• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH MARET 2016 MULAI MENURUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGAH MARET 2016 MULAI MENURUN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

No. 50/09/72/Th. XIX, 18 Agustus 2016

T

INGKAT

K

ETIMPANGAN

P

ENGELUARAN

P

ENDUDUK

S

ULAWESI

T

ENGAH

M

ARET

2016 M

ULAI

M

ENURUN

GINIRATIO SULAWESITENGAHMARET2016SEBESAR0,362 MENURUN DIBANDINGKANDENGANMARET2015

1. Perkembangan Gini Ratio Sept 2013 - Maret 2016

Salah satu ukuran ketimpangan yang sering digunakan adalah Gini Ratio. Nilai Gini Ratio berkisar antara 0 - 1. Semakin tinggi nilai Gini Ratio menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi.

Gini Ratio pada September 2013 tercatat sebesar 0,372, mengalami penurunan pada September 2014 sebesar 0,352. Pada Maret 2016 Gini Ratio tercatat sebesar 0,362 menurun dibandingkan Gini

Pada Maret 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Sulawesi Tengah yang diukur oleh Gini Ratio adalah sebesar 0,362. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,374 dan Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,370.

Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 sebesar 0,387, turun sebesar 0,038 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,425 dan turun 0,028 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,415. Sementara Gini Ratio di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,320 menurun 0,009 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,329 namun meningkat 0,017 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,303.

Selama periode Maret 2015–Maret 2016, distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah masih dalam kategori ketimpangan rendah namun distribusinya semakin meningkat, yaitu dari 18,96 pada Maret 2015 menjadi 19,05 persen pada Maret 2016, namun menurun 0,34 persen poin dibanding September 2015 yang sebesar 19,39 persen.

Distribusi pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2016 tercatat sebesar 16,21 persen meningkat dibanding Maret 2015 yang sebesar 16,05 persen.

Namun, menurun jika dibandingkan dengan September 2015 yang sebesar 17,33 persen.

Sementara di daerah perdesaan distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2016 adalah sebesar 21,15 persen meningkat dibanding Maret 2015 (20,95 persen) dan menurun 1,29 persen poin dibanding September 2015 sebesar 22,44 persen.

(2)

pada September 2015 yang sebesar 0,370. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerataan pengeluaran di Sulawesi Tengah mengalami perbaikan selama periode Maret 2015-Maret 2016.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada Maret 2016 adalah sebesar 0,387 mengalami penurunan sebesar 0,038 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,425 dan menurun sebesar 0,028 poin dari Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,415.

Untuk daerah perdesaan Gini Ratio Maret 2016 adalah sebesar 0,320 menurun 0,009 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0.329 namun meningkat 0.017 poin dibanding Gini Ratio September 2015 yang sebesar 0,303.

Tabel 1

Gini Ratio Menurut Daerah, September 2013 - -Maret 2016

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Sept. 2013 0.406 0.305 0.372

Maret 2014 0.406 0.305 0.372

Sept. 2014 0.406 0.283 0.352

Maret 2015 0.425 0.329 0.374

Sept. 2015 0.415 0.303 0.370

Maret 2016 0.387 0.320 0.362

Gambar 1.

Perkembangan Gini Ratio, September 2013-Maret 2016

0.406 0.406 0.406

0.425

0.415

0.387

0.305 0.305

0.283

0.329

0.303

0.32

0.372 0.372

0.352

0.374 0.37

0.362

0.25 0.30 0.35 0.40 0.45

Sept. 2013 Maret 2014 Sept. 2014 Maret 2015 Sept. 2015 Maret 2016 Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(3)

2. Perkembangan Distribusi Pengeluaran Maret 2015-Maret 2016

Disamping Gini Ratio ukuran ketimpangan lain yang sering digunakan adalah persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah atau yang dikenal dengan ukuran Bank Dunia. Berdasarkan ukuran ini tingkat ketimpangan dibagi menjadi 3 katogori, yaitu tingkat ketimpangan tinggi jika persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah angkanya di bawah 12 persen, ketimpangan sedang jika angkanya berkisar antara 12-17 persen, serta ketimpangan rendah jika angkanya berada di atas 17 persen. Pada Maret 2016, persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah adalah sebesar 19,05 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah. Persentase pengeluaran pada kelompok 40 persen terbawah pada Maret 2016 ini meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2015 yang sebesar 18,96 persen dan menurun jika dibandingkan dengan kondisi September 2015 yang sebesar 19,39 persen.

Sejalan dengan informasi yang diperoleh dari Gini Ratio bahwa ketimpangan di perkotaan lebih parah dibandingkan dengan ketimpangan di perdesaan, ukuran Bank Dunia juga menunjukkan hal yang sama, yaitu di perkotaan tergolong ketimpangan sedang (di bawah 17 persen) sementara di perdesaan tergolong ketimpangan rendah (di atas 17 persen).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di daerah perkotaan pada Maret 2016 adalah sebesar 16,21 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan sedang. Angka ini tercatat lebih rendah dibanding kondisi September 2015 yang sebesar 17,33 persen, namun lebih tinggi dari kondisi Maret 2015 yang sebesar 16,05 persen.

Sementara di daerah perdesaan, persentase pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah pada Maret 2016 adalah sebesar 21,15 persen yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah dan angkanya meningkat baik dibanding kondisi Maret 2015 (20,95 persen) namun turun dibanding September 2015 (22,44 persen).

Tabel 2.

Distribusi Pengeluaran Penduduk di Sulawesi Tengah, September 2015 dan Maret 2016 (persentase)

Daerah/Tahun 40% Bawah 40% Tengah 20% Atas Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan

Maret 2015 16.05 34.72 49.23 100

Sept. 2015 17.33 34.07 48.60 100

Maret 2016 16.21 39.13 44.66 100

Perdesaan

Maret 2015 20.95 36.84 42.21 100

Sept. 2015 22.44 36.96 40.59 100

Maret 2016 21.15 37.48 41.37 100

Perkotaan+Perdesaan

Maret 2015 18.96 35.12 45.93 100

Sept. 2015 19.39 35.06 45.55 100

Maret 2016 19.05 36.49 44.45 100

(4)

Gambar 2.

Perkembangan Persentase Pengeluaran Kelompok Penduduk 40 Persen terbawah Maret 2015, September 2015 dan Maret 2016

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbaikan Tingkat Ketimpangan

Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap adanya perbaikan tingkat ketimpangan pengeluaran selama periode Maret 2015 - Maret 2016 diantaranya adalah :

a. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sulawesi Tengah, dari UMP 2015 sebesar Rp 1.500.000 menjadi sebesar Rp 1.670.000 pada tahun 2016.

b. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), terjadi peningkatan jumlah penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja dari 1,38 juta orang (Februari 2015) menjadi 1,44 juta orang (Februari 2016).

c. Rata-rata pengeluaran perkapita per bulan penduduk 40 persen terbawah meningkat dari Rp.

371,336,- pada Maret 2015 menjadi Rp. 416,489,- pada September 2015, dan meningkat kembali menjadi Rp. 423,969, pada Maret 2016.

d. Kenaikan pengeluaran yang merefleksikan peningkatan pendapatan kelompok penduduk bawah tidak lepas dari upaya pembangunan infrastruktur padat karya, bantuan sosial (pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan), serta perbaikan pendapatan PNS golongan bawah.

16.05

20.95

18.96

17.33

22.44

19.39

16.21

21.15

19.05

15 20 25

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Maret 2015 Sep-15 Maret 2016

(5)

Tabel 3.

Gini Ratio menurut Provinsi di Pulau Sulawesi, Maret 2015, September 2015, dan Maret 2016

Provinsi

Maret 2015 September 2015 Maret 2016

Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

Perkotaan Perdesaan Perkotaan +

Perdesaan Perkotaan Perdesaan

Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Sulawesi

Utara 0.386 0.324 0.368 0.356 0.345 0.366 0.386 0.355 0.386

Sulawesi

Tengah 0.425 0.329 0.374 0.415 0.303 0.370 0.387 0.320 0.362

Sulawesi

Selatan 0.421 0.380 0.424 0.386 0.346 0.404 0.422 0.367 0.426

Sulawesi

Tenggara 0.414 0.369 0.399 0.411 0.355 0.381 0.407 0.367 0.402

Gorontalo 0.423 0.369 0.420 0.391 0.366 0.401 0.414 0.392 0.419

Sulawesi

Barat 0.395 0.348 0.363 0.383 0.339 0.362 0.393 0.347 0.364

Referensi

Dokumen terkait

Di Wilayah Kecamatan Sako yang merupakan daerah endemis DBD dengan angka kejadian DBD tertinggi pertama pada tahun 2019 terjadi 26 kasus penyakit dan tahun 2018 terjadi

Etnobotani adalah penelitian ilmiah murni yang mengunakan pengalaman pengetahuan tradisional dalam memajukan dan improvisasi kualitas hidup, tidak hanya bagi manusia tetapi

و .سدنهم وه .ميهاربا ديسلا هسْا ،بِأ اذه .ةيربكلا ترسأ هذه و م دآ يسْا ةغللا :تاغللا ثلاثب م لكتت نأ يمأ عيةتست .ايكرت نم يه .يرام اهسْا ،يمأ هذه نجلإا كِلا

Dalam sambutannya Wakil Bupati Yuli Hastuti mengatakan, pelajar merupakan bagian yang potensial di bidang pembangunan olahraga, sehingga penyelenggaraan POPDA merupakan

Tahap Pasca Kontruksi (Operasional) Aktifitas pasien rawat jalan, pengunjung dan petugas Puskesmas Penuruna n tingkat kebersiha n ruangan, peningka tan timbulan sampah Jumlah

a) Ruang baca berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan pendidik memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka. b) Luas ruang baca disesuaikan

Untuk mendapatkan minimum attractive rate of return (MARR), yang digunakan sebagai acuan untuk menetapkan apakah suatu investasi jalan tol layak atau tidak layak