• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu pepatah Membaca adalah Jendela Dunia sudah sangat sering

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu pepatah Membaca adalah Jendela Dunia sudah sangat sering"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak dahulu pepatah “Membaca adalah Jendela Dunia” sudah sangat sering didengungkan. Media massa selalu memuat tentang minat membaca, terutama minat membaca pada anak. Misalnya, KOMPAS edisi 28 Oktober 2009 memuat tajuk rencana berjudul “Kemampuan Membaca Anak Indonesia Masih Rendah”. Salah satu isinya membahas lemahnya kemampuan membaca siswa, patut diduga karena lemahnya pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran membaca. Selain di surat kabar dan media massa lainnya, banyak dimuat juga di iklan-iklan masyarakat yang intinya menyuarakan keprihatinan terhadap kemampuan membaca.

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menarik.

Dengan membaca, pembaca mampu meresap ilmu, ide, dan imajinasinya. Membaca adalah kegiatan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau di dalam hati) (KBBI,2007:83). Membaca juga dapat dikatakan suatu kegiatan untuk mengeja atau melafalkan apa yang tertulis. Membaca merupakan sebuah kegiatan produktif.

Banyak manfaat yang diperoleh dari membaca. Kunci kesuksesan adalah salah satu manfaat membaca, bukan hanya bagi anak sekolah saja tapi seluruh masyarakat.

Buku adalah mata, membaca adalah jendela dunia, untuk itulah membaca sangat penting dalam kehidupan. Tentu saja gemar membaca tidak bisa diterapkan begitu saja dengan mudah. Seseorang harus mempunyai dasar yang kuat untuk gemar

(2)

membaca. Maka, sejak kecil harus dibina dan diajarkan sedemikian mungkin agar bisa menumbuhkan minat membaca.

Pembelajaran kebahasaan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum tahun 2006 yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan baik dan benar secara lisan maupun tulisan. Standar kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa.

Dalam menyampaikan sesuatu hal dapat melalui dua cara, yaitu secara tertulis atau dengan lisan. Ketika apa yang akan disampaikan dengan lisan mengalami keterbatasan. Pesan yang disampaikan dalam bentuk tulisan akan sangat membantu dan berguna. Bentuk tulisan tersebutlah yang dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Membaca merupakan proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1979: 7).

Biografi merupakan cerita riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain (KBBI, 2007:155). Begitu banyak hal yang dapat diteladani dan dijadikan sebagai inspirasi dalam menjalani kehidupan. Namun, pembelajaran membaca biografi ini sering sekali membosankan dan membuat siswa pusing terlebih dahulu sebelum membacanya. Selain karena minat baca yang rendah pembelajaran membaca dilakukan dengan cara konvensional atau model ceramah sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memperoleh dan mehamai ide dari sebuah bacaan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi agar kegiatan belajar-mengajar di kelas tidak monoton dan

(3)

membuat siswa lebih semangat dalam belajar. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran membaca teks biografi, dibutuhkan cara yang tepat agar suasana belajar menjadi menyenangkan.

Salah satu cara pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan permainan karena membuat suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal khususnya keterampilan membaca maka dibutuhkan strategi, metode atau model yang tepat. Penulis memilih Model PORPE dalam pembelajaran membaca teks biografi. Tujuan yang ingin dicapai dari Model PORPE adalah cara pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan menantang dapat tercapai.

Model PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) adalah model atau strategi yang dikembangkan oleh Simpson (Abidin, 2010:154) yaitu membaca pemahaman yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengaktifkan dirinya dalam mempelajari sebuah konsep, mempelajari proses yang berkenaan dengan mempersiapkan diri menghadapi ujian uraian dan mengunakan proses menulis sebagai alat mempelajari teks bacaan. Selain itu, model PORPE tepat digunakan untuk memperoleh informasi dari sebuah buku dengan cepat karena sebelum melakukan proses membaca, siswa sudah terlebih dahulu sudah melakukan prediksi terhadap isi bacaan, kemudian melakukan proses membaca untuk memperoleh informasi tertentu saja yang telah ditentukan sebelumnya.

Penelitian sebelumnya mengenai model PORPE yang dilakukan oleh Sulistiari Tsani pada 2011 dalam skripsi yang berjudul “Penggunaan Metode PORPE

(4)

(Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) dalam Pembelajaran Membaca

Buku Teks” pada Kelas X SMA Laboratorium Percontohan UPI tahun ajaran 2010- 2011. Penelitian ini membuktikan bahwa nilai rata-rata siswa meningkat dalam pembelajaran membaca buku teks dibandingkan dengan pembelajaran membaca sebelum menggunakan model pembelajaran. Peneliti skripsi ini menyarankan agar model PORPE diterapkan kembali pada pembelajaran yang lainnya seperti buku- buku psikologi atau buku biografi karena ada kesulitan dalam pengaplikasian model tersebut pada jenis bacaan yang lain.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka penelitian ini menerapkan sebuah model pembelajaran yang sama, namun subjek penelitian yang berbeda dan latar belakang masalah yang berbeda pula.

B. Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasikan masalah yang timbul, di antaranya penulis utarakan di bawah ini.

1) Berdasarkan hasil dari berbagai penelitian, minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, termasuk minat baca siswa terhadap sebuah bacaan.

2) Kebanyakan siswa masih merasa pusing untuk membaca karena berbagai alasan seperti tebalnya buku sehingga siswa bermalas-malasan sebelum membacanya.

(5)

3) Beberapa pengajar masih menggunakan model yang kurang tepat dan “kuno”

sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memperoleh dan memahami ide dari sebuah buku bacaan.

2. Batasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan suatu masalah bagi peneliti, tetapi juga dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan guna memecahkannya, yaitu tenaga, kecekatan, biaya, dan lain-lain yang timbul dari rencana itu (Surakhmad, 1989:36).

Bertolak dari pendapat diatas dan keterampilan membaca merupakan keterampilan yang luas. Oleh karena itu, untuk memfokuskan kajian dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah pada hal-hal berikut.

1) Kompetensi yang diamati dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman khususnya membaca buku biografi.

2) Aspek penilaian kompetensi yang terkait membaca biografi ini meliputi kesesuaian isi dengan hal-hal menarik yang terdapat pada biografi, merefleksikan sang tokoh dengan diri sendiri dan menemukan amanat atau hal-hal yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari.

3) Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung.

4) Model yang dipergunakan dalam pembelajaran adalah model PORPE.

(6)

3. Rumusan Masalah

Rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung dalam membaca teks biografi sebelum menggunakan model PORPE?

2) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung dalam membaca teks biografi setelah mengunakan model PORPE?

3) Adakah perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca teks biografi sebelum dan setelah menggunakan model PORPE?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji model pembelajaran membaca yang sesuai dengan tuntutan materi standar dalam kurikulum serta kelayakannya untuk digunakan sebagai alternatif bahan ajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan:

1) kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung dalam membaca teks biografi sebelum mengikuti pembelajaran dengan model PORPE;

2) kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung dalam membaca teks biografi setelah mengikuti pembelajaran membaca dengan model PORPE;

3) ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran membaca teks biografi sebelum dan sesudah menggunakan model PORPE.

(7)

2. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan khusus, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pihak-pihak lainnya.

Berikut diuraikan manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini.

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan kontribusi dalam dunia pendidikan khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra indonesia untuk meningkatkan keterampilan membaca.

b. Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti

Mengingat peneliti sebagai calon guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang berkecimpung dalam dunia pengajaran, penelitian ini tentu sangat bermanfaat.

Manfaatnya yaitu dapat memberikan masukkan bagaimana menggunakan model atau teknik yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan dalam pengajaran.

Hal itu sangat penting untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

2) Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam menentukan alternatif pengajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa khususnya dalam membaca buku biografi.

3) Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi belajar siswa dalam hal keterampilan membaca khususnya dalam membaca buku biografi.

(8)

D. Anggapan Dasar

Beberapa anggapan dasar yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa SMA yang membutuhkan latihan terus menerus dan dibimbing oleh guru.

2) Penggunaan model yang tepat saat membaca akan meningkatkan kemampuan membaca serta kemampuan berpikir siswa.

3) Model PORPE merupakan sebuah model alternatif yang tepat dalam kegiatan pembelajaran membaca.

E. Hipotesis

Dengan mengacu pada permasalahan tersebut, peneliti mengajukan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan membaca teks biografi siswa kelas XI sebelum diberi perlakuan dengan model PORPE tergolong baik.

2) Kemampuan siswa SMA kelas XI setelah mendapat perlakuan model PORPE tergolong baik.

3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa membaca teks biografi sebelum dan setelah diberi perlakuan model PORPE.

(9)

F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian dengan efektif, perlu adanya tahapan kerja yang efektif. Dalam penulisan ini diperlukan tahapan kerja yang sistematis.

Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penulisan penelitian ini. Keberhasilan dan tinggi rendahnya kualitas hasil penelitian ini sangat bergantung oleh ketepatan peneliti dalam memilih metodologi penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode Eksperimen Semu atau Eksperimen Kuasi merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan /tindakan /treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan tindakan lain.

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda.

Pada penelitian ini, penulis meneliti pengaruh suatu tindakan (treatment) yang sengaja ditimbulkan terhadap suatu kelompok subjek penelitian sampai peneliti mengetahui bagaimana akibatnya. Pemilihan model ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mendeskripsikan hasil pembelajaran membaca buku biografi di Sekolah Menengah Atas.

(10)

2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian ini meliputi teknik pengumpulan data dan model pengolahan data. Dalam teknik pengumpulan data, peneliti langsung menemui subjek yaitu siswa kelas XI SMA Negeri 23 Bandung, dengan instrumen penelitian soal prates dan postes. Sedangkan teknik pengolahan data dilakukan setelah mendapatkan hasil dari pengumpulan data di lapangan yaitu skor, uji normalitas, dan uji hipotesis.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahaan penafsiran mengenai istilah yang digunakan maka penulis mengemukakan definisi operasional sebagai berikut ini.

1) Model PORPE (Predict, Organize, Rehearse, Practice, Evaluate) adalah suatu model yang dikembangkan oleh Simpson yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengaktifkan dirinya untuk mempelajari sebuah konsep, mempelajari proses yang berkenaan dengan mempersiapkan diri menghadapi ujian uraian dan mengunakan proses menulis sebagai alat mempelajari teks bacaan.

2) Membaca adalah sebuah keterampilan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian dari sebuah tulisan.

3) Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami isi atau maksud dari sebuah bacaan secara efektif sehingga mampu menarik kesimpulan dari bacaan tersebut serta menjawab dari pertanyaan yang diajukan.

4) Biografi merupakan sebuh cerita mengenai kehidupan seseorang yang berbentuk tulisan atau buku.

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang akan dibahas dalam program ini adalah (a) Bagaimana cara memanfaatkan barang bekas berupa kain perca kaos dan bahan dasar tas bekas menjadi Jaket

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (a) nilai rata-rata postes keterampilan komu- nikasi siswa pada kelas yang diterap- kan model pembelajaran berbasis

Bedasarkan faktor-faktor tersebut, maka ketiadaan hubungan paparan debu terhirup dengan kapasitas vital paru pada pekerja penyapu pasar Johar kota Semarang, tidak

kali ini adalah efisiensi removal rata-rata optimum untuk ammonia terdapat pada reaktor 0,5 mg/l dengan sistem pengadukan menggunakan aerasi yaitu sebesar 84%.. Reaktor dengan

Pada aspek menanya, aktivtas belajar siswa yang diobservasi dalam mengikuti berbagai kegiatan meliputi bertanya sesuai dengan cakupan materi pembelajaran dan fokus

Hasil Perhitungan AHP Pria ke-2 Pada gambar 12, hasil perhitungan menunjukan pria ke-2 memilih lingkungan bebas banjir sebagai prioritas pertama dengan presentase

Tabel 18. Hal ini mengindikasikan bahwa variabel tersebut menjadi pertimbangan bagi negara pengimpor dalam menentukan volume pisang yang akan diimpor dari Indonesia. Jika harga