• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DAN KOMUNIKASI KOERSIF ORANG TUA TERHADAP DISIPLIN IBADAH SHOLAT ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DAN KOMUNIKASI KOERSIF ORANG TUA TERHADAP DISIPLIN IBADAH SHOLAT ANAK"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DAN KOMUNIKASI KOERSIF ORANG TUA TERHADAP DISIPLIN IBADAH SHOLAT ANAK. Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Disusun Oleh: Sarah Hana Salsabila NIM. 11160510000125. JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1442 H/ 2020 M.

(2) LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF DAN KOMUNIKASI KOERSIF ORANG TUA TERHADAP DISIPLIN IBADAH SHOLAT ANAK. Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos). Oleh Sarah Hana Salsabila NIM 11160510000125. Pembimbing,. Thalitha Sacharissa Rosyidiani, M.I.Kom NIP. 199102172018012004.

(3) LEMBAR PERNYATAAN. Yang bertandatangan di bawah ini: Nama. : Sarah Hana Salsabila. NIM. : 11160510000125. Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Persuasif dan Komunikasi Koersif Orang Tua Terhadap Disiplin Ibadah Sholat Anak” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagaian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.. Jakarta, 27 Desember 2020. Sarah Hana Salsabila NIM 11160510000125.

(4)

(5) ABSTRACT. Sarah Hana Salsabila, 11160510000125, The Effect of Parents' Persuasive Communication and Coercive Communication on Children's Prayer Disclipne. This study aims to determine the influence and how much influence of persuasive communication and coercive communication of parents on prayer worship diclipine of Islam Al-Ihsan Elementary School Jakarta 2020/2021. This study uses three variables, namely the independent variable (X1) parents 'persuasive communication (X2) the parents' coercive communication and the dependent variable (Y) the behavior of children's prayer prayers. The validity test uses the Product Moment formula, while the reliability test uses the Alpha Cronbach formula with the help of the SPSS version 25 application. This type of research is multiple regression research with survey methods and data analysis using multiple linear regression analysis. The total population is 126 students. Sampling using the Proportional Allocation Formula technique as many as 56 respondents. The results of data analysis showed that the influence of persuasive communication and coercive communication between parents on children's prayer worship behavior based on the t test results found that t count> t table (X1 = 4,161> 1,673) and (X2 = -0,620 <1,673) means there is an influence between persuasive and there is no influence of parental coercive communication on children's prayer worship diclipine. Meanwhile, from the results of the R square test it was found that persuasive communication and coercive communication of parents had an effect of 33.5%. This proves that the influence of persuasive communication and parental coercive communication on children's prayer worship diclipine is in the low category with the remaining 66.5% influenced by other variables not included in this study. Keywords: Persuasive Communication, Coercive Communication, Children's Prayer Worship Diclipine.. i.

(6) ABSTRAK Sarah Hana Salsabila, 11160510000125, Pengaruh Komunikasi Persuasif Dan Komunikasi Koersif Orang Tua Terhadap Disiplin Ibadah Sholat Anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh dan seberapa besar pengaruh komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah sholat anak SD Isalam Al-Ihsan Jakarta 2020/2021. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas (X1) komunikasi persuasif orang tua (X2) komunikasi koersif orang tua dan variabel terikat (Y) perilaku ibadah sholat anak. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan aplikasi SPSS versi 25. Jenis penelitian ini adalah penelitian regresi berganda dengan metode survei dan analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda. Jumlah populasi adalah 126 siswa. Pengambilan sampel menggunakan teknik Rumus Alokasi Proporsional sebanyak 56 responden. Hasil analisis data didapatkan bahwa pengaruh komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah sholat anak berdasarkan hasil uji t ditemukan bahwa t hitung >t tabel (X1 = 4,161 > 1,673) dan (X2 = -0,620 < 1,673) berarti terdapat pengaruh antara komunikasi persuasif dan tidak terdapat pengaruh komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah sholat anak. Sedangkan, dari hasil uji R square ditemukan bahwa komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua memiliki pengaruh sebesar 33,5%. Hal ini membuktikan bahwa pengaruh komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah sholat anak dalam kategori rendah dengan sisanya 66,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Kata Kunci: Komunikasi Persuasif, Komunikasi Koersif, Disiplin Ibadah Sholat. ii.

(7) KATA PENGANTAR. Bismillahirrahmanirrahim.. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Karena Berkat Rahmat, Hidayah, Serta Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Persuasif Orang Taua dan Komunikasi Koersif Orang Tua Terhadap Perilaku Ibadah Sholat Anak”. Shalawat serta salam semoga Allah SWT curahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, beserta Para Sahabat dan Keluargannya. Penulisan skripsi ini merupakan karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan dalam studi tingkat akhir (S1) dan mendapat gelar Sarjana Sosial (S.sos) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Akan tetapi, berkat adanya dukungan, arahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak, maka sebagai tanda syukur penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Suparto, M. Ed., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW, Wakil Dekan 1 Bidang Akademik. Dr. Sihabudin Noor, M.Ag, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum. Drs.. iii.

(8) Cecep Castrawijaya, M.A, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan. 3. Dr. Armawati Arbi, M.Si, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Dr. H. Edi Amin, S.Ag., M.A, Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Dra. Rochimah Imawati M.Psi, Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu serta pikirannya dalam. mengarahkan,. membimbing. serta. memberi. masukan kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga beliau dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. 5. Thalitha Sacharissa M.Ikom Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu serta pikirannya dalam mengarahkan, membimbing serta memberi masukan kepada penulis selama penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga beliau dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT. 6. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang. telah. memberikan. ilmu. pengetahuan. dan. pengalamannya kepada mahasiswa khususnya penulis. 7. Para Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Serta seluruh Pengelola Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta. Terima kasih atas pelayanannya selama penulis kuliah sampai Menyusun skripsi ini. 8. Kedua orang tua, Abi Mahhmudin S,Ag dan Bunda Cornelly Nizahar atas segala kasih sayang, doa serta. iv.

(9) semangat yang selalu menyertai untuk penulis. Dan adik saya Syahzanan Nadratanna’im yang selalu membantu dalam keadaan apapun. 9. Kawan-kawan Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Angkatan 2016 dan khusus KPI C terima kasih banyak atas semua pengalamannya. 10. Kawan-kawan komunitas JTV (Jurnalis Televisi) terima kasih atas pengalaman berharga dalam berorganisasi selama di perkuliahan. 11. Humas UIN Jakarta terkhusus grup MC Humas UIN yang telah memberikan saya ilmu public speaking dan beberapa kali kesempatan untuk mejadi MC di wisuda uin. 12. Kepada. seluruh. responden. yang. telah. membantu. penelitian penulis serta semua pihak yang telah banyak berkonstribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.. Jakarta, 25 November 2020. Sarah Hana Salsabila NIM 11160510000125. v.

(10) DAFTAR ISI ABSTRAK ............................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................ viI DAFTAR TABEL .................................................................... X BAB I A. B. C. D. E. F. G. H.. PENDAHULUAN ..................................................... 1 Latar Belakang Masalah ................................................ 1 Identifikasi Masalah ...................................................... 7 Batasan Masalah ........................................................... 8 Rumusan Masalah ......................................................... 8 Tujuan Penelitian ......................................................... 9 Manfaat Penelitian ....................................................... 9 Tinjauan Kajian Terdahulu .......................................... 10 Sistematika Penulisan .................................................. 11. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................ 13 A. Teori dan Konsep ......................................................... 13 1. Teknik Komunikasi ................................................ 13 2. Proses Komunikasi .................................................. 15 3. Dampak Komunikasi ............................................... 18 4. Komunikasi Persuasif ............................................ 19 5. Komunikasi Koersif ............................................... 24 6. Kedisiplinan Beribadah ........................................... 30 7. Tugas dan tanggung jawab Orang Tua ................... 35 B. Kerangka Pemikiran ..................................................... 43 C. Hipotesis Penelitian ...................................................... 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................ 46 A. Populasi dan Sampel Penelitian ................................... 46 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 50 C. Sumber Data .................................................................. 50 D. Instrumen Penelitian ..................................................... 51 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 54 F. Teknik Analisis Data .................................................... 54 1. Uji Validitas ........................................................... 54 2. Uji Reliabilitas ....................................................... 58 3. Uji Asumsi Klasik .................................................. 59 a. Uji Normalitas .................................................. 59. vi.

(11) b. Uji Linearitas .............................................. 60 c. Uji Heterokedastisitas ................................ 61 d. Uji Multikolinieritas .................................... 62 4. Uji Regresi Linear Berganda ............................ 63 5. Uji Hipotesis .................................................... 63 a. Uji t (Parsial) .............................................. 64 b. Uji f (Simultan) .......................................... 64 6. Uji Koefisien Determinasi ............................... 64 BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .... 66 A. Temuan Penelitian ........................................................ 66 1. Gambaran Umum SD Islam Al-Ihsan Jakarta .. 66 2. Deskripsi Data Responden ............................... 69 3. Deskripsi Data Penelitian ................................. 71 4. Analisis Pengaruh Komunikasi Persuasif dan Komunikasi Koersif Orang tua Terhadap Perilaku Ibadah Sholat Anak ..........................................74 B. Pembahasan .................................................................. 88 BAB V PENUTUP .................................................................. 92 A. Kesimpulan .................................................................. 92 B. Saran .............................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 94 LAMPIRAN ............................................................................. 99. vii.

(12) DAFTAR TABEL Tabel 3. 1. Populasi Responden ................................................ 46 Tabel 3. 2. Responden Walimurid............................................. 49 Tabel 3. 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ................................ 52 Tabel 3. 4. Hasil Uji Validitas Variabel X1 .............................. 55 Tabel 3. 5. Hasil Uji Validitas Variabel X2 .............................. 56 Tabel 3. 6. Hasil Uji Validitas Variabel Y ................................ 57 Tabel 3. 7. Hasil Uji Reliabilitas Variabel X1, X2 dan Y......... 59 Tabel 4. 1. Daftar Nama Tenaga Pendidik SD Islam Al-Ihsan 67 Tabel 4. 2. Daftar Fasilitas di SD Islam Al-Ihsan .................... 68 Tabel 4. 3. Daftar Responden Tiap Kelas ................................ 69 Tabel 4. 4. Jenis Pekerjaan Orang Tua Murid .......................... 70 Tabel 4. 5. Intensitas Orang Tua Bertemu Anak ....................... 70 Tabel 4. 6. Deskripsi Jawaban Responden Variabel X1 .......... 71 Tabel 4. 7. Deskripsi Jawaban Responden Variabel X2 .......... 72 Tabel 4. 8. Deskripsi Jawaban Responden Variabel Y ............ 73 Tabel 4. 9. Hasil Uji Normalitas .............................................. 75 Tabel 4. 10. Hasil Uji Linearitas Variabel X1 dengan Y ......... 76 Tabel 4. 11. Hasil Uji Linearitas Variabel X2 dengan Y .......... 77 Tabel 4. 12. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................... 79 Tabel 2. 13. Hasil Uji Multikolinieritas ...................................80 Tabel 4. 14. Hasil Uji Regresi Linier Berganda ....................... 81 Tabel 4. 15. Hasil Uji Parsial (Uji t) ......................................... 84 Tabel 4. 16. Hasil Uji Simultan (Uji f) ..................................... 86 Tabel 4. 17. Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................... 88. viii.

(13) BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Orang tua tentu memiliki peran yang sangat penting bagi anak, terlebih dalam masa pertumbuhan anak karena mendidik seorang anak adalah tanggung jawab orang tua. Masa depan anak sebagian besar bergantung pada pola asuh dan pendidikan yang diberikan orang tua. Setiap orang tua tentu memiliki format dan metode tersendiri dalam mendidik anak-anak mereka. Komunikasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi orang tua dalam mendidik anaknya. Komunikasi juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyampaian pesan dari orangtua kepada anaknya, maupun sebaliknya. Dalam buku Onong Uchjana Effendy bahwa Carl I. Hovland, ahli psikologi dan ahli politik di Amerika Serikat, mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of other individuals). 1 Salah satu tanda bahwa suatu komunikasi dikatakan efektif adalah bila menimbulkan pengaruh pada sikap seseorang. Komunikasi persuasif adalah suatu bentuk usaha untuk meyakinkan seseorang atau kelompok seolah-olah keyakinan itu tumbuh atas dasar keyakinan sendiri tanpa menggunakan sanksi1. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 10.. 1.

(14) 2. sanksi atau paksaan, baik yang tampak maupun yang tidak tampak. 2 Menurut Joseph De Vito di dalam bukunya Komunikasi Antar manusia edisi kelima, yaitu usaha persuasif yang memusatkan perhatian pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak atau pada upaya mengajak mereka bertindak dengan cara tertentu. Persuasi juga dapat. dipahami. sebagai. usaha. merubah. sikap. melalui. penggunaan pesan dan berfokus pada karakteristik komunikator dan pendengar. Dalam hal ini komunikasi persuasif orang tua sangat diperlukan dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai kepada anaknya berupa ajakakan dan pujian agar anak mengikuti apa yang orang tuanya harapkan. Selain komunikasi persuasif, komunikasi koersif orangtua juga sangat diperlukan orangtua untuk mendidik anaknya. Terlebih lagi jika si anak sedikit sulit untuk mendengarkan perintah yang orangtuanya berikan. Komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku dengan. gaya. yang. mengandung. paksaan. 3. Orangtua. menggunakan komunikasi koersif supaya si anak dapat tergerak untuk melakukan apa yang dianjurkan orangtuanya. Di dalam islam orang tua berkewajiban untuk menanamkan ajaran-ajaran agama Islam kepada anaknya sejak usia dini, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sholeh dan 2. H. A. W. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi Askara,2008) Edisi 1, Cet Ke-5, 67 3 M. Nasor, . Public Relations. (Bandar Lampung: Gunung Pesagi. 1993), h. 35.

(15) 3. sholehah. Dalam keluarga yang islami, seorang anak pasti akan diperkenalkan pada bentuk bentuk ibadah yang biasanya dilakukan orang tuanya. Tentu saja melalui tahapan tahapan tertentu berdasarkan umur dan tingkat pemahaman anak. Seperti hadis yang diriwayatkan dari Abu Dawud : ْ ‫����ﻦ أ َ ِﺑﯿ���� ِﮫ َﻋ‬ ْ ‫ﺐ َﻋ‬ ُ ‫ْ����ﻦ‬ ْ ‫َﻋ‬ ‫ﺻ����ﻠﱠﻰ ﱠ‬ ‫ﺳ����ﻮ ُل ﱠ‬ ُ� ُ ‫����ﻦ َﺟ���� ِﺪّ ِه ﻗَ����ﺎ َل ﻗَ����ﺎ َل َر‬ ٍ ‫ﺷ���� َﻌ ْﯿ‬ َ ِ� ِ ‫����ﻦ َﻋ ْﻤ‬ ِ ‫����ﺮو ﺑ‬ َ ‫ﺼ‬ ‫ْ�����ﺮﺑُﻮ ُھ ْﻢ‬ ‫�����ﺮوا أ َ ْو َﻻدَ ُﻛ����� ْﻢ ﺑِﺎﻟ ﱠ‬ ُ ‫ﺳ�����ﻠﱠ َﻢ ُﻣ‬ َ ‫�����ﻼةِ َوھُ����� ْﻢ أَ ْﺑﻨَ�����ﺎ ُء‬ َ ‫َﻋﻠَﯿْ����� ِﮫ َو‬ ِ ‫ﺳ�����ﺒْﻊِ ِﺳ�����ﻨِﯿﻦَ َواﺿ‬ �‫ﻀ‬ �‫َﻋﻠَ ْﯿ َﮭ������������ﺎ َو ُھ������������ ْﻢ أ َ ْﺑﻨَ������������ﺎ ُء َﻋ ْﺸ‬ َ ‫�����������ﺮ َوﻓَ ِ ّﺮﻗُ������������ﻮا ﺑَ ْﯿ������������ﻨَ ُﮭ ْﻢ ﻓِ������������ﻲ ْاﻟ َﻤ‬ ٍ ِ ِ‫�����������ﺎﺟﻊ‬ ‫ وھﻮ ﺻﺤﯿﺢ‬،‫رواه أﺣﻤﺪ وأﺑﻮ داود‬ Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu Dawud). 4 Sholat adalah bentuk ibadah awal yang di perkenalkan orang tua pada anak. Disini orang tua akan menanamkan pemahaman akan sholat berdasarkan tingkat keimanan dan kemampuan komunikasi yang dimiliki orang tua. Kemampuan komunikasi yang dimiliki orang tua serta pemahaman orang tua akan pentingnya nilai ibadah itu akan mempengaruhi cara dan metode orang tua dalam membentuk perilaku beribadah pada anak. Demikian sebagai orang tua harus meniru dan mencontoh tauladan dari Lukman Al-Hakim ketika memerintahkan anaknya. 4. Al-albani, Muhammad Nashiruddin., Seleksi Hadits Shahih Sunan Abu Daud Jilid 1 kitab Sholat hadits no 418, ( Jakarta. Pustaka Azzam. 2006) (https://carihadis.com/Sunan_Abu_Daud/418).

(16) 4. untuk melaksanakan ibadah sholat, seperti yang telah difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 17 yang berbunyi : ‫ﻋﻠَ ٰﻰ َﻣﺎ ٓ أَﺻَﺎﺑَﻚَ ۖ إِنﱠ ٰذَ ِﻟﻚَ ِﻣ ْﻦ‬ َ ‫ﺻ ِﺒ ْﺮ‬ ْ ‫وف َوٱ ْﻧﮫَ ﻋ َِﻦ ٱ ْﻟ ُﻤﻨﻜ َِﺮ َوٱ‬ ‫ٰﯾَﺒُﻨَ ﱠﻰ أَﻗِ ِﻢ ٱﻟ ﱠ‬ ِ ‫ﺼﻠَ ٰﻮةَ َوأْ ُﻣ ْﺮ ِﺑﭑ ْﻟ َﻤ ْﻌ ُﺮ‬ ‫ﻮر‬ ِ ‫ﻋ َْﺰ ِم ْٱﻷ ُ ُﻣ‬ Artinya : Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 5 Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa shalat harus orang tua ajarkan kepada anaknya ketika berusia tujuh tahun, lalu kemudian orang tua dapat memberikan hukuman kepada anaknya apabila anak meninggalkan sholatnya ketika berusia 10 tahun. Menurut Prof Zakiah Daradjat, usia anak dibagi menjadi masa kanakkanak (0-12 tahun), masa remaja (13-21 tahun), dan masa dewasa di atas 21 tahun. 6 Pola perkembangan anak, usia yang paling rawan adalah usia anak SD (10-12 tahun). Pada usia 10-12 tahun, mereka ini sedang dalam perkembangan pra-remaja, yang mana secara fisik maupun psikologis pada masa ini mereka sedang menyongsong pubertas. Perkembangan aspek fisik, kognitif, emosional, mental, dan. 5. Kementrian Agama RI, Al-qur’an Terjemah dan Tajwid, Sygma Creative Media Corp, Surah Luqman 31 ayat 17, h 412 6 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 126..

(17) 5. sosial anak SD membutuhkan cara-cara penyampaian yang intens. 7 Dalam pengembangan dan pembentukan karakter anak ibu menjadi poros utama bagi sang anak, dimana pengaruh seorang ibu sangat mendominasi. Seharusnya seorang wanita khususnya ibu lebih baik berada di rumah mendampingi anak-anaknya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu pada kenyataanya di indonesia wanita (ibu) mulai turut serta memasuki dunia karir yang mana dapat mempengaruhi komunikasi terhadap anak. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2012 menyatakan bahwa Persentase perempuan yang mengurus rumah tangga secara total adalah 36,97 persen, dilihat menurut daerah tempat tinggal persentase perempuan yang mengurus rumah tangga di perkotaan sebesar 38,52 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 35,41 persen. Selanjutnya bila dilihat perbandingan persentase perempuan yang bekerja hanya sebesar 47,91 persen. 8 Diketahui bahwa SD Islam Al-Ihsan merupakan sekolah berbasis islami yang dinaungi oleh Yayasan Perguruan Al-Ihsan. Sebagai bentuk upaya untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada muridnya sekolah ini membiasakan anak muridnya untuk sholat dhuha bersama, sholat dzuhur berjama’ah dan bertadarus bersama setiap harinya. Anak murid yang bersekolah di SD Islam 7. Amaliyasari Y dan Puspitasari N. 2008. Perilaku Seksual Anak Usia Pra Remaja Disekitar Lokalisasi dan Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal of Public Health. Vol. 7, no, 1 8 BPS RI - Sakernas Agustus 2012 https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/5fe26-c5be9-profile-perempuanindonesia-2013.pdf).

(18) 6. Al-Ihsan berasal dari keluarga dengan latar belakang islam yang mana dalam keluarga dengan latar belakang beragama islam seorang anak akan diperkenalkan pada bentuk-bentuk ibadah yang biasa dilakukan oleh kedua orang tuanya. Sebagian besar orang tua murid khususnya ibu di SD Islam Al-Ihsan adalah ibu rumah tangga yang memiliki banyak waktu di rumah dan lebih intens berkomunikasi dalam mendampingi anak-anaknya. Dan sebagian lain orang tua murid adalah pekerja, yang mana intensitas bertemu anaknya lebih sedikit daripada orang tua yang menjadi ibu rumah tangga. Seorang ibu mempunyai peran vital dalam pengasuhan dan menjadi bagian terpenting dalam setiap perkembangan sang anak. Ketika seorang ibu mempunyai peran ganda atau memiliki kesibukan lain di luar tanggung jawab sebagai seorang ibu, secara tidak langsung dapat berdampak pada proses pengasuhan yang di berikan. Seorang ibu yang bekerja akan membagi perhatian untuk pekerjaan dan keluarga tentunya. 9 Hal inilah yang menjadi tantangan seorang ibu dalam mengasuh dan mendidik anak ketika menjalankan peran ganda. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pada komunikasi persuasif dan komunkasi koersif orang tua terhadap ibadah sholat anak. Maka peneliti tertarik dengan mengangkat masalah tersebut kedalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Persuasif Dan. 9. Jurnal Psikologi Integratif, Vol. 1, No. 1, Desember 2013, Halaman 105 – 123 (hal 106).

(19) 7. Komunikasi Koersif Orang Tua Terhadap Perilaku Ibadah Sholat Anak Usia (10-12 Tahun)”. B. Identifikasi Masalah Bagaimana komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua dan anak mampu dalam kediplinanan untuk ibadah sholat anak, di sini akan ditelaah melalui pengaruh dari komunikasi persuasif dan komunikasi koersif terhadap anak pada proses pembentukan ibadah sholat anak, khususnya simbol simbol yang bersifat imbauan dan bujukan, ancaman dan hukuman. Bagaimana proses persuasif dan koersif yang dilakukan orang tua dalam kediplinan beribadah pada anak dimaknai dengan tepat oleh anak. Kemudian anak dapat memaknai perilaku komunikasi orang tuanya sebagai apa, apakah bujukan atau pesan yang diberikan orang tua sampai ke anak sesuai yang diharapkan ataukah ancaman dan hukuman yang dapat membentuk perilaku ibadah anak, inilah yang kemudian akan kita ketahui melalui penelitian yang menggunakan metode kuantitatif.. C. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membuat batasan masalah agar lebih jelas supaya penelitian terfokus dan tidak melebar pada hal lainnya, maka peneliti membatasi subjek penelitian pada anak usia 10-12 tahun. Sedangkan objek penelitian ini adalah komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua..

(20) 8. D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini untuk menguji teoritik seberapa besar komunikasi persuasif dan komunikasi koersif terhadap disiplin ibadah sholat anak.. E. Tujuan Penelitian Untuk melakukan uji teoritik seberapa besaran pengaruh komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua terhadap disiplin ibadah anak.. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu dalam bidang komunikasi persuasif dan komunikasi. koersif. bagi. mahasiswa. UIN. Syarif. Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi akademisi dan. praktisi komunikasi, terlebih. mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi persuasif dan komunikasi koersif orang tua terhadap ibadah sholat anak..

(21) 9. G. Tinjauan Kajian Terdahulu Sebelum. melakukan. penelitian,. peneliti. melakukan. pengecekan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, situs di internet dan juga jurnal-jurnal ilmiah yang ada agar tidak terjadi kesamaan yang signifikan dalam hal judul maupun isi dari penelitian, dalam pencarian penulis menemukan judul yang hampir sama dengan yang akan diteliti, judul skripsi tersebut adalah: 1. Skripsi yang dibuat oleh Fatmah Nur pada tahun 2005 yang merupakan mahasiswi Universitas Islam Bandung, yang berjudul “Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak Dalam Membentuk Perilaku Beribadah Pada Anak” Kualitatif. Dengan. Pendekatan. Interaksi. Studi. Simbolik. Mengenai Komunikasi Persuasi Ibu dan Anak Dalam Membentuk Perilaku Beribadah Ritual Khususnya Sholat Fardhu Lima Waktu dan Aktivitas Belajar Membaca Al Quran Pada Anak. Persamaan dengan skripsi ini yaitu membahas mengenai komunikasi orang tua dalam membentuk perilaku ibadah anak dan perbedaannya penelitian ini yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif karena mencari gaya komunikasi persuasi, sedangkan peneliti membahas seberapa pengaruhkah komunikasi persuasif dalam membentuk perilaku ibadah anak. 2. Skripsi yang dibuat oleh Rachma Chairunnisa tahun 2018 yang merupakan mahasiswi UIN Raden Intan Lampung,.

(22) 10. yang berjudul “Komunikasi Koersif Orangtua Terhadap Perkembangan Mental Spiritual Anak di Kelurahan Gunung. Agung. Kecamatan. Langkapura. Bandar. Lampung”. Persamaan dengan skripsi ini yaitu membahas mengenai komunikasi koersif, perbedaan pada penelitian ini yaitu menngunakan metode penelitian kualitatif dan subjek yang diteliti. 3. Skripsi yang dibuat oleh Aditya Nugroho tahun 2013 yang merupakan mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta, yang berjudul “Pengaruh Motivasi Dan Minat Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Diklat Keselamatan Dan Kese Ehatan Kerja Di Smk Negeri 1 Sedayu”. Persamaan dengan skripsi ini yaitu Metode Penelitian Kuantitatif 3 Variabel, perbedaan pada penelitian ini yaitu Objek, Subjek dan lokasi penelitian yang diteliti..

(23) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Teori dan Konsep a. Teknik Komunikasi Ada 4 (empat) macam teknik komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy , diantaranya yaitu: a. Komunikasi informatif (informative communication) Komunikasi informatif adalah teknik yang dipakai untuk menyampaikan informasi secara umum. Dengan cara memberikan keterangan dan pemberitahuan tentang. sesuatu. yang. keseluruhan. maknanya. menunjang amanat atau isi berita. 1 Komunikasi pada umumnya mengandung pesan atau informasi yang sangat penting untuk ditujukkan kepada komunikan. b. Komunikasi persuasif (persuasive communication) Komunikasi persuasif adalah teknik komunikasi yang bersifat. membujuk. secara. halus. agar. sasaran. (komunikan) menjadi yakin. 2 Komunikasi persuasif ini bersifat mengajak komunikan dengan cara yang lembut agar komunikan terbujuk dan mengikuti apa yang disampaikan oleh komunikator.. 1. Christina Lia Uripni, Untung Sujianto, Tatik Indrawati, Komunikasi Kebidanan (Jakarta: Kedokteran EGC, 2003), h. 14. 2 Christina Lia U, Untung Sujianto, Tatik Indrawati, Komunikasi, h 14.. 11.

(24) 12. c. Komunikasi instruktif/ koersif (instructive/ coersive communication) komunikasi. Selanjutnya,. koersif.. terdapat. Komunikasi. teknik. koersif. ini. merupakan kebalikan dari komunikasi persuasif. Komunikasi. koersif. dimaknai. sebagai. metode. menekan atau memaksa dan instruksi. Teknik koersif dan instruktif ini memang mengandalkan kekuasaan seorang. komunikator.. Kekuasaan. merupakan. kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar dia suka atau tidak suka harus menerima semua pesan yang dikirimkan demi tercapainya maksud. dan. komunikator. 3. tujuan. yang. Komunikasi. dikehendaki koersif. ini. oleh bersifat. memaksa komunikan agar komunikan melakukan apa yang disampaikan oleh komunikator, suka atau tidak suka harus melakukannya, biasanya komunikator yang menggunakan komunikasi koersif ini mempunyai kekuasaan. atas. komunikan,. sehingga. mudah. mempengaruhi si komunikan. c. Hubungan manusiawi (human relations) 4 Selanjutnya. terdapat. teknik. komunikasi. yaitu. hubungan manusiawi. Hubungan manusiawi dalam arti luas yaitu interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang 3. Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011), h. 300-301. 4 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h, 8.

(25) 13. kehidupan.. Hubungan. manusiawi. biasanya. mengandung unsur-unsur kejiwaan yang sangat mendalam. 5 Sama halnya seperti hubungan seorang ibu dengan anaknya yang mana hampir setiap harinya berinteraksi dengan anaknya. Hubungan manusiawi ini merupakan teknik yang paling sering digunakan dalam tahap kehidupan ini, karena pada umumnya hubungan manusiawi ialah interaksi antara seorang individu dengan individu lainnya dalam segala situasi.. 2. Proses Komunikasi Proses. komunikasi. adalah. bagaimana. komunikator. menyampaikan pesan kepada komunikan, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikator dan komunikan. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). 6 a. Sender. Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. b. Encoding. Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk lambang. c. Message. Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.. 5. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h, 138 6 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h 11..

(26) 14. d. Media. Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. e. Decoding.. Pengawasan,. yaitu. proses. dimana. komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. f. Receiver. Komunikan yang menerima pesan dari komunikator. g. Response.. Tanggapan,. seperangkat. reaksi. pada. komunikan setelah diterpa pesan. h. Feedback. Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila. tersampaikan. atau. disampaikan. kepada. komunikator. i. Noise. Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya. 7 Komunikator adalah sumber informasi, yakni pihak yang memprakarsai atau menciptakan pesan. 8 Komunikator juga dapat disebut sumber pesan. Segala proses komunikasi biasanya diawali oleh komunikator yang memberikan pesan. Setelah komunikator memiliki pesan, terjadilah proses encoding. Encoding merupakan sistem transmisi, yang di dalamnya terdapat mulut (suara) dan tubuh (isyarat) yang menciptakan dan memodulasikan sinyal, kedua 7. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h, 18 8 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011), h. 66.

(27) 15. terdapat juga saluran yang dibangun dari udara (isyarat udara) dan cahaya (isyarat cahaya) yang memungkinkan sinyal ditransmisikan dari seseorang kepada orang lain. 9 Maksudnya, pada proses encoding ini, komunikator menyuarakan pesannya untuk diberikan kepada komunikan melalui mulut, suara, ataupun bahasa tubuh dengan saluran cahaya dan udara agar pesan tersebut dapat ditangkap oleh komunikan. Pesan adalah suatu maksud (intentional) yang dikirim dari sumber kepada penerima. 10 Pesan dapat disampaikan melalui media (saluran). Saluran dapat berupa udara, cahaya, listrik, gelombang radio, dan lain sebagainya. Selanjutnya, pesan diterima oleh komunikan dengan menggunakan telinga (suara) dan mata (gerakan) dalam menangkap pesan yang dimaksud oleh si komunikator. Saat menerima pesan inilah terjadi proses decoding, dimana komunikan berusaha untuk mengerti maksud dari apa yang komunikator sampaikan. Dalam setiap proses komunikasi terkadang memiliki gangguan. Gangguan dalam proses komunikasi ini dapat berupa pesan yang tidak jelas atau membingungkan. 11 Gangguan ini dapat berasal dari komunikator yang kurang jelas menyampaikan pesan, maupun dari komunikan yang susah mengerti pesan yang disampaikan oleh komunikator. 9. Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005). h, 67 10 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h, 66 11 Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h, 67.

(28) 16. 3. Dampak Komunikasi Pada dasarnya, komunikasi memiliki tiga dampak, yaitu : a. Memberikan informasi, meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan. Tujuan ini sering disebut kognitif. b. Menumbuhkan. perasaan. tertentu,. menyampaikan. pikiran, ide, atau pendapat. Tujuan ini sering disebut afektif. c. Mengubah sikap, perilaku, dan perbuatan. Tujuan ini sering disebut tujuan konatif atau psikomotorik. 12 Jadi, tujuan kognitif memiliki fungsi untuk menjelaskan tentang sesuatu hal agar sesuatu itu dapat dimengerti dan dipahami oleh komunikator. Tujuan afektif memiliki fungsi menumbuhkan perasaan tertentu agar mudah dihayati. Terakhir, tujuan psikomotorik ini berfungsi untuk menimbulkan perubahan sikap agar berperilaku sesuai. apa. yang. diinginkan. oleh. komunikator.. Komunikator yang dimaksud dalam skripsi ini adalah orangtua. Bagaimana upaya orang tua memberikan dampak kognitif, efektif dan psikomotorik kepada anak.. 12. Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Media Pressindo, 2009), h. 12.

(29) 17. 4. Komunikasi Persuasif Pengertian Komunikasi Persuasif Persuasif, atau dalam bahasa inggris persuasion berasal dari istilah bahasa latin persuasion yang secara harfiah berarti ajakan, bujukan, imbauan, dan lain-lain yang sifatnya halus dan luwes. 13 Komunikasi persuasif adalah proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap, tujuan, atau perilaku, seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal yang dilakukan, baik sengaja maupun tidak. Komunikasi bersifat informatif dan persuasif, bergantung kepada tujuan komunikator. Jika komunikasi informatif bertujuan hanya untuk memberi tahu, komunikasi persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Istilah persuasi (persuasion) bersumber pada perkataan latin persuasio, kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. 14 Tujuan komunikasi persuasif orang tua disini yaitu orang tua membujuk. anaknya. untuk. melaksanakan. sholat. sebagaimana yang telah ditetapkan islam sebagai ibadah yang wajib dikerjakan. Jika anak melaksanakan sholat atas ajakan dan ajaran orang tua maka dapat dikatakan komunikasi persuasif berjalan dengan efektif karena. 13. Effendy, Onong, Hubungan Insani. (Bandung: Remadja Karya CV, 1988) 67 14 Effendy, Onong. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. (Bandung: Cintra Aditya Bakri: 2003) 21.

(30) 18. tujuan dan maksud yang disampaikan dari komunikator atau orang tua tersampaikan kepada komunikan atau anak. Menurut Joseph De Vito di dalam bukunya Komunikasi Antar manusia edisi kelima, yaitu usaha persuasif yang memusatkan perhatian pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak atau pada upaya mengajak mereka bertindak dengan cara tertentu. Penulis berpendapat bahwa komunikasi persuasif adalah suatu usaha yang dilakukan secara lisan yang bertujuan untuk membujuk, mengajak seseorang untuk dapat menjadi apa yang diinginkan oleh komunikator. Sama halnya. seperti. orang. tua. yang. berupaya. untuk. mengajarkan anaknya sholat agar anak dapat merespon apa yang orang tuanya telah sampaikan dan melakukan apa yang diharapkan orang tuanya. Begitu. pula. Menurut. Ronald. dan. Karl. mereka. mendefinisikan bahwa komunikasi persuasif merupakan suatu proses komunikasi yang padat, dimana individu atau kelompok menunjukan pesan, sengaja atau tidak sengaja dengan cara verbal dan nonverbal untuk memperoleh suatu respons yang khusus dari individu maupun group. 15 Persuasi telah menjadi salah satu alternatif yang banyak dipergunakan dalam komunikasi. Istilah persuasi bersumber dari bahasa Latin, persuasion yang kata kerjanya adalah persuadere yang berarti membujuk, mengajak atau merayu.. 15. Littlejohn, W Stephen dan Foss, A Karen, Teori Komunikasi edisi 9, (Jakarta: Salemba Humanika:2009) 12.

(31) 19. Hovland, Janis, dan Kelly mendefinisikan komunikasi persuasif sebagai the process by which and individual (communicator) transmits stimuli or message (usually verbal) to modify behaviour of the other individuals (the audience). Komunikasi persuasif adalah suatu proses di mana seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan atau pesan (biasanya lambang verbal). untuk. (komunikan).. mempengaruhi. perilaku. orang. lain. 16. Pendapat senada dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy bahwa persuasi bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, yang dilakukan secara halus, luwes dan mengundang sifat-sifat manusiawi. 17 Sedangkan Astrid Susanto berpendapat bahwa komunikasi dikatakan berhasil apabila komunikasi itu mampu mengubah sikap dan tindakan seseorang secara sukarela, salah satu caranya dengan menggunakan komunikasi. persuasif. 18. Hovland,. Janis. dan. Kelley. mengemukakan sebuah model komunikasi persuasif yang disebut dengan model Instrumental Theory of Persuasion.. 16. Alexis S Tan, Mass Communication Theories and Research, (Ohio: Grid Publishing Inc:1981) 93 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya:1998) 27 18 Astrid S Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta:1993) 121.

(32) 20. Penjelasan model teori tersebut adalah sebagai berikut : Stimuli. merupakan. rangsangan. eksternal. terhadap. komunikan berupa karakteristik dari situasi komunikasi yaitu faktor sumber yang dititik beratkan pada kredibilitas komunikator. yang. meliputi. keahlian. (expertise),. keterpercayaan (trustworthines) dan kesukaan (likebility). Faktor pesan terdiri dari struktur pesan yaitu objektivitas pesan (onesided on two sided), penyampaian argumen (order. of. argument). dan. penyampaian. pesan. (conclusions). Gaya pesan (message style) yaitu repetisi pesan dan gaya bahasa yang digunakan; daya tarik pesan (message appeals) yaitu jenis daya tarik seperti emosional atau rasional,. yaitu bagaimana komunikator dapat.

(33) 21. menyusun pesan yang baik, sehingga mudah dimengerti oleh pendengar dan pengguna gaya bahasa. 19 Orang tua juga melakukan organisasi pesan persuasif. Jalaludin Rakhmat menyebutkan, psikologi komunikasi menambahkan urutan psikologis dari pesan. Urutan yang paling terkenal, dan yang paling dahulu, dikemukakan oleh Alan H. Monroe pada akhir tahun 1930-an. Urutan ini kemudian disebut “motivated sequence”, yang menyarankan lima langkah dalam penyusunan pesan: 1) Attention (perhatian); 2) Need (kebutuhan); 3) Satisfaction (pemuasan); 4) Visualization (visualisasi); 5) Action (tindakan). 20 Disimpulkan bahwa, untuk dapat mempengaruhi orang lain, komunikator harus dapat memperoleh perhatian, selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan dan gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang jika menerapkan gagasan komunikator, dan mendorong untuk bertindak. 21. 19. Alexis S Tan, Mass Communication Theories and Research, (Ohio: Grid Publishing Inc:1981) 95 20 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya: 2007) 295 21 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya: 2007) 297.

(34) 22. Unsur-unsur Komunikasi Persuasif Unsur-unsur dalam komunikasi persuasif menurut Soleh Soemirat dan Asep Suryana adalah: 22 1) Persuader. Persuader adalah orang atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan untuk mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. 2) Persuadee. Persudee adalah orang atau kelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan atau disalurkan oleh persuader atau komunikator baik secara verbal maupun secara nonverbal. 3) Persepsi. Persepsi Persuadee terhadap persuader dan pesan yang disampaikannya akan menentukan efektif tidaknya komunikasi pesuasif yang terjadi. Persepsi menurut Mar’at di dalam buku Soleh Soemirat dan Asep. Suryana. merupakan. proses. pengamatan. seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan seseorang. 4) Pesan Persuasif . Pesan persuasif dipandang sebagai dipandang sebagai usaha sadar untuk mengubah pikiran dan tindakan dengan memanipulasi motifmotif ke arah tujuan yang telah ditetapkan. Makna memanipulasi dalam penyataan tersebut bukanlah mengurangi dan menambah fakta sesuai konteksnya, 22. Soemirat & Suryana, Soleh & Asep, Komunikasi Persuasif, ( Banten: Universitas Terbuka: 2004) 25.

(35) 23. tetapi dalam arti memanfaatkan fakta-fakta yang berkaitan dengan motif-motif khalayak sasaran, sehingga tergerak untuk mengikuti maksud pesan yang disampaikan kepadanya.. 23. 5) Saluran Persuasif. Saluran merupakan perantara dari seorang persuadee menyampaikan kembali pesan yang berasal dari sumber awal untuk tujuan akhir. Salran (Channel). digunakan. oleh. persuader. untuk. berkomunikasi dengan barbagai orang secara formal maupun non formal, secara tatap muka maupun bermedia. 6) Umpan Balik dan Efek. Umpan balik adalah jawaban atau reaksi yang datang dari komunikan atau datang dari pesan itu sendiri. Umpan balik terdiri dari umpan balik internal dan umpan balik eksternal. Umpan balik internal bersifat koreksi atas pesan yang terlanjur diucapkan. Sedangkan umpan balik eksternal adalah reaksi yang datang dari komunikan karena pesan yang disampaikan komunikator tidak dipahaminya atau tidak sesuai dengan keinginanya atau harapannya. Sedangkan efek adalah perubahan yang terjadi pada diri komunikan sebagai akibat dari diterimanya pesan melalui proses komunikasi. Perubahan yang terjadi bisa berupa perubahan sikap, pendapat, pandangan dan tingkah laku. Dalam komunikasi persuasif 23. Ritonga, M Jamiludin, Tipologi Pesan Persuasif, (Jakarta: PT. Indeks, 2005) 5.

(36) 24. terjadinya. perubahan. baik. dalam. aspek. sikap,. pendapat maupun perilaku pada diri persuadee merupakan. tujuan. utama.. Inilah. letak. pokok. perbedaan komunikasi persuasif dengan komunikasi yang kainnya.. Teknik-teknik Komunkasi Persuasif Sehubungan dengan proses komunikasi persuasif itu, Onong U. Effendy mengungkapkan teknik-teknik yang dapat dipilih dalam proses komunikasi persuasif yaitu: 1) Teknik Asosiasi adalah penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. 2) Teknik Integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan, metode ini mengandung pengertian adanya kemampuan komunikator untuk menyatukan diri kepada pihak komunikan. 3) Teknik. Ganjaran. merupakan. kegiatan. untuk. mempengaruhi orang lain dengan cara mengimingngiming hal yang menguntungkan atau hal yang menjanjikan harapan. 4) Teknik Tataan yaitu menata pesan komunikasi dengan himbauan emosional sedemikian rupa sehinggah komunikan menjadi lebih tertarik. 5) Teknik Red Herring adalah seni seorang komunikator untuk meraih kemenangan dalam perdebatan dengan.

(37) 25. mengelakkan. argumentasi. yang. lemah. untuk. kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit aspek yang disukainya guna dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. 24 Jadi teknik ini dilakukan pada saat komunikator berada dalam posisi yang terdesak.. 5. Komunikasi Koersif Pengertian Komunikasi Koersif Koersif berkenaan dengan koersi. Koersi adalah sistem komunikasi yang menggunakan paksaan dan kekerasan. 25 Istilah koersi berasal dari bahasa Inggris coersion, berasal dari bahasa Latin coersio yang secara harfiah berarti pengekangan dan secara maknawiyah berarti upaya mencapai suatu tujuan dengan menggunakan kekuatan. Dalam prakteknya,untuk mencapai suatu tujuan dilakukan kegiatan dalam bentuk sanksi, ancaman, intimidasi, pemerasan, boikot, terror, dan lain-lain sehingga orangorang yang dijadikan sasaran merasa cemas, takut, dan sebagainya. 26 Komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku dengan gaya yang mengandung paksaan. Komunikasi koersif dilakukan 24. Onong U. Effendy. Dinamika Komunikasi. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) 23 25 Pius Abdullah, Danu Prasatya, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Arkola, 2005), h. 351. 26 M. Nasor, Public Relations (Bandar Lampung: Gunung Pesagi, 1993), h. 32-33.

(38) 26. dengan atau secara imperatif (bersifat memerintah) yang mengandung. sanksi,. ancaman,. kekhawatiran,. dan. ketakutan. 27 Komunikasi koersif diartikan sebagai metode menekan atau memaksa dan instruksi. Dalam buku Alo Liliweri, menurut Schein dan Lifton, metode ini menerangkan bahwa untuk mempersuasi seseorang atau sekelompok orang. agar. mereka. berubah. sikap,. maka. komunikator/persuader akan mengirimkan pesan dengan cara menekan, memaksa, atau memberikan instruksi bahkan dengan taktik “cuci otak” sekalipun. 28 Dapat ditarik kesimpulan, komunikasi koersif adalah proses penyampaian suatu ide, pesan, atau informasi oleh komunikator kepada komunikan yang memiliki tujuan mengubah sikap, opini, tingkah laku, ataupun perilaku komunikan dengan menggunakan paksaan, penekanan, atau bahkan kekerasan dalam bentuk hukuman, ancaman, dan intimidasi sehingga dapat menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan. Dalam skripsi ini, komunikator yang menggunakan komunikasi koersif adalah orangtua yang memiliki tujuan untuk mengubah perilaku anaknya sesuai apa yang diinginkan oleh orangtua. Metode koersif dan instruktif ini memang mengandalkan kekuasaan seorang komunikator. Kekuasaan merupakan. 27. M. Nasor, Public Relations, h. 35 Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011)h. 300 28.

(39) 27. kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar dia suka atau tidak suka harus menerima semua pesan yang dikirimkan demi tercapainya maksud dan tujuan yang dikehendaki oleh komunikator. 29 Bentuk-bentuk kekuasaan itu yakni : 1) Dominasi. Kekuasaan seseorang yang diakui secara formal dan hierarkis berdasarkan tradisi hukum atau tradisi sosial dan kultural mempunyai pengaruh atau hubungan hierarkis terhadap orang-orang lain yang berada dengan atau di bawah kekuasannya. 2) Pencegahan. Kekuasaan seseorang berdasarkan status posisinya dalam suatu hierarkis tertentu dapat mencegah atau menggagalkan pengaruh orang lain atau aktivitas tertentu. 3) Pemberdayaan. Kekuasaan seseorang berdasarkan wewenang yang dia miliki, legitimasi, ganjaran, jaminan, informasi, atau kepakarannya sehingga dapat mempengaruhi atau memberdayakan individu atau kelompok tertentu. 30. Unsur-unsur Komunikasi Koersif Dalam. buku. Alo. Liliweri,. Tadeschi. dan. Felson. mendefinisikan tindakan koersif sebagai setiap “tindakan yang diambil dengan maksud memaksakan sesuatu yang. 29. Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011) h. 301 30 Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, h. 302.

(40) 28. merugikan orang lain atau memaksakan kepatuhan orang lain kepada pihak yang berkuasa”. 31 Dari definisi ini dapat diperinci tiga jenis tindakan koersif yaitu : a. Ancaman. Tadeschi dan Felson membagi dua jenis ancaman yaitu : 1.) Ancaman kontingen. Ancaman ini dilakukan dalam bentuk komunikasi persuasif yang koersif dimana seseorang mengancam seseorang agar orang itu taat dan patuh kepada pihak yang berkuasa, ancamannya adalah jika tidak taat dan patuh. maka. pihak. yang. berkuasa. akan. membahayakan orang yang menjadi sasaran tersebut. Ancaman kontingen bisa datang dalam bentuk compleain melalui dua tindakan tertentu, yakni “harus melakukan” atau “tidak boleh melakukan”. sesuatu. yang. tergantung. dalam. pandangan pihak penguasa. 2.) Ancaman nonkontingen. Tampaknya lebih soft dari ancaman kontingen di atas, atau dalam bahasa sehari-hari adalah “tindakan menakut-nakuti”. Jenis ancaman ini biasanya digunakan untuk menakut-nakuti atau mempermalukan seseorang yang berada di bawah pengaruh kekuasaan. 32. 31. Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011)h. 303 32 Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Maknah. 304.

(41) 29. Dapat dilihat dari penjelasan di atas bahwa ancaman kontingen. lebih. parah. dibandingkan. ancaman. nonkontingen, dikarenakan ancaman kontingen dapat membahayakan orang yang menjadi sasaran itu dan ancaman nonkontingen hanya menakut-nakuti atau mempermalukan seseorang yang berada di bawah pengaruh kekuasaan. Kedua jenis ancaman dapat dilakukan secara diam-diam/tersirat atau bahkan eksplisit. b. Hukuman. Dalam buku Alo Liliweri, Tadeschi dan Felson tindakan. mendefinisikan yang. hukuman. dilakukan. sebagai. dengan. suatu. memaksakan. kehendak yang mendatangkan kerugian pada orang lain. Mereka mengemukakan sekurangkurangnya tiga jenis kerugian yaitu : 1) Kerugian fisik, kerugian karena ada perampasan sumber daya, dan kerugian sosial. 2) Kerugian sumber daya, yang kerugian karena kesempatan seseorang yang dijadikan target dibatasi. dalam. usaha,. penghapusan. atau. penghancuran harta benda. 3) Kerugian sosial, kerugian yang dialami oleh orang yang. menjadi. target. misalnya. mengalami. kerusakan identitas sehingga status dan posisinya.

(42) 30. dalam. polarisasi. menjadi. buruk,. kehilangan. kepercayaan umum. 33 Kerugian fisik mengacu pada setiap peristiwa yang menyebabkan rasa sakit fisik yang merugikan biologis, atau pengalaman yang tidak menyenangkan dari fisik dari sasaran. Kerugian sumber daya mengacu kepada pihak yang berkuasa ikut campur tangan dalam semua jenis hubungan sosial seseorang. Kerugian sosial biasanya dilakukan dengan hukuman melaui penghinaan, pencelaan, sarkasme, dan tindakan kurang sopan terhadap seseorang yang menjadi target hukuman. c. Tindakan Fisik Pada dasarnya tindakan koersif terhadap. fisik. seseorang dilakukan dengan memaksa seseorang dengan kontak fisik seperti memukul, menganiaya, bahkan membunuh demi membatasi perilaku orang lain. 34 Tindakan fisik seolah-olah dilakukan demi mencapai sebuah tujuan tertentu yang diinginkan oleh seseorang yang menggunakan komunikasi koersif.. Faktor-faktor Komunikasi Koersif Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi koersif yaitu : 33. Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011)h. 304 34 Liliweri,Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna (Jakarta: Kencana, 2011)h. 305.

(43) 31. 1) Tafsiran bahwa perilaku atau perilaku dan tindakan agresif merupakan perilaku instrumental, artinya tindakan tersebut dilakukan seseorang, misalnya penguasa, sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2) Agresif adalah konsekuensi normal dari konflik yang terjadi dalam hubungan antarmanusia. 3) Situasi dan kondisi hubungan atau relasi antarpersonal ternyata dapat ikut memicu perilaku agresif. 4) Nilai-nilai dan kepercayaan seseorang dalam proses pengambilan keputusan merupakan kunci untuk tiba pada setiap alternatif penggunaan tindakan agresif, meskipun. patut. dicatat. bahwa. agresif. hanya. merupakan salah satu bentuk pemaksaan. 35. 6. Disiplin Beribadah Shalat Pengertian Ibadah Shalat Kata shalat menurut pengertian bahasa mengandung dua pengertian, yaitu berdo’a dan bershalawat. Berdoa adalah memohon hal-hal yang baik, kebaikan, kebajikan, nikmat, dan rizki, sedangkan bershalawat berarti meminta keselamatan, kedamaian, keamanan, dan pelimpahan rahmat Allah. 36 Kata shalat berasal dari bahasa arab yaitu ‫ﺻﻼة‬, yang berasal dari kata kerja ‫ ﯾﺼﻠﻲ‬-‫ﺻﻠﻲ‬.. 35. Liliweri, Alo, Komunikasi Serba Ada Serba Makna h. 305 Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 173-174. 36.

(44) 32. Shalat secara terminologi terdapat beberapa pendapat tokoh, seperti M Syafi‟i Masykur dalam bukunya Shalat Saat Kondisi Sulit mengutip pendapat Ibnu Qasim AlGhazi, bahwa beliau memberikan definisi “shalat sebagai perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri. dengan. salam. disertai. syarat-syarat. dan. rukunrukun tertentu”. 37 Pendapat lain juga disampaikan oleh Sayyid Sabiq dalam bukunya Fikih Sunnah menjelaskan “shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan. Kedisiplinan dalam Beribadah Disiplin merupakan istilah yang biasa kita ucapkan ketika melakukan sesuatu yang secara teratur dan tepat waktu. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari berbagai macam aktivitas atau kegiatan, yang mana terkadang aktivitas tersebut harus dilakukan secara tepat waktu maupun tidak. Suatu kegiatan yang dilakukan dengan tepat waktu dan dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang cukup lama, akan menghasilkan sebuah kebiasaan. Kebiasaan yang secara teratur dan tepat waktu biasanya disebut dengan disiplin. Disiplin yaitu ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut. M Syafi‟i Masykur, Shalat Saat Kondisi Sulit, (Jakarta: Citra Risalah,2011), hlm. 1. 37.

(45) 33. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kedisiplinan adalah tata tertib, yaitu ketaatan Kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin berarti menaati (mematuhi) tata tertib. 38 Secara Istilah disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban, karena nilai-nilai itu sudah membantu dalam diri individu tersebut, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, sebaliknya akan menjadi beban bila tidak berbuat sesuatu yang telah ditetapkan. 39 Berdasarkan pengertian diatas bahwa kedisiplinan adalah sikap kesadaran, ketaatan, dan kepatuhan seseorang dalam melakukan sebuah perbuatan atau perilaku terhadap peraturan atau tata tertib yang sudah diberlakukan. Jadi yang dimaksud dengan kedisiplinan beribadah adalah bentuk dari ketaatan dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan syariat, peraturan dan tata tertib yang sudah ditetapkan. Seperti melaksanakan sholat 5 waktu dan pada waktu yang tepat secara teratur. Islam memenekankan pentingnya disiplin dalam berbagai aspek kehidupan, terpenting dalam menjalankan perintah agama atau ibadah, dan aspek kehidupan lainnya. Menurut Prijodarminto disiplin berbagi tiga aspek yaitu 38. Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hlm. 17. 39 Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), hlm. 69.

(46) 34. sikap mental, pemahaman, dan sikap kelakuan, diuraikan sebagai berikut: a. Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak. b. Pemahaman yang baik mengenai system peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa, sehingga pengalaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan akan aturan, norma dan standar tadi merupakan. syarat. mutlak. untuk. mencapai. keberhasilan (success). c. Sikap. Sebagai kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. 40 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa unsur-unsur yang perlu dikembangkan untuk membentuk disiplin adalah pembiasaan untuk melaksanakan sholat 5 waktu oleh orang tuanya. Yang kedua, orang tua juga harus memberikan pemahaman akan pentingnya ibadah sholat, menumbuhkan sikap mental yang taat, norma yang mengatur, jika orang tua menerapkannya maka keteguhan hati serta kesadaran anak untuk melaksanakan sholat dan mematuhi norma yang berlaku. 40. Soegeng Prijodarminto, Disiplin Kiat Menuju Sukses, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1994), hlm. 23-24.

(47) 35. Aspek-aspek Disiplin Disiplin beribadah memiliki aspek-aspek yang mengacu pada perilaku kepatuhan. Blass menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan patuh terhadap orang lain, apabila. seseorang. tersebut. memiliki. tiga. dimensi. kepatuhan yang terkait dengan sikap dan tingkah laku patuh. Berikut adalah dimensidimensi kepatuhan: 1) Mempercayai (belief) Kepercayaan terhadap tujuan dari. kaidah-kaidah. bersangkutan,. terlepas. dari. perasaan atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya. 2) Menerima (accept) Menerima dengan sepenuh hati perintah atau permintaan yang diajukan oleh orang lain. 3) Melakukan. (act). Melakukan. isi. perintah. atau. permintaan dari orang lain secara sadar. 41 “Belief” dan “accept” merupakan dimensi kepatuhan yang terkait dengan sikap, dan “act” merupakan dimensi kepatuhan yang terkait aspek tingkah laku patuh pada seseorang. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan patuh apabila sudah mempercayai, menerima, dan melakukan sesuatu yang diperintah oleh orang lain. Peneliti menggunakan dimensi kepatuhan dari Blass sebagai 41. Hartono. 2006. Kepatuhan dan Kemandirian santri (Analisis Psikologi). Jurnal Study Islam dan Budaya. Vol.4 No.1. hlm. 34.

(48) 36. acuan untuk mengukur kepatuhan terhadap aturan atau kepatuhan dalam menjalankan ibadah sholat pada murid SD Islam Al-Ihsan Jakarta. Pada penelitian ini penulis menggunakan alat ukur dari Blass sebagai acuan untuk melihat bagaimana disiplin dalam ibadah shalat anak. Pengukuran terdiri dari belief yaitu kepercayaan terhadap tujuan dari kaidah-kaidah bersangkutan, accept yaitu menerima dengan sepenuh hati perintah atau permintaan yang diajukan oleh orang lain, dan act yaitu melakukan isi perintah atau permintaan dari orang lain secara sadar. Dlama hal ini sebagaimana seorang anak memahami makna dari sholat, menerima dan melaksanakannya sesuai dengan aturan yang susah ditetapkan oleh agama.. 7. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua dalam Islam Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi anak. Orang tua memegang peran yang istimewa dalam hal informasi dan cermin tentang diri seseorang. Orang tua merupakan pendidik pertama dan sangat berpengaruh. pada. proses. perkembangan. anak.. Kepribadian orang tua, sikap, dan cara hidupnya merupakan. unsur-unsur. pendidikan. yang. dengan. sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang.

(49) 37. sedang tumbuh. 42 Orang tua yang menyadari bahwa anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga dengan baik, maka akan menjalankan kewajibannya dengan sepenuh hati. Maka hampir dapat dipastikan jika orang tua tidak memilki kesadaran yang tinggi akan beribadah, anakanaknya pun sangat sulit jika diperintahkan beribadah. Hal ini sesuai dengan pepatah yang menyatakan bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa teladan orang tua sangatlah penting terhadap perkembangan anak dalam beribadah. Allah SWT telah memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, mendorong mereka untuk itu dan memikulkan tanggung jawab kepada mereka (QS. At Tahrim[66]:6). Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan orang yang beriman untuk menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka. Juga perintah untuk membimbing keluarga agar tidak mendurhakai perintah Allah serta mengerjakan apa yang diperintah-Nya. Jika kita kembali merujuk kepada literatur agama Islam, maka sebenarnya setiap orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap masa depan anak-anak mereka. Diantara tugas dan tanggung jawab tersebut adalah: a) Memberikan nama yang baik. Ketika anak dilahirkan, orang tua memilihkan sebuah nama untuknya, dengan demikian ia dapat dikenal oleh orang-orang di 42. 56.. Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h..

(50) 38. sekelilingnya. Nama yang diberikan kepada anak sangat menentukan. kehormatannya di masa depan. nanti. Islam telah menetapkan dasar hukum yang jelas berkaitan dengan perkara nama tersebut. Pemberian nama itu dapat dilakukan pada hari pertama setelah kelahiran anak, boleh diakhirkan hingga hari ketiga atau hari ketujuh. 43 Hal ini sunnah dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugrahkan anak kepada mereka. b) Kewajiban Memberikan Susu (rada’ah). Air susu ibu atau yang lebih dikenal dengan sebutan ASI adalah nutrisi terbaik untuk sang bayi. Air susu ibu merupakan makanan bayi yang paling sempurna, sebab tidak hanya kaya akan zat pertumbuhan, tetapi sekaligus berisi zat-zat penangkal atau melindungi berbagai macam penyakit. Setiap bayi yang lahir berhak atas susuan pada periode tertentu dalam kehidupannya, yaitu periode pertama ketika ia hidup. Adalah satu fitrah bahwa ketika bayi dilahirkan ia mebutuhkan makanaan yang paling cocok dan paling baik untuknya, yaitu air susu ibu. Berkaitan dengan kewajiban orang tua untuk memberikan air susu tercermin dalam al-Qur’an: Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan (al43. Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995, h. 68.

(51) 39. Baqarah / 2:233). Menurut Ibnu Qayyim alJauziyah, ayat diatas menunjukan beberapa hukum, pertama bahwa masa penyusuan yang sempurna berlangsung selama 2 tahun. Hal ini di tunjukkan dengan kata “kamilaini” yang berarti (penuh/sempurna) agar tidak ditafsirkan satu tahun lebih. Kedua, jika kedua orang tua ingin menyudahi sebelum masa 2 tahun, maka hal itu harus dimusyawarahkan antara ibu dan bapak serta tidak boleh membahayakan perkembangan anak. 44 c) Kewajiban Mengasuh (hadhlanah) Setiap anak yang dilahirkan berhak mendapatkan asuhan. dari. orang. tuanya,. yakni. memperoleh. pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihan si anak pada periode kehidupan pertama (sebelum dewasa) yang dimaksud dengan pemeliharaan disini dapat berupa pengawasan dan penjagaan terhadap keselamatan jasmani dan rohani anak dari segala macam bahaya yang mungkin dapat menimpanya agar tumbuh secara wajar. Anak juga membutuhkan pelayanan yang penuh kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan berupa tempat tinggal dan pakaian. Oleh karena itulah pada usia balita seorang anak belum mempunyai kemampuan, sehingga kehidupan mereka sangat bergantung pada orang lain yang dewasa, yaitu ibu dan bapaknya. Hak 44. Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Mengantar Balita Menuju Dewasa, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001, h. 193.

(52) 40. pemeliharaan anak yang dipikulkan pada orang tua adalah dimaksudkan agar anak terhindar dari hal-hal yang. dapat. menjerumuskan. kemurkaan tuhan.. 45. mereka. kedalam. Dengan kasih sayang, anak akan. tumbuh dengan kepribadian yang sempurna dan sehat sehingga menghasilkan manusia-manusia yang baik. Dengan memperhatikan makanan, minuman, dan kesehatannya berarti akan menciptakan manusiamanusia yang sehat dan kuat jasmani dan rohaninya. d) Kewajiban Memberi Nafkah dan Nutrisi Yang Baik Orang tua berkewajiban memberi nafkah yang memadahi sesuai dengan kebutuhan anak, baik berupa makanan, minuman, pakaian, maupun yang lainnya, yang diperlukan untuk membantu pertumbuhan fisik dan pemeliharaaan kesehatan mereka. Nafkah tersebut diberikan orang tua kepada anak-anaknya sejak lahir hingga memasuki usia baligh.. Disamping hak. mendapatkan nafkah, seorang anak juga berhak memperoleh gizi yang baik dari orang tuanya. Gizi mempunyai peran yang sangat besar dalam membina dan mempertahankan kesehatan seseorang. Ini adalah kewajiban. setiap. manusia. untuk. memelihara. kesehatan baik kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya.. Maksudnya. adalah. sudah. menjadi. kewajiban seseorang untuk memelihara kesehatan 45. Zainuddin, Anak dan Lingkungan Menurut Pandangan Islam, http: CV. Andes Utama Prima, 1994, h.28.

(53) 41. jasmani dan rohaninya sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Disamping itu, nafkah yang diberikan orang tua terhadap anak hendaklah dengan cara yang halal. Status makanan yang disuapkan ke dalam mulut anak akan membuat fisik dan akan mempengaruhi jiwa anak. 46 e) Hak Memperoleh Pendidikan. Pada pendidikan yang berlangsung di dalam lingkungan keluarga (informal), orang tua berperan sebagai pendidik. Orang tua dituntut mengetahui tentang ilmu agama atau ajaranajaran agama. Meskipun dalam kenyataannya masih banyak orang tua yang belum mengetahui tentang ajaran agama, bahkan banyak pula yang tidak pernah mengamalkannya, tapi hal tersebut bukan berarti mereka terlepas dari tanggung jawab terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya. Para orang tua berkewajiban untuk menanamkan ajaran-ajaran agama Islam kepada anak-anaknya sejak usia dini, agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang shaleh dan shalehah, serta mampu menjadi qurrota a’yun (penenang jiwa dan penyejuk hati) bagi kedua orang tuanya. Hal itu harus dilakukan sejak anak lahir dengan mengumandangkan adzan dan iqomat di kedua telinganya dengan tujuan agar suara yang terdengar dan terekam oleh anak adalah kalimat-kalimat tauhid. 46. Zainuddin, Anak dan Lingkungan Menurut Pandangan Islam, ttp: CV. Andes Utama Prima, 1994, h. 26.

(54) 42. Dengan memberikan bimbingan agama kepaada anakanak sejak usia dini, maka diharapkan mereka memiliki rohani yang bersih dan suci sehingga selalu terdorong untuk melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-laranganNya. Dengan demikian, insya Allah mereka akan selalu disinari cahaya Islam sehingga akan meraih kebahagian hidup yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat serta terhindar dari kesengsaraan, kesesatan dan siksa api neraka. Orang tua yang berhasil mendidik anaknya menjadi manusia yang shaleh dan shalehah akan mendapat keberuntungan, tidak hanya di dunia tetapi hingga akhirat, dimana hal tersebut berupa pahala yang terus mengalir kepadanya sekalipun tubuh sudah lebur lapuk dimakan tanah. Salah satu yang menjadi kunci pokok dalam pendidikan keimanan adalah shalat, karena shalat adalah tiang agama dan menjadi jaminan keselamatan sebagaimana bahwa shalat adalah pembeda antara muslim dan kafir yang didalamnya terkandung nilai-nilai keimanan.. B. Kerangka Pemikiran Komunikasi orang tua sangat berperan dan berpengaruh dalam membentuk kedisiplinan ibadah anak terutama dalam ibadah sholat lima waktu. Menurut Joseph De Vito komunikasi persuasif yang memusatkan perhatian pada upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan khalayak atau pada upaya.

(55) 43. mengajak. mereka bertindak dengan cara tertentu. Dimana. motivated sequence”, yaitu:. Attention, Need, Satisfaction,. Visualization, Action dalam penelitian ini digunakan sebagai aspek-aspek persuasif. Sementara itu, komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan (pikiran dan perasaan) oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, opini, atau perilaku. Dimana ancaman dan hukuman menjadi aspek dari koersif. Sementara itu dalam pembentukan kedisiplinan aspek yang digunakan adalah: mempercayai, menerima, dan melaksanakan. Dengan demikian, penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana besaran pengaruh komunikasi persuasif dan koersif orang tua dalam membentuk kedisiplinan ibadah anak terutama dalam ibadah sholat lima waktu. Dari pernyataan tersebut kerangka pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut: Gambar 3. 1. Kerangka Pemikiran Komunikasi Persuasif (X1) Disiplin Ibadah Shalat (Y) Komunikasi Koersif (X2).

(56) 44. C. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Komunikasi persuasif orang tua terhadap perilaku ibadah anak. H0 : Tidak ada pengaruh dari komunikasi persuasif orang tua terhadap perilaku ibadah anak usia 10-12 tahun di Sekolah Dasar Islam Al-Ihsan. H1 : Ada pengaruh dari komunikasi persuasif orang tua terhadap perilaku ibadah anak usia 10-12 tahun di Sekolah Dasar Islam Al-Ihsan. 2. Pengaruh Komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah anak. H0 : Tidak ada pengaruh dari komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah anak usia 10-12 tahun di Sekolah Dasar Islam Al-Ihsan. H1 : Ada pengaruh dari komunikasi koersif orang tua terhadap perilaku ibadah anak usia 10-12 tahun di Sekolah Dasar Islam Al-Ihsan..

(57) BAB III METODE PENELITIAN. A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi menentukan besarnya anggota sampel yang diambil dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah. generalisasi.. Sedangkan. menurut. sugiyono. populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetepkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya. 1 Populasi dalam penelitian ini mencakup murid siswa kelas 4-6 SD Islam Al-Ihsan Jakarta Tahun 2020/ 2021. Jumlah keseluruhan siswa kelas adalah 126 siswa yang terbagi dalam 6 kelas. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah murid. Berikut ini adalah sebaran populasi pada tiap kelas :. 1. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif .(Bandung: Alfabeta, 2012). 80. 45.

(58) 46. Tabel 3. 1. Populasi Responden No 1 2 3 4 5 6. Kelas Kelas 4a Kelas 4b Kelas 5a Kelas 5b Kelas 6a Kelas 6b Jumlah. Siswa 23 23 21 20 19 20 126. Wali Murid 23 23 21 20 19 20 126. 2. Sampel Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.2 Senada dengan pendapat di atas, menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti. 3 Dalam penelitian ini sampel yang diambil oleh populasi harus presentatif. Maka dari itu dibutuhkan teknik sampling yang tepat. Sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah walimurid dan murid SD Islam Al-Ihsan Jakarta Barat. Pengambilan sampel yang subjeknya kurang dari 100 lebih. baik. diambil. semua. sehingga. penelitiannya. merupakan populasi. Selanjutnya penelitian yang jumlah. 2. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif .(Bandung: Alfabeta, 2012). 81 3. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010) 174.

(59) 47. subjeknya lebih dari 100, maka diambil salah satunya antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. 4. a) Penentuan Besarnya Sampel Adapun besar sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin dengan perkiraan tingkat kesalahan 10% sebagai berikut: 𝑛𝑛 =. N = 1 + 𝑁𝑁𝑁𝑁2. Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = perkiraan tinkat kesalahan (error tolerance) 5 126 126 𝑛𝑛 = = = 56 1 + (0,01) 2,26 Dengan demikian besarnya sampel adalah 56 orang responden.. b) Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dari setiap kelas dilakukan dengan menggunakan Rumus Alokasi Proporsional, sebagai berikut: 𝑛𝑛 =. NX 𝑋𝑋 𝑛𝑛𝑛𝑛 N. Keterangan: n = banyaknya sampel NX = banyaknya populasi nx = banyaknya sampe; kels x (dari kelas tertentu). 4. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,. 120 5. Sofiyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013) 34.

(60) 48. Dimana jumlah siswa Kelas 4A ada 23 siswa, Kelas 4B ada 23 siswa, Kelas 5A ada 21 siswa, Kelas 5B ada 20 siswa, Kelas 6A ada 19 siswa, Kelas 6B ada 20 siswa. Berdasarkan rumus alokasi proporsional di atas maka penentuan besarnya jumlah sampel dari tiap kelas 4-6 di SD Islam Al-Ihsan Jakarta Barat adalah sebagai berikut: n1 = n1 = n1 = n1 = n1 = n1 =. 23. 126 23 126 21 126 20 126 19. 126 20. 126. (Kelas 4A) x 56 = 10 (Kelas 4B) x 56 = 10 (Kelas 5A) x 56 = 9 (Kelas 5B) x 56 = 9 (Kelas 6A) x 56 = 9 (Kelas 6B) x 56 = 9. Tabel 3. 2. Responden Walimurid Kelas Jumlah Responden Kelas 4A 10 Kelas 4B 10 Kelas 5A 9 Kelas 5B 9 Kelas 6A 9 Kelas 6B 9 56 Jumlah Teknik pengambilan sampel pada penelitian. ini. menggunakan teknik simple random sampling, merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk diajukan sampel. 6. 6. Sofiyan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013) 31.

Gambar

Gambar 3. 1.   Kerangka Pemikiran  Komunikasi  Persuasif (X1)  Komunikasi  Koersif (X2)
Tabel 3. 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi penggajian dan penilaian kinerja pada SMK Taman Siswa sangat penting untuk dikembangkan untuk memperbaiki sistem yang ada, dengan dibangunnya

Setelah melakukan penelitian observasi dan mendapatkan dokumen dokumen yang dibutuhkan terkait penggajian guru di SMK tiara bangsa, maka dihasilkan sistem

Golongan senyawa kimia apa yang ada dalam ekstrak etanol rimpang jahe yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Shigella dysenteriaeC. Tujuan Penelitian

Magnetic merchandise dapat dibentuk dengan acrylic, dan juga sebagai peluang untuk melakukan bisnis karena banyak peluang yang besar dalam mengembangkan jenis atau

• Okun (1992)- krisis merupakan emosi tidak seimbang akibat daripada keadaan kesakitan dari satu keadaan yang tidak diramal atau kesukaran dalam peralihan perkembangan. Krisis

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui tingkat dukungan sosial dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) NU

dari segi jarak, waktu dan frekuensi pengiriman. Jika sebuah stasiun kerja yang lokasi nya berjauhan dengan lokasi stasiun kerja lainnya, maka dapat menyebabkan waktu

Manusia memiliki dua belahan otak yakni otak kiri dan otak kanan dan yang baru-baru ini masih hangat di perbincangkan adalah otak tengah otak tengah berfungsi sebagai