• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI RSUD KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI RSUD KOTA MAKASSAR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI RSUD

KOTA MAKASSAR Hasnita

STIKES Nani Hasanuddin Makassar

Alamat Korespodensi: hasnita.kebidanan@yahoo.com/085298119114

ABSTRAK

Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Berat badan bayi baru lahir berperan penting dalam kejadian rupture perineum pada persalin normal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal primigravida di RSUD Kota Makassar. Penelitian ini bersifat analitik yang dilakasanakan pada tanggal 12-31 Mei 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 45 ibu bersalin normal primigravida di RSUD Kota Makassar menunjukan bahwa responden yang bayinya mengalami BBLR berjumlah 3 responden, dimana terdapat 2 responden (66,7%) mengalami rupture perineum tingkat I dan 1 responden (33,3%) mengalami rupture tingkat II. Sedangkan responden yang bayinya mengalami BBLN berjumlah 42 responden, dimana 4 responden (9,5%) mengalami rupture perineum tingkat I dan 38 responden (90,5%) mengalami rupture perineum tingkat II. Hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Kota Makassar menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalianan normal primigravida dengan nilai p=0,043. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal primigravida dengan nilai p=0,043. Bagi responden diharapakan mempersiapkan diri sebelum melahirkan dengan memerikasakan kehamilannya 4 kali selama kehamilan.

Kata Kunci : Berat Badan Bayi Baru Lahir, Ruptur Perineum

PENDAHULUAN

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa kompikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah Nurul, 2015. Hal.1)

Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga.

Penatalaksanaan yang terampil dan handal dari bidan serta dukungan dari keluarga terus- menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan (Nurasiah Ai, dkk, 2012.Hal.52).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan

millennium yaitu tujuan ke-5 meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi ¾ resiko jumlah kematian ibu (Nurasiah Ai, dkk, 2012. Hal.2).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 99 persen kematian ibu ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 hidup. Menurut WHO tahun 2010 sebanyak 536.000 prempuan meninggal akibat persalinan sebanyak 99 persen kematian ibu akiabat masalah persalinan (Puspita Arum, 2013).

Data ASEAN menunjukan Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Menurut (Depkes 2008) jika di bandingkan AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup.

Bahkan AKI Vietnam sama seperti negara Malaysia sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per 100.000

(2)

kelahiran hidup, brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut (Depkes 2010) penyebab langsung kematian maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan terutama yang perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan abortus 5 % (Arum Puspita Sari 2013).

Berdasarkan catatan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) mencapai 359/100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu, hal tersebut masih sangat jauh dari target pemerintah yang tertuang dalam MDGs bahwa AKI tahun 2015 turun menjadi 105. Sekitar 90%

penyebab kematian ibu di Indonesia terjadi pada saat persalinan. Perdarahan post partum sebagai penyebab utama yaitu menyumbang sebesar 40% (Yuliaswati Enny, 2015).

Di Propinsi Sulawesi Selatan Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2013 dilaporkan sebanyak 108/100.000 kelahiran hidup, pada tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 76/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 70/100.000 kelahiran hidup (pojoksulsel.com, 2015).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia sepeti halnya di negara lain adalah perdarahan, infeksi, dan eklamsia. Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40%

kematian ibu di Indonesia. Sedangkan robekan jalan lahir merupakan peyebab kedua tersering dari pendarahan postpartum (Ikhtiarinawati Fajrin Fitriana & Fitriani Elis, 2015).

Perdarahan adalah sebab utama yang sebagian besar disebabakan perdarahan pasca salin. Hal ini menunjukan adanya managemen persalinan kala III dan IV yang kurang adekuat. Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapakan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan agar dapat dengan segera ditangani demi mendukung Angka Kematian Ibu (AKI) (Nurasiah Ai, dkk, 2012.Hal.180).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Kota Makassar 3 tahun terakhir, pada tahun 2013 terdapat 1292 ibu bersalin dengan kejadian ruptur perineum sebanyak 625 orang (48%), pada tahun 2014 terdapat 1299 ibu bersalin dengan kejadian rupture perineum sebanyak 702 orang (54%) dan pada tahun 2015 terdapat 1404 ibu bersalin dengan kejadian rupture perineum sebanyak 842 orang (59%). Berdasarkan data yang diperoleh 5 bulan terkahir pada tahun 2016 jumlah ibu bersalin normal sebanyak 496

orang, dimana ibu bersalin normal dengan kejadian Ruptur Perineum berjumlah 342 orang (70%), ibu bersalin primigravida dengan kejadian ruptur perineum sebanyak 154 orang (45%), ibu bersalin Multigravida dengan kejadian ruptur perineum sebanyak 180 orang (53%) dan Grandemultigravida sebanyak 8 orang (2%), dimana kejadian rupture perineum lebih banyak terjadi pada ibu bersalin dengan berat badan bayi berkisar antara 3000-3500 gram.

Berdasarkan tingginya angka kejadian ruptur perineum maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal Primigravida di RSUD Kota Makassar 2016”.

BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel

Berdasarkan tujuan penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran pada saat bersamaan (sekali waktu) antara factor risiko/paparan dengan penyakit (Hidayat A. A.

A.2014. Hal.52). Penelitian ini dilakukan di Kamar Bersalin RSUD Kota Makassar Sulawesi Selatan. Waktu pelaksanaan yaitu pada tanggal 12-31 Mei 2016.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin primigravida yang mengalami rupture perineum terhitung dari Januari-Mei 2016 di RSUD Kota Makassar yaitu sebanyak 154 orang. Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin primigravida yang mengalami ruptur perineum.

Kriteria Sampel : 1. Kriteria inklusi

a. Ibu bersalin normal yang mengalami ruptur perineum

b. Ibu bersalin Primigravida

c. Ibu bersalin yang bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden

b. Ibu hamil yang tidak kooperatif Pengumpulan Data

1. Data Primer

Mengobservasi pasien secara langsung yakni dengan mengobservasi ruptur perineum dan menimbang berat bayi baru lahir.

2. Data Sekunder

Melihat catatan medik pasien dan buku- buku sebagai referensi

(3)

Analisa Data

Analisis deskriptif bivariat untuk mendiskripsikan dua variabel secara bersamaan untuk melihat proporsi variabel independen terhadap variabel dependen, juga dapat memberikan kesimpulan sementara untuk menduga keterkaitan antara kedua variabel. Analisis data yang digunakan untuk melihat perbedaan proporsi variabel adalah uji chi square. Karena rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional maka analisanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi.

HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Frekeunsi Berdasarkan Umur Responden di RSUD Kota Makassar

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 45 responden terdapat 5 responden (11,1%) yang berumur 17-20 tahun dan 40 responden (88,9%) berumur 21-30 tahun yang mengalami rupture perineum.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Responden Di RSUD Kota Makassar

Pendidikan Frekuensi

(n) Persen (%)

SD 2 4,4

SMP 14 31,1

SMA 29 64,5

Total 45 100,0

Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa dari 45 responden terdapat 2 responden (4,4%) tamatan SD, 14 responden (31,1%) tamatan SMP dan 29 responden (64,5%) tamatan SMA yang mengalami rupture perineum.

2. Analisis Bivariat

Tabel 3 Hubungan antara Berat Badan dengan Kejadian Ruptur Perineum Di RSUD Kota Makassar

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa responden yang bayinya mengalami BBLR berjumlah 5, dimana terdapat 3 responden (60,0%) yang mengalami rupture perineum tingkat I dan 2 responden (40,0%) yang mengalami rupture perineum tingkat II. Sedangkan responden yang bayinya mengalami BBLN berjumlah 40, dimana 3 responden (7,5%) mengalami rupture perineum tingkat I dan 37 responden (92,5%) yang mengalami rupture perineum tingkat II.

Hasil uji statistik dengan chi- squere diperoleh nilai p=0,013. Karena nilai p<0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternative diterima. Interpretasi ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal primigravida.

PEMBAHASAN

Hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 45 ibu bersalin normal primigravida di RSUD Kota Makassar menunjukan bahwa responden yang bayinya mengalami BBLR berjumlah 5 responden, dimana terdapat 3 responden (60,%) mengalami rupture perineum tingkat I dan 2 responden (40,0%) mengalami rupture tingkat II. Sedangkan responden yang bayinya mengalami BBLN berjumlah 40 responden, dimana 3 responden (7,5%) mengalami rupture perineum tingkat I dan 37 responden (92,5%) mengalami rupture perineum tingkat II. Berat badan lahir merupakan salah satu penyebab terjadinya rupture perineum. Pada saat persalinan, rupture spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan dan bayi berat lahir normal memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya rupture perineum. Namun persalinan dengan Bayi Berat Lahir Rendah juga dapat menyebabkan terjadinya rupture perineum. Hal ini terjadi karena adanya beberapa faktor lain, seperti umur ibu, partus presipitatus, cara meneran dan juga faktor penolong persalinan yang kurang terampil.

Umur Frekuensi

(n) Persen (%)

17 – 20 5 11,1

21 – 30 40 88,9

Total 45 100,0

BBL

Ruptur Perineum

Total Tingkat I Tingkat II

n % n % n %

BBLR 3 60,0 2 40,0 5 100,0 BBLN 3 7,5 37 92,5 40 100,0 Total 6 13,3 39 86,7 45 100,0

p = 0.013

(4)

Penelitian ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan oleh Cut Rosmawae yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Laserasi Pada Persalinan Normal Di Puskesmas Tanah Jambo Aye Panton Labu”. Dari 23 responden diperoleh hasil statistik tingkat laserasi perineum dengan berat badan bayi besar sangat bermakna (signifikan) dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05), hipotesa yang ditegakkan adanya pengaruh antara terjadinya laserasi perineum dengan berat badan bayi lahir diterima.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baiq Yani Permata Sakti dengan judul “Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di Puskesmas Mergangsang tahun 2014” dimana dari 30 responden diperoleh hasil uji statistik nilai p=0,033 dengan taraf kesalahan 5% (0,5).

Sehingga p value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin dan Elis Fitriani dengan judul “Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Persalinan Fisiologis Dengan Kejadian Ruptur Perineum Studi Di Bps Ny.Yuliana,Amd.Keb Banjaranyar Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan 2015” Dari 24 responden diperoleh hasil analisa statistic uji koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berat bada bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum dengan nilai C = 0,024 di mana p > 0,05 maka Ho di tolak artinya ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan kejadian rupture perineum.

Penelitian ini juga sejalan dengan teori Harry Oxorn, dimana berat badan bayi baru lahir sangat berpengaruh akan terjadinya robekan perineum. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum dikarenakan berat badan lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perinuem (Sekartini, 2007).

Menurut asumsi peneliti, berat badan bayi baru lahir sangat berhubungan dengan tejadinya ruptur perineum dan bayi yang lahir

dengan berat > 3000 gram memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya ruptur perineum terlebih lagi pada ibu primigravida dimana otot-otot vagina yang belum meregang, perineum yang masih kaku dan belum elastis karena baru pertama kali melahirkan. Pada saat persalinan berat badan bayi lahir berpengaruh pada peregangan perineum sehingga pada perineum yang kaku mudah terjadi rupture. Pada saat persalinan, laserasi spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan. Ketika bayi melewati jalan lahir, berat badan bayi berpengaruh terhadap besarnya penekanan terhadap otot-otot yang berada di sekitar perineum sehingga perineum menonjol dan meregang sampai kepala dan seluruh bagian tubuh bayi lahir. Penekanan otot-otot perineum tersebut sering menyebabkan rupture perineum. Selain berat bayi saat lahir, faktor lain yang tidak kalah penting menyebabkan rupture perineum adalah faktor ibu dan faktor penolong persalinan yang kurang terampil.

KESIMPULAN

1. Berat badan bayi baru lahir sangat berhubungan dengan tejadinya ruptur perineum dan bayi yang lahir dengan berat

> 3000 gram memiliki resiko lebih tinggi akan terjadinya ruptur perineum terlebih lagi pada ibu primigravida dimana otot-otot vagina yang belum meregang, perineum yang masih kaku dan belum elastis karena baru pertama kali melahirkan.

2. Ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada persalinan normal primigravida di RSUD Kota Makassar.

SARAN

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan lebih meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak terjadi ruptur perineum serta mampu memberikan KIE kepada ibu hamil mengenai berat badan bayi baru lahir.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pihak institusi pendidikan dapat berupaya secara terus memberikan informasi yang dapat menambah wawasan pengetahuan tentang besarnya berat badan janin dengan terjadinya Rupture perineum yang dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut bagi mahasiswa dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dan sebagai tambahan refrensi di perpustakaan.

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Eniyati And Sholiha hAfifin, 2013. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Hidayat A. A. A., 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika : Jakarta

Ikhtiarinawati Fajrin Fitriana & Fitriani Elis,2015. Jurnal Hubungan Antara Berat Badan Bayi Bayi Baru Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Fisiologis Dengan Kejadian Ruptur Perineum https://www.google.co.id/url?q=Http://journal.unisla.Id/Pdf/diaksesDesember 2015).

Jannah Nurul, 2015. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Penerbit Buku Kedokteran Egc : Jakarta.

Lailiyana, Dkk, 2012. Bukur Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Penerbit Buku Kodekteran Egc : Jakarta.

Machfoedz Ircham, 2014. Metodologi Penelitian (Kuantitatis&Kualitatif). Penerbit Fitramaya : Yogyakarta.

Nurasiah Ai, Dkk. 2012. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. PT. Rafika Aditama : Bandung.

Nursalam, 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Nurbako Cholid & Achmadi Abu, 2013. Mtodologi Penelitian. Bumi Aksara : Jakarta.

Pojoksulsel.com, 2015. AKI dan AKB Sulsel diklaim Lebih Baik dari Nasional.(Https://sulsel.Pojoksatu.id/read/2015/11/28/aki-dan-akb-sulsel-diklaim-lebih-baik-dari-

nasional/).

Puspita Arum, 2013. Data Angka Kematian Ibu Hamil Menurut WHO. (arummeongg.blogspot.co.id.2014/06/data- angka-kematian-ibu-hamil-menurut.html, diaksestanggal 30 September 2013).

Purwoastuti Endang Th. & Siwi Walyani Elizabeth. 2015. Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.

Pustaka Baru Press : Yogyakarta.

Sukarni Icesmi &Sudarti. 2014. Patologi Kehamilan, Persalinan, Nifa sdan Neonatus ResikoTinggi. Nuha Medika : Yogyakarta.

Setiyaningrum Erna, 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternitas (Asuhan Kebidanan Patologi). Penerbit In Media.

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Frekeunsi  Berdasarkan  Umur Responden di RSUD Kota Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosis dari KVVR menjadi terbatas apabila tidak disertai dengan tes laboratorium untuk deteksi dari Candida. Untuk episode KVVR yang dianggap perdana, maka dengan dasar

Berdasarkan dalam hal ini pengasuh dapat memberikan sanksi kepada santri yang mengulangi perilaku bully yang dilakukannya kepada santri lain, sehingga pengasuh

Jenis modalitas apakah yang paling dominan dipakai pada naskah Kaba Minangkabau “Anggun Nan Tungga Si Magek Jabang” Episode: Ke Balai Nan Kodo Baha.. Bagaimanakah realisasi

Bukan berarti seorang ibu, tidak mampu untuk menerima keadaan yang dimiliki oleh anaknya yang memiliki keterbatasan dan kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak lainnya,

Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum dikarenakan BB lahir yang besar berhubungan dengan

Pendekatan yang umum dilakukan untuk meningkatkan keamanan komputer antara lain adalah dengan membatasi akses fisik terhadap komputer, menerapkan mekanisme pada perangkat keras dan

appear in the students ' dictation papers mostl y consist. of meaning