• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Key words: Level of education, income, number of household members, knowledge, attitude and behavior of the action of life clean and healthy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRACT. Key words: Level of education, income, number of household members, knowledge, attitude and behavior of the action of life clean and healthy"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA TATANAN RUMAH TANGGA

DI DESA AENG BATU-BATU KECAMATAN GALESONG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Wilhelmus Nong Baba

Prodi S1 Keperawatan_Ners Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Maumere, Jln. Kesehatan No.03 Maumere - Flores Nusa Tenggara Timur

Email: [email protected]

ABSTRACT

Clean and healthy life behavior is a set of behaviors that are practiced on the basis of awareness and play an active role in realizing the health of the community. Based on the above is done research to find out factors related to clean and healthy life behavior in terms of knowledge, attitude and action.

The purpose of research to know related factors analysis of health and clean behaviors in the household arrangement village Aeng Batu-Batu North Galesong Takalar

The benefits of this research are expected to realize a healthy society in the behavior of clean and healthy living.

The type of research is analytical cross sectional study with sampleof 63 respondent at Bontorita, Jonggobatu, Taman Pandang, Karama and Ujung Kassi.

The result of statistical analysis of pearson chi-square test concluded that there is no significant correlation between educational level with clean and healthy life behavior with p value 0.867>0.05, no significant correlation between income with clean and healthy life behavior with p value 0.736>0.05, no significant correlation between number of household members with clean and healthy life behavior with p value 0.140>0.05, no significant correlation relationship between knowledge and clean and healthy life behavior with p value (0.056>0.05), a significant correlation between attitude and behavior of clean and healthy life with p value (0.000<0.05) and a significant correlation between the action and the behavior of clean and healthy life with p value (0.007<0.05).

Key words: Level of education, income, number of household members, knowledge, attitude and behavior of the action of life clean and healthy

LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia, serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia. Indeks pembangunan manusi adalah indeks yang

mengukur pencapaian keseluruhan negara.

Pencapaian ini meliputi 3 indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan, dan kemampuan ekonomi masyarakat.

Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacu produktifitas kinerja masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan

(2)

2 masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia (Dinkes, Prop. SulSel 2009).

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup basar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program perilaku hidup bersih dan sehat.

Program ini telah dilaksanakan mulai tahun 1996 oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat yang saat ini disebut Pusat Promosi Kesehatan. Program perilaku hidup bersih dan sehat dilaksanakan dalam berbagai tatanan seperti tatanan rumah tangga, tatanan institusi dan sebagainya.

Guna mewujudkan hal tersebut, departemen kesehatan telah merencanakan gerakan yang pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat.

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, dan perlindungan kesehatan (Depkes RI, 2009).

Tujuan nasional Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut diselenggarakanlah program pembangunan nasional secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi Bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal, salah satunya ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat (Dinkes, Prop.

SulSel 2006). Upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

(3)

3 tersebut, pembangunan lebih diarahkan pada perubahan perilaku masyarakat.

Perilaku hidup seseorang, termasuk dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari orang itu sendiri, pengaruh orang lain yang mendorong untuk berperilaku baik atau buruk, maupun kondisi lingkungan sekitar yang dapat mendukung terhadap perilaku (Notoadmojo, 2005).

Program promosi kesehatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu dan masyarakat sehingga mereka berupaya meningkatkan derajat kesehatan serta memperjuangkan pemerataan kesehatan. Program ini tidak hanya sekedar memberikan peningkatan pengetahuan kesehatan pada masyarakat tentang hidup sehat tetapi juga mendorong pemberdayaan masyarakat. Dengan program ini, maka masyarakat dijadikan sebagai perilaku utama dalam pencapaian kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, antara lain menguraikan bahwa promosi kesehatan trerdiri atas bagian yaitu:

1. Promosi Kesehatan Primer adalah kegiatan yang mengacu pada penurunan faktor resiko kesehatan.

2. Promosi Kesehatan Sekunder adalah kegiatan yang mengacu pada aktifitas yang meningkatkan mutu hidup masyarakat.

3. Promosi Kesehatan Tersier adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan sosial yang lebih berguna bagi kesehatan.

Dengan kompleksitas tujuan dari program promosi kesehatan maka kegiatan ini melibatkan berbagai ahli / profesional.

Naidoo dan Wills (2000) menguraikan bahwa profesional yang dapat dilibatkan dalam program kesehatan adalah guru, perawat, kepala bagian atau manager dalam suatu unit kerja, tenaga kesejahteraan sosial. Dengan keterlit berbagai pihak, maka kegiatan peningkatan pengetahuan masyarakat ( health education ) dan pemberdayaan masyarakat dapat dijalankan secara terpadu dan menyeluruh.

Selain memanfaatkan berbagai tenaga profesional, kegiatan promosi kesehatan juga mencakup 5 macam pendekatan (Naidoo dan Wills: 2000) yaitu medical or preventive( penyembuhan dan pencegahan), behavior change (perubahan perilaku), educational (pendidikan), empowerment (pemberdayaan) dan social change (perubahan sosial).

Pendekatan medis berupa kegiatan intervensi medis untuk mencegah terjadinya sakit dan kematian premature.

(4)

4 Kegiatan pencegahan penyakit umumnya diwujudkan dalam bentuk imunisasi.

Contoh pendekatan ini diungkapkan dalam tujuan pembangunan kesehatan yaitu:

1. Meningkatnya cakupan imunisasi.

2. Menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit malaria , demam berdarah, tubercolosis paru, diare dan HIV/AIDS.

3. Menurunnya prevalensi kurang gizi pada balita.

Berdasarkan indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang ditetapkan oleh Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, diharapkan dapat dikembangkan indikator komposit yang merupakan bagian indikator Indonesia Sehat 2010 dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI (Depkes RI, 2006). Meskipun indikator komposit perilaku hidup bersih dan sehat dapat dimanfaatkan sebagai indikator yang memudahkan untuk benchmarking program perilaku hidup bersih dan sehat, keberadaan

indikator-indikator tunggal diperlukan untuk perencanaan berdasarkan fakta di lapangan program perilaku hidup bersih dan sehat dan program-program lain yang termasuk dalam item indikator rumah tanggaberperilaku hidup bersih dan sehat.

Berbagai indikator perilaku, lingkungan, gaya hidup, dan indikator lainnya adalah merupakan indikator berbasis program dan dinilai sangat menentukan dalam mendukung pengembangan program perilaku hidup bersih dan sehat (Notoatmodjo,2006).

Data profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan tahun 2015, untuk rumah tangga yang sudah menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau tahun 2015 sebanyak 1.095.774 (61,67%) , dan terdapat 514.406 (52,42%) rumah tangga yang sudah menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat dengan capaian tertinggi Kabupaten Luwu Timur 7,27% dan terendah Kabupaten Bone 31,22%. Keadaan ini menunjukkan bahwa paradigma sehat yang

(5)

5 menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative, masih pada tatanan konsep yang belum terimplementasi secara maksimal.

Berdasarkan data pengkajian rekapitulasiperilaku hidup bersih dan sehat Puskesmas Aeng Towa pada tatanan rumah tangga Desa Aeng Batu-Batu tahun 2015, secara kuantitatif sebanyak 1414 jumlah Kepala Keluarga (rumah tangga) yang dipantau, dengan hasil 914 rumah tangga yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (64.639%), sedangkan yang sudah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat 500 rumah tangga (35.361%). Dari tinjauan hasil pengkajian pada tatanan rumah tangga diatas, menunjukkan bahwa rumah tangga yang belummenerapkan perilaku hidup bersih dan sehat masih tinggi, ini menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga masih rendah atau perlu mendapat perhatian. (Dinkes Propinsi Sulawesi Selatan, 2015)

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Desa Aeng Batu-Batu, belum dilaksanakan sepenuhnya oleh warga desa di Puskesmas Aeng Towa. Hal ini disebabkan karena keyakinan warga setempat masih tinggi untuk dibantu oleh dukun beranak, karena tidak memerlukan administrasi yang membingungkan warga dan biaya yang sangat dijangkau, tanpa memikirkan resiko yang terjadi apabila proses persalinan pada dukun beranak tidak memenuhi standar operasional prosedural.

Pemberian air susu ibu eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan tanpa makanan dan minuman tambahan, dan air susu ibu dengan makanan dan minuman tambahan pendamping air susu ibu pada bayi usia 6- 24 bulan belum diketahui para ibu. Hal ini disebabkan karena, kurangnya pengetahuan para ibu dan ketidak pedulian terhadap kesehatan bayi.

Menimbang bayi dan balita di posyandu untuk mengetahui tumbuh kembangnya, belum dilaksanakan setiap bulan dengan baik, hal ini dipengaruhi

(6)

6 karena kesibukan para ibu untuk membantu suaminya yang membawa hasil lautnya ke rumah dan kurangnya kepedulian para ibu untuk membawa bayi dan balitanya ke posyandu untuk dilayani pemberian makanan dan minuman tambahan pendamping air susu ibu, vaksinasi, vitamin serta keluhan-keluhan dari bayi dan balita tersebut.

Ketersediaan air bersih di Desa Aeng Batu-Batu, belum sepenuhnya dimiliki oleh setiap rumah tangga disebabkan karena biaya pemasangan yang mahal dan urusan administrasi yang membingungkan, sehingga rumah tangga yang belum memiliki sarana air bersih, kebutuhan akan air bersih menumpang pada rumah tangga yang memiliki sarana air bersih. Sebagian warga memiliki sumber air sumur gali, karena jarak antara rumah ke pantai sangat dekat, sehingga memungkinkan mandapatkan sumber air sumur yang lebih mudah tanpa biaya besar, namun tidak memikirkan resiko yang terjadi apabila pemenuhan kebutuhan hidup

sehari-hari tidak menggunakan air bersih yang sehat dan memenuhi syarat air yang sehat.

Penggunaan jamban sehat, belum memenuhi kriteria jamban sehat karena biaya operasional yang mahal, sehingga sebagian warga yang belum memiliki jamban sehat, masih menumpang di rumah tangga yang lain, dan ada warga yang masih membuang hajat di pinggir pantai, tanpa mengetahui resiko yang terjadi apabila membuang hajat tidak pada tempatnya.

Perilaku cuci tangan memakai sabun pada air yang mengalir saat sebelum dan sesudah makan, sesudah membuang hajat di jamban, sesudah memegang alat- alat yang kotor, setelah bermain dan selalu mencuci tangan , apabila tangan bersentuhan langsung dengan alat-alat atau bahan-bahan yang kotor dan banyak terdapat kuman penyakit yang tidak terlihat oleh mata, belum sepenuhnya dilakukan oleh anggota rumah tangga dengan baik dan benar, karena tidak mengetahui akibat

(7)

7 dari tangan yang kotor dapat menularkan berbagai penyakit ke dalam tubuh.

Pemberantasan jentik nyamuk di rumah, masih dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu hanya memakai obat nyamuk saat tidur. Sumber dari tempat hidup dan berkembang biaknya nyamuk, belum dilakukan dengan baik oleh warga yaitu dengan mengubur kaleng bekas/wadah yang dapat menampung air hujan atau air siraman, menguras bak mandi dan menutup wadah air yang dipakai untuk keperluan hidup belum dilakukan dengan baik dan benar, sehingga masih terdapat sarang nyamuk di sekitar rumah.

Warga hanya berharap dari program kesehatan untuk melakukan pemberantasan nyamuk melaui pengasapan, tanpa kesadaran sendiri untuk tahu dan mau memberantas jentik nyamuk sendiri, dan tidak mengetahui akibat yang terjadi dari gigitan nyamuk.

Makan buah dan sayur setiap hari yang memenuhi unsur gizi setiap anggota rumah tangga, belum dilakukan sebagian

besar warga, karena kurangnya pengetahuan mengenai makanan bergizi untuk kebutuhan tubuh. Warga hanya mengutamakan makanan utama berupa nasi/nasi jagung dan ikan seadaanya, karena kebutuhan akan ikan sangat besar sesuai pekerjaan pokok warga setempat yaitu nelayan tanpa harus membeli dengan harga yang mahal.

Tidak merokok di dalam rumah, belum dilakukan sebagian besar warga.

Banyak kaum laki-laki remaja dan dewasa merokok di dalam rumah sambil minum kopi dan saat bersantai dengan keluarga.

Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang diakibatkan dari merokok, dan asap rokok tersebut dapat menggangu anggota keluarga yang berada disekitarnya khususnya bayi dan balita beserta anak-anak yang dapat merusak kesehatannya.

Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu- Batu, tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor

(8)

8 eksternal. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan denganperilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di

Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, maka diperlukan adanya penelitian mengenai hal ini.

METODE

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatancross sectional study untuk melihat faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehatpada ibu- ibu yang memiliki balita di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, mulai dari bulan Juni sampai dengan Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Sampel dalam penelitian ini adalahibu-ibu yang memiliki balita yang bersedia menjadi responden dan selalu berkunjung serta mengikuti penyuluhan di posyandu.

Analisis ini dalam bentuk distribusi frekuensi persentase melalui karakteristik responden. Analisis ini melalui uji statistik untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji Chi- Square (X)2. Dilakukan untuk mengetahui variabel independen yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, dengan menggunakan uji regresi logistic

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Aeng Batu Batu tahun 2015

Dusun Jumlah penduduk Jumlah rumah

Laki-Laki Perempuan Total

Jonggobatu 662 669 1331 328

Bontorita 487 485 972 287

(9)

9

Taman Pandang 579 581 1160 301

Karama 582 575 1157 280

Ujung Kassi 398 413 811 188

Jumlah 2708 2723 5431 1384

Sumber: Data sekunder Desa Aeng Batu-Batu 2015 Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa,

jumlah penduduk yang terbanyak ada di Dusun Jonggobatu berjumlah 1331 orang dengan jumlah rumah sebanyak 328, dan di Dusun Ujung Kassi dengan jumlah yang sedikit yaitu 811 orang dengan jumlah rumah 188.

a. Pekerjaan

Sebagian besar warga Desa Aeng Batu-Batu sumber mata pencahariannya adalah nelayan dengan hasil lautnya berupa ikan dan rumput laut, apabila tidak melaut karena cuaca tidak mendukung, beralih kerja sebagai tukang dan buruh bangunan, petani, wiraswasta, ada juga yang pekerjaan tetap seperti pegawai negeri sipil, perawat, bidan, guru, sopir, dan pedagang.

b. Kondisi sosial ekonomi

Keberadaan Desa Aeng Batu- Batu yang terletak di Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, merupakan salah satu desa yang memiliki karakteristik pesisir sebagai penghasil perikanan. Hal ini dapat dilihat dari secara langsung tentang keadaan penduduk yang mayoritas penduduknya adalah nelayan. Sebagian dari mereka sangat bergantung terhadap pekerjaannya sebagai nelayan.

Selain mata pencaharian sebagai nelayan, ada juga yang berprofesi ganda yaitu bekerja nelayan juga menggeluti pekerjaan sebagai buruh, sopir dan wiraswasta, sehingga nelayan yang berprofesi ganda berpendapatan lebih tinggi dan lebih sejahtera dibandingkan nelayan yang hanya bekerja sebagai menangkap ikan. Nelayan yang berprofesi ganda ini, diakibatkan karena adanya

(10)

10 kondisi sarana dan prasarana serta musim yang tidak mendukung, sehingga nelayan

mencari pekerjaan tambahan untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-harinya.

Analisis statistik hasil penelitian a. Analisis univariat

Analisis univariat adalah analisis yang melibatkan satu variabel saja, berupa distribusi frekuensi variabel antara lain:

1) Karakteristik responden

a) Perilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Perilaku hidup bersih dan sehat Jumlah %

Tidak melaksanakan 41 65.1

Melaksanakan 22 34.9

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa, dari 63 responden terdapat 65.1% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih sehat

dan 34.9% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

b) Umur

Tabel 3.Distribusi responden berdasarkan umur di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Umur (tahun) Jumlah %

17-24 20 32

25-30 30 47

31-39 13 21

Jumlah 63 100

Sumber: Data primer 2017

(11)

11 Tabel 3 pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa, dari 63 responden terdapat32% berumur 17-24 tahun, 47%

berumur 25-30tahun, dan 21% berumur 31-39 tahun.

c) Pendidikan

Tabel 4.Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Tingkat pendidikan Jumlah %

Tidak tamat SD 0 0

Tamat SD 28 44.4

Sekolah Menengah Pertama 17 27

Sekolah Menengah Atas 18 28.6

Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 4 di atasmenunjukan bahwa, dari 63 responden terdapat 44.4%

berpendidikan sekolah dasar, 27%

berpendidikan sekolah menengah pertama

dan 28.6% berpendidikan sekolah menengah atas.

d) Pekerjaan

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Jenis pekerjaan Pekerjaan

Jumlah % Keterangan

Nelayan 30 48

Pedagang 16 25

Jasa 17 27

Jumlah 63 100

(12)

12 Sumber: Data primer 2017

Tabel 5 pada halaman sebelumnya menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdapat 48% pekerjaan sebagai

nelayan,25% sebagai pedagang dan 27%

sebagai penyedia jasa.

e) Pendapatan

Tabel 6. Distribusi responden berdasarkan penghasilan tiap bulan di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Penghasilan tiap bulan Jumlah %

<Rp.1000.000 24 38.1

>Rp.1000.000 39 61.9

Jumlah 63 100.00

Sumber: Data primer 2017

Tabel 6 pada halaman

sebelumnyamenunjukkan bahwa, dari 63 responden terdapat38.1%penghasilan tiap

bulan <Rp.1.000.000 dan 61.9%

penghasilan tiap bulan >Rp.1.000.000.

f) Jumlah anggota rumah tangga.

Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan kepadatan hunian rumah di Desa Aeng Batu- Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Jumlah kepadatan hunian rumah (orang) Jumlah %

>4 15 23.8

<4 48 76.2

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 7 di atasmenunjukkan bahwa, dari 63 responden terdapat 23.8%jumlah kepadatan hunian rumah >4 orang dan

76.2% jumlah kepadatan hunianrumah

<4orang.

2) Deskripsi variabel responden

(13)

13 Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan sebagai variabel independen dan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai variabel dependen.

a) Distribusi responden berdasarkan pengetahuan terdapatpada tabel dibawah ini.

Tabel 8. Distribusi responden berdasarkanpengetahuandi Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Pengetahuan Jumlah %

Tidak tahu 27 42.9

Tahu 36 57.1

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden terdapat 42.9% tidak tahumengenai perilaku hidup bersih dan

sehat dan 57.1% tahu mengenaiperilaku hidup bersih dan sehat.

b) Distribusi responden berdasarkan sikap terdapat pada tabeldi bawah ini.

Tabel 9. Distribusi respondenberdasarkan sikap di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Sikap Jumlah %

Tidak setuju 42 66.7

Setuju 21 33.3

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 9 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden terdapat 66.7%

tidak setuju mengenai perilaku hidup

bersih dan sehat dan 33.3% setuju mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

(14)

14

c) Distribusi responden berdasarkan tindakan terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 10. Distribusi responden berdasarkan tindakan di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Tindakan Jumlah %

Tidak bertindak 29 46.0

Bertindak 34 54.0

Jumlah 63 100.0

Sumber: Data primer 2017

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden terdapat 46.0% tidak bertindak terhadap perilaku hidup bersih

dan sehat dan 54.0% bertindak terhadapperilaku hidup bersih dan sehat.

b. Analisis bivariat

Analisis yang melibatkan dua variabel yaitu variabel independen dengan variabel dependen untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, maka dilakukan tabulasi silang dan uji statistik chi square.

Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini:

1) Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan tingkat pendidikan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman berikutnya:

Tabel 11. Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Tingkat Pendidikan

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak melaksanakan Melaksanakan

n % n %

(15)

15

Rendah 29 64.4 16 35.6 45

0.867

Tinggi 12 66.7 6 33.3 18

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63

Sumber: Data primer 2017

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdiri dari 45 responden tingkat pendidikan rendah terdapat 64.4%

tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 35.6% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 18 responden tingkat pendidikan tinggi terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan pearson chi-square

menyimpulkan bahwa, tidak ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p 0.867>0.05

2) Hubungan pendapatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan pendapatan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman berikutnya:

Tabel 12. Hubungan pendapatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu- Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Pendapatan

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak melaksanakan Melaksanakan

n % n %

Kurang 15 62.5 9 37.5 24

Cukup 26 66.7 13 33.3 39

(16)

16

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63 0.736

Sumber: Data primer 2017

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden terdiri dari 24 responden pendapatan kurang terdapat 62.5% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 37.5% melaksanakan perilaku

hidup bersih dan sehat, sedangkan 39 responden pendapatan cukup terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan pearson chi-square menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pendapatan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p 0.736>0.05

3) Hubungan jumlah anggota rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan jumlah anggota rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman selanjutnya:

Tabel 13. Hubungan jumlah anggota rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Jumlah anggota rumah tangga

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak

melaksanakan

Melaksanakan

n % n %

Besar 12 80.0 3 20.0 15

Kecil 29 60.4 19 39.6 48

(17)

17

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63 0.140

Sumber: Data primer 2017

Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden terdiri dari 15 responden jumlah anggota rumah tangga besar terdapat 80.0% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 20.0%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 48 responden jumlah anggota rumah tangga kecil terdapat 60.4% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 39.6% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan fisher’s exact test

menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara jumlah anggota rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p 0.140>0.05.

4) Hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan pengetahuan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman berikutnya:

Tabel 14. Hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di DesaAeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Pengetahuan

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak melaksanakan Melaksanakan

n % n %

Tidak tahu 14 51.9 13 48.1 27

0.056

Tahu 27 75.0 9 25.0 36

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63

Sumber: Data primer 2017

(18)

18 Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdiri dari 27responden tidak tahuperilaku hidup bersih dan sehat, terdapat 51.9% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 48.1%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 36respondentahu perilaku hidup bersih dan sehat terdapat 75.0% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 25.0% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji pearson chi-

squaremenyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat, dengan nilai p 0.056>0.05.

2) Hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan sikap responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman selanjutnya:

Tabel 15.Hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Sikap

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak melaksanakan Melaksanakan

n % n %

Tidak setuju 40 95.2 2 4.8 42

0.000

Setuju 1 4.8 20 95.2 21

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63

Sumber : Data primer2017

Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdiri dari42respondentidak setuju terhadap

perilaku hidup bersih dan sehat, terdapat 95.2% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, dan 4.8% melaksanakan

(19)

19 perilaku hidu bersih dan sehat, sedangkan 21 responden setuju terhadap perilaku hidup bersih dan sehat terdapat 4.8% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 95.2% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji pearson chi-square menyimpulkan bahwa, ada hubungan signifikan antara sikap dan perilaku hidup

bersih dan sehat dengan nilai p 0.000<0.05.

3) Hubungan tindakan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Hasil analisis bivariat terhadap hubungan tindakan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabeldi halaman selanjutnya:

Tabel 16. Hubungan tindakan dengan perilaku hidup bersih dan sehatdi Desa Aeng Batu- Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Tindakan

Perilaku hidup bersih dan sehat

Total P Tidak

melaksanakan

Melaksanakan

n % n %

Tidak bertindak 24 82.8 5 17.2 29

0.007

Bertindak 17 50.0 17 50.0 34

Jumlah 41 65.1 22 34.9 63

Sumber: Data primer 2017

Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdiri dari 29respondentidak bertindak terdapat 82.8% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 17.2% melaksanakan

perilaku hidup bersih dan sehat,sedangkan 34responden bertindak terdapat 50.0%

tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 50.0% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil

(20)

20 analisis statistik dengan menggunakan uji pearson chi-squaremenyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tindakan dan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p 0.007<0.05

c. Analisis multivariat

Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, terdapat pada tabel di halaman selanjutnya:

Tabel 17. Analisis multivariat dengan uji regresi logistik variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar

Komponen Score Df p

Sikap 50.428 1 0.000 0.05

Tindakan 7.390 1 0.007

Sumber: Data primer 2017

Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa, sikap dengan nilai p 0.000<0.05 dan tindakan dengan nilai 0.007<0.05. Kedua kategori penilaian tersebut signifikan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Kategori yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat menurut tingkatannya sebagai berikut:

a. Sikap nilai p 0.000 dengan skor 50.428 b. Tindakan nilai p 0.007 dengan skor

7.390

(21)

21 Pembahasan

Gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada ibu-ibu yang memiliki balita dan melakukan kunjungan ke posyandu di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar diperoleh dari hasil wawancara.

Perilaku hidup bersih dan sehat dalam penelitian ini diukur berdasarkan tiga komponen dari perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan dari responden terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Skor maksimal pengetahuan adalah 32dan skor minimalnya adalah 24, skor maksimal sikap adalah 40 dan skor minimalnya adalah 24, sedangkan tindakan skor maksimalnya adalah 24 dan skor minimalnya adalah 21. Dari tiga komponenini, maka disimpulkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat pada tingkat sikap dengan skor 50.428 dan tingkat tindakan dengan skor 7.390

1. Karakteristik responden.

a. Hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Jenjang pendidikan memegang peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan yang rendah menjadikan respondensulit memahami akan pentingnya kesehatan perorangan dan kebersihan lingkungan untuk mencegah penyakit menular. Dengan sulitnya memahami arti penting perilaku hidup bersih dan sehat, menyebabkan ibu-ibu tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular. Hal tersebut di atas akan berbeda dengan ibu-ibu yang memiliki balita dengan tingkat pendidikan lebih tinggi, karena memiliki tingkat pendidikan yang tinggi karena memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang baik.

Hal ini sesuai dengan teori Goodman (2001), bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya, daripada seseorang yang berpendidikan rendah. Orang yang berpendidikan lebih tinggi, lebih mudah untuk menjaga kesehatan di lingkungannya.

(22)

22 Hasil penelitian berdasarkan pada Tabel 11 menunjukkan bahwa, dari 63 responden terdiri dari 45 responden berpendidikan rendah terdapat 64.4% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 35.6% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 18 responden berpendidikan tinggi terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sesuai teori Mubarak et al., 2007, bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seseorang rendah, akan menghambat perkembangan perilaku seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

Pendidikan lebih menekankan pada pembentukkan manusianya

Menurut Suhardjo (2007) tingkatan pendidikan yang lebih tinggi

akan memudahkan seseorang atau masyarakat, untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan.

Tetapi pada kenyataannya, fakta tidak selalu mendukung teori, karena sesuai tabel 11 terdapat 18 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 45 responden berpendidikan rendah terdapat 64.4% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 35.6% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Slameto (1991) menjelaskan bahwa, keadaan sosial ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Kebutuhan anak harus terpenuhi adalah makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar hanya dapat terpenuhi jika orang tuanya berpenghasilan cukup.

Mahalnya biaya pendidikan dan kondisi keluarga yang terbatas mempengaruhi

(23)

23 tingkat pendidikan responden, sehingga rata-rata responden menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat pendidikan dasar sebanyak 44.4%

Hal ini dipengaruhi juga dengan penghasilan tiap bulan dan jumlah anggota rumah tangga yang tidak sesuai dengan pemenuhan kebutuhan keluarga, sehingga responden paling banyak menyelesaikan pada tingkat pendidikan sekolah dasar.

Pendidikan yang rendah juga mempengaruhi pengetahuan responden akan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga setiap bulan responden diberi penyuluhan tentang perilaku hidup bersih dan sehat, pencegahan penyakit yang biasa dialami oleh warga setempat dan pencegahannya.

b. Hubungan pendapatan keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Afrida (2003), pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi

kebutuhan bersama atau perorangan dalam rumah tangga.

Hasil penelitian pada Tabel 12 menunjukkan bahwa, dari 63 responden terdiri dari 24 responden pendapatan kurang terdapat 62.5%tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 37.5%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 39 responden pendapatan cukup terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Soeratno (1996), menyatakan bahwa ukuran pendapatan yang digunakan untuk tingkat kesejahteraan keluarga adalah pendapatan rumah tangga yag diperoleh dari bekerja.

Tiap anggota keluarga berusaha kerja di rumah tangga akan terdorong bekerja untuk kesejahteraan keluarganya.

Sesuai hasil pada Tabel 12, 39 responden yang pendapatan cukup namun terdapat 66.7% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 33.3%

(24)

24 melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini dilatar belakangi oleh kepentingan keluarga seperti adat dan budaya masyarakat setempat, sehingga dengan penghasilan yang cukup responden tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Pendapatan yang sangat besar diperoleh dari penghasilan mata pencaharian sebagian besar responden adalah nelayan. Hasil tangkapan ikan biasanya dijual langsung ke tempat pelelangan ikan di Potre dan ada yang dijual di pasar dusun yang sudah dijadikan pasar kecil oleh warga setempat pada sepanjang jalan.

c. Hubungan jumlah anggota rumah tangga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Depkes RI (1998), jumlah anggota rumah tangga memiliki kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi yang memainkan peran suami dan isteri, bapak dan ibu, anak dan saudara. Umumnya

responden di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar bertipe kelauarga inti, yang hanya terdiri dari orang tua dan anak-anak.

Responden sudah banyak mengikuti program keluarga berencana untuk menjarangkan kelahiran dan alat-alat kontrasepsi sudah banyak tersedia di puskesmas.’

Hasil penelitian pada Tabel 13, menunjukkan bahwa dari 63 responden terdapat 15 responden memiliki jumlah kepadatan hunian rumah >4 orang, terdiri dari80.0% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 20.0%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 48 responden memiliki jumlah kepadatan hunian rumah <4 orang, terdiri dari 60.4% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 39.6%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sehingga memudahkan tindakan dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

(25)

25 Rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga empat orang memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dengan rumah tangga yang beranggotakan lebih dari empat orang. Dengan demikian kehidupan dalam rumah tangga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Maralani (2007) dalam studinya menggunakan pendekatan jumlah anggota keluarga untuk jumlah saudara kandung, dengan asumsi bahwa alokasi dana yang ada digunakan untuk membiayai semua anggota keluarga yang berada dalam satu rumah tangga.

Jumlah kepadatan hunian rumah sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup dalam berperilaku terhadap kesehatan. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga maka semakin sulit penerapan perilaku hidup bersih dan sehat

seperti, pemenuhan pendidikan harus menyekolahkan anak sampai pada jenjang pendidikan tinggi, pemenuhan kesehatan anggota rumah tangga harus ditangani di pusat kesehatan masyarakat, pemenuhan gizi yang cukup untuk anggota rumah tangga agar kondisi tubuh selalu sehat dan terhindar dari serangan berbagai penyakit.

Pendapatan yang tinggi juga untuk memenuhi biaya perawatan kebutuhan rumah seperti perbaikan tembok yang rusak harus diperbaiki, wc yang tidak terawat harus segera dibersihkan, dan menciptakan rumah yang bersih dan sehat di lingkungan sekitarnya.

2. Hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

a. Pengetahuan dengan perilaku .

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah individu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, diukur dengan menilai jawaban yang dikemukakan oleh responden dari

(26)

26 pertanyaan yang diberikan melalui kuisioner. Pertanyaan yang diajukan dikelompokkan kedalam sepuluh aspek yang disebut indikator perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga.

Sepuluh indikator tersebut adalah pertolongan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian air susu ibu eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, menimbang bayi dan balita, ketersediaan air bersih, penggunaan jamban sehat, perilaku mencuci tangan memakai sabun di air yang mengalir, pemberantasan jentik nyamuk di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak merokok di dalam rumah.

Pengetahuan responden mengenai perilaku hidup bersih dan sehat masih tergolong rendah. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil wawancara yang menunjukan bahwa dari sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang ditanyakan, sebagian besar responden belum menguasai dengan baik

pengetahuan yang diperlukan dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek pengetahuan yang belum baik, disebabkan ibu-ibu yang pernah melakukan kunjungan ke posyandu di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, masih memiliki motivasi yang rendah dalam meningkatkan pengetahuannya. Kesulitan dalam mendapatkan media belajar seperti buku, buklet, majalah, pamflet serta intensitas penyuluhan yang sangat rendah juga berpengaruh dalam komponen pendidikan ini.

Pada penelitian ini, setiap indikator diwakili oleh dua pertanyaan mengenai aspek indikator yang bersangkutan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan pemberian air susu ibu eksklusif merupakan indikator yang memiliki komponen pengetahuan yang cukup, disebabkan oleh pengetahuan ibu-ibu terhadap pentingnya proses

(27)

27 persalinan oleh tenaga kesehatan dan pengetahuan akan pemberian air susu ibu eksklusif sangat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan kesehatan bayi dan balita agar terhindar dari berbagai macam penyakit melalui komunikasi informasi dan edukasi yang didapatkan setiap bulan di posyandu, poskesdes, pukesmas dan rumah sakit.

Pengetahuan yang berkaitan dengan menimbang bayi dan balita masih rendah, sehingga perlunya menimbang bayi dan balita setiap bulan di posyandu untuk mengetahui kesehatan dan berat badan yang ideal sesuai usia bayi, sehingga mempengaruhi kesadaran ibu-ibu dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balitanya untuk mengetahui kondisi kesehatannya yang didapatkan dari penyuluhan oleh tenaga kesehatan.

Pengetahuan yang berkaitan dengan ketersediaan air bersih, penggunaan jamban sehat, perilaku mencuci tangan memakai sabun pada air

mengalir, pemberantasan jentik nyamuk di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, tidak merokok di dalam rumah belum sepenuhnya diketahui oleh ibu-ibu karena kurangnya sosialisasi. Pengetahuan akan ketersediaan sumber air bersih dan sehat masih rendah, sebagian besar ibu-ibu belum memiliki sumber air bersih sendiri, dikarenakan biaya pemasangan meteran yang besar dan pengurusan administrasi yang sangat sulit, sehingga sumber air bersih diperoleh dari sumur yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Pengetahuan akan pentingnya penggunaan jamban sehat belum diketahui oleh responden, dan tidak mengetahui akibat yang terjadi apabila membuang hajat di sembarang tempat yaitu mendatangkan penyakit menular pada anggota keluarga. Perilaku mencuci tangan memakai sabun pada air yang mengalir, belum diketahui oleh ibu-ibu, dan akibat yang terjadi apabila tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi,

(28)

28 sebelum dan sesudah memberi makan pada balita, sebelum dan sesudah menceboki bayi dan balita, serta sesudah memegang alat-alat rumah tangga yang kotor.

Pengetahuan mengenai pentingnya pemberantasan jentik nyamuk di rumah, belum diketahui sebagian besar ibi-ibu melalui program 3M yaitu menguras, menutup dan mengubur agar terhindar dari penyakit demam berdarah dengue, selain menggunakan obat nyamuk bakar dan obat nyamuk semprot.

Lingkungan rumah dan sekitarnya harus ditata dengan rapi, baik di luar dan di dalam rumah sehingga memenuhi syarat rumah yang sehat.

Pengetahuan mengenai makan buah dan sayur setiap hari, belum diketahui sebagian besar ibu-ibu melalui penyuluhan tentang gisi yang baik untuk keluarga. Makanan yang diutamakan adalah nasi putih dan ikan sesuai dengan potensi terbesar kawasan pesisir Desa Aeng Batu-Batu yaitu ikan, tanpa sayuran dan buah-buahan sebagai sumber protein

dan vitamin untuk kesehatan anggota keluarga. Melakukan aktifitas fisik setiap hari di rumah selalu dilakukan oleh ibu-ibu yang sebagian besar adalah mengurus rumah tangga.

Pengetahuan akan tidak merokok di dalam rumah masih rendah, karena ibu- ibu belum mengetahui akibat dari merokok di dalam rumah rumah dan merokok ketika berada bersama orang lain yang bukan perokok, terutama bayi, balita, dan anak- anak yang sangat rentan terhadap asap rokok yang mengakibatkan berbagai penyakit seperti paru, gangguan kehamilan dan janin , kanker mulut.

Pengukuran pengetahuan menurut Soekidjo Notoatmodjo, 2003, pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian. Pertanyaan mengenai sepuluh indikator yang telah diisi oleh responden adalah mengenai apa yang diketahui dan tidak diketahui tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

(29)

29 Hasil penelitian pada Tabel 14 menunjukkan bahwa , dari 63 responden, diperoleh 27 responden tidak tahu mengenai perilaku hidup bersih dan sehatterdapat51.9% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 48.1%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 36 responden tahu mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, terdapat 75.0% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 25.0%

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sesuai hasil analisis penelitian diatas menurut Surajiyo (2007) adalah pengetahuan non ilmiah yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk kategori metode ilmiah. Dari uraian diatas dapatlah dipahami dari rasa ingin mengetahui tentang obyek tertentu kemudian yang didapat dengan dan tanpa menggunakan metode ilmiah serta dirasakan melalui pengalaman indrawi, dimana 36 responden tahu perilaku hidup bersih dan sehat namun tidak

melaksanakandan 27 responden tidak tahu perilaku hidup bersih dan sehat tetapi melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan rumah tangganya.

b. Sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Soekidjo Notoatmodjo,2003). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap derajat sosial.

Necomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu,

(30)

30 sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek.

Tingkat sikap responden tergolong rendah, termasuk dalam kategori kurang setuju tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Sesuai dengan Engle, Blackwell dan Miniard (1994) yang menyatakan bahwa seseorang dapat saja mengambil keputusan tanpa mengetahui situasinya secara lengkap. Jahi (1993) juga berpendapat perubahan satu dimensi tidak harus selalu diikuti dimensi lainnya meskipun dimensi efek (pengetahuan, sikap dan tindakan) saling berhubungan, tetapi dimensi ini juga independen satu sama lain.

Tabel 15 menunjukkan bahwa, dari 63 responden terdiri dari 42 responden tidak setuju, terdapat 95.2% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 4.8% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan 21 responden setuju, terdapat 4.8% tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 95.2%. Sesuai hasil analisis

penelitian di atas dengan teori Engle, Blackwell, dan Miniard (1994) yang menyatakan bahwa seseorang dapat saja mengambil keputusan tanpa mengetahui situasinya secara lengkap. Jahi (1993) juga berpendapat perubahan satu dimensi tidak harus diikuti dimensi lainnya, meskipun dimensi efek (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) saling berhubungan tetapi dimensi ini juga independen satu sama lain.

Komponen sikap dari responden, diukur dengan menilai jawaban dari pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh para responden yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang mereka jalani.

Komponen sikap responden secara keseluruhan termasuk dalam kategori kurang setuju dengan pertanyaan sepuluh indikator yang diajukan lewat kuesioner. Sikap dapat dilihat dari sejauh mana sikap seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya yaitu dapat positif atau negatif. Sikap dikatakan positif apabila

(31)

31 adanya hubungan nilai-nilai positif terhadap obyek sikap demikian pula sikap yang negatif. (Walgito, 1994: 121).

Pembentukan sikap seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Di dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek yang dihadapinya.

Tingkat sikap positif responden tergolong tinggi, termasuk dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat . Nilai sikap yang baik ini, karena responden banyak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, walaupun responden belum mengetahui situasinya secara lengkap .

c. Tindakan dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Tindakan merupakan pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999).

Tindakan dari responden dalam

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, diukur dengan menilai jawaban yang dikemukakan oleh responden dari pertanyaan yang diberikan atau secara langsung menilai penerapan sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan responden dalam tatanan kehidupan rumah tangganya.

Tindakan responden merupakan keputusan akhir yang ditetapkan setelah melalui suatu proses mental yang terjadi sejak mengetahui adanya suatu inovasi atau pengetahuan baru, sampai dengan waktu dimana mereka akan menerima atau menolak dan kemudian mengukuhkannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh ibu-ibuyang memiliki balita tersebut, sebaiknya diperhatikan oleh pemerintah ndan instasi terkait, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Hasil penelitian pada Tabel 16, menunjukkan bahwa dari 63 responden, terdiri dari29 responden tidak bertindak yang terdiri dari 82.8% tidak

(32)

32 melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehatdan17.2% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat sedangkan 34 responden bertindak terdiri dari 50.0%

tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dan 50.0% melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Skinner (1938), seorang ahli psikologis merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Sesuai hasil analisis penelitian diatas, ada 34 responden yang berperilaku tertutup (covert behavior) atau respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup, tahu perilaku hidup bersih dan sehat tetapi tidak melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan hidup rumah tangganya, dan ada 29 responden yang berperilaku terbuka (overt behavior) atau respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, tidak tahu perilaku hidup bersih dan sehat tetapi melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat dalam tatanan hidup rumah tangganya.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah dilaksanakan oleh sebagian besar ibu-ibu. Namun masih ada keyakinan pemeriksaan kehamilan dan proses persalinan pada dukun beranak.

Faktor keyakinan dan kepercayaan yang dianut keluarga ibu-ibu yang hamil dan menyusui serta yang mempunyai bayi dan balita secara turun temurun bahwa memeriksa kehamilan dan proses persalinan ke dukun beranak lebih baik, karena mereka meyakini dukun beranak lebih praktis tanpa urusan administrasi dan biaya lebih murah namun tidak memikirkan resiko yang terjadi bagi ibu dan kandungannya serta bayinya.

Pemberian air susu ibu eksklusif melalui proses menyusui merupakan suatu interaksi antara ibu dan anak yang sangat baik, serta meningkatkan psikologis ibu dan bayinya. Dalam penelitian ini, sudah sebagian besar ibu-ibu menyusui melakukan pemberian air susu ibu

(33)

33 eksklusif hingga masa waktu 6 bulan.

Menimbang bayi dan balita setiap bulan di posyandu sudah dilakukan oleh semua ibu- ibu untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan dari bayi dan balita dan deteksi dini apabila terjadi gangguan kesehatan atau masalah gizi bagi bayi, balita dan ibunya.

Ketersediaan air bersih masih berada pada kisaran menerapkan sebagian saja. Hasil ini menunjukan bahwa ibu-ibu belum menyadari dengan baik, perlunya menggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari. Ibu-ibu belum memahami manfaat menggunakan air bersih yaitu untuk terhindar dari gangguan penyakit diare, kolera, disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit.

Pada penggunaan jamban sehat, sebagian ibu-ibu sudah memiliki jamban keluarga sendiri, namun belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu-ibu mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan buang hajat pada tempatnya, banyak

penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memiliki syarat kesehatan yaitu jarak jamban dengan sumber air bersih lebih dari sepuluh meter, memakai jamban leher angsa, terdapat kran air bersih dan bak penampung air bersih, setiap hari harus dibersihkan dengan obat pembersih agar jamban tetap bersih dan bebas dari kuman penyakit.

Mencuci tangan memakai sabun pada air bersih yang mengalir belum dilakukan sebagian besar ibu-ibu. Mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air bersih dan memutuskan rantai kuman. Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi, saat tidak dicuci dengan air bersih dan sabun dapat memindahkan bakteri, virus dan parasit pada orang lain yangb tidak sadar, bahwa dirinya sedang ditularkan penyakit.

(34)

34 Penyakit yang bisa ditimbulkan adalah diare, kolera, dysentri, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut bahkan flu burung dan lainnya.

Pemberantasan jentik nyamuk di rumah, menunjukan nilai yang sama dengan penggunaan sabun dan air bersih untuk mencuci tangan. Pemberantasan nyamuk sebaiknya dilakukan serentak seminggun sekali agar terhindar dari penyakit seperti demam berdarah dengue, demam berdarah chikungunya, malaria, filariasis. Pemberantaan sarang nyamuk merupakan kegiatan pemberantasan telur, jentik, kepompong nyamuk dan tempat perkembangbiakannya. Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan cara 3M plus yaitu menguras bak air, menutup tempat penampungan air dan mengubur benda yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk.

Perilaku makan sayur dan buah setiap hari, belum dilakukan semua ibu-ibu karena makanan utama yang lebih penting

adalah sepiring nasi ditambah ikan, tanpa asupan protein dan vitamin yang harus dibutuhkan oleh anggota keluarga yang bermanfaat untuk proses pemeliharaan dan penggantian sel-sel yang rusak.

Kandungan vitamin C bermanfaat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu penyerapan zat besi dalam tubuh, dan mencegah gangguan anemia.

Melakukan aktifitas fisik setiap hari telah dilakukan oleh ibu-ibu, karena sebagian responden melakukan aktifitas fisik setiap hari dalam menjalankan pekerjaan di rumah tangganya.

Perilaku yang merupakan indikator terakhir adalah tidak merokok di dalam rumah. Masih terdapat laki-laki dewasa sebagai perokok aktif. Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan banyak orang seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi,

(35)

35 impotensi, serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin.

d. Perilaku hidup bersih dan sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat berkaitan dengan penerapan sepuluh indikator tersebut adalah pertolongan persalinan oeh tenaga kesehatan, pemberian air susu ibu eksklusif, menimbang bayi dan balita, ketersediaan air bersih, penggunaan jamban sehat, perilaku mencuci tangan memakai sabun pada air yang mengalir, pemberantasan jentik nyamuk di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah. Tingkat penerapan perilaku hidup bersih dan sehat, pada tatanan rumah tangga dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada perilaku responden yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan.

Hasil penelitian pada Tabel 15 menunjukkan bahwa, sikap yang paling berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dengan nilai p (0.000<0.05) dan

skor 50.428 dan pada Tabel 16 menunjukkan bahwa tindakan yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dengan nilai p (0.007<0.05) dan skor 7.39

(36)

36 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan pengetahuan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Ada hubungan sikap responden dengan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

3. Ada hubungan tindakan responden dengan perilaku hidup bersih dan sehatdi Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

4. Sikap yang paling berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehatdi Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

Saran

1. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan responden selain melalui penyuluhan massa di posyandu, dapat pula berupa pembagian leaflet, pamflet, brosur, spanduk, baliho dan pemutaran film tentang pencegahan, penatalaksanaan dan faktor resiko yang terjadi apabila tidak melaksanakanan sepuluh indikator

perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

2. Dianjurkan kepada warga, agar tetap selalu memperhatikan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga kebersihan kebersihan rumah, agar tercipta kesehatan lingkungan yang saling mendukung di

(37)

37 Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

3. Perlu ditingkatkan kembali tindakan berperilaku hidup bersih dan sehat pada warga, agar tetap berkunjung ke puskesmas dan sarana kesehatan lainnya, untuk mendapatkan sosialisasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan balitanya, sehingga dapat tercipta perilaku hidup bersih dan sehat di Desa

Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

4. Diharapkan kepadawarga, agar lebih aktif dalam mengikuti penyuluhan dengan cara bertanya apabia tidak mengetahui materi penyuluhan yang diberikan, sehingga dapat memperbaikinya dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat di Desa Aeng Batu-Batu Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

(38)

38 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2003.

Departemen Kesehatan, 2006, Lakukan Gaya Hidup Sehat Mulai Sekarang, Pusat Promosi Kesehatan.

Departemen Kesehatan, 2009, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Pusat Promosi Kesehatan.

Dinas Kesehatan Propinsi Kesehatan Sulawesi Selatan, 2009, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

Dinas Kesehatan Propinsi Kesehatan Sulawesi Selatan, 2015, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

M. Toha, Ridwan. 2006. Pusat Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Nasution Edwin, M. 2007. Proses Penelitian Kuantitatif. Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.

Ngatimin Rusli. 2005. Sari dan Aplikasinya Ilmu Perilaku Kesehatan, Yayasan PK-3 Makassar.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

________, 2003a. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

________, 2003b. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

________, 2005. Perilaku Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

________, 2006. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nursalam, (2003) Konsep dan Rancangan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

PPs UIT Makassar. 2008.

PedomanPenyusunan Tesis dan Disertasi Program Pascasarjana UIT Makassar.

Sangirimbun., Masri, dan Effendi: 1995.

Metode Penelitian Survei.

Jakarta: Pustaka LP3ES.

Santoso, Singgih. 2001. SPSS Versi 10:

Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Sastroasmoro., Sudigdo dan Sofyan Ismail S. 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Jakarta:

Sagung Seto.

Gambar

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan jumlah penduduk dan jumlah rumah di Desa Aeng  Batu Batu tahun 2015
Tabel  11  di  atas  menunjukkan  bahwa  dari  63  responden,  terdiri  dari  45  responden  tingkat  pendidikan  rendah  terdapat  64.4%
Tabel  12  di  atas  menunjukkan  bahwa  dari  63  responden  terdiri  dari  24  responden  pendapatan  kurang  terdapat  62.5%  tidak  melaksanakan  perilaku  hidup  bersih  dan  sehat  dan  37.5%  melaksanakan  perilaku

Referensi

Dokumen terkait