air raksa, timbal, kadmium, dan tembaga

• Parameter utama yang menjadi indikator dalam pengelolaan kualitas limbah cair adalah TSS, pH, besi, batubara dan air raksa.

• Indikator visual berupa lapisan minyak dan surfaktan yang mengandung sulfur dan besi atau senyawa lainnya di permukaan air dan watershead.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

a. Pada kegiatan pembangunan sarana prasarana :

• Mencegah masuknya sedimen ke sistem perairan utama dengan cara membuat saluran drainase di sisi jalan dan di sekitar bangunan sarana prasarana yang dilengkapi dengan kolam pengendap (sedimen trap) untuk ditampung dan diolah.

• Mengalirkan air yang telah diolah dalan kolam pengendap ke dalam sumur resapan atau ke sungai dengan debit lebih kecil dari debit maksimum sungai.

• Memastikan dan merawat sistem drainase dan pengolahan yang telah dibangun agar dapat berfungsi dengan baik sesuai rencana.

b. Pada kegiatan pembersihan lahan, pengupasan tanah pucuk, dan penumpukan batubara :

• Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dengan membatasi bukaan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Penataan dan perawatan tumpukan tanah pucuk serta tumpukan batubara dengan kemiringan lereng maksimal 25%.

• Mencegah masuknya sedimen ke sistem perairan utama dengan cara membuat saluran drainase tambang dan di sekitar lokasi penimbunan tanah pucuk serta lokasi penumpukan batubara yang dilengkapi dengan kolam pengendap (sedimen trap) untuk ditampung dan diolah.

• Mengalirkan air yang telah diolah dalan kolam pengendap ke dalam sungai dengan debit lebih kecil dari debit maksimum sungai.

• Memastikan dan merawat sistem drainase dan pengolahan yang telah dibangun agar dapat berfungsi dengan baik sesuai rencana.

Pada kegiatan penambangan batubara, dan pengendalian air tambang :

• Mencegah masuknya sedimen ke sistem perairan utama dengan cara membuat saluran drainase tambang yang dilengkapi dengan kolam pengendap (sediment trap) untuk ditampung dan diolah.

• Apabila dianggap perlu, pengoperasian sediment trap dilengkapi dengan proses flokulasi, sedimentasi, netralisasi (pH) dan aerasi yang diupayakan seoptimal mungkin untuk memperoleh hasil olahan sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008.

Di seluruh area

penambangan, terutama di lokasi kegiatan

pembangunan jalan, pembangunan sarana dan prasarana, pem-bersihan lahan, pe-ngupasan tanah pe-nutup, penambangan batubara, pengen-dalian air tambang, penumpukan batubara, dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

Mulai kegiatan pembersihan pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

(4)

Bab 5 - 6

Volume atau daya tampung sediment trap dipantau secara berkala untuk memastikan retensi kolam masih dalam kriteria desain.

Pengukuran dimensi kolam terutama kedalaman dilakukan secara berkala untuk menentukan waktu pengerukan lumpur (sludge) di dasar kolam.

Membuat out let permanen pada sediment trap, sehingga bisa dilakukan perhitungan debit air harian serta pengambilan air contoh menjadi representatif.

Pengaliran air hasil olahan dari sediment trap ke dalam sungai dengan debit lebih kecil dari debit maksimum sungai.

• Untuk kegiatan gudang, bengkel dan genset yang menghasilkan air limbah bercampur dengan ceceran bahan bakar dan minyak pelumas (olie) dilakukan penanganan dengan menggunakan oil separator.

• Untuk kegiatan harian yang menghasilkan air limbah domestik dilakukan penanganan dengan proses pengolahan secara aerobic dan/atau anaerobic.

d. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Mengintegrasikan program pengendalian pencemaran air permukaan pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program pengelolaan dan pemanfaatan potensi air permukaan pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

• Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

4. Perubahan nilai fungsi lahan

Tahap Pra-Kontruksi :

• Pembebasan lahan Tahap Kontruksi :

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Luasan lahan yang tanahnya terbongkar dan pemindahan lapisan tanah yang penting sebagai media tanaman yang dapat dipakai masyarakat untuk kegiatan pertanian dan perkebunan.

• SK Menhut No 435 Tahun 2009

• RTRWP Kalsel No 9 Tahun 2000

• RTRWK Tapin No 04 Tahun 1994

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin).

• Pembersihan lahan dilakukan secara bertahap

• Lahan yang dibuka dan dibangun dibatasi hanya untuk pembangunan sarana dan prasarana tambang serta sarana dan prasarana penunjang.

• Membuat desain tata letak tananaman dan jenisnya untuk disesuaikan kegiatan kesesuaian lahan untuk mengembalikan fungsinya seperti tertuang dalam RTRWK Tapin.

Tapak proyek Dilaksanakan sejak dimulainya kegiatan pembebasan lahan pada tahap pra-kontruksi dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari secara keseluruhan

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• BPN Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• BPN Kabupaten Tapin

5. Perubahan volume kendaraan angkut

Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• pengangkutan batubara

• Jumlah kendaraan yang melintas.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

• Pembatasan kecepatan kendaraan operasional (kendaraan angkut, alat berat maupun kendaraan ringan) maksimal 40 km/jam di jalan tambang dan jalan angkut, terutama yang melintasi daerah pemukiman penduduk.

• Pembatasan kapasitas angkut kendaraan agar jangan sampai melebihi batas maksimum yang direkomendasi pabrikan.

Tapak proyek, terutama pada jalan tambang dan jalan angkut

Dilaksanakan sejak dimulainya kegiatan pengupasan tanah pucuk tahap operasi dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari secara keseluruhan

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

(5)

Bab 5 - 7

• Melakukan perawatan kendaraan dan alat berat yang digunakan secara berkala agar dapat mengurangi kebisingan yang diakibatkan pada saat beroperasinya alat tersebut.

• Melaksanakan uji kebisingan terhadap kendaraan, alat berat dan mesin yang digunakan

• Pemasangan rambu dan portal

• Penempatan traffic man.

Apabila dirasa perlu, dilakukan pembangunan underpass atau flyover

6. Perubahan Habitat dan Hilang / Munculnya Jenis Biota Air Tertentu

Tahap Kontruksi :

• Pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penirisan air tambang

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Indeks struktur komunitas dan kelimpahan biota air, terutama plankton dan benthos.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

Melaksanakan kegiatan pengelolan dampak kualitas air permukaan seperti tercantum secara intensif dan upaya-upaya perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement) dengan selalu mengikuti dinamika kualitas air buangan dan keadaan air permukaan yang berubah-ubah mengikuti keadaan musim (keadaan curah hujan

Tapak proyek Dilaksanakan sejak dimulainya kegiatan konstruksi dan menjadi bagian integral dari pelaksanaan kegiatan pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari secara keseluruhan

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinkes Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinkes Kabupaten Tapin

7. Perubahan tingkat erosi

Tahap Kontruksi :

• Pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

Tingkat bahaya erosi yang ditentukan berdasarkan persamaan USLE

a. Pada kegiatan pembangunan jalan :

• Pembangunan jalan dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) dengan menanami vegetasi di sekitar lokasi pembangunan jalan sebagai bagian integral pengendalian erosi

b. Pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana :

• Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) dengan menanami vegetasi di sekitar lokasi pembangunan sarana dan prasarana sebagai bagian integral pengendalian erosi.

c. Pada kegiatan pembersihan lahan :

• Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembukaan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Pembersihan lahan untuk daerah yang masih terdapat tanaman dengan diameter 30 cm keatas menggunakan chain saw, sedangkan untuk yang lainnya menggunakan buldozer.

• Semak-semak, daun dan ranting-ranting kayu yang telah di bersihkan dikumpulkan di tempat yang tidak mengganggu proses penambangan. Bahan-bahan tersebut dapat

Lokasi kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana, pembersihan lahan, dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

Mulai kegiatan pembersihan lahan pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dina Pertanian Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinas Pertanian Kabupaten Tapin

(6)

Bab 5 - 8 digunakan sebagai soil cover sebagai bagian

integral upaya pengendalian erosi.

d. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Mengintegrasikan program pengendalian erosi pada tahap pasca operasi sebagai lanjutan dari kegiatan pengendalian erosi pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

8. Perubahan tingkat kesuburan tanah

Tahap Kontruksi :

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

Tingkat kesuburan tanah a. Pada kegiatan pembangunan jalan :

• Pembangunan jalan dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) dengan menanami vegetasi di sekitar lokasi pembangunan jalan sebagai bagian integral pengelolaan kesuburan tanah.

b. Pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana :

• Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) dengan menanami vegetasi di sekitar lokasi pembangunan sarana dan prasarana sebagai bagian integral pengelolaan kesuburan tanah.

c. Pada kegiatan pembersihan lahan :

• Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembukaan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Pembersihan lahan untuk daerah yang masih terdapat tanaman dengan diameter 30 cm keatas menggunakan chain saw, sedangkan untuk yang lainnya menggunakan buldozer.

• Semak-semak, daun dan ranting-ranting kayu yang telah di bersihkan dikumpulkan di tempat yang tidak mengganggu proses penambangan. Bahan-bahan tersebut dapat digunakan sebagai soil cover dan penyubur tanah alami (kompos) sebagai bagian integral pengelolaan kesuburan tanah.

d. Pada kegiatan pengupasan tanah pucuk :

• Kegiatan pengupasan tanah pucuk dilakukan secara bertahap dengan membatasi perubahan bentuk lahan dan pembersihan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Pengupasan tanah pucuk yang ketebalannya

≤80 cm menggunakan excavator dengan kapasitas bucket maksimal 1,2 m3 sedangkan untuk ketebalan >80 cm menggunakan excavator dengan kapasitas bucket maksimal 2,5 m3.

Lokasi kegiatan pengupasan tanah pucuk, penimbunan batubara serta lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

Mulai kegiatan pengupasan tanah pucuk pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dina Pertanian Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinas Pertanian Kabupaten Tapin

(7)

Bab 5 - 9

• Pada saat pembukaan lahan diusahakan semua tanah pucuk (top soil ) dapat terambil.

• Mengutamakan penempatan tanah pucuk langsung di area yang siap direklamasi.

• Jika tanah pucuk akan ditimbun di tempat penyimpanan, maka tempat penimbunan sementara ini diupayakan di daerah datar, cukup tinggi dan bebas genangan e. Pada kegiatan penumpukan batubara :

• Penataan tumpukan biih batubara agar jangan sampai melewati area penimbunan yang telah ditentukan.

• Memastikan dan merawat sistem drainase dan kolam pengendap serta interceptor yang telah dibangun agar dapat berfungsi dengan baik sesuai rencana.

• Mempertahankan vegetasi tingkat pohon atau membuat zona penyangga (buffer zone) dengan menanami vegetasi di sekitar lokasi penimbunan batubara sebagai bagian integral pengelolaan kesuburan tanah f. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Mengintegrasikan program pengelolaan kesuburan tanah pada tahap pasca operasi sebagai lanjutan dari kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

• Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

9. Perubahan Habitat dan Hilang / Munculnya Jenis Flora-Fauna Darat Tertentu

Tahap kontruksi :

• Pembersihan lahan Tahap pasca operasi

• reklamasi dan revegetasi

• Luas area (satuan luas per satuan waktu) yang dibuka untuk keperluan penambangan dibandingkan dengan luasan area yang dihutankan kembali melalui kegiatan revegetasi. Termasuk dalam informasi ini adalah luas daerah yang telah direvegetasi dan keberhasilan revegetasi itu sendiri.

• Potensi, struktur, komposisi dan keanekaragaman jenis flora yang terdapat ditapak proyek dan sekitarnya

• Status (frekuensi dan

keanekaragaman jenis) satwa liar berdasarkan data rona awal

• Munculnya jenis flora atau fauna tertentu yang dapat digunakan sebagai indikator perubahan lingkungan (key species indicator

a. Pada kegiatan pembangunan sarana dan prasarana, dan pembersihan lahan :

• Mengendalikan dan

membatasi/meminimalkan pembukaan lahan secara ketat dan terpadu, yaitu pembukaan lahan hanya pada area yang memang diperlukan untuk pembangunan jalan, dan pembangunan sarana prasarana.

• Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dengan membatasi bukaan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Memanfaatkan biomassa yang tersisa dari pembersihan lahan untuk mengendalikan erosi dan mengembalikan kesuburan tanah di lahan yang dibuka.

• Memantau kondisi perkembangan vegetasi yang berfungsi sebagai zona penyanggga (buffer zone) yang terdapat terdapat disekitar jalan.

• Memasang papan informasi mengenai pentingnya kelestarian hutan dan larangan menebang pohon, membakar dan larangan perburuan terhadap satwa liar pada lokasi strategis yang mudah dibaca.

b. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi

• Mengintegrasikan program reklamasi dan revegetasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi dalam rangka mengupayakan pemulihan ekosistem di area tambang.

Di seluruh area

penambangan, terutama di lokasi kegiata, pembangunan sarana dan prasarana, pembersihan lahan, dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi.

Mulai kegiatan pembersihan lahan pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DisHut Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DisHut Kabupaten Tapin

(8)

Bab 5 - 10

• Sesegera mungkin melakukan reklamasi dan revegetasi pada daerah yang tidak diperlukan lagi untuk kegiatan penambangan.

• Membantu pengupayaan konservasi jenis- jenis flora dan fauna endemik, langka dan dilindungi yang dijumpai di kawasan ini oleh instansi pemerintah daerah terkait, sebagai bagian dari program pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Melakukan reklamasi dan revegetasi dengan sebanyak mungkin memanfaatkan tanaman pioneer lokal, tanaman multi guna lokal, dan tanaman endemik lokal dengan maksud sebagai upaya mengembalikan fauna lokal ke area yang direhabilitasi.

10. Perubahan Kondisi Hidrologi Kawasan

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• penisrisan air tambang Pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasaca operasi

• Reklasmasi dan revegetasi

• Penanganan void Pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasaca operasi

• Reklasmasi dan revegetasi

• Penanganan void

• Perubahan nilai koefisien air limpasan (C) dan perubahan luasan daerah resapan air dibandingkan dengan kondisi rona awal.

• Adanya peningkatan kantong genangan air dan terjadinya banjir lokal.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

• Menyediakan sistem drainase pada masing- masing lokasi sarana dan prasarana yang mengalirkan air ke dalam sumur resapan atau ke sungai dengan debit lebih kecil dari debit maksimum sungai.

• Membuat lubang-lubang resapan (biopori) pada area fasilitas penunjang yang memungkinan

c. Pada kegiatan pembersihan lahan :

• Kegiatan pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dengan membatasi bukaan lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Merancang sistem pengelolaan air larian

• Pembangunan jaringan drainase dan pembuatan kolam pengendap sebelum kegiatan pembersihan lahan dilakukan sesuai dengan sistem pengelolaan air larian yang telah direncanakan.

• Kapasitas kolam pengendap ditentukan berdasarkan pada perhitungan curah hujan dan catchment area yang dibuka.

• Apabila diperlukan, pengelolaan air larian menggunakan floculant dan pengapuran sebelum disalurkan ke sungai.

• Mengalirkan air larian yang telah melewati kolam pengendapan kedalam sungai dengan debit lebih kecil dari debit maksimum sungai.

d. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Mengintegrasikan program pengendalian debit air larian (run off) pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program pengelolaan dan pemanfaatan potensi air permukaan pada tahap pasca operasi sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi.

• Mengintegrasikan program penataan ruang dan tata guna lahan di dalam tapak proyek sebagai kelanjutan kegiatan pengelolaan pada tahap operasi sesuai dengan arah dan perencanaan yang disepakati.

• Menyelesaikan pelaksanaan kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin.

Di seluruh area

penambangan, terutama di lokasi kegiatan

pembangunan sarana dan prasarana, pembersihan lahan, dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi.

Mulai kegiatan pembersihan lahan pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

11. Perubahan bentuk lahan

Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• Perubahan bentuk lahan setempat dibanding dengan kondisi sebelum kegiatan penambangan dilakukan

a. Pada kegiatan pengupasan tanah pucuk :

• Kegiatan pengupasan tanah pucuk dilakukan secara bertahap dengan membatasi

Lokasi kegiatan pengupasan tanah pucuk, pengupasan overburden penambangan batubara, serta lokasi

Mulai kegiatan

pengupasam tanah pucuk pada tahap operasi hingga

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

(9)

Bab 5 - 11

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara Tahap pasaca operasi

• Reklasmasi dan revegetasi

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

perubahan bentuk lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Penempatan tanah pucuk tidak bercampur dengan waste material lainnya.

• Pengaturan tumpukan tanah pucuk di lokasi penimbunan dilakukan dengan recontouring (kemiringan lereng maksimal 25 %).

Penanaman tanaman cover crop di tumpukan tanah pucuk sebagai bagian integral pengelolaan stabilisasi lahan dan pengendalian erosi.

b. Pada kegiatan penambangan batubara :

• Kegiatan penambangan batubara dilakukan secara bertahap mengikuti kemajuan kegiatan pengupasan tanah pucuk dan dengan membatasi perubahan bentuk lahan sesuai dengan kebutuhan operasional.

• Menerapkan sistem tambang terbuka dengan semaksimal mungkin menerapkan back filling dan seminimal mungkin menimbun di luar tambang (out pit dump) sehingga perubahan bentuk lahan pasca tambang tidak berbeda jauh dengan bentuk lahan awal.

• Lereng dinding tambang dibuat berdasarkan rekomendasi geoteknik untuk menghindari terjadinya longsor.

• Sesegera mungkin melakukan reklamasi pada area yang telah selesai ditambang.

c. Pada kegiatan reklamasi dan revegetasi :

• Penataan bentuk lahan bekas tambang sesuai dengan desain pasca tambang .

• Lubang bekas tambang terbuka yang sudah diisi dengan tanah pucuk (backfilling) ditata mendekati topografi semula (recontouring).

• Lubang bekas tambang yang tidak bisa diisi dengan tanah pucuk, ditata untuk pemanfaatan lain.

• Penataan dan penebaran kembali tanah pucuk dengan kemiringan lereng maksimal 25%.

• Dilakukan penggemburan tanah pucuk yang sudah ditebar.

kegiatan reklamasi dan revegetasi

3 tahun setelah selesainya revegetasi

12. Tingkat Potensi Longsor

Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara Tahap pasaca operasi

• Reklasmasi dan revegetasi

• Kemiringan dan stabilitas lereng tambang

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq.

DinasLingkungan Hidup Kabupaten Tapin).

• Pengupasan dan pemindahan overburden serta penambangan batubara dilakukan dengan bertahap, sesuai dengan kebutuhan operasional tambang.

• Stabilitasi lereng

• Lereng dinding lubang tambang dibuat berteras (terasiring)

Tapak proyek Mulai kegiatan

pengupasan overburden pada tahap operasi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

13. Perubahan Level Getaran Kejut

Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• Tolok ukur dalam pengelolaan adalah baku tingkat getaran menurut Langefors, Kinlstorm dan Westerberg (1957), Nicholl, Johnson & Duval (1971), Edwards dan Northwood (1995), Keputusan Menteri lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran, serta Safety United State Beraou of Mines(USBM)

• Peledakan dilakukan dengan bertahap, sesuai kemajuan tambang (peledakan secara setempat setempat dalam luasan terbatas untuk menghindari terjadinya getaran pada lereng dinding tambang

• Untuk mengurangi terjadinya getaran dilakukan presplitting blasting yaitu pemboran dilakukan dengan dibatasi pemboran kecil sekeliling areal bidang ledak/ rencana material yang dihancurkan.

Tapak proyek Pengelolaan dimulai sejak dilakukannya pemindahan batuan penutup dan selama masa operasi atau pada saat peledakan dilakukan

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

(10)

Bab 5 - 12

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin

• Menutup areal rencana peledakan dengan ban karet atau plat baja sehingga ledakan tidak menyebar

14. Konflik penggunaan lahan

Tahap pra kontruksi

• Pembebasan lahan

• Besarnya luasan lahan yang menjadi konflik.

• SK Menhut No 435 Tahun 2009

• RTRWP Kalsel No 9 Tahun 2000

• RTRWK Tapin No 04 Tahun 1994.

Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

Sosialisasi dan pendekatan yang persuasif secara kontinyu sejak awal pembebasan lahan

Tapak proyek, terutama pada laha yang mau dibebaskan

Pengelolaan dilakukan selama kegiatan pra konstruksi berlangsung

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinas Kehutanan Kabupaten Tapin

• Bapeda Kabupaten Tapin

• BPN Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dinas Kehutanan Kabupaten Tapin

• Bapeda Kabupaten Tapin

• BPN Kabupaten Tapin

15. Perekonomian lokal Tahap pra-kontruksi :

• Pembebasan lahan

• Penerimaaan tenaga kerja Tahap operasi :

• Pengembangan wilayah dab pemberdayaan masyarakat Tahap pasaca operasi

• Pemutusan hubungan kerja (PHK)

• Penanganan void

• Penataan infratrukstur tambang

• Jumlah tenaga kerja lokal yang dapat diserap oleh perusahaan

• Jumlah masyarakat yang berusaha di sektor informal

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

a. Pada kegiatan pembebasn lahan

• Pemberian kompensasi pembebasan lahan sesuai dengan kesepakatan bersama antara pihak yang diberi kompensasi dengan pemberi kompensasi (pihak peruhasaan) atau prosedur proses pembebasan lahan yang telah disusun oleh tim khusus pembebasan lahan.

• Bekerja sama dengan kelembagaan masyarakat (formal dan/ atau non formal) untuk melakukan pembenaan terhadap masyarakat yang lahannya dibebaskan dalam upaya meningkatkan nilai guna dan manfaat kompensasi pembebasan lahan.

b. Pada kegiatan penerimaan tenaga kerja :

• Melakukan penerimaan tenaga kerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Memprioritaskan kesempatan kerja bagi pekerja lokal yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, tahapan perkembangan usaha dan kualifikasi calon tenaga kerja.

• Mengoptimalkan keterlibatan kelembagaan masyarakat (formal dan/atau non-formal) dalam proses penerimaan tenaga kerja.

• Membantu mengembangkan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan dan etos kerja masyarakat lokal

c. Pada kegiatan pengembangan wilayah &

masyarakat :

• Bersama dengan kelembagaan masyarakat (formal dan/atau non-formal) menyusun dan mensosialisasikan program pengembangan wilayah & masyarakat berdasarkan analisis social mapping, kebutuhan komunitas, potensi sumberdaya daerah dan kemampuan perusahaan. Program yang disusun sejalan dengan pembangunan infrastruktur, pengembangan sumberdaya manusia dan pengembang an kegiatan penunjang lainnya yang dapat memberikan efek ganda ekonomi kepada masyarakat.

• Melakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk memperoleh umpan balik pelaksanaan pengembangan wilayah &

masyarakat yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan komunitas

• Mengupayakan penggunaan pengusaha lokal sebagai pemasok barang dan jasa yang

Lokasi diutamakan Desa Bitahan, Binderang dan Desa Bitahan Baru Kecamatan Lokpaikat, Piani dan Bungur Kabupaten Tapin

Mulai kegiatan tahap pra- kontruksi hingga proses pemutusan hubungan kerja (PHK) selesai dilaksanakan.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

(11)

Bab 5 - 13 dibutuhkan dalam kegiatan operasional

penambangan.

• Memberikan ruang bagi pekerja sektor informal.

d. Pada tahap pasca operasi

• Pembinaan usaha bagi masyarakat lokal ke arah kemandirian sebagai program akhir dari pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen usaha serta bantuan

pengembangan usaha selama tahap operasional.

• Berkonsultasi dengan instansi terkait perihal pelaksanaan PHK dan kebijakan pengelolaan pasca operasi penambangan dan pucukan tambang.

• Pemutusan hubungan kerja dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, terutama dalam pemnerian pesangon.

• Pemberian rekomendasi kepada karyawan agar mudah diterima bekerja ditempat lain.

• Memelihara infrastruktur yang sudah dibangun selama tahap konstruksi dan operasi sampai dengan saat diserahkan kembali ke pemerintah

• Pemanfaatan tenaga kerja untuk kegiatan pasca operasi yang masih membutuhkan pengelolaan dan pemantauan lingkungan seperti kegiatan reklamasi, revegetasi dan pemantauan lingkungan lainnya.Atau penempatan karyawan yang ada ke lokasi tambang lain yang dimiliki oleh perusahaan dengan mempertimbangkan skala prioritas pekerjaan yang tersedia dan kualifikasi karyawan itu sendiri.

16. Kesehatan masyarakat Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• penanganan void

• Prevalensi dan insiden penyakit saluran pernafasan dan saluran pencernaan bagi tenaga kerja dan masyarakat sekitar jalan penghubung.

• Perubahan kondisi sanitasi lingkungan di permukiman penduduk sekitar tambang.

• Melakukan seleksi tenaga kerja dengan mempersyaratkan pemeriksaan kesehatan.

• Melakukan penyuluhan terhadap tenaga kerja pendatang tentang jenis penyakit menular yang berjangkit di sekitar lokasi tambang.

• Melakukan penanggulangan dampak terhadap lingkungan geofisik-kimia dan biologi dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

• Melaksanakan komunikasi dua arah atau dialog dengan masyarakat setempat untuk memperoleh umpan balik yang efektif dalam pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan geofisik-kimia dan biologi.

• Menggunakan alat pelindung pernapasan (masker penutup hidung dan mulut) dan alat pelindung pendengaran terutama bagi tenaga kerja tambang.

• Melaksanakan program penyuluhan kesehatan di lingkungan karyawan PT Energi Batubara Lestari dan kontraktornya serta di masyarakat wilayah pengelolaan.

• Menggunakan bahan penolak gigitan nyamuk (repellent) bagi tenaga kerja yang bekerja ke lokasi tambang atau meminum obat anti malaria sebagai upaya pencegahan.

• Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan sesuai kemampuan perusahaan.

• Melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala.

Di seluruh area kerja karyawan PT Energi Batubara Lestari termasuk kontraktornya.

Mulai kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap pra-kontruksi hingga proses penataan dan penyerahan infrastruktur tambang selesai dilaksanakan.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DinkesKabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DinkesKabupaten Tapin

(12)

Bab 5 - 14 17. Disharmoni Proses

Sosial Dimasyarakat

Tahap Pra-Kontruksi :

• Pembebasn lahan Tahap Kontruksi :

• Pengembangan wilayah dan pemberdayaan masyarakat

• Terbentuknya sikap dan persepsi positif serta dukungan masyarakat (≥ 80% responden yang berasal dari masyarakat) terhadap perusahaan.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

• Mengoptimalkan dampak positif kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap terciptanya kesempatan kerja dan usaha yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat

• Melaksanakan program pengembangan wilayah dan masyarakat yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

• Pembinaan usaha bagi masyarakat lokal ke arah kemandirian sebagai program akhir dari pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen usaha serta bantuan

pengembangan usaha selama tahap operasional.

• Berkoordinasi dengan instansi terkait perihal pelaksanaan PHK dan kebijakan pengelolaan pasca operasi penambangan dan penutupan tambang.

Memelihara infrastruktur yang sudah dibangun selama tahap konstruksi dan operasi sampai dengan saat diserahkan ke pemerintah.

• Tapak proyek

• Lokasi Desa Bitahan, Binderang dan Desa Bitahan Baru Kecamatan Lokpaikat, Piani dan Bungur Kabupaten Tapin

Mulai kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap pra-kontruksi hingga proses penataan dan penyerahan infrastruktur tambang selesai dilaksanakan.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

18. Sikap dan Persepsi Masyarakat

Seluruh kegiatan dalam usaha pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari

• Terbentuknya sikap dan persepsi positif serta dukungan masyarakat (≥ 80% responden yang berasal dari masyarakat) terhadap perusahaan.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan

a. Pada tahap pra-kontruksi :

• Mengkomunikasikan rencana pembebasan lahan kepada masyarakat terutama para pemilik lahan yang akan dibebaskan

• Mengoptimalkan rencana teknis pelaksanaan skema utama pembebasan lahan yang sudah direncanakan.

• Mengoptimalkan dampak positif kegiatan penerimaan tenaga kerja terhadap terciptanya kesempatan kerja dan usaha yang secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan pendapatan masyarakat b. Pada tahap konstruksi :

• Mengoptimalkan penanggulangan dampak terhadap morfologi lahan, kesuburan tanah, erosi, kualitas udara (kadar debu ambien), kebisingan, debit run off, kualitas air permukaan, serta flora dan fauna dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

• Melaksanakan komunikasi dua arah atau dialog dengan masyarakat setempat untuk memperoleh umpan balik yang efektif dalam pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan terhadap morfologi lahan, kesuburan tanah, erosi, kualitas udara (kadar debu ambien), kebisingan, debit run off, kualitas air permukaan, serta flora dan fauna.

c. Pada tahap operasi :

• Mengoptimalkan penanggulangan dampak terhadap morfologi lahan, kesuburan tanah, erosi, kualitas udara (kadar debu ambien), kebisingan, debit run off, kualitas air permukaan, serta flora dan fauna dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya.

• Melaksanakan komunikasi dua arah atau dialog dengan masyarakat setempat untuk memperoleh umpan balik yang efektif dalam pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan terhadap morfologi lahan, kesuburan tanah, erosi, kualitas udara (kadar debu ambien), kebisingan, debit run off, kualitas air permukaan, serta flora dan fauna.

• Tapak proyek

• Lokasi Desa Bitahan, Binderang dan Desa Bitahan Baru Kecamatan Lokpaikat, Piani dan Bungur Kabupaten Tapin

Mulai kegiatan pembebasan lahan pada tahap pra-kontruksi hingga proses pena-taan dan penyerahan infrastruktur tambang selesai dilaksanakan.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Disnakertrans Kabupaten Tapin

• Dinsos Kabupaten Tapin

(13)

Bab 5 - 15

• Melaksanakan program pengembangan wilayah dan masyarakat yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

• Melaksanakan pengelolaan lalu lintas pengangkutan batubara untuk meminimalkan kejadian kecelakaan lalu- lintas, antara lain dengan cara-cara sebagai berikut :

➢ Induksi standar tata tertib lalu lintas di lingkungan kerja PT Energi Batubara Lestari kepada seluruh karyawan perusahaan maupun kontraktor.

➢ Pembatasan atau pengaturan kecepatan kendaraan dan penerapan prosedur khusus saat menggunakan jalur pengangkutan batubara yang bersentuhan langsung dengan aktivitas umum, misalnya saat melewati lokasi- lokasi pemukiman dan persimpangan jalan.

➢ Setiap pengemudi, baik karyawan perusahaan maupun kontraktor yang mengoperasikan kendaraan di area pertambangan dan jalan angkut PT Energi Batubara Lestari diwajibkan memiliki SIM Kepolisian RI dan SIM Perusahaan yang diperoleh melalui ujian khusus

d. Pada tahap pasca konstruksi :

• Pembinaan usaha bagi masyarakat lokal ke arah kemandirian sebagai program akhir dari pelaksanaan pembinaan dan bimbingan teknis manajemen usaha serta bantuan pengembangan usaha selama tahap operasional.

• Berkoordinasi dengan instansi terkait perihal pelaksanaan PHK dan kebijakan pengelolaan pasca operasi penambangan dan penutupan tambang.

• Memelihara infrastruktur yang sudah dibangun selama tahap konstruksi dan operasi sampai dengan saat diserahkan ke pemerintah

Sumber: Dokumen Amdal PT EBL tahun 2013

(14)

Bab 5- 16

Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) diperlukan untuk mengetahui efektifitas kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh PT Energi Batubara Lestari dampak-dampak yang diperkirakan akan terjadi sesuai dengan hasil kajian Adendum ANDAL dan RKL-RPL. Fungsi kegiatan pemantauan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk memanajemen dan menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan karena pemantauan lingkungan merupakan tanda dini yang dapat menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan dan bagi komponen lingkungan yang dikelola dapat di identifikasi keberhasilan pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan oleh pemrakarsa usaha. Adapun tujuan dari pemantauan lingkungan hidup adalah : 1. Menyempurnakan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan sebagaimana tertuang

didalam dokumen yang telah disepakati rencana pengelolaan lingkungan hidup agar penanggulangan dampak dapat dilakukan se-efektif dan se-efisien mungkin dengan pendekatan teknologi, sosial dan ekonomi serta institusional yang ada;

2. Mengevaluasi tingkat keberhasilan pengelolaan yang dilakukan terhadap pengelolaan dampak penting dan penggunaan metode dan cara yang digunakan dalam pengelolaan;

3. Mengevaluasi tingkat: penaatan, kecenderungan dan tingkat kritis pada tahap pengelolaan lingkungan hidup.

5.2.2. Prinsip Dasar Pemantauan Lingkungan Hidup

Pemantauan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan alat untuk mengevaluasi apakah pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang direncanakan dapat berjalan dengan efektif atau tidak. Pemantauan lingkungan hidup merupakan pekerjaan pengukuran, sampling, pengamatan dan pengumpulan informasi terhadap komponen lingkungan hidup secara berulang-ulang pada selang waktu dan lokasi tertentu. Oleh karena itu, hasil pemantauan lingkungan hidup terhadap aktivitas pertambangan batubara PT Energi Batubara Lestari, akan disampaikan pada instansi-instansi yang terkait.

5.2.3. Pendekatan Pemantauan Lingkungan Hidup

Teknis pemantauan lingkungan hidup untuk aspek Geofisik-kimia dilakukan dengan cara pengukuran, sampling analisis laboratorium, pengamatan dan wawancara. Sedangkan untuk aspek sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat dilakukan dengan cara observasi dan wawancara menggunakan kuesioner terhadap masyarakat.

5.2.4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Kegiatan pemantauan lingkungan hidup diperlukan untuk mengetahui efektifitas kegiatan

pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan terhadap dampak-dampak yang

diperkirakan terjadi. Dengan melihat hasil pemantauan lingkungan hidup tersebut, maka

kemungkinan pengelolaan yang sudah ada dapat disempurnakan. Demikian pula, dari hasil

(15)

Bab 5 - 17

lingkungan hidup (RPL) adalah:

1. Jenis dampak yang timbul

2. Indikator/parameter lingkungan yang Dipantau 3. Sumber dampak

4. Metode pengumpulan dan analisis 5. Lokasi pemantauan

6. Waktu dan frekuensi pemantauan

7. Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup

(16)

Bab 5 - 18

No Lingkungan yang

Dikelola

Sumber Dampak

Dipantau Metode Pengumpulan dan Analisis Data Lokasi Pemantauan Periode Pemantauan

Pelaksana Pengawas Pelaporan

1. Perubahan Tingkat Kebisingan

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Baku Mutu Tingkat Kebisingan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-48/

MENLH/11/1996 tentang tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

• Pengujian tingkat kebisingan dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan Integrated Sound Level Meter.

• Untuk tingkat kebisingan ambien, hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan baku mutu kebisingan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/11/

1996 tentang tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

• Untuk tingkat kebisingan di tempat kerja, hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan baku mutu kebisingan sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja

• Untuk tingkat kebisingan ambien, pemantauan dilakukan di lokasi jalan tambang dan jalan angkut, stockpile, dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi.

• Untuk tingkat kebisingan di tempat kerja, pemantauan dilakukan pada tiap-tiap ruang kerja (kantor, bengkel kerja dan pemeliharaan dengan peralatannya (workshop) dan ruang genset

• Sejak dimulainya kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

• Dilaksanakan setiap 3 bulan sekali

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

2. Perubahan Kualitas Udara

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Baku Mutu Udara Ambien sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan, dengan parameter utama adalah debu (total suspended particulate) dan parameter pendukung adalah;

NO2, SO2, dan CO.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin).

• Pengumpulan data kualitas udara dilakukan melalui pengambilan contoh udara di lapangan menggunakan peralatan dan metode analisis Gravimetrik, Saltzman, NDIR, dan Pararosanilin

• Hasil analisis tersebut dibandingkan dengan baku mutu udara ambien sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan.

• Untuk kualitas udara ambien, pemantauan dilakukan di lokasi jalan tambang dan jalan angkut, stockpile , dan lokasi kegiatan reklamasi dan revegetasi

• Untuk emisi, pemantauan dilakukan pada tiap- tiap mesin, alat berat dan kendaraan yang mengeluarkan partikel dan gas pencemar udara.

• Sejak dimulainya kegiatan mobilisasi peralatan dan material pada tahap pra- konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

• Frekuensi pemantauan lingkungan untuk kualitas udara ambien dan emisi dilakukan setiap 3 bulan sekali

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• Dinkes kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• Dinkes kabupaten Tapin

3. Kualitas air permukaan

Tahap Pra-Kontruksi :

• mobiliasasi peralatan dan material

Tahap Kontruksi :

• pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penambangan batubara

• pengangkutan batubara

• Baku mutu kualitas air permukaan (sungai) menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai

• Parameter utama yang menjadi indikator dalam pemantauan kualitas air permukaan adalah TSS, pH (in situ), besi, batubara, air raksa, timbal, kadmium, dan tembaga.

• Baku mutu kualitas limbah cair menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) Bagi Kegiatan

• Pengambilan contoh air dilakukan langsung di lapangan dengan cara sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.

Analisis sifat fisik-kimia air secara in situ, reservasi contoh air untuk analisis sifat fisik- kimia air di laboratorium dan analisa di laboratorium.

• Untuk kualitas air sungai, hasil analisis sifat fisik-kimia air dibandingkan dengan baku mutu kualitas air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 05 Tahun 2007 tentang Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai.

Sungai, aliran kolam pengendapan dan oil separator, maupun di area yang sedang dalam proses reklamasi dan revegetasi.

• Sejak dimulainya kegiatan pembersihan lahan pada tahap konstruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku

• Frekuensi pemantauan

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• Dinkes kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• Dinkes kabupaten Tapin

(17)

Bab 5 - 19

• pengolahan batubara

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

Industri, Hotel, Restoran, Rumah Sakit, Domestik dan

Pertambangan.

• Parameter utama yang menjadi indikator dalam pemantauan kualitas limbah cair adalah TSS, pH, besi, batubara dan air raksa.

• Indikator visual berupa lapisan minyak dan surfaktan yang mengandung sulfur dan besi atau senyawa lainnya di permukaan air dan watershead.

• Untuk kualitas air limbah, hasil analisis sifat fisik-kimia air dibandingkan dengan baku mutu kualitas air sebagaimana tercantum dalam Peraturan Gubernur

➢ Untuk kualitas air permukaan dilakukan setiap 3 bulan sekali.

➢ Untuk limbah cair pada parameter debit dan pH dilakukan pemantauan setiap hari dan pada parameter lain dilakukan pemantauan setiap 3 bulan sekali.

• Untuk limbah B-3 dilakukan pemantauan setiap 3 bulan sekali.

4. Perubahan nilai fungsi lahan

Tahap Pra-Kontruksi :

• Pembebasan lahan Tahap Kontruksi :

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden Tahap pasca operasi :

• reklamasi dan revegetasi

• Nilai lahan pada saat proses nilai ganti rugi lahan dan tanam tumbuh

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

Survey sosial melalui wawancara terstruktur dengan responden dan deep interview dengan tokoh masyarakat setempat, untuk diolah dan dianalisa lebih lanjut.

Tapak proyek Sejak dimulainya kegiatan pembebasan lahan pada tahap pra-kontruksi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• BPN Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• BPN Kabupaten Tapin

5. Perubahan volume kendaraan angkut

Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• pengangkutan batubara

• Jumlah kendaraan yang melintas.

• Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin (cq. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin)

Survey sosial tentang sikap dan persepsi masyarakat, baik melalui wawancara langsung, deep interview dengan kuisioner terstruktur maupun focus group discussion (FGD).

Tapak proyek dan Desa Bitahan, Binderang, Bitahan Baru dan Ayunan Papan Kecamatan Lokpaikat, Piani dan Bungur Kabupaten Tapin.

Sejak dimulainya kegiatan pengupasan tanah pucuk pada tahap operasi hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• Dishub Kabupaten Tapin

6. Perubahan Habitat dan Hilang / Munculnya Jenis Biota Air Tertentu

Tahap Kontruksi :

• Pembersihan lahan

• pembangunan sarana dan prasarana tambang,

• pembangunan sarana dan prasarana penunjang Tahap operasi :

• pengupasan dan pemindahan tanah pucuk

• pengupasan dan pemindahan tanah overburden

• penirisan air tambang

• penimbunan batubara

• pengoperasian sarana dan prasarana penunjang

Indeks struktur komunitas dan kelimpahan biota air, terutama plankton dan benthos.

• Pengambilan sampel benthos dilakukan langsung di lapangan dengan menggunakan Eckman Grab. Sampel-sampel benthos tersebut disaring melalui saringan stainless steel bertingkat dan sieves dengan bantuan air mengalir. Setelah disaring, seluruh sampel benthos disimpan didalam botol-botol plastik berlabel, dan diawetkan dalam larutan formalin 10 %. Proses sortasi sampel serta identifikasi jenis dan pencatatan jumlah menurut kelompok taksonomi dilakukan di laboratorium.

• Pengambilan contoh plankton dilakukan langsung di lapangan dengan cara menyaring air dengan jala plankton. Konsentrat plankton

Tapak proyek • Sejak dimulainya kegiatan pembersihan lahan pada tahap persiapan hingga 3 tahun setelah selesainya revegetasi terakhir untuk setiap lubang bekas tambang dan/atau suatu area timbunan di luar lubang bekas tambang (out pit dump) atau apabila dinyatakan lain sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

PT Energi Batubara Lestari • DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

• DLH Kabupaten Tapin

• Dinas ESDM kalimantan Selatan

Referensi

Dokumen terkait

33 Rencana revegetasi akan dilakukan di area yang dibuka untuk kegiatan operasi produksi pada tahun 2020-2024 seluas 14,2 ha yaitu jalan tambang yang tidak digunakan lagi 14,2

Pada gambar 2.2 Digunakan untuk mengelola data anggota sesuai dengan hak akses dari pengguna dapat dilihat pada gambar dibawah.. Pada gambar 2.3 Digunakan untuk mengelola data

Selain itu, pengembangan wisata halal merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menjamin perlindungan hak dan kepastian hukum bagi para wisatawan termasuk wisatawan

Dilaksanakannya lokakarya pengendalian kebakaran hutan-lahan pengalaman dan pelajaran musim kemarau tahun 2006 dimaksudkan untuk saling tukar informasi dan pengalaman terhadap

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PERUSAHAAN ...(Listijowati Hadinugroho) 61 umumnya memiliki kewajiban biaya bunga khususnya pada penggunaan hutang jangka panjang. Besar

Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs.Wagiran, M.Hum dan Pembimbing II: Drs. Kata kunci: keterampilan menulis, karangan narasi,

Dengan demikian, karakterisasi nonlinier dalam pengaruh eksitasi multinada dapat dijadikan salah satu metoda untuk menguji linieritas penguat daya frekuensi radio,

Bukti ilmiah menunjukkan kalau hanya menurunkan tekanan darah, tolerabilitas atau biaya saja tidak dapat digunakan dalam memilih obat hipertensi (Saseen dan Carter, 2005).Ada