• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan seseorang untuk berkomunikasi adalah untuk menyampaikan pesan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tujuan seseorang untuk berkomunikasi adalah untuk menyampaikan pesan yang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat untuk komunikasi oleh masyarakat untuk bersosialisasi. Menurut Gorys (1997) bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.

Tujuan seseorang untuk berkomunikasi adalah untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dan dan menjalin hubungan sosial yang baik antar masyarakat.

Dalam penyampaian pesan tersebut biasanya menggunakan bahasa verbal baik lisan maupun tulisan atau nonverbal pembicara atau lawan bicara. Tujuan komunikasi adalah untuk menjalin hubungan baik dengan seseorang dengan menggunakan ungkapan sopan santun agar pesan tersampaikan dengan baik.

Baik bahasa lisan maupun bahasa tulis juga sama-sama memiliki fungsi sebagai alat berkomunikasi, penyampai rasa santun, penyampain rasa keakraban dan hormat, alat pengenalan diri, penyampai rasa solidaritas, alat penopang kemandirian bangsa, alat penyalur uneg-uneg, dan sebagai cermin peradapan bangsa (Poedjosoedarmo, 2003:167). Tujuan dan fungsi bahasa yang telah disebutkan, pada dasarnya tujuan dan fungsi bahasa selalu berhubungan dengan konteks dan makna yang terkandung di dalamnya.

Ketidaksantuan berbahasa berkaitan dengan penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak sesuai dengan tata krama. Selain itu, ketidaksantunan berbahasa diartikan sebagai perilaku yang tidak memanfaatkan strategi-strategi kesantunan seperti yang diharapkan sehingga ujaran yang dihasilkan dapat diinterpretasikan bersifat konfrontasional secara sengaja atau secara negatif. Ketidaksantunan juga

(2)

diartikan sebagai perilaku dalam komunikasi yang menyebabkan petutur kehilangan muka atau petutur merasa kehilangan muka (Pramujiono, 2012).

Ketidaksantunan yang menyebabkan kehilangan muka tersebut dapat terjadi karena adanya pertentangan dan konflik kepentingan. Ketika seseorang berusaha mempertahankan nilai-nilai sosial positif yang diyakininya dari ancaman atau tekanan orang lain, hal ini dapat memunculkan reaksi yang menyebabkan orang kehilangan muka (Culpeper, dalam Zain 2019:122).

Dalam media sosial seperti instagram, facebook, twitter dan lain-lain diketahui terdapat banyak kalimat (bahasa) yang diujarkan menyalahi aturan kesantunan berbahasa. Hal ini dibuktikan dengan bahasa yang digunakan kurang santun dalam menggunakan media sosial ditambahi dengan gambar-gambar yang dramatis untuk mendukung adanya verbal bullying terhadap seseorang atau peristiwa yang sedang hangat diperbicangkan di media sosial. Maksud dari verbal bullying adalah bentuk penindasan yang paling umum digunakan. Penindasan verbal biasanya berupa hinaan, celaan ataupun fitnah. Verbal bullying ini biasanya bertujuan untuk merendahkan harga diri korbannya dan sangat sulit untuk diketahui tanda-tandanya karena tidak ada tanda fisik yang terlihat.

Media sosial adalah alat komunikasi untuk menyebarkan pesan melalui interaksi sosial dengan menggunakan teknik publikasi dengan skala besar dan luas tanpa adanya batasan waktu dan jarak. Dengan adanya media sosial, pergaulan tidak hanya sebatas pada pergaulan sosial, namun telah berkembang menjadi sarana informasi, komunikasi, interaksi, dan promosi pada era digital.

Media sosial juga dapat menambah teman atau pergaulan di dunia maya. Semakin bertambahnya kemampuan intelektual dan inovasi perkembangan teknologi dalam

(3)

bentuk fenomena era digital, maka dari itu lahirlah berbagai jenis media sosial yang tumbuh menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat modern.

Instagram sebagai salah satu media sosial yang saat ini digemari masyarakat khususnya dikalangan anak muda yang memakai media sosial dikehidupan sehari-harinya. Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto, cerita keseharian dan menerapkan filter digital kemudian membagikannya.

Perkembangan dunia media sosial instagram saat ini tengah diramaikan dengan munculnya berbagai akun yang memberikan informasi terkini yang menyoroti hidup para publik figure.

Sebuah media sosial instagram di angkat dari realita kehidupan manusia sehari-hari yang disampaikan melalui foto dan tulisan dengan cara yang berbeda- beda oleh setiap pengguna. Penulisan komentar dalam media sosial instagram juga memberikan hal yang berbeda dengan penggambaran situasi pragmatik para pengguna dengan berbagai macam karakter serta gaya bahasa unik yang disampaikan dalam diri masing-masing pengguna instagram yang terdapat dalam kolom komentar. Peneliti memilih Instagram sebagai obyek penelitian karena dalam akun Instagram, banyak ditemui ragam jenis bahasa dalam berkomunikasi.

Bahasa dalam media sosial banyak menggunakan bahasa-bahasa yang kurang baik dan sopan. Banyak bahasa yang digunakan oleh pengguna media sosial dengan bahasa keseharian pergaulan, sehingga Bahasa dalam komunikasi tersebut ditulis menggunakan bahasa yang tidak baku.

Peneliti memfokuskan penelitian ketidaksantunan berbahasa yang digunakan dalam akun Instagram yaitu “dr.tirta”. Karena pada akun tersebut memiliki 2,1 juta pengikut dan terdapat banyak foto dan video yang dapat memicu

(4)

komentar-komentar yang mengandung ketidaksantunan berbahasa. Banyak netizen yang bertutur secara santun terhadap penyebaran dan pengantisipasian Covid 19, tetapi juga banyak tuturan netizen yang melanggar kesantunan berbahasa di kolom komentar akun dr.tirta. Hal itu mereka lakukan dengan tidak sungkan untuk berkata kasar dan bersikap tidak santun dalam berkomentar di Instagram.

Coronavirus merupakan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Covid-19 menjadi sebuah virus yang menggemparkan dunia di awal tahun 2020 ini. Sebuah penyakit yang kemudian menjadikan banyak hal menjadi tidak biasa dalam kehidupan manusia. Semua orang seakan menghadapi sebuah wabah yang mengerikan dan mengancam nyawa setiap manusia yang dihinggapi oleh Covid-19. Virus yang berasal dari Wuhan Cina ini menyebar dengan cepat hampir di seluruh dunia, termasuk indonesia. Covid-19 secara tidak langsung memberikan pengaruh diseluruh bidang pergerakan masyarakat, dari pembatasan aktivitas pribadi, hingga aktifitas sosial berskala besar.

Peneliti menggunakan media sosial sebagai bahan penelitian. Hal tersebut karena media sosial khususnya instagram sangat erat dengan kehidupan milenial informal sehingga dinamika kebahasaannya juga lebih terbuka. Keterbukaan dapat menghadirkan fenomena kebahasaan yang baru sehingga dapat memperkaya ilmu kebahasaan.

(5)

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini mengenai ketidaksantunan berbahasa pada media sosial instagram, yang terkait dengan dukungan atau sebaliknya terhadap upaya penyebaran dan pengantisipasian Covid 19. Mereka yang menggunakan medsos menyalahgunakan pemakaian instagram untuk melakukan ketidaksantuanan berbahasa dengan berkomentar menyalahi kesantunan berbahasa. Ketidaksantunan berbahasa tersebut disebabkan karena kurang pahamnya mereka tentang covid 19 yang masih dianggap remeh di Indonesia yang kecewa dengan kurang tanggapnya pemerintah dalam penanganan covid 19 yang di lontarkan mereka di Instagram tersebut dengan berbagai celotehan-celotehan yang tidak santun. Adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca agar generasi muda Indonesia dapat menggunakan prinsip kesantunan berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku.

Ketidaksantunan berbahasa termasuk dalam kajian pragmatik, artinya ketidaksantunan berbahasa tersebut akan ditelaah berdasarkan teori-teori pragmatik yang sifatnya signifikan. Ketidaksantunan berbahasa ialah tindak tutur yang tidak baik, dapat terjadinya kesalahpahaman, serta akan menyebabkan perkelahian antar penutur. Ketidaksantunan berbahasa terjadi saat perilaku tutur melakukan kesembronoan, memain-mainkan muka, melecehkan muka, mengancam muka, dan menghilangkan muka yang dapat membuat pendengar atau pembacanya merasa tidak nyaman (Rahardi, dkk 2018:95). Dalam melakukan tindak tutur tentu akan menghasilkan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ialah berlangsungnya interaksi tutur yang dapat dipahami apabila tuturan itu sesuai dengan konteks dan situasi tertentu.

(6)

Peneliti sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu sebagai berikut.

Pertama, telah dilakukan oleh Mey Jayanti (2019) dengan judul Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Teks di Media Sosial dengan hasil penelitian berupa tindak pengancaman muka negatif pada tuturan teks media sosial yaitu ungkapan yang tidak sopan, ungkapan emosi dan ungkapan ketidakkesetujuan.

Hasil pada strategi kesantunan dalam tuturan pada teks media media sosial dan bentuk pelanggaran tindak pengancaman positif yaitu ungkapan emosi, ungkapan ketidaksetujuan, ungkapan emosi dan ungkapan tidak sopan. Penelitian ini menggunakan teori Brown and Levinson.

Kedua, telah dilakukan oleh Anandika Panca Nugraha (2017) dengan judul Analisis Ketidaksantunan dalam Perang Kicauan AntarKubu Calon Presiden Amerika Serikat pada Pilpres 2016 dengan hasil bentuk ketidaksantunan serta pelanggaran terhadap maksim kesantunan dalam perang kicauan di Twitter anatar kubu calon presiden Amerika Serikat dan Donald Trump dan Hillary Clinton dengan menggunakan teori maksim kesantunan oleh Leech. Ditemukan dalam penelitian ini bahwa kubu Donald Trump menggunakan bentuk ketidaksantunan negatif dan sarkasme. Sedangkan kubu Hullary menerapkan ketidaksntunan negatif saja.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah penelitian ini berfokus pada bentuk, makna dan konteks penggunaan ketidaksantunan tuturan netizen di Instagram pada fenomena Covid 19. Penelitian ini menjelaskan informasi tentang kajian ketidaksantunan tuturan netizen di Instagram pada fenomena Covid19. Hal tersebut dilakukan karena banyak ditemukan ketidaksantunan tuturan dalam media sosial yang menjadikan menurunnya

(7)

pendidikan karakter. Penelitian ini dilakukan untuk mengedukasi masyarakat mengenai ketidaksantunan tuturan. Oleh karena itu, penelitian ini diberikan judul

“Ketidaksantunan Tuturan Netizen di Instagram pada Fenomena Covid 19”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk ketidaksantunan tuturan netizen di instagram terhadap fenomena covid 19?

2) Bagaimana makna ketidaksantunan tuturan netizen di Instagram terhadap fenomena Covid 19?

3) Bagaimana konteks ketidaksantunan tuturan netizen di instagram terhadap fenomena covid 19?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian yang hendak dicapai sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bentuk ketidakantunan tuturan komentar netizen di instagram terhadap fenomena Covid 19

2. Mendeskripsikan makna ketidaksantunan tuturan netizen di Instagram terhadap fenomena Covid 19

3. Mendeskripsikan konteks ketidaksantunan tuturan netizen di instagram terhadap fenomena Covid 19

(8)

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1) Manfaat teoritis

Manfaaat penelitian ini dalam pengembangan keilmuan diharapkan dapat menambah kekayaan penelitian terhadap pengembangan ilmu pragmatik. Terutama kajian bahasa. Di samping itu, dengan melihat fitur- fitur bentuk kebahasaan di media sosial melalui kacamata teori ketidaksantunan berbahasa. Diharapkan menjadi hal yang nantinya dapat lebih dikembangkan dalam penelitian berikutnya.

2) Manfaat praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini berguna untuk memberikan pengetahuan dan wawasan baru kepada pembaca mengenai ketidaksantunan berbahasa yang ada pada komentar akun instagram, sehingga mungkin dapat menjadi pembelajaran dikemudian hari. Selain itu, diharapkan peneliti menjadi acuan bagi peneliti pragmatik lain yang berminat dalam bidang kebahasaan.

1.5 Definisi Operasional

Berdasarkan rumusan masalah tersebut definisi operasional penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Menurut Pranowo (2012: 14-15) Ketidaksantunan Berbahasa adalah penggunaan bahasa dan pemilihan kata yang tidak baik dan tidak sesuai dengan norma-norma kesantunan berbahasa.

(9)

2. Menurut Kusmayadi (2007: 48) Bentuk ketidaksantunan berbahasa adalah satuan kebahasaaan yang mengandung makna tidak santun berbahasa yang dinyatakan dalam kata, frasa,atau kalimat.

3. Yule (2006:3) Makna ketidaksantunan ialah maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur dalam mengucapkan tidak santun. Makna dari ketidaksantunan yang disampaikan oleh penutur dalam penelitian ini ialah mengumpat, memfitnah,berharap tidak baik, menyindir orang lain dengan menggunakan kata-kata yang kasar.

4. Menurut Djajasudarma (2012:25-27) Konteks tuturan adalah sarana pemerjelas penutur dalam menyampaikan ketidaksantunan berbahasa.

5. Netizen ialah warganet yang aktif bermedia sosial baik pengunggah status ataupun yang ikut berkomentar .

6. Media Sosial

Mediaj sosial adalah sarana bagi konsumen untuk berbagai informasi teks, gambar, video, dan audio dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya.

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru sebagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar siswa mendapat perhatian yang khusus. Kesiapan guru dalam

Jenis katak yang ada di TNGGP dimungkinkan masih banyak yang belum teridentifikasi (TNGGP, 2009), oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

Kondisi yang sama ditemukan pada ikan Micropogonias furnieri di Teluk Sepetiba, Rio de Janeiro (Vicentini & Araujo, 2003), namun fakta berbeda ditemukan pada ikan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Program Simulasi Eksperimen Difraksi

Keputusan ini sebagai Instruktur Pendidikan dan Latihan profesi Guru (PLPG) Tahap II Prryram Setifikasi Guru dalam labatan tahun 2014 yang dilaksanakan pada Rayon

2.5.2 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bulan Mei 2015 Pada Bulan Mei 2015, beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan

Analisis beban bertujuan untuk mengetahui jumlah daya elektrik yang diperlukan sesuai dengan jumlah beban yang ada pada taman dan lama pemakaiannya seperti yang

2.1.2.b Dokumen produksi kayu (LHP) M Bahwa pada periode audit sertifikasi bulan Desember 2019 s/d bulan November 2020, PT Anugerah Energitama tidak terdapat membuat/menerbitkan