18 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Paradigma Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Karena peneliti akan memfokuskan penelitiannya pada peristiwa Dimana penelitian lebih memfokuskan pada fenomena yang obyektif dan digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti. (Machmud, 2018)
Tentu dengan menggunakan pendeketan tersebut, peneliti ingin mengetahui seberapa besar penerapan Kode Etik Jurnalistik yang berlaku dalam rubrik Nganal Kodew radarmalang.jawapos.com. Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ini nantinya akan dibagi per kategorisasi dan menghitung hasil presentase melalui pembagian kategorisasi tersebut.
3.1.2 Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yakni positivisme, menurut Sarantakos dalam bukunya menjelaskan bahwa paradigm positivisme merupakan paradigm yang sangat dominan digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tentu dalam penelitian juga. Dengan paradigma positivisme ini peneliti bisa menerangkan fakta, sebab akibat yang terjadi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Ciri paradigma positivisme sendiri yakni ilmu pengetahuan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang ketat, bebas nilai, bersifat taat hukum dan bebas berkehendak. (Manzilati, 2017). Paradigma sendiri yakni pola pikir untuk menjawab rumusan masalah dalan penelitian yang dilakukan. (Sugiyono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, 2014)
3.2 Struktur Kategori
Untuk menggambarkan penerapan kode etik jurnalistik yang berlaku di dalam rubrik Nganal Kodew radarmalang.jawapos.com. Maka, dibuat struktur kategori berdasarkan dengan Kode Etik Jurnalistik, yakni ada 4 dari 11 Pasal.
19 3.2.1. Profesional
Kategorisasi Sub Kategori Indikator Pasal dan Alasan
Profesional (A)
A1 = Independen, akurat, berimbang, tidak beritikad buruk
Tanpa ada campur tangan dengan pihak manapun termasuk perusahaan media, sesuai dengan fakta kejadian di lapangan, sumber yang didapat jelas dan valid. Berita yang disajikan berkualitas, adil tidak memihak satu pihak.
Tidak ada kesengajaan untuk menjelekkan narasumber.
Pasal 1, Wartawan Indonesia bersikap independen,
menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Dalam pasal 1 Kode Etik Jurnalistik
berhubungan kuat dengan dasar-dasar dalam penulisan suatu berita dan berkaitan dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti untuk meneliti isi konten dalam rubrik Nganal Kodew.
A2 = Tidak
Independen, akurat, berimbang, beritikad buruk
Ada campur tangan dengan pihak manapun termasuk perusahaan media, tidak sesuai dengan fakta kejadian di lapangan, sumber yang didapat tidak jelas dan tidak valid. Berita yang disajikan tidak berkualitas, tidak adil memihak satu pihak, dan ada kesengajaan untuk menjelekkan narasumber.
20 3.2.2. Netral
Kategorisasi Sub Kategori Indikator Pasal dan Alasan
Netral (B)
B1 = Tidak mencampurkan fakta dan opini, tidak menghakimi seseorang
Tidak adanya pencampuran fakta dan opini dari penulis, atau wartawan dalam berita yang sudah disebarluaskan, tidak menyudutkan
atau tidak
menghakimi salah
satu dari
narasumber.
Pasal 3, Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, meberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapakan asas praduga tak bersalah. Dalam pasal 3 memuat unsur-unsur untuk menuliskan suatu berita. Selain itu, berhubungan erat kaitannya untuk meneliti isi konten dalam sebuah berita.
B2 =
Mencampurkan fakta dan opini, menghakimi
seseorang
Adanya
pencampuran fakta dan opini dari penulis, atau wartawan dalam berita yang sudah disebarluaskan, menyudutkan atau menghakimi salah
satu dari
narasumber.
3.2.3. Tidak bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul
Kategori Sub Kategori Indikator Pasal dan Alasan
Tidak bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul
C1 = Tidak menuliskan berita dan gambar yang
Dalam penulisan berita dan gambar yang disajikan
Pasal 4, Wartawan Indonesia tidak membuat berita
21 (C) bersifat bohong,
fitnah, sadis, dan cabul.
tidak bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Dalam pasal 4 memuat unsur- unsur untuk menuliskan suatu berita. Selain itu, berhubungan erat kaitannya untuk meneliti isi konten dalam sebuah berita.
C2 = Menuliskan berita dan gambar yang bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
Dalam penulisan berita dan gambar yang disajikan bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
3.2.4. Rahasia
Kategori Sub Kategori Indikator Pasal
Rahasia (D)
D1 = Nama dan alamat disamarkan.
Tidak
menyebutkan nama dan alamat korban secara spesifik dan lengkap
Pasal 5, Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Dalam penulisan suatu berita harus dijaga identitas korban kejahatan, hal ini juga sangat
berpengaruh dalam penulisan suatu D2 = Nama dan
alamat tidak disamarkan
Menyebutkan nama dan alamat korban secara spesifik dan lengkap
22 berita dan
berkaitan untuk meneliti isi dari berita yang disajikan.
3.3. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk ruang lingkup penelitian yang diteliti oleh peneliti yakni portal berita online radarmalang.jawapos.com rubrik Nganal Kodew edisi 2020. Terdapat 17 berita di edisi 2020 (Juli-Desember). Karena obyek penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua. (Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, 2005)
Tabel 3.1 Berita Nganal Kodew yang Terpilih Edisi 2020
23 3.4. Unit Analisis dan Satuan Ukur
Unit Analisis mengacu pada orang, kolektif, ataupun obyek yang akan menjadi sasaran dari penelitian. (Eko Sudarmanto, 2021) Menurut beberapa ahli, salah satunya Krippendorff, unit analisis adalah apa yang di observasi, di catat, dianggap sebagai data. Dimana dalam penelitian digunakan sebagai kesimpulan dari teks. (Eriyanto, 2011) Dalam penelitian ini, unit analisis yang digunakan yakni per paragraph dalam berita rubrik Nganal Kodew radarmalang.jawapos.com Edisi 2020 (Juli-Desember).
Untuk satuan ukurnya yakni frekuensi munculnya kategorisasi yang sudah ditentukan di dalam berita mengenai Kode Etik Jurnalistik pada rubrik Nganal Kodew radarmalang.jawapos.com Edisi 2020.
24 3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi.
Menurut salah satu ahli, Keenan, dokumen yakni data yang mudah diakses, bisa ditinjau dengan mudah, agar peneliti bisa meneliti kasus yang diambil dengan baik.
Selain itu, menurut Silverman, dokumen yakni sekumpulan data yang bisa dikerjakan untuk penelitian. (Albi Anggito, 2018). Bentuk dokumen sendiri dibag menjadi 2, yakni dapat berupa dokumen pribadi dan dokumen resmi. (Mardawani, 2020)
Dalam penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi berupa dokumen resmi yakni informasi yang di dapat peneliti dari media Radar Malang, berupa link rubrik Nganal Kodew Edisi 2020 (Juli-Desember), yang nantinya akan ditunjukkan bukti berupa screenshot masing-masing berita.
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan sebuah penelitian tentunya penting untuk menganalisis data.
Sebab, dengan analisis data bisa mendapatkan kesimpulan dari apa yang diteliti, dan melahirkan ilmu pengetahuan baru yang merupakan perkembangan dari ilmu sebelumnya. (Albi Anggito, 2018) Analisis data diperoleh dari hasil yang sudah dilakukan oleh peneliti, seperti wawancara, dokumentasi, dan sebagainya yang mana nantinya akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh siapa saja. (Sugiyono, Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D, 2014)
Untuk menjawab rumusan masalah yang sudah dituliskan peneliti, maka teknik analisis data yang digunakan yakni teknik ukur dengan menggunakan lembar koding (coding sheet).
Dalam penelitian ini, teknik analisis data sebagai berikut:
1. Data diklasifikasikan, dikoding dan editing dengan bantuan dua koder yang sudah dipilih oleh peneliti
2. Data diolah dan dijelaskan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Data yang didapatkan diolah dalam lembar kerja koding, sesuai dengan 4 kategori yang sudah ditentukan peneliti. Lalu, dihitung sesuai dengan rumus yang sudah ditetapkan untuk mengukur reliabilitas data.
25 Tabel 3.2 Lembar Coding
No Judul Berita Isi Berita (Per Paragraf)
Kategorisasi
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Peneliti
Kategorisasi Indikator Frekuensi Prosentase
Profesional
Independen, akurat, berimbang, tidak beritikad buruk
A1
Tidak Independen, akurat, berimbang, beritikad buruk
A2
Netral
Tidak mencampurkan fakta dan opini, tidak menghakimi seseorang
B1
Mencampurkan fakta dan opini, menghakimi seseorang
B2
Tidak bersifat bohong, fitnah, sadis,
dan cabul
Tidak menuliskan berita dan gambar yang bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
C1
Menuliskan berita dan gambar yang bersifat bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
C2
Rahasia
Nama dan alamat disamarkan.
D1 Nama dan alamat tidak
disamarkan
D2
Tabel 3.4 Lembar Hasil Coding antara peneliti dan Coder
SD A B C D Ʃ
A1 A2 B1 B2 C1 C2 D1 D2
P (N1) Coder 1
26 (N2)
M EA EA²
Tabel 3.5 Pendataan Tingkat Kemunculan Implementasi Kode Etik Jurnalistik Kode Kategori
yang dipenuhi
Tingkat kemunculan implementasi Tidak
Mengimplementasi (0)
Kurang Mengimplementasi
(1)
Cukup Mengimplementasi
(2)
Mengimplementasi (3-4)
3.7. Reliabilitas Data
Reliabilitas (keandalan) merupakan suatu alat atau indikator yang menunjukkan keterhandalannya. (Neolaka, 2014) Dalam penelitian ini tentu dibutuhkan alat ukur yang valid untuk menjawab rumusan masalah yang sudah ditentukan. Dengan menggunakan reliabilitas ini peneliti ingin melihat persamaan dan perbedaan dari alat ukur yang digunakan dengan dua coder berbeda, yang membantu peneliti. Data bisa dikatakan reliabel apabila data yang dihasilkan peneliti maupun coder tetap konstan tentu dalam berbagai variasi alat ukurnya. (Eriyanto, 2011)
Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan memilih dua coder untuk mencari nilai kesepakatan, untuk membantu jalannya penelitian. Setelah itu peneliti tentunya menjelaskan apa saja yang diteliti oleh peneliti, dan memberikan pemahaman kategorisasi yang sudah ditentukan peneliti. (Eriyanto, 2011)
Untuk mengukur nilai kesepakatannya, digunakanlah rumus R. Holsty, yaitu :
C.R = Coeficient Reliability / Reliabilitas Antar Coder
M = Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder) N1 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1
27 N2 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2
Nb = Reliabilitas bergerak diantara 0 hingga 1, yaitu jika 0 artinya tidak ada satupun yang menyetujui oleh para coder, sedangkan jika 1 maka artinya persetujuan sempurna antara coder. Semakin tinggi angkanya, berati semakin reliable datanya. Namun, dalam rumus R. Holsty, angka minimum reliabilitasnya yaitu 0,7 atau 70%. Dengan arti data bisa dikatakan reliable jika menunjukan diatas angka 0,7. (Eriyanto, 2011)
Penyempurnaan untuk membuat hasil reliabilitas menggunakan formula Scott dengan menggunakan suatu indeks reliabilitas (Index of Reliability / pi)yaitu :
𝜌𝑖 = Nilai Keterhandalan / Reliabilitas Antar – coder Observed agreement = Jumlah yang disetujui antara pengkode yaitu nilai C.R Expected agreement = Jumlah persetujuan yang diharapkan