• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup besar (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2005). Apabila potensi tersebut dimanfaatkan dan dikembangkan secara optimal akan memberikan manfaat bagi masyarakat di wilayah pesisir tersebut. Apabila dikembangkan lebih jauh merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi. Sayangya sebagian besar wilayah pesisir yang ada telah mengalami ancaman keberlanjutan yang sangat serius, sehingga perlu strategi penanganan (Retraubun dan Bengen, 2002).

Pemerintah menempatkan rumput laut sebagai salah satu komoditas yang di unggulkan dalam program revitalisasi sub sektor kelautan dan perikanan. Hal ini menunjukkan bahwa rumput laut sebagai komoditas andalan akan mampu meningkatkan ekonomi khususnya sub sektor kelautan dan perikanan (Hikmayani,2007). Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut cukup mudah dibudidayakan di perairan pantai di Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditi yang potensial dan dapat menjadi andalan bagi upaya pengembangan usaha skala kecil dan menengah yang sering disebut sebagai UKM. Ini terjadi karena rumput laut sangat banyak digunakan oleh masyarakat, baik melalui pengolahan sederhana yang langsung dikonsumsi maupun melalui pengolahan yang lebih komplek untuk dijadikan barang setengah jadi dan diolah

(2)

lebih lanjut oleh industri hilir menjadi barang jadi yang dapat digunakan (dikonsumsi) langsung, seperti produk farmasi, kosmetik dan pangan serta produk lainnya. Terpilihnya komoditas rumput laut sebagai komoditas unggulan dilatarbelangi oleh beberapa aspek yaitu budidaya rumput laut bersifat mudah dilakukan, bersifat cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan (Malik Tangko,2008)

Sebagai komoditas yang komersil, bisnis rumput laut sangat berkembang pada beberapa lokasi khususnya di Bali. Rumput laut lebih banyak diekspor secara langsung, ketimbang melalui pengolahan terlebih dahulu. Dalam konteks ini, Indonesia adalah kawasan penyediaan bahan baku bagi negara-negara industri (Giantari,1999). Di Provinsi Bali pada kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir pengembangan budidaya laut khususnya rumput laut mengalami pasang surut baik dari segi jumlah tenaga kerjanya, lusa lahan yang digunakan untuk budidaya rumput maupun hasil produksi rumput laut itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Provinsi Bali Tahun 2001 s/d 2010

Tahun

Jumlah Tenaga Kerja Rumput Laut

(Orang)

Luas Lahan

(Ha) Hasil Produksi (Ton)

Perkembangan Hasil Produksi rumput laut

(%)

2001 11.369 250,7 106.084,00 -

2002 8.688 261,0 111.885,50 5,47

2003 8.811 374,1 108.592,90 2,94

2004 11.601 420,6 156.053,60 43,70

2005 9.822 402,6 161.121,20 3,25

2006 11.814 478,0 164.768,80 2,26

2007 11.91 418,5 152.306,80 -7,56

2008 11.427 729,7 129.175,40 -15,19

2009 11.427 729,7 135.999,90 5,28

2010 9.634 741,9 132.792,80 -2,36

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Tahun 2011

(3)

Berdasarkan data perkembangan diatas pada tahun 2001 ke 2002 jumlah tenaga kerja yang menggeluti pekerjaan sebagai petani rumput laut mengalami penurunan dari 11.369 orang menjadi 8.688 orang akan tetapi hasil produksi pada tahun tersebut mengalami peningkatan dari 106.084 ton menjadi 111.885,50 ton hal ini disebabkan karena jumlah tenaga kerja yang berlebihan mengakibatkan tingkat produktivitas petani rumput laut dalam membudidayakan rumput laut tidak efektif selain itu luas lahan yang digarap oleh petani meningkatkan dari 250,7 ha menjadi 261 ha, pada tahun 2008 sampai 2009 jumlah tenaga kerja dan luas lahan yang digunakan untuk budidaya rumput laut memiliki angka yang sama yaitu 11.427 orang yaitu jumlah tenaga kerja dan 729,7 Ha untuk luas lahannya akan tetapi dilihat dari hasil produksinya mengalami peningkatan. Tahun 2004 ke tahun 2005 mengalami penurunan jumlah tenaga kerja dan penggunaan luas lahan akan tetapi hasil produksinya peningkatan hal ini disebabkan oleh faktor cuaca yang mana sifat cuaca ada 2 jenis yaitu bersifat insidental dan continue. Insidental disini diartikan cuaca mengalami perubahan sewaktu-waktu yang mengakibatkan hasil produksi rumput laut pada saat gelombang besar akan mengalami kerontokan dan pada saat tidak ada gelombang rumput laut akan tumbuh dengan baik, sedangkan cuaca yang bersifat continue artinya disini cuaca pada saat purnama mengalami air pantai yang surut dan

pada saat tilem mengalami air laut pasang. Pada tahun 2010 perkembangan jumlah tenaga kerja dan hasil produksinya mengalami penurunan akan tetapi luas lahan yang digunakan meningkat dari 729,7 Ha menjadi 741,9 Ha. Penurunan hasil produksi rumput laut itu dipengaruh oleh cuaca yakni adanya angin kencang yang selalu berembus dan ombak di perairan lebih rapat selain itu cuaca buruk dan gelombang tinggi juga dianggap

(4)

berpengaruh terhadap penurunan hasil produksi rumput laut bagi petani (MetroTvnews.com).

Perkembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 cukup pesat. Jumlah petani pada tahun 2004 tercatat 571 orang dan pada tahun 2010 jumlah petani rumput laut meningkat menjadi 736 orang.atau sebesar 28.9%. Hasil produksi rumput laut juga mengalami peningkatan yang cukup baik yang mana pada tahun 2004 mencapai 2.295,3 Ton pada tahun 2010 mencapai hingga 5.036,5 Ton atau dapat dikatakan meningkatan sebesar 1,19%. data perkembangan budidaya rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan yang secara lengkap disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2

Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2004 s/d 2010

Tahun

Jumlah Petani Rumput Laut

(Orang)

Luas Lahan (Ha)

Hasil Produksi (Ton)

Perkembangan Hasil Produksi rumput laut (%)

2004 571 12,5 2.295,30 -

2005 571 12,5 3.099,60 35,04

2006 608 12,5 4.474,80 44,36

2007 608 12,5 4.466,20 -0,19

2008 780 12,5 4.522,90 1,27

2009 780 12,5 4.523,00 0,01

2010 736 12,5 5.036,50 11,35

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung Tahun 2011 Kawasan Kuta Selatan sebenarnya lebih terkenal sebagai lokasi olah raga paragliding atau paralayang, karena memiliki tebing curam dengan pemandangan yang menakjubkan.

Tapi, kecamatan tersebut juga merupakan salah satu sentra rumput laut di Pulau Dewata.

(5)

Sedikitnya, ada 545 pembudi daya tanaman bernama Latin Cotonii dapat dilihat pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3

Kelompok Petani Rumput Laut. Kecamatan Kuta Selatan Tahun 2012 No Kelas Kelompok Petani Rumput Laut

di Kecamatan Kuta Selatan Jumlah Anggota (orang)

1 Utama 199

2 Madya 58

3 Pemula 288

Jumlah 545

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Badung. Tahun 2012

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dijelaskan bahwa kelas kelompok petani madya yang dimaksud yaitu kelompok ini mempunyai pengalaman yang lebih banyak dari kelompok pemula tetapi masih belum sebanyak pengalaman kelompok utama. Pada kelompok pemula dapat diartikan kelompok yang baru saja berkecimpung pada pengembangan budidaya rumput laut.

Tenaga kerja merupakan faktor pendukung dalam pertanian rumput laut. Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani rumput laut berasal dari anggota rumah tangga petani rumput laut walaupun ada yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani rumput laut, mencari penghasilan dengan bekerja dilahan orang lain karena tidak mempunyai lahan rumput (Sari Murni, 2008). Tenaga kerja yang berasal dari luar anggota rumah tangga petani rumput laut termasuk dalam tenaga kerja yang diberi upah karena tenaga kerja ini bekerja dengan pemilik lahan rumput laut sehingga upah yang diberikan kepada tenaga kerja upahan ini akan meningkatkan jumlah biaya produksi dikarenakan upah yang diberikan termasuk biaya yang akan dibebankan oleh pemilik lahan rumput laut guna menghitung biaya produksi yang dikeluarkan.

(6)

Tenaga kerja yang bekerja sebagai petani rumput laut tidak memerlukan pendidikan khusus, dengan pengetahuan mampu menanam rumput laut mereka bisa dan dapat bekerja sebagai petani rumput laut. Menanan, mengikat dan mengeringkan merupakan kegiatan yang dilakukan tenaga kerja selama proses penanaman rumput laut. Tenaga kerja akan memperoleh pendapatan atau penghasilan jika masa panen telah selesai.

Pendapatan yang diperoleh berbeda-beda tergantung banyak luas lahan yang dimiliki.

Guna meningkatkan kinerja para petani rumput laut dalam membudidayakan dan mengolah rumput laut sangat diperlukan pelatihan yang mendalam. Pada umunya petani yang kurang diberikan pelatihan dalam membudidayakan dan mengolah rumput laut sangat minim pengetahuan menyebabkan hasil produksi yang dihasilkan kurang memuaskan sedangkan petani yang seringkali atau beberapa kali pernah mengikuti pelatihan dari instansi pemerintah maka dalam pengolahan hasil produksi rumput laut akan lebih baik daripada petani yang tidak pernah mendapat pelatihan. Maka pelatihan dirasakan akan cukup membantu kinerja para petani rumput laut dalam membuat membudidayakan dan mengolah rumput laut sehingga menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kecamatan Kuta Selatan adalah jenis Cotonii. Upaya membudidayakan rumput laut Cotonii. di Kecamatan Kuta Selatan sudah

dimulai sejak lama. Agar hasil panen yang dihasilkan mempunyai kualitas yang baik dapat digunakan cara – cara untuk mengembangkan rumput laut itu sendiri.

Pengembangan rumput laut yang baik hendaknya :

1. Perairan terlindung dari pengaruh angin kencang dan cuaca musiman yang buruk karena gelombang besar akan merusak tanaman.

(7)

2. Pasang air laut, cocok untuk budi daya rumput laut, berketinggian antara 30-60 cm.

3. Lahan dasar laut ada pada berbatukarang, berpasir dan campuran.

4. Lokasi yang baik adalah yang jauh dari air tawar.

Pemilihan bibit rumput laut yang baik meliputi 2 hal : 1. Bibit yang baik hendaknya bercabang banyak

2. Sebelum menanam bibit, bibit jangan kena minyak, kehujanan dan kekeringan.

Walaupun potensi budidaya rumput laut cukup menjanjikan, tetapi yang terjadi adalah pendapatan petani rumput laut bisa dikatakan cukup kecil. Pengetahuan petani juga masih dirasa kurang dalam membudidayakan rumput laut tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara simultan berpengaruh terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan?

2. Bagaimanakah pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan?

3. Variabel bebas manakah yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan?

(8)

1.3 Tujuan Penelitian

4) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara simultan terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.

5) Untuk mengetahui pengaruh luas lahan, jumlah biaya produksi, pelatihan dan jumlah tenaga kerja secara parsial terhadap pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.

6) Untuk mengetahui variabel yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani rumput laut di Kecamatan Kuta Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu, manfaat secara praktis dan teoritis.

1. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi petani rumput laut dalam mengelola serta mengembangankan potensi dari rumput laut yang ada di Kecamatan Kuta Selatan.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wahana dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan mengimplementasikannya dalam upaya peningkatan pendapatan petani rumput laut.

Referensi

Dokumen terkait

Bakso menjadi salah satu alternatif makanan cepat saji yang cukup populer dikalangan masyarakat Indonesia, baik itu dari kelas bawah sampai kelas atas sangat familiar dengan

semua mahasiswa yang belajar pasti lulus ujian Artinya: hanya mahasiswa yang belajar yang pasti lulus ujian, dan mahasiswa yang tidak belajar belum tentu lulus

Kebijakan hukum pidana terhadap perlindungan anak korban dari tindak pidana kekerasan fisik dalam rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam pasal 76c, bahwa pelaku

Berdasarkan hasil analisis serta penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan bahwa c orporate branding public relations hotel Grand Dafam Rohan

114 Berdasarkan hal-hal di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di Rumah Sakit

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum Cimenteng menggunakan air baku dari limpasan PLTA Lamajan dan Sungai Cisangkuy dengan kapasitas rata-rata pada tahun 1996 sebesar

sendiri merujuk pada pengertian komunitas yang berusaha mencintai Rosul (Muhammad) dengan cara memperbanyak bersholawat agar bisa membawa manfaat bagi kehidupan

Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang