• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PDAM KOTA BANDUNG DAN IPAM RENCANA CIMENTENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM PDAM KOTA BANDUNG DAN IPAM RENCANA CIMENTENG"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM PDAM KOTA BANDUNG

DAN IPAM RENCANA CIMENTENG

2.1. Gambaran Singkat Instalasi Pengolahan Air Minum Kota Bandung

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung bergerak di bidang pengelolaan air minum dan air kotor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup aspek sosial, kesehatan, dan pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut di atas, maka Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung bertujuan untuk :

• Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dalam memenuhi kebutuhan air minum di wilayah Kota Bandung.

• Memperoleh pendapatan yang wajar agar perusahaan mampu mengembangkan diri sesuai dengan fungsinya.

• Menyelenggarakan pemanfaatan umum yang dapat dirasakan oleh masyarakat

Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan dapat melakukan hubungan kerjasama dengan pihak lain yang berkepentingan serta tidak merugikan. Sesuai dengan pihak kedudukan dan tujuan perusahaan, aktivitasnya antara lain :

• Meneliti, merencanakan, membangun dan memelihara air, serta menjalankan operasi sumber-sumber air, pipa transmisi/distribusi, termasuk reservoir dan instalasi lainnya. • Mengkoordinir pembangunan instalasi air minum secara integral sejalan dengan

pelaksanaan pembangunan di Kota Bandung.

• Melaksanakan pengawasan efektif terhadap sambungan lainnya dan pemborosan dalam pemakaian air dan melakukan perbaikan, pengujian, dan kalibrasi meter air.

• Penyediaan dan menyalurkan air yang cukup kepada konsumen langganan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung serta pada tempat-tempat sistem penanggulangan kebakaran dan penyediaan air bersih untuk umum.

2.2. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung pada mulanya merupakan milik Belanda, didirikan pada tahun 1916 dengan nama Water Leiding Bednif (Perusahaan Air)

(2)

dan dikelola oleh Technische Dienst Afleding (DTA). Adapun sumber pendapatannya diperoleh melalui penjualan air bersih dengan jalan :

a. Penyadapan sumber-sumber air dari pegunungan disebelah utara Kota Bandung. b. Pengeboran sumur-sumur artesis pada tempat-tempat tertentu di dalam Kota.

Pada saat itu, kondisi yang ada antara lain: Luas wilayah : +2150 Ha

Jumlah penduduk : +70.000 jiwa Mata air : 9 buah

Debit air : +130 liter/detik Persen pelayanan : +80 %

Adapun perkembangan-perkembangan lainnya yang terjadi antara lain: 2.2 .1 Tahun 1940

Luas wilayah : +2150 Ha Mata air : 9 buah Sumur artesis : 11 buah

Debit air : +196 liter/detik Jumlah penduduk : +240.000 jiwa Persen pelayanan : +40 %

2.2.2 Tahun 1954

Pada saat ini, perusahaan berada di bawah Dinas Perusahaan dan disebut Dinas perusahaan bagian B (DPB).

Luas wilayah : +8098 Ha Mata air : 10 buah Sumur artesis : 11 buah

Debit air : +206 liter/detik Jumlah penduduk : +950.000 jiwa Persen pelayanan : +25 %

(3)

2.2.3 Tahun 1958

Pada saat ini mulai dibangun Pengolahan Air Minum di Jalan Badak Singa dengan sumber air bakunya dari Sungai Cisangkuy dengan produksi rata-ratanya +850 liter/detik yang mulai berfungsi pada tahun 1960.

2.2.4 Tahun 1960

Luas wilayah : +8098 Ha Mata air : 10 buah Sumur artesis : 11 buah

Debit air : +1044 liter/detik Jumlah penduduk : +960.000 jiwa Persen pelayanan : +25 %

Pada saat ini, kenaikan jumlah penduduk Kota Bandung cukup pesat, sehingga pada saat itu pelayanan air minum yang diberikan dirasa masih kurang.

2.2.5 Tahun 1967

Perusahaan mengalami perubahan organisasi lagi, perusahaan air minum kemudian berdiri sendiri dan disebut Dinas Teknik Penyehatan, termasuk di dalamnya bagian riel. Struktur organisasi ini berdasarkan Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 8364/64 tanggal 15 Juni 1967.

2.2.6 Tahun 1972

Dinas Teknik Penyehatan mengalami penyempurnaan pokok, yaitu penyediaan air minum dan membantu pemerintah daerah. Struktur organisasi ini berdasarkan kepada Surat Keputusan Walikota Bandung Nomor 9226/72 tanggal 1 Juni 1972. Pada perioda tahun 1972/1973, mulai diadakan studi kelayakan untuk meningkatkan pelayanan air minum Kota Bandung oleh konsultan dari Denmark (Nielsen Rus henberger Cowioonsult-NCR) yang dilanjutkan dengan perencanaan detail oleh Konsultan German Water Engineering GmbH-GWE dari Jerman Barat.

(4)

2.2.7 Tahun 1974

Berdasar Surat Keputusan Walikota No.17496/74 tertanggal 19 November 1974, maka mulai tanggal 16 Desember 1974 Dinas Teknik Penyehatan berubah status menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Hal ini dilakukan karena pengelolaan air bersih di Kota Bandung sudah waktunya diselenggarakan oleh suatu badan hukum otonom dengan status perusahaan daerah. Dengan demikian Perusahaan Daerah Air Minum sudah dapat mengurus kepentingannya sendiri keluar maupun kedalam terlepas dari organisasi pemerintah daerah.

2.2.8 Tahun 1980 s/d sekarang

Setelah studi kelayakan dan perencanaan detail pengembangan air Kota Bandung selesai, kemudian pengembangan fisik mulai dilakukan secara bertahap (2 tahap) dengan dana pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar US$ 11,5 juta (Loan 195-INOSF) dan kemudian ditambah lagi sebesar US$ 8 juta (Loan 401 SF). Disamping itu diperoleh pula dana dari Pemerintah Pusat sebesar Rp15,2 Milyar. Kondisi air minum Kota Bandung pada saat itu adalah:

Luas wilayah : +8098 Ha Mata air : 10 buah Sumur artesis : 11 buah Panjang pipa : +484.884 km Debit air : +1044 liter/detik Jumlah penduduk : +1.400.000 jiwa Jumlah pelanggan : 47.000

Prioritas pelayanan : +23.5 %

Hasil yang dicapai pada Proyek Tahap I (selesai pada awal tahun 1982) meliputi : a. Pembuatan 22 buah sumur produksi

b. Pembuatan 44 buah sumur observasi dan sumur pengetesan c. Pembuatan tiga buah bak penampungan air, yaitu :

- R.9 Cikutra berkapasitas 11.000 m³, melayani daerah Bandung Timur dengan debit +280 liter/detik

(5)

- R.10 Cipedes, berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Utara dengan debit +172 liter/detik

- R.11 Ledeng berkapasitas 3.000 m³, melayani daerah Bandung Barat dengan debit +172 liter/detik

d. Pengadaan dan pemasangan pipa trasmisi dan distribusi sepanjang +450 km, dengan diameter 80 m s/d 1000 m di seluruh daerah pelayanan ( Bandung Utara, Timur, Tengah/Selatan dan Barat ).

e. Pemasangan kran umum sebanyak +200 buah dan MCK +35 buah di daerah-daerah yang diperkirakan kurang mampu berlangganan dan/atau daerah yang belum memungkinkan untuk diberikan pelayanan langsung ke rumah-rumah.

f. Pengadaan 13.000 buah mata air.

Untuk Rencana Proyek Air Minum Tahap II, meliputi penambahan :

a. Sumber air yang berasal dari Sungai Cigulung ditampung di Reservoir Pakar dan Pengembangan Pengolahan Sungai Cisangkuy.

b. Debit sebesar +1.200 liter/detik

c. Pelayanan dengan target yang harus dicapai sampai akhir Pelita IV sebesar +75 % d. Penambahan Pelanggan 1.286.000 orang

Untuk kondisi air minum Kota Bandung pada saat ini adalah: Debit air : +2.400 l/detik

Jumlah penduduk : + 2.058.112 jiwa Jumlah pelanggan : 124.484

Persen pelayanan : +60 %

Kebutuhan air minum diperoleh dari penjernihan air Sungai Cisangkuy dan Sungai Cikapundung serta beberapa mata air dan sumur bor, yaitu air permukaan, mata air dan air tanah.

2.3. Kegiatan Usaha Perusahaan 2.3.1 Tugas Perusahaan

Tugas pokok Perusahaan Daerah Air Minum Kota Bandung adalah bergerak dalam bidang pengelolaan air bersih dan melayani sarana pembuangan air kotor (domestik) baik secara

(6)

langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mencakup aspek sosial, kesehatan dan pelayanan umum.

2.3.2 Fungsi Perusahaan

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, PDAM Kota Bandung menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut :

a. Melaksanakan pelayanan umum/jasa kepada masyarakat konsumen dan penyediaan air bersih dan sarana air kotor.

b. Memupuk pendapatan untuk membiayai kelangsungan hidup perusahaan pembangunan daerah.

2.4. Visi dan Misi Perusahaan 2.4.1 Visi

Terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan kuantitas, kontinuitas serta kualitas air bersih dan pelayanan air kotor dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam wadah perusahaan yang sehat yang didukung oleh pegawai yang propesional memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi.

2.4.2 Misi

a. Meningkatkan pelayanan air bersih dan air kotor yang merata diseluruh wilayah pelayanan;

b. Meningkatkan kinerja perusahaan dan kualitas SDM;

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan air bersih dan air kotor.

2.5. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung berdasarkan susunan organisasi:

(7)

A. Badan Pengawas

Badan Pengawas merupakan badan tertinggi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung yang terdiri dari tenaga-tenaga dibidangnya diluar perusahaan. Badan ini diangkat oleh Bupati/Walikota Kepala Daerah melalui Surat Keputusan dan merupakan satu-satunya badan yang menghubungkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung dengan Pemerintahan Daerah.

B. Direksi Utama selaku Pimpinan

Direktur Utama bertanggung jawab atas kelancaran opersi perusahaan secara keseluruhan serta terlaksananya secara efisien.

C. Pembantu Pimpinan, yang terdiri dari: a. Direktur Umum

Direktur Umum membawahi 6 bagian, yaitu: 1. Bagian Keuangan, terdiri dari:

• Sie. Kas • Sie. Penagihan

• Sie. Pemegang Rekening 2. Bagian Pembukuan, terdiri dari:

• Sie. Pembukuan Umum • Sie. Pembukuan Biaya • Sie. Anggaran

3. Bagian Hubungan Langganan, terdiri dari: • Sie. Langganan Air Bersih

• Sie. Pencatat Meter • Sie. Pengaduan

• Sie. Pelayanan Air Tangki / MCK

4. Bagian Perbekalan dan Perawatan, terdiri dari: • Sie. Pengadaan

• Sie. Gudang • Sie. Perawatan • Sie. Pool Perawatan

(8)

5. Bagian Tata Usaha dan Personalia, terdiri dari: • Sie. Tata Usaha

• Sie. Humas dan Protokol • Sie. Personalia

• Sie. Diklat dan Pengembangan Karier 6. Bagian Pengolahan Data, terdiri dari:

• Sie. Pemeriksaan Data • Sie. Pengolahan Data

• Sie. Sistem Analis dan Program b. Direktur Air Bersih

Direktur Air Bersih membawahi lima bagian yaitu: 1. Bagian Perencanaan Teknik Air Bersih terdiri dari:

• Sie. Perencanaan

• Sie. Pengendaliaan Kontruksi • Sie. Dokumentasi

2. Bagian Produksi Air Permukiman terdiri dari: • Sie. Sumber Air Cikalong

• Sie. Pengolahan Badaksinga • Sie. Pengolahaaan Cibeureum • Sie. Loboratorium

3. Bagian Produksi Air Tanah terdiri dari: • Sie. Pengolahan Cikutra

• Sie. Pengolahan Cipedes • Sie. Pengolahan Ledeng • Sie. Laboratorium

4. Bagian Distribusi terdiri dari: • Sie. Distribusi Wilayah Barat • Sie. Distribusi Wilayah Utara

• Sie. Distribusi wilayah Tengah/Selatan • Sie. Pelayanan Gangguan

• Sie. Bengkel Perpipaan

5. Bagian Alat teknik dan Meter Air terdiri dari:

(9)

• Sie. Meter Air Wilayah Barat • Sie. Meter Air Wilayah Timur • Sie. Meter Air Wilayah Utara

• Sie. Meter Air Wilaayah Tengah/Selatan • Sie. Penutupan

• Sie. Bengkel Peneraan c. Direktur Air Kotor,

Direktur Air Kotor, membawahi empat bagian: 1. Bagian Perencanaan Teknik Air Kotor terdiri dari:

• Sie. Perencanaan

• Sie. Pengedalian Kontruksi • Sie. Dokumentasi

2. Bagian Pengolahan Air Kotor terdiri dari: • Sie. Instalasi

• Sie. Pengendalian Kualitas

3. Bagian Operasional Air Kotor terdiri dari: • Sie. Operasi Wilayah Barat

• Sie. Operasi Wilayah Timur • Sie. Operasi Wilayah Utara

• Sie. Operasi Wilayah Tengah/Selatan • Sie. Operasi Umum Air Kotor

4. Bagian Pemeliharaan Alat Teknik terdiri dari: • Sie. Pemeliharaan

• Sie. Pemeliharaan Air Kotor D. Satuan Pengawas Intern terdiri dari:

a. Pemeriksaan Bidang Keuangan b. Pemeriksaan Bidang Operasional c. Pemeriksaan Bidang Bangunan d. Pemeriksaan Bidang Umum

E. Penelitian dan Pengembangan terdiri dari: a. Penelitian Bidang Umum

b. Penelitian Bidang Teknik

(10)

F. Unit Pengamanan terdiri dari: a. Sie. Satuan Pengamanan Dalam b. Sie. Satuan Pengamanan Luar

Dalam struktur organisasi PDAM Kota Bandung, Direktur Utama bertanggung jawab kepada Badan Pengawas, yang berasal dari unsur-unsur Pemerintah Daerah beranggotakan 7 orang, yaitu:

1. Ketua : Walikota Bandung 2. Wakil Ketua : Sekretaris Kota Bandung 3. Anggota :

a. Kepala Inspektur Wilayah Kota Bandung b. Asisten sekretaris Kota Bandung

c. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandung d. Kepala Kesehatan Kota Bandung

e. Unsur Bank Indonesia

2.6. IPAM Rencana Cimenteng

Kota Bandung memiliki 6 Instalasi Pengolahan Air Minum yang masih tetap difungsikan hingga saat ini. Keenam instalasi tersebut adalah Instalasi Pengolahan Air Minum di Badaksinga dan Dago Pakar, serta Instalasi Pengolahan Mini di Dago Pakar, Cibeureum, Cipanjalu serta Cirateun. Sedangkan, produksi sumber mata air dan air tanah kini sudah jauh berkurang, sehingga tidak bisa diharapkan untuk melayani kebutuhan air minum Kota Bandung. Pada umumnya penyediaan air minum Kota Bandung dilayani oleh 2 Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) dengan kapasitas yang cukup besar yaitu di Badaksinga dan Dago Pakar.

Daerah perencanaan di Bandung Selatan mendapatkan suplai air bersih dari IPAM BadakSinga. Namun, dikarenakan kebutuhan yang cukup tinggi pada tahun yang akan datang, maka PDAM Kota Bandung merencanakan pembangunan IPAM baru di daerah Cimenteng, Kabupaten Banjaran, 70 km barat daya Kota Bandung. Air bersih dari IPAM Cimenteng akan langsung didistribusikan untuk daerah perencanaan.

(11)

2.6.1 Sumber Air Baku Air Minum

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum Cimenteng menggunakan air baku dari limpasan PLTA Lamajan dan Sungai Cisangkuy dengan kapasitas rata-rata pada tahun 1996 sebesar 10.000 L/detik, yang merupakan anak sungai utama dari Sungai Citarum.

Program peningkatan air baku akan dilakukan dengan mengalirkan Sungai Cilaki langsung ke Sungai Cisangkuy sehingga menambah debit aliran sebesar 700-800 L/detik. Begitu pula dengan rencana pembangunan Waduk Santosa yang terletak di hulu S. Cilaki yang akan menambah aliran debit ke S. Cisangkuy sebesar 700-800 L/det (Dewi, 2005).

Peningkatan debit aliran yang masuk ke Sungai Cisangkuy tersebut dapat digunakan sebagai tambahan debit air baku pada Instalasi Pengolahan Air Minum Rencana di Cimenteng, Kabupaten Banjaran.

1. Kuantitas Air Baku

Untuk menentukan ketersediaan debit Sungai Cisangkuy maka perlu dilakukan analisa fluktuasi debit. Fluktuasi debit rata-rata Sungai Cisangkuy di Cikalong ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

0 2 4 6 8 10 12 14 0 5 10 15 Bulan ke-D e bi t (m 3 /d e ti k ) Debit rata-rata Sumber : Dewi, 2005

Gambar 2.1 Fluktuasi Debit Rata-Rata Bulanan S. Cisangkuy

Selain analisa fluktuasi, untuk mengetahui ketersediaan debit air selama periode perencanaan perlu diketahui potensi air Sungai Cisangkuy. Aliran kritis Sungai Cisangkuy selama beberapa periode ulang ditunjukkan oleh Tabel 2.1.

(12)

Tabel 2.1 Aliran Kritis Sungai Cisangkuy Aliran Kritis Bulanan (L/det) Periode Ulang

Cikalong Malabar Gabungan 5 10 20 50 1550 1280 1057 806 1287 1177 1081 968 2837 2457 2138 1774 Sumber : Dewi, 2005

Aliran kritis merupakan aliran terendah yang menjadi peluang untuk terjadinya kekeringan bila air sejumlah debit aliran kritis diambil dari sungai. Untuk penyediaan air minum biasanya digunakan periode ulang sebesar 20 tahun. Berdasarkan Tabel 2.1 diketahui bahwa aliran kritis dari Sungai Cisangkuy untuk periode ulang 20 tahun (di Cikalong) adalah 1057 L/det. Untuk mengantisipasi kekurangan air tersebut akan dilakukan penambahan kuantitas air baku dengan adanya rencana pemanfaatan limpasan PLTA Lamajan.

Di sub DAS Cisangkuy terdapat dua buah waduk yaitu Situ Cileunca dan Situ Panunjang. Di hilir kedua waduk tersebut terdapat tiga pembangkit listrik yaitu PLTA Plengan, Lamajan dan Cikalong. Karakteristik PLTA tersebut ditunjukkan oleh Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Karakteristik PLTA di Sungai Cisangkuy PLTA Awal Operasi

(Tahun) Total Head Kapasitas Turbin Plengan Lamajan Cikalong 1922 1925 1960 89,6 220,5 143,5 5,15 MW 19,20 MW 19,20 MW 7,6 m3/detik 11,7 m3/detik 16,6 m3/detik Sumber : Dewi, 2005

Sungai Cisangkuy merupakan bagian dari DAS Citarum yang memiliki hulu di Pangalengan dan berakhir di Sungai Citarum. Di sub DAS ini, curah hujan antara 2600-4300 mm. Di bagian selatan berbatasan dengan sub DAS Cilaki dan Cibatarua. Di sekitar hulu Sungai Cisangkuy tidak terdapat kegiatan yang berdampak pencemaran sehingga secara kualitatif sungai ini dapat digunakan. Hingga tahun 2004, Sungai Cisangkuy telah digunakan untuk irigasi pertanian oleh masyarakat, penyediaan air minum oleh Kota dan Kabupaten Bandung serta penyediaan listrik. Skema aliran Sungai Cisangkuy adalah sebagai berikut : ( Dewi, 2005)

(13)

Gambar 2.2 Skema Aliran Sungai Cisangkuy

2. Kualitas Air Baku

Dari hasil pengukuran kualitas air baku dan analisisnya pada Cikalong ditunjukkan oleh Tabel 2.3. Sedangkan analisis data sekunder yang diperoleh dari PDAM Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.4. Analisis air baku yang

(14)

dilakukan berdasarkan baku mutu PP No. 82 tahun 2001 (Kelas I). Analisis kualitas air baku di Cikalong dianggap representatif dengan air di lokasi intake Lamajan.

Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Kualitas Air Baku

Hasil Analisis Air Baku Parameter Satuan Musin

Hujan

Musim Kemarau

Baku

Mutu Analisis

Fisik Bau - Berbau Tidak berbau - -

Warna TCU 30 koloid 20 - -

TDS mg/L 37,9 36,9 1000 Memenuhi

TSS mg/L 86 76 50 Tidak

Kekeruhan NTU 22,5 41,5 - -

Rasa - Tidak

berasa Tidak berasa

Tidak berasa Memenuhi Suhu oC 25 25 Deviasi 3 - DHL μS/cm 80,5 79 - - Kimia pH 6,99 6,62 6,9 Memenuhi BOD mg/L 22,4 21,8 2,0 Tidak COD mg/L 62,92 50,7 10 Tidak Nitrat, sebagai N mg/L 1,118 3,472 10 Memenuhi Nitrit, sebagai N mg/L 0,081 3,207 0,06 Tidak Besi mg/L 2,12 1,35 0,3 Tidak MBAS mg/L 0,00 0,00 0,2 Memenuhi Klorin Bebas (Cl2) mg/L 0,00 0,02 0,03 Memenuhi Mangan mg/L 0,06 0,02 0,1 Memenuhi Sulfat mg/L 6,8 19 400 Memenuhi Amonia mg/L 0,00 0,00 0,5 Memenuhi Bikarbonat mg/L 48,8 26,8 - - Kalsium oG 2,55 2,22 - - CO2 agresif mg/L 8 3,6 - - Sumber : Dewi,2005 II-14

(15)

Tabel 2.4 Analisis Data Sekunder oleh PDAM Kota Bandung Hasil Analisis Data Sekunder Parameter Satuan Baku

Mutu Okt 2003 Nov 2003 Des 2003 Analisis

pH 6-9 7,1 6,8 7,1 Memenuhi TDS mg/L 1000 48 46 48 Memenuhi DHL μS/cm - 101,9 97,2 101,9 Turbiditas NTU - 59 2,4 15,8 CO2 mg/L 11,8 7,92 7,92 HCO3- mg/L - 92,23 49,41 43,37 Kesadahan Total mg/L 22,98 22,98 24,13 Ca mg/L 10,67 10,67 4,92 Cl mg/L 600 10,54 24,6 73,8 Memenuhi Zat Organik mg/L 3,29 8,35 2,7 Fe mg/L 0,3 0,71 0,62 0 Tidak Mn mg/L 0,1 0,1 0,1 0,1 Tidak NH4 mg/L 0,5 0,17 0,31 0,27 Memenuhi NO2 mg/L 0,06 0,026 0,026 0,05 Memenuhi NO3 mg/L 10 0,25 0,25 0,5 Memenuhi CO2 agresif mg/L 11,38 7,42 7,42 Sumber : Dewi,2005 3. Lokasi Intake

Intake merupakan bangunan/alat yang digunakan untuk mengambil air dari sumbernya untuk keperluan pengolahan dan penyediaan air minum. Dalam menentukan lokasi intake dengan sumber air sungai maka perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu :

− Kualitas air dan kemungkinan perubahan yang terjadi − Kuantitas air

− Minimasi efek-efek negatif

− Memiliki akses yang baik untuk perawatan dan perbaikan − Memungkinkan pertambahan fasilitas di masa mendatang − Efek terhadap kehidupan akuatik yang ada

− Kondisi geologis yang baik

(16)

Berdasarkan pertimbangan di atas dan kondisi aliran Sungai Cisangkuy maka ditetapkan lokasi intake adalah di Lamajan dengan ketinggian + 1000 m di atas permukaan laut. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan dari segi kontinuitas, segi hidrolis, dan segi teknik pelaksanaan.

PLTA Lamajan

Bendung Lamajan S. Cisangkuy

Intake Lamajan

Gambar 2.3 Skema Intake di Lamajan

2.6.2 Instalasi Pengolahan

Oleh karena memiliki sumber air baku yang hampir sama, baik secara kuantitas maupun kualitas, maka Instalasi Pengolahan Air Minum Cimenteng direncanakan dibangun seperti desain IPAM Cikalong yang terdiri dari : (Dewi,2005)

a. Koagulasi

Air baku yang sampai masuk ke dalam bak koagulasi dan pada bak ini ditambahkan koagulan PAC (bahan kimia penjernih/Poly Alumunium Chloride) sambil diaduk dengan kecepatan tinggi agar koagulan yang dibubuhkan tercampur homogen. Proses koagulasi yang terjadi yaitu koagulasi hidrolis.

b. Flokulasi

Flokulasi yang digunakan yaitu flokulasi tipe hidrolis atas dan bawah (over and under baffle flocculator). Dalam proses ini diharapkan koloid (bermuatan negatif) saling mengikat dengan koagulan (bermuatan positif) sehingga membentuk suatu ikatan yang dinamakan “flok”. Flok-flok tersebut semakin lama semakin membesar, yang memungkinkan flok-flok terendapkan di bak sedimentasi.

(17)

c. Sedimentasi

Dari bak flokulasi, air mengalir ke bak sedimentasi dimana air diklarifikasi. Sedimentasi yang digunakan yaitu sistem pemisah lamellae arus berlawanan. Air yang terflokulasi mengalir dari bawah ke atas antara lamellae dan dikeluarkan lewat celah-V kedalam saluran untuk air yang telah diklarifikasi. Flok-flok akan mengendap di atas lamellae dan bergerak ke bawah oleh kekuatan gravitasi dan selanjutnya akan terkumpul didalam pengumpul endapan yang berbentuk konis di bawah lamellae. Endapan lumpur dibuang dengan membuka valve-valve penguras lumpur secara manual secara bergantian setiap delapan jam sekali. Jika aliran endapan yang dibuang sudah terlihat jernih, valve ditutup.

d. Filtrasi

Setelah melalui unit sedimentasi, air dialirkan ke unit filtrasi yang berjumlah delapan unit. Filter yang dipakai yaitu filter media ganda (pasir-anthrasit) dengan ketinggian air supernatan yang tetap. Filter-filter tersebut akan dicuci dengan urutan tertentu berdasarkan waktu. Pencucian dilakukan dengan udara dan air secara berurutan, dilakukan dengan blower dan pompa-pompa air.

e. Desinfeksi

Air yang keluar dari proses filtrasi didesinfeksi dengan pembubuhan desinfektan kaporit dan kapur dengan dosis 1-2 mg/L.

f. Reservoir

Air yang keluar dari proses desinfeksi merupakan air produksi yang telah siap didistribusikan kepada konsumen dan ditampung dalam reservoir. Pengaturan pH menggunakan kapur, namun saat ini proses tersebut tidak dilakukan.

(18)

Kapur Intake Lamajan Transmisi Bak Penenang Filtrasi Sedimentasi Desinfeksi Koagulasi Reservoir Flokulasi Distribusi Kolam lumpur Kaporit Alum Kolam lumpur Pra Sedimentasi

Gambar 2.4 Rencana Skema IPAM Cimenteng

Gambar

Gambar 2.1 Fluktuasi Debit Rata-Rata Bulanan S. Cisangkuy
Gambar 2.2 Skema Aliran Sungai Cisangkuy
Gambar 2.3 Skema Intake di Lamajan
Gambar 2.4 Rencana Skema IPAM Cimenteng

Referensi

Dokumen terkait

This research is then conducted to find out the English teachers’ mastery in TOEFL Prediction in listening comprehension, structure and written expression, and reading

Menurut Iskandar Indranata dalam buku Audit Mutu Internal bahwa: “Dalam perspektif ISO 9001:2000, audit mutu internal bertujuan untuk memastikan kegiatan system manajemen mutu

Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada cara dan pandangan yang Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan pada cara

Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules- mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:1) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap kesulitan belajar ekonomi pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

Selain itu, mungkin pula tanah mengalami keracunan aluminium (Al) dan Mangan (Mn) yang dapat menurunkan efisiensi penggunaan pupuk... Metode yang cocok untuk

Gambar 11 Kontur tegangan beton pondasi telapak (3D) Dari perhitungan settlement, cerucuk dibutuhkan di pada tanah lunak dimana perletakan struktur rumah tersebut

Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan di saat penulis