• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Learn to Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Pengembangan Model Learn to Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER NO. 201070000030849

Pengembangan Model Learn to Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD

OLEH:

RATNA PANGASTUTI, M.Pd.I NINIK FADHILLAH, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2021

(2)

LAPORAN PENELITIAN DASAR INTERDISIPLINER

Pengembangan Model Learn to Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD

OLEH:

RATNA PANGASTUTI, M.Pd.I NINIK FADHILLAH, S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

(3)

NOTA BIMBINGAN DAN UJIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN

Laporan Hasil Penelitian berikut ini:

Ketua : Ratna Pangastuti, M.Pd.I Anggota : Ninik Fadlillah, S.Si

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Kategori : Dasar Interdisipliner

Judul: : Pengembangan Model Learn To Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD.

Telas sesuai dengan ketentuan Buku Panduan Penelitian UIN Sunan Ampel Surabaya Tahun 2020 setelah melalui proses pembimbingan dan pengujian

Surabaya, 21 Oktober 2021 Pembimbing,

Prof. Dr. H.Moch.Tolchah, M.Ag NIP. 195303051986031001

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam semesta yang atas segala karunia dan limpahan nikmat, rahmat, serta hidayah semata kita dapat menyelesaikan pelaksanaan penelitian hingga pelaporan ini dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam yang teragung untuk baginda Rasulullah SAW yang selalu kita nantikan syafaatnya di dunia ini hingga akhirat kelak.

Penelitian dengan mengambil judul “Pengembangan Model Learn To Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD”, berawal dari pengamatan peneliti selama mengajar mahasiswa PIAUD yang memiliki kemampuan rendah dalam hal kemampuan berpikir kreativitasnya, aspek spiritual mahasiswa secara umum masih sangat perlu ditingkatkan, dosen dalam pembelajaran di kelas belum by design yang mampu meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa, proses pembelajaran mayoritas menggunakan model konvensional berupa ceramah, diskusi, dan presentasi) dan masih jarang melakukan eksperimen di laboratorium sehingga belum secara maksimal dapat meningkatkan kreativitas ilmiah mahasiswa, dan terakhir belum adanya perangkat perkuliahan yang by design dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD dilingkungan UINSA. Dari fenomena tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk mendalami lebih jauh dan mencari solusi dari permasalahan tersebut, hiingga dilaksanakannya penelitian ini.

Harapan dari dilakukannya penelitian akan mampu meminimalisir permasalah di lingkungan prodi PIAUD ini agar kemampuan mahasiswa makin meningkat. Penulis sangat sadar bahwa penelitian ini bukan akhir dari segala penyelesaian dari hal tersebut namun pintu dan jendela yang berusaha sebagai katalisator agar permasalahan tersebut segera terselesaikan. Penulis paham juga didalam laporan penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan perlu perbaikan serta kelanjutan menuju hasil yang maksimal, sehingga segala hal yang bersifat membangun dan memperbaiki laporan tulisan ini benar-benar diharapkan.

Semoga tulisan yang meruapakan hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan manfaat dan informasi bagi perkembangan ilmu dan pendidikan.

Surabaya, September 2021

tim penulis

(5)
(6)

ABSTRAK

Pengembangan Model Learn To Think (LTT) Berbasis Integrated Twin Tower (ITT) untuk Meningkatkan Kreativitas Ilmiah dan Spiritual Mahasiswa PIAUD oleh: Ratna Pangastuti, Ninik Fadlilah

Hasil studi pendahuluan pada mahasiswa dan dosen PIAUD Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya semester genap dan gasal tahun ajaran 2018/2019 diperoleh data bahwa tingkat kreativitas ilmiah mahasiswa masih rendah, aspek spiritual mahasiswa sangat perlu ditingkatkan, pola pengajaran dosen belum by desain dan masih menggunakan metode tradisional, serta belum ada perangkat perkuliahan by desain yang dikembangkan secara khusus. Fokus permasalahan dalam riset ini adalah (1) menjelaskan secara deskripsi pengembangan model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan unntuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

(2) menjelaskan validitas model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Metode penelitian ini menggunakan Educational Design Research (EDR) untuk mengembangkan produk tertentu agar dapat digunakan secara layak. Model LTT berbasis ITT untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD dikembangkan dengan memperbaiki kelemahan model LTT dengan menambahkan ITT dalam setiap sintaks berdasarkan kajian literatur sebelumnya. Gagasan inovasi ini akan dijadikan dasar sebagai proses pembelajaran di kelas. Pengembangan proses pembelajaran dalam LTT berbasis ITT mengacu alur pemecahan masalah John Dewey, hipotesis kreativitas ilmiah, dan didukung teori-teori pembelajaran mutakhir sebagai landasan pokok dalam mengembangkan model pembelajaran LTT berbasis ITT hingga terbentuk buku model berupa Blended Web Mobile Learning (BWML). Model pembelajaran LTT berbasis ITT valid ditinjau dari validitas isi yang meliputi: kebutuhan pengembangan Model Pembelajaran, kebaruan Model pembelajaran, Teori Pendukung Model, Perencanaan dan Implementasi, Pengelolaan lingkungan. Rata-rata score adalah 3,80; 4,00; 4,00; 4,00;dan 3,50 dengan kategori sangat valid. Ditinjau dari validitas konstruk meliputi kebutuhan pengembangan, kebaruan model pembelajaran, teori pendukung, perencanaan dan implementasi, dan pengelolaan lingkungan belajar, dengan rata-rata skor per komponen 3,60; 4,00; 4,00; 4,00; dan 3,50 berkategori sangat valid.

kata kunci: Pengembangan Model LTT, Integrated Twin Tower, Kreativitas Ilmiah, Spiritual Mahasiswa

(7)

ABSTRACT

Development of the Integrated Twin Tower (ITT)-Based Learn To Think (LTT) Model to IncreaseScientific and SpiritualCreativity of PIAUD Students.

By : Ratna Pangastuti, Ninik Fadhillah

The results of a preliminary study on PIAUD students and lectures at the Faculty of Tarbiyah and Teacher Training at UIN Sunan Ampel Surabaya in the even and odd semesters of the 2018/2019 academic year, data showed that the levelof student scientific creativity was still low, the spiritual aspect of students really needed to be improved, the teaching patternsof lecturers were not by design and still using tradisional methods, and there are no specially developedlecturing devicesby design. The focus of the problems in this research are (1) to explain in a description the development of tha ITT-based LTT learning model that has been developed to increase scientific and spiritual creativity of PIAUD Students. (2) explain the validity of the ITT-based LTT learning model that has been developed to increase scientific and spiritual creativity of PIAUD students. This research method uses Educational Design Research (EDR) to develop certain productsso that they can be used properly. The ITT-based LTT model to improve scientific and spiritual creativity of PIAUD students was developed by improving tha weaknesses of the LTT model by adding ITT in each syntax based on previous literature reviews.This innovative ideawill be usedasthebasiswa for the learning process in the classroom. The development of the learning process in the ITT-based LTT refers to the flow of John Dewey`s problem solving, the scientific creativity hypothesis, and is supported by the latest learning theories as the main basis in developing the ITT-based LTT learning model to form a mode book in the form of Blended Web Mobile Learning (BWML). The ITT-Based LTT learning model is valid in term of content validity which includes: learning model development needs, learning model novelty,model support theory, planning and implementation, environmental management. the average score is 3,80; 4,00; 4,00; 4,00;

and 3,50 with a very valid category. In terms of construct validity, it includes development needs, novelty of learning models, supporting theoris, planning and implementation, and management of the learning environment, with and average score per component of 3,60;

4,00; 4,00; 4,00; and 3,50 categorized as very valid.

Keyword: LTT Model Development, Integrated Twin Tower, Scientific Creativity, Student Spiritual.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

NOTA DINAS BIMBINGAN DAN UJIAN HASIL PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

IJIN PENELITIAN ... v

ABSTRAK ... vi-vii DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

C. TUJUAN PENELITIAN ... 4

D. SIGNIFIKANSI PENELITIAN ... 5

E. PENELITIAN TERDAHULU ... 6

F. METODE DAN TEKNIK ANAKLISIS DATA ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 11

A. KREATIVITAS ILMIAH ... 11

B. ASPEK SPIRITUAL MAHASISWA ... 14

C. DESAIN INTEGRATED TWIN TOWERS (ITT) ... 18

D. LEARN TO THINK (LTT) ... 21

E. KURIKULUM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA ... 23

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 35

A. DESKRIPSI PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN ... 35

B. VALIDITAS MODEL PEMBELAJARAN ... 36

BAB IV PEMBAHASAN ... 38

BAB V PENUTUP ... 46

A. KESIMPULAN ... 46

B. PENUTUP/REKOMENDASI ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 53

(9)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 ... 25 TABEL 2 ... 36 TABEL 3 ... 40

(10)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 ... 17 GAMBAR 2 ... 19 GAMBAR 3 ... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ... 54

LAMPIRAN 2 ... 55

LAMPIRAN 3 ... 57

LAMPIRAN 4... 59

LAMPIRAN 5... 85

LAMPIRAN 6... 87

(12)

DAFTAR TRANSLITERASI

Di dalam naskah ini jika dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab di tulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Keterangan

ا Tidak dilambangkan (harf madd)

ب B B Be

ت T T Te

ث Ts Th Te dan Ha

ج J J Je

ح Ch ḥ Ha (dengan titik di bawah)

خ Kh Kh Ka dan Ha

د D D De

ذ Dz Dh De dan Ha

ر R R Er

ز Z Z Zet

س S S Es

ش Sy Sh Es dan Ha

ص Sh ṣ Es (dengan titik di bawah)

ض Dl ḍ De (dengan titik di bawah)

ط Th ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ Dh ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ع ، ، Koma terbalik di atas

غ Gh Gh Ge dan Ha

ف F F Ef

ق Q Q Qi

ك K K Ka

ل L L El

م M M Em

ن N N En

و W W We

(13)

ـه H H Ha

ء A . Apostrof

ي Y Y Ye

1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut :

a. Vokal rangkap (وْــــَـ)dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya : al-yawm

b. Vokal rangkap : al-bayt

dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya

2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya (اfātiḥah), (al-

،ulūm).

3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya (ḥaddun), (saddun), (ayyib).

4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif- lam, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya (al- bayt), (al-samā).

5. Tā marbūṭah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukūn, transliterasinya dalam tulisan latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan tā marbūṭahyang hidup dilambangkan dengan huruf “t”

misalnya (ru’yat al-hilāl)

6. Tanda spostrof (،) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya (ru’yah),

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuntutan kurikulum dan perkembangan era globalisasi mengharuskan institusi pendidikan melakukan inovasi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan berbasis keterampilan abad ke-211. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang pendidikan tinggi mewajibkan perguruan tinggi menyusun kurikulum agar mahasiswa memiliki kompetensi unggul dengan berbagai keterampilan yang sejalan dengan tuntutan abad 21 di antaranya keterampilan berpikir kreatif.2 Pembelajaran abad ke-21 memerlukan sumber daya manusia dengan kompetensi dan capaian mahasiswa diarahkan pada keterampilan dan inovasi pembelajaran, antar lain yaitu:

keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, berpikir kreatif, bertanggung jawab, dan mampu belajar secara mandiri.3 Kreativitas dalam pembelajaran sains dikenal dengan istilah kreativitas ilmiah.4 Kreativitas ilmiah diperlukan mahasiswa untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan nyata5; beradaptasi dengan tuntutan baru secara;6 penemuan keilmuan dan inovasi teknologi7. Atas dasar kompetensi tersebut, Universitas Islam Sunan Ampel Surabaya (UINSA) memiliki peran yang cukup besar dalam mengupayakan kualitas

1Turiman, P., Omar, J., Daud, A. M., & Osman, K. (2012). Fostering the 21st century skills through scientific literacy and science process skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 59, 110-116

2Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

3Partnership for 21st Century Skills. (2009). Retrieved from http://www.p21.org/

4Mukhopadhyay, R. (2013). Measurement of creativity in physics: A brief review on related tools. Journal of Humanities and Social Science, 6(5), 45-50.

5OECD. (2014). PISA 2012 results: Creative problem solving: Student’s skills in tackling real-life problems (Volume V), PISA. Publishing: OECD.

6Greiff, S., Wustenberg, S., Csapo, B., Demetriou, A., Hautamaki, A., Graesser, A. C.,

& Martin, R. (2014). Domain-general problem solving skills and education in the 21st century. Educational Research Review, 13, 74–83

7ADB. (2014). Creative productivity index: Analysing creativity and innovation in Asia.

A report by the economist intelligence unit for the Asian Development Bank August 2014.

The Economist Intelligence Unit Ltd. and Asian Development Bank.

(15)

proses dan hasil pembelajaran, termasuk proses dan hasil pembelajaran Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) di UINSA melalui pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kreativitas ilmiah mahasiswa dengan tidak meninggalkan aspek spiritual sebagai kekuatan dasar dan ciri khas dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai salah satu LPTKI di Indonesia.

Harapan mengenai pentingnya kreatvitias ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD berdasarkan kajian literatur di atas bertolak belakang dengan hasil studi pendahuluan oleh peneliti. Hasil studi pendahuluan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 dan semester gasal tahun ajaran 2018/2019 yang telah dilakukan di UINSA khususnya pada mahasiswa dan dosen Program Pendidikan S1 PIAUD secara umum sebagai berikut. 1) Kreativitas ilmiah mahasiswa PIAUD secara umum tergolong dalam kriteria rendah; 2) Aspek spiritual mahasiswa PIAUD secara umum masih sangat perlu ditingkatkan; 3) Dosen dalam pembelajaran di kelas belum secara by design meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD; 4) Proses pembelajaran mayoritas menggunakan model konvensional (ceramah, diskusi, dan presentasi) jarang melakukan ekseperimen di laboratorium sehingga belum secara maksimal dapat meningkatkan kreativitas ilmiah mahasiswa PIAUD; 5) Belum adanya perangkat perkuliahan yang by design dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD di lingkungan UINSA. Berdasarkan hasil studi awal tersebut dapat dijadikan bukti adanya masalah kompleks yang harus segera diselesaikan dan sangat dibutuhkan inovasi pembelajaran dan pengembangan perangkat perkuliahan yang secara khusus by design dikembangkan untuk meningkatkan kreativitias ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD di lingkungan UINSA.

Hasil riset terdahulu terkait pembelajaran inovatif yang sudah ada untuk meningkatkan kreativitas ilmiah antara lain adalah Learn to Think (LTT). Learn to Think (LTT) dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.8 Kegiatan berpikir dalam LTT melatih peserta didik untuk berpikir

8Hu, W., Wu, B., Jia, X., Yi, X., Duan, C. & Meyer, W. (2013). Increasing student’s scientific creativity: The “learn to think” intervention program. The Journal of Creative Behavior, 47(1), 3–21.

(16)

kritis dan kreatif melalui kegiatan berpikir konkrit, abstrak, dan kreatif. LTT menggunakan metode berpikir siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa secara langsung dalam proses belajar, merangsang minat dan motivasi belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran, mengembangkan metakognisi secara efektif, serta menciptakan suasana terbuka, demokratis, dan positif. Siswa disediakan lebih banyak waktu untuk membahas masalah dengan tim, berpikir secara mandiri, berani menyampaikan ide dan menilai pandangan orang lain.9 Hasil studi literatur menunujukkan kelebihan Learn to Think (LTT) sebagai berikut. 1) Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran fisika, kimia, biologi, geografi, matematika, dan disiplin ilmu lain. 2) Meningkatkan kemampuan dalam menemukan masalah sains secara kreatif, mendesain produk secara kreatif, meningkatkan kegunaan suatu produk secara teknis, pemecahan masalah sains secara kreatif, dan berimajinasi sains secara kreatif.10 Namun Learn to Think (LTT) juga masih kelemahan sebagai berikut. 1) Kurang melatihkan kemampuan dalam menentukan kegunaan benda untuk tujuan ilmiah dan mendesain eksperimen secara kreatif. 2) Dikembangkan untuk sekolah menengah sehingga perlu ditinjau ulang jika diterapkan untuk pendidikan tinggi.11 Selain itu belum adanya penelitian yang mengimplementasikan LTT untuk meningkatkan aspek spiritual mahasiswa PIAUD secara by design. Berdasarkan kajian literatur di atas menunjukkan bahwa model pembelajran Learn to Think (LTT) masih memiliki kelemahan dan harus diperbaiki untuk meningkatkan kreatvitias ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

Alternatif solusi dari permasalahan di atas yang ditawarkan peneliti adalah dengan mengembangkan model pembelajaran Learn to Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Model ini dikembangkan dengan memperbaiki kelemahan dari model LTT dan menambahkan Integrated Twin Tower dalam setiap sintaks berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan sebelumnya. Integrated Twin Tower merupakan suatu gagasan inovatif yang telah dikembangkan di FTK UINSA

9ibid

10ibid

11ibid

(17)

dengan landasan berpikir bahwa dalam proses pembelajaran tidak bisa saling lepas antara keilmuan core bidang kajian dengan nilai-nilai keislaman. Gagasan inovatif ini akan dijadikan dasar sebagai proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Harapan besar dengan model inovatif Learn to Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang akan dikembangkan oleh peneliti dapat menjadi alternatif solusi dan dapat menjadi kekuatan UINSA sebagai salah satu LPTKI dalam menyiapkan mahasiswa PIAUD menjadi generasi emas tahun 2045.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. Secara umum rumusan masalah umum dalam penelitian ini adalah bagaimana kelayakan model pembelajaran Learn to Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang telah dikembangkan untuk untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD? Sub rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana deskripsi pengembangan model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD? Rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Bagaimana karakteristik model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD?

b. Bagaimana lingkungan belajar model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD?

2. Bagaimana validitas model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD? Rumusan masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Bagaimana validitas isi (content validity) model pembelajaran LTT berbasis ITT yang dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD?

(18)

b. Bagaimana validitas konstruk (construct validity) model pembelajaran LTT berbasis ITT yang dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut. Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model pembelajaran Learn to Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang layak untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Sub tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Menjelaskan deskripsi pengembangan model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Menjelaskan karakteristik model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

b. Menjelaskan lingkungan belajar model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

2. Menjelaskan validitas model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Menjelaskan validitas isi (content validity) model pembelajaran LTT berbasis ITT yang dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

b. Menjelaskan validitas konstruk (construct validity) model pembelajaran LTT berbasis ITT yang dikembangkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

D. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik spesifik untuk mengajarkan hasil belajar tertentu, demikian juga dengan model pembelajaran yang akan

(19)

dikembangkan. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD untuk menyiapkan menyiapkan mahasiswa PIAUD menjadi generasi emas tahun 2045 belum maksimal, sehingga pengembangan model ini dirancang untuk mengisi kekosongan tersebut.

Berdasarkan kajian latar belakang masalah, maka urgensi dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan:

1. Buku model pembelajaran Learn To Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang layak untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD (Ber-ISBN).

2. Hak Kekayaan Intelektual (hak cipta) atas Buku model pembelajaran Learn To Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang layak untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

3. Published Artikel di Jurnal Nasional Terakreditasi SINTA 3 (Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu dan Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram) dan Published Artikel di Jurnal Internasional (Studies in Learning and Teaching) yang berkaitan dengan pengembangaan model pembelajaran Learn To Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang layak untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Hasil riset terdahulu terkait pembelajaran inovatif yang sudah ada untuk meningkatkan kreativitas ilmiah antara lain adalah Learn to Think (LTT). Learn to Think (LTT) dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.12 Kegiatan berpikir dalam LTT melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif melalui kegiatan berpikir konkrit, abstrak, dan kreatif.

LTT menggunakan metode berpikir siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa secara langsung dalam proses belajar, merangsang minat dan motivasi belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran, mengembangkan metakognisi

12Hu, W., Wu, B., Jia, X., Yi, X., Duan, C. & Meyer, W. (2013). Increasing student’s scientific creativity: The “learn to think” intervention program. The Journal of Creative Behavior, 47(1),

(20)

secara efektif, serta menciptakan suasana terbuka, demokratis, dan positif. Siswa disediakan lebih banyak waktu untuk membahas masalah dengan tim, berpikir secara mandiri, berani menyampaikan ide dan menilai pandangan orang lain (Hu, Wu, Jia, Yi, Duan, & Meyer, 2013). Hasil studi literatur menunujukkan kelebihan Learn to Think (LTT) sebagai berikut. 1) Dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran fisika, kimia, biologi, geografi, matematika, dan disiplin ilmu lain. 2) Meningkatkan kemampuan dalam menemukan masalah sains secara kreatif, mendesain produk secara kreatif, meningkatkan kegunaan suatu produk secara teknis, pemecahan masalah sains secara kreatif, dan berimajinasi sains secara kreatif.13 Namun Learn to Think (LTT) juga masih kelemahan sebagai berikut. 1) Kurang melatihkan kemampuan dalam menentukan kegunaan benda untuk tujuan ilmiah dan mendesain eksperimen secara kreatif. 2) Dikembangkan untuk sekolah menengah sehingga perlu ditinjau ulang jika diterapkan untuk pendidikan tinggi.14

F. METODE DAN TEKNIK ANALISIS DATA 1. Jenis Penelitian

Model penelitian ini adalah Educational Design Research (EDR).

Educational desing research is the systematic study of designing, developing and evaluating educational interventions as solutions for complex problems in educational practice, which also aims at advancing our knowledge about the characteristics of these interventions and the processes of designing and developing them.15 Menurut Gall, Gall, & Borg (2003) Educational Development Research merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk mengembangkan produk tertentu agar dapat digunakan secara layak. Produk

13ibid

14ibid

15Plomp, T. & Nieveen, N. (2013). Introduction to the collection of illustrative cases of educational design research. In T. Plomp, & N. Nieveen (Eds.), Educational design research – Part B: Illustrative cases (pp. V-XX). Enschede, the Netherlands: SLO.

(21)

suatu penelitian pengembangan pendidikan yang layak harus memenuhi kriteria valid baik isi maupun konstruk, praktis, dan efektif .16

2. Desain Penelitian

Pengembangan model dan perangkat pembelajaran Learn To Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower (ITT) yang layak untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD mengacu pada desain model penelitian pengembangan Generic Design Research Model menurut Wademan.

Langkah pengembangan GDRM17 adalah 1) identifikasi masalah, 2) identifikasi prinsip-prinsip produk dan desain secara tentatif, 3) teori dan produk secara tentatif, 4) membuat prototipe dan menilai produk, dan 5) meningkatkan kualitas produk. Tahap pengembangan model pembelajaran LTT berbasis ITT hipotetik dengan memodifikasi generic design research model.18

a. Langkah 1: Identifikasi Masalah

Identifikasi permasalahan didasarkan pada literatur atau teori, dan site visits.

Pada langkah ini, peneliti melakukan studi literatur dan teori dengan cara mempelajari studi yang akan dikaji. Pengembangan model bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Pada langkah ini, peneliti melakukan studi literatur dan teori dengan cara mempelajari dan menganalisis artikel-artikel ilmiah terbaru dan terdahulu untuk mempelajari masalah yang terkait kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Selanjutnya peneliti melakukan preliminary study untuk melihat profil pembelajaran PIAUD meliputi model pembelajaran yang digunakan oleh dosen, sumber belajar yang digunakan oleh dosen dan mahasiswa, hasil belajar, serta kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD.

16 ibid

17 ibid

18 ibid

(22)

b. Langkah 2: Identifikasi Prinsip-Prinsip Produk dan Desain Secara Tentatif

Berdasarkan studi literatur dan hasil preliminary study, peneliti mendesain model pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Penelitian ini dilakukan implementasi pada MK Sains dan Matematika AUD di Prodi PIAUD. Bahan kajian yang dipilih adalah sains AUD. Kajian bahan tersebut dipilih dengan pertimbangan sesuai karakteristik materi dalam meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD. Model pembelajaran LTT berbasis ITT yang dikembangkan oleh peneliti dikatakan valid apabila memenuhi adanya kebutuhan (need), kemutakhiran (state of the art), memiliki landasan teori dan empirik yang kuat, dan terdapat konsistensi antar komponen penyusun model mengacu Plomp & Nieveen (2013).

c. Langkah 3: Teori dan Produk Secara Tentatif

Peneliti merancang Prototipe 1 berupa Learn To Think (LTT) berbasis Integrated Twin Tower yang komponennya meliputi: 1) sintaks model, 2) sistem sosial, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, 5) dampak instruksional dan dampak pengiring. Desain model yang dikembangkan diwujudkan dalam bentuk Buku Model pembelajaran LTT berbasis ITT.

d. Langkah 4: Membuat Prototipe dan Menilai Produk dan Teori

Model pembelajaran LTT berbasis ITT dikembangkan divalidasi oleh pakar dalam suatu forum diskusi yang biasa disebut Focus Group Discussion (FGD). FGD membahas validitas model pembelajaran yang dikembangkan secara teoritik yang meliputi komponen model, yaitu: i) teori pendukung, ii) sintaks, iii) sistem sosial, iv) prinsip reaksi, v) sistem pendukung, vi) dampak instruksional dan dampak pengiring.

e. Langkah 5: Meningkatkan Kualitas Produk

(23)

Proses ini penyempurnaan prototipe Buku Model pembelajaran LTT berbasis ITT hasil FGD. Hasil FGD dijadikan acuan untuk merevisi model pembelajaran LTT berbasis ITT (Prototipe 2). Hasil dari produk ini dinyatatakan model pembelajaran LTT berbasis ITT layak yang telah memenuhi aspek validitis isi dan validitas konstruk.

3. Pengumpulan dan Teknik Analisis Data

Untuk mengumpulkan data berupa skor validitas Model pembelajaran LTT berbasis ITT dilakukan dengan jalan memberikan Lembar Penilaian Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT kepada 3 (tiga) orang validator, masing-masing adalah doktor pakar di bidang Pendidikan. Ketiga pakar dikumpulkan dalam Focus Group Discussion. Untuk mendeskripsikan validitas Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT, data validitas Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT yang telah terkumpul dianalisis dengan jalan menghitung nilai single measure interrater coeficient correlation (r). Sedangkan untuk mendeskripsikan reliabilitas Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT, data validitas Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT dilakukan dengan jalan menghitung nilai Cronbach Alpha (𝛼). Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT dikatakan valid apabila nilai single measure interrater coeficient correlation (r) > rtabel. Validasi Model pembelajaran LTT berbasis ITT dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach Alpha (𝛼) > 0.60.

(24)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

Sebagai panduan dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran untuk dapat meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD berkaitan erat dengan motivasi, perilaku belajar, harapan umum di masa depan diperlukan model pembelajaran. Model pembelajaran yang dikembangkan ini berbeda dengan model pembelajaran yang telah ada, karena karakteristik yang akan dicapai berbeda dengan hasil belajar yang lain. Sebelum mengembangkan model pembelajaran yang relevan, terlebih dahulu akan dibahas kreativitas ilmiah, aspek spiritual mahasiswa, dan learn to think (LTT) seperti yang dijelaskan di bawah ini.

A. KREATIVITAS ILMIAH

Kreativitas merupakan proses kepekaan terhadap masalah, mengidentifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, kemungkinan memodifikasi dan menguji ulang hipotesis, dan mengkomunikasikan hasilnya.19 Kreativitas dalam pembelajaran sains dikenal dengan istilah kreativitas ilmiah (Mukhopadhyay & Sen, 2013). Kreativitas ilmiah diperlukan mahasiswa untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan nyata20; beradaptasi dengan tuntutan baru secara fleksibel;21 penemuan keilmuan dan inovasi teknologi.22 Suyidno dan Nur (2015) dalam Hu dan Adey (2010) menjelaskan kreativitas ilmiah adalah sifat intelektual/kemampuan menghasilkan produk tertentu yang original dan mempunyai nilai sosial atau

19Torrance, E. P. (2013). Scientific views of creativity and factors affecting its growth.

The MIT Press and American Academy of Arts & Sciences are collaborating with JSTOR to digitize, preserve and extend access to Daedalus.

20 OECD. (2014). PISA 2012 results: Creative problem solving: Student’s skills in tackling real-life problems (Volume V), PISA. Publishing: OECD.

21Greiff, S., Wustenberg, S., Csapo, B., Demetriou, A., Hautamaki, A., Graesser, A. C.,

& Martin, R. (2014). Domain-general problem solving skills and education in the 21st century. Educational Research Review, 13, 74–83.

22ADB. (2014). Creative productivity index: Analysing creativity and innovation in Asia.

A report by the economist intelligence unit for the Asian Development Bank August 2014.

The Economist Intelligence Unit Ltd. and Asian Development Bank.

(25)

pribadi,selanjutnya dirancang dengan tujuan tertentu dalam pikiran dengan menggunakan informasi yang diberikan. Penempatan kreativitas ilmiah dalam praktek dan produksi ilmiah dapat mengembangkan pengetahuan baru, penemuan ilmiah, pemikiran, kapasitas percobaan untuk menarik kesimpulan yang valid menurut Fryer pada tahun 2010. Orang kreatif. Orang kreatif selalu bekerja keras dan selalu berusaha meningkatkan ide-ide dan solusi,membuat perubahan secara bertahap dan perbaikan untuk karya-karya mereka, bersikap terbuka untuk menerima perubahan dan kebaruan, kemauan untuk bermain dengan ide-ide, fleksibilitas, kebiasaan menikmati yang baik, sambil mencari cara untuk memperbaikinya menurut Harris, tahun 2012.

Mahasiswa perlu belajar bagaimana menggunakan berbagai sumber daya yang optimal guna menemukan jawaban inovatif terhadap masalah, dengan memadukan ungkapan dan pemecahan masalah secara kreatif dalam kurikulum, untuk mempersiapkan masa depan yang penuh tantangan. Siswa mencoba untuk terlibat pada setiap tahap kreativitas ketika mereka merasakan beberapa kekurangan atau ketidaksesuaian, ketegangan, atau rangsangan. Kebiasaan menghindari solusi yang biasa dilakukan dengan cara menyelidiki, mendiagnosis, memanipulasi, menebak-nebak dan menguji firasat, memodifikasi dan menguji ulang hingga

(26)

menemukan solusi yang diinginkan23;24;25;26;27;28. Kreativitas ilmiah ditekankan pada indikator penentuan kegunaan benda untuk tujuan ilmiah, menemukan masalah ilmiah, meningkatkan kegunaan suatu produk secara teknis, berimajinasi secara ilmiah, merancang eksperimen kreatif, memecahkan masalah ilmiah secara kreatif, dan merancang produk secara kreatif29. Sangat penting untuk meningkatkan kreativitas ilmiah mahasiswa dalam proses pandemi Covid-19. Dalam hal kreativitas ilmiah, para peneliti mulai bekerja untuk mengembangkan vaksin melawan virus corona baru ini segera setelah urutan genetiknya tersedia pada Februari 2020.30

Kemampuan berpikir kreatif merupakan hasil belajar, dan bukan keturunan (genetik), tetapi tidak menutup kemungkinan kemampuan kreatif merupakan hasil keturunan (genetik) namun hanya 1/3bagian saja, sedangakan 2/3 diperoleh melalui belajar, dan membangkitkan ide-ide kreatif inovatif perlu dilatih berpikir asosiatif dan lebih sering terlibat dalam bertanya, mengamati, mengamati, membangun

23 Al-khatib, B.A. (2012). The effect of using brainstorming strategy in developing creative problem solving skills among female students in princess alia university college.

American International Journal of Contemporary Research, 2(10), 29-38. Available from:https://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.1059.1348&rep=rep1&

type=pdf

24Blascova, M. (2014). Influencing academic motivation, responsibility and creativity.

Procedia-Social and Behavioral Sciences, 159, 415-425.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.12.399

25 Cocu, A., Pecheanu, E., & Susnea, I. (2015). Stimulating creativity through collaboration in an innovation laboratory. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 182, 173 - 178.

26Didin, W. & Wiji, L.Z. (2020). The implementation of project-based learning approach in students’ creativity programs in Indonesia. Humanities & Social Sciences Reviews, 8(3), 702-708. https://doi.org/10.18510/hssr.2020.8375

27Gregory, E., Hardiman, M., Yarmolinskaya, J., Rinne, L., & Limb, C. (2013). Building creative thinking in the classroom: From research to practice. International Journal of Educational Research, 62, 43–50. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2013.06.003

2828 Laisema, S., & Wannapiroon, P. (2014). Design of collaborative learning with creative problem-solving process learning activities in a ubiquitous learning environment to develop creative thinking skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 116, 3921- 3926. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.867

29Hu, W., & Adey, P. (2010). A scientific creativity test for secondary school students.

International Journal of Science Education, 24(4), 389-403

30Kapoor, H., & Kaufman, J.C. (2020). Meaning-making through creativity during COVID-19. Frontiers in Psychology, 18 December 2020.

https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.595990

(27)

jejaring, dan eksperimenting dalam Nur tahun 2014 halaman 7. Strategi pembelajaran kreatif yang dapat digunakan untuk memproduksi ide kreatif adalah:

(1) Model Treffinger tahun 1980, yang mengajarkan saling ketergantungan kognitif dan afektif dalam mendorong belajar kreatif mulai dari unsur-unsur dasar dan menanjak ke fungsi-fungsi berpikir kreatif lebih majemuk dalam Munandar tahun 2012, (2) Probleme Based Learning, yang mengembangkan keterampilan penyelidikan dan penyelesaian masalah, keterampilan belajar mandiri, serta perilaku dan keterampilan sosial sesuai peran orang dewasa (Arends, 2012), (3) Project Based Learning,yaitu melibatkan mahasiswa dalam proses desain teknologi dengan membangun dan meningkatkan isi pengetahuan, kemampuan memecahkan masalah, sistem berpikir dan keterampilan komunikasi dalam Baker, et.all tahun 2011,dan (4) creative problem solving, berusaha menghasilkan banyak ide berbeda melalui brainstorming dan penyelesaian masalah dalam Mitchell, W.E and Kowalik, T.F tahun 1999.

Hu & Adey pada tahun 2010 merekomendasikan kreativitas ilmiah di kelas yang ditekankan pada: (a) menentukan kegunaan suatu benda untuk tujuan ilmiah (unusual uses); (b) tingkat kepekaan terhadap masalah-masalah sains (problem finding); (c) meningkatkan kegunaan suatu produk secara teknis (product improvement); (d) berimajinasi secara ilmiah (scientific imagination); (e) pemecahan masalah sains secara kreatif (creatively science problem solving); (f) mendesain eksperimen secara kreatif (creatively experiment designing); dan (g) mendesain sebuah produk secara kreatif (creatively product design). Berdasarkan penjelasan di atas, tujuh indikator kreativitas ilmiah di atas merupakan komponen utama dari model pembelajaran sains untuk melatihkan kreativitas ilmiah mahasiswa.

Selanjutnya, Hu dan Adey juga merumuskan satu set hipotesis tentang kreativitas ilmiah meliputi: (1) kreativitas ilmiah berbeda dari kreativitas seni dan bahasa, kreativitas ilmiah lebih fokus pada eksprimen kreatif sains, penemuan dan pemecahan masalah dengan kreatif sains, (2) Kreativitas ilmiah merupakan jenis kemampuan yang meliputi faktor intelektual, (3) kreativitas ilmiah tergantung pada pengetahuan ilmiah dan keterampilan proses ilmiah, dan (4) kreativitas dan kecerdasan analisis merupakan dua faktor yang berbeda pada fungsi yang berasal dari

(28)

kemampuan mental. Dapat disimpulkan kreativitas ilmiah merupakan kepekaan terhadap masalah, kemampuan untuk menghasilkan ide baru yang dapat diterima secara teknologi, kemampuan untuk bertanya, memahami dunia sekitar, kemampuan untuk memecahkan masalah, melihat solusi, merancang eksperimen, berimajinasi, mengidentifikasi kesulitan, membat prediksi atau hipotesis.

Dimensi kreativitas ilmiah meliputi: (1) unusual use, untuk mengukur kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam menggunakan obyek untuk tujuan ilmiah, (2) problem finding yaitu dengan mengajukan pertanyaan baru, kemungkinan baru dari sudut pandang baru, membutuhkan imajinasi dan diperlukan untuk membuat kemajuan nyata dalam sains, yang bertujuan demi kelancaran,fleksibilitas, dan orisinalitas, (3) product impovment yaitu meningkatkan produk teknis dan bertujuan mencetak kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas, (4) creativity imagination, yaitu mengukur imajinasi ilmiah siswa dan dapat digunakan menilai kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas, (5) problem solving yaitu mengukur kemampuan pemecahan masalah kreativitas ilmiah, (6) science experiment, menilai kemampuan eksperimental yang kreatif, dan (7) product desain, mengukur kemampuan mendesain produk ilmu pengetahuan secara kreatif.

B. ASPEK SPIRITUAL MAHASISWA

Zohar dan Marshall tahun 2007 halaman 4 dalam Tampubolon (2013) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai “kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.”Kecerdasan Spiritual juga dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan sesorang dalam menjawab makna nilai sehingga seseorang dapat dengan mudah memahami tujuan hidupnya serta menjadikannya sebagai pondasi dalam berpikir, berprilaku, mengambil keputusan pada saat menghadapi persoalan dalam Mulyadi, Muhammad, dkk. tahun 2020.

Di dunia pendidikan kesehatan mental dan spiritualitas menjadi suatu kajian yang sangat penting. Paradigma pendidikan holistic melihat adanya peran penting

(29)

kedua spek tersebut terhadap penentuan perkembangan peserta didik dalam hal prestasi belajar, aspek kognitif serta keterampilan yang dimiliki. berdasarkan teori yang ada, spiritualitas sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dkk tahun 2019 tentang adanya pengaruh tingkat spiritualitas mahasiswa terhadap kesehatan mental dengan melibatkan 382 mahasiswa baru Mahasiswa FITK Uin Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai sampel penelitian. hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan atara spiritualitas terhadap kesehatan mental mahasiswa baru.31

Adanya pengaruh aspek spiritualitas terhadap aktivitas sehari-hari yang dilakukan telah banyak diungkapkan berdasarkan hasil penelitian diantaranya adanya pengaruh terhadap tingkat adaptasi mahasiswa baru pada saat mereka menghadapi kondisi lingkungan yang serba baru. Mahasiswa baru harus dapat menyesuaian diri agar dapat mencapai keseimbangan atara tuntutan diri dan harapan lingkungan sekitar termpat mereka berada, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Prima dan Indrawati (2018) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh kecerdasan spiritual sebesar 34,8% terhadap penyesuaian diri mahasiswa baru UNDIP. Penelitian lain yang dilakukan oleh Saputra (2020) tentang hubungan spiritualitas dan motivasi belajar mahasiswa teologi menunjukkan bahwa ada korelasi antara variabel spiritualitas terhadap variabel motivasi belajar.

Aspek Spiritual Mahasiswa tercermin dari kegiatan sehari-hari mahasiswa yang dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan nilai-nilai islam (Perpres, 2012, Kemdikbud, 2016). Indikator aspek spiritual dalam penelitian ini meliputi: berdoa, ibadah, salam, syukur, dan tawakal. Lebih spesifik lagi dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu. 2) Ibadah, menjalankan ibadah tepat waktu; menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuaidengan agamanya; 3) Salam, memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut; 4) Syukur, bersyukur atas nikmat dan karunia

31 Wahyuni, Eka Nur, Khairul Bariyyah. (2019). Apakah spiritualitas berkontribusi terhadap kesehatan mental mahasiswa?. Jurnal Educatio, 5(1), 2477-0302.

(30)

Tuhan Yang Maha Esa; mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri;mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu; 5) Tawakal, berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha.

Perkembangan aspek spiritualitas mahasiswa terus berkembang sesuai dengan potensi dan pengalaman hidup individu. Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi kepribadian individu, yaitu factor hereditas dan lingkungan tempat tinggal individu. Adapun keterkaitan antara kepribadian dan tingkatan aspek spiritualitas memungkinkan tumbuh akibat adanya interaksi antara factor lingkungan (keluarga, kebudayaan, pendidikan) dan hereditas (sifat yang diturunkan kepada keturunannya. Kekuatan spiritualitas individu dapat tumbuh karena adanya beberapa situasi atau kejadian yang pernah dialami oleh sesorang.Terdapat beberapa factor pemicu penyebab focus spiritualitas ataupun kritis dalam kehidupan seseorang, yaitu mencakup: 1. factor fisik ( penyakit, kecelakaan, operasi) 2. Pengalaman transisi atau emosional (pengalaman pernikahan, kehilangan sebuah pekerjaan) 3. Pengalaman dekat kematian 4. praktik spiritual (berdoa, meditasi, bertapa). Pengalaman yang dialami seseorang menimbulkan adanya dorongan spiritualitas.

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya semaksimal mungkin memadukan dan mensinergikan kajian-kajian keislaman (Ilmu Naqliyah) dan kajian Kependidikan (Ilmu Aqliyah) baik pada level fakultas maupun level prodi sebagai bentuk Integrated Twin Tower. Dosen didorong mendesain pembelajarannya mulai perumusan tujuan, materi, pengalaman belajar, strategi dan metode pembelajaran semaksimal mungkin mengaitkan dua sayap keIslaman dan keilmuan (sain, ilmu sosial humaniora dan kependidikan). Proses pembelajaran tidak bisa saling lepas antara keilmuan core bidang kajian dengan nilai-nilai keislaman.

Gagasan inovatif ini akan dijadikan dasar sebagai proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kreativitas ilmiah dan spiritual mahasiswa PIAUD

Dengan melihat tugas perkembangan seorang mahasiswa dan pola perkembangan spiritual keagamaannya, maka masa sebagai mahasiswa dalam konteks spiritual keagamaan adalah masa untuk membangun kembali nilai-nilai spiritual yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial dalam menjalani hidup

(31)

yang lebih bernilai. Pola pendidikan di Perguruan Tinggi harus mampu merangsang mahasiswa secara aktif untuk menempuh langkah-langkah praktis, yang oleh Zohar dan Marshall (2007) di lukiskan dalam 6 (enam) jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dengan menghubungkan pada jenis kepribadian, motivasi, arketipe, tekanan agama, mitos, praktis, dan cakra. keenam jalan tersebut adalah:

Gambar 1

Cara mengembangkan kecerdasan spiritual menurut Safaria tahun 2007 adalah melalui : (a) doa dan ibadah, (b) cinta dan kasih sayang, (c) keteladanan orangtua, (d) membentuk kebiasaan bertindak dalam kebajikan, (e) mengasah dan mempertajam hati nurani, (f) menerapkan pola asuh yang positif dan konstruktif, (g) menciptakan iklim religius dan kebermaknaan spiritual dalam keluarga.

Dengan menerapkan model-model pembelajaran yang baik dan tepat diharapkan pribadi mahasiswa secara langsung maupun tidak langsung mengalami perkembangan kecerdasan spiritual atau spiritual keagamaan. Kunci pelaksanaannya terletak pada refleksi dan pemaknaan, sehingga pertanyaan yang senantiasa diajukan adalah “mengapa” karena pertanyaan tersebt merupakan pross menghubungkan diri kita dengan kecerdasan spiritual dalam Bowel tahun 2004. Setiap model pembelajaran memiliki orientasi, struktur sistem sosial, peran pengajar, dan sistem pendukung, sehingga peran dan tugas pendidik di perguruan tinggi adalah berjuang

(32)

untuk menata kembali semua aspek dari pembelajaran tersebut agar sedapat mungkin memiliki makna spiritual bagi mahasiswa dan mampu mengembangkan kecerdasan spiritual mahasiswa sesuai dengan pedoman.

C. DESAIN INTEGRATED TWIN TOWERS (ITT)

Desain menara kembar terkoneksi pada bangunan UIN Sunan Ampel Surabaya di tetapkan sebagai iconik dan sebagai distingsi dalam falsalsah pendidikan dari lembaga pendidikan tinggi lain, yang selanjutnya dikenal dengan Integrated Twin Towers (ITT). Dalam kajian ilmu keislaman dan ilmu pengetahuan umum dilingkungan UIN Sunan Ampel merupakan upaya institusi membangun struktur ilmu keagamaan, ilmu sosial/humaniora,dan ilmu pengetahuan alam (sains) secara multidisipliner, interdisipliner, yang terkoneksi dan terintegrasi secara wajar dan seimbang. Berupaya menempatkan dan mensejajarkan ketiga ilmu tersebut pada posisi dan kapasistas yang sejajar dan seimbang saling terkoneksi dan terintegrasi sehingga tidak lagi muncul stigma atau persepsi superior dan inferior. Masing- masing ilmu berkembang dalam ranah, kapasitas, wilayahnya masing-masing untuk terus saling tumbuh dan berkembang seiring perkembangan zaman.

Ilmu keislaman ibarat sebuah menara A dan ilmu umum lainnya (sosial/humaniora dan sains) sebagai menara B dimana kedua terkoneksi atau terhubung secara integrasi yang melahirkan konsep ilmu keislaman multidisipliner dan interdisipliner. kedua menar tersebut tidak saling mengintervensi namun saling melengkapi sehingga menurut Syaifuddin(2013),tidak perlu upaya mengkaji secara khusus keilmuan umum dengan pendekatan agama untuk mencari reevansinya dengan ajaran agama, namun cukup mengkomunikasikan diantara kedua. hal ini berdasarkan pemikiran dan asumsi bahwa kondisi keilmuan umum yang mapan dan segala ilmu itu pada hakekatnya netral dan islami karena bersumber pada satu yaitu Al-Quran. Baik buruk dari ilmu tersebut tergantng pada implementasi, penafsiran, dan prakteknya dalam kehidupan sehari di masyarakat. Pemikiran Syaifudin (2013) dalam menjabarkan twin tower senada juga dengan konsep pemikiran Prof. Amin

(33)

Abdullah tentang integrasi keilmuan keislaman dan kemanusiaan: interdisiplin dari berbagai perspektif keilmuan (sains, sosial-humaniora dan agama)

Gambar 2

Syaifuddin (2013) menggambarkan desain integrated twin towers sebagaimana gambar berikut:

(34)

Gambar 3

Gambar tersebut menunjukkan bahwa fondasi keilmuan adalah Quran dan Hadits, yang selanjutnya disimbolkan pada satu menara A sebagai ilmu keislaman murni dan terapan (Tafsir, Hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Tasawuf, Ilmu Dakwah, Ilmu Tarbiyah, Ilmu Syariah, dan sebagainya), untuk menara B adalah ilmu sosial/hmanioran dan ilmu sains (Ilmu Kimia, Ilmu Matematika, Ilmu Ekonomi, Ilmu Sosiologi, Ilmu Politik, Ilmu Psikologi, Ilmu Kedokteran, Ilmu Kesehatan, Ilmu Sejarah, Ilmu Filsafat, Ilmu Biologi, Ilmu Akuntansi, dan sebagainya) selanjutnya dipuncak terdapat garis yang menghubungkan kedua menara hingga melahirkan disiplin ilmu yang multi dan inter yaitu sosiologi agama, ekonomi islam, politik islam, psikologi agama, filsafat agama, kedokteran islam, dan lain sebagainya.

Struktur bagunan tersebut harus berdiri pada satu pondasi utama yang kokoh yaitu Quran dan Hadits sebagai sumber utama.

Pun demikian model integrated twin towers pun bukanlah model yang sangat sempurna. Kekuatan dari model ini terletak pada konektor jembatan penyeberangan atau pendekatan yang dilaksanakan sehingga menghasilkan keilmuan yang berkarakter dan sebagai distingsi dari lembaga pendidikan tinggi lainnya.

Masing-masing menara tentunya memiliki karakteristik internal sendiri karena memang merupakan disiplin ilmu yang berbeda dengan obyek kajian

(35)

berbeda, dimana obyek ilmu alam akan sangat beda dengan obyek ilmu sosial/humaniora, dan mereka memiliki ruang tersendiri juga di masing-masing menaranya. Sehingga tergambar dalam realitas empiris yang sangat kuat, selanjutnya kedua menara tersebut disambungkan dengan pendekatan atau bagan epistimologi yang saling mengaitkan kedua bidang ilmu tersebut.

Diantara model realitas yang belummembrikan gambaran menyatu adalah pada basis ontologisnya, kedua tower ini harus menyatu juga pada pondasinya.

menara atas menyatu secara epistemologi dan menara bawah menyatu secara ontologis melalui jembatan pendekatan koneksi integrasi hingga menghasilkan ilmu keislaman multidisipliner, dan ilmu ini yang nantinya sebagai pembeda antara universitas islamdan universitas umum dalam melihat dan memotret realitas empiris di masyarakat. Islamic Studies multidisipliner merupakan puncak dari cita-cita mendirikan institusi pendidikan yang ideal (Nursyam: tt)

Arah yang akan dicapai dalam pengembangan epistimologi integrated twin towers adalah konsep ulul albab yaitu fikir, dzikir, dan amal sholeh. Fikir berupaya melahirkan kematangan intelektual, dzikir melahirkan kematangan spiritual, dan amal sholeh melahirkan manusia yang berbudi luhur, berakhlak mulia, dan bermartabat.

D. LEARN TO THINK (LTT)

Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang melimpah, dari 240 juta orang yang diyakini sebagai elemen pendukung utama bangsa ini untuk tumbuh besar di masa depan dalam Rohkman, Syaifudin &

Yuliati, tahun 2013. Pendidikan merupakan salah satu proses terpenting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengembangkan keterampilan sumber daya manusia untuk membentuk karakter yang berguna bagi bangsa. Dalam pendidikan nasional, Dosen sebagai tenaga pengajar tidak hanya memberikan materi satu arah, tetapi dapat berupa interaksi Dosen - Mahasiswa sehingga Dosen dapat mempersiapkan Mahasiswa menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan siap mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan di masa depan dalam Yunus pada 2016. Salah satu komponen

(36)

yang dapat meningkatkan keberhasilan dunia pendidikan adalah metode pembelajaran dalam Dewi pada 2018. Penerapan metode pembelajaran dapat dibedakan menjadi metode konvensional dan metode modern dalam Dewi pada 2018. Metode tradisional lebih berpusat pada Tenaga Pengajar (Dosen/Guru), seperti memberikan ceramah atau menggunakan PowerPoint, sehingga siswa kurang aktif dan lebih fokus pada kegiatan mereka sendiri. Metode modern dapat hadir dalam bentuk metode active learning yaitu metode yang dapat digunakan mahasiswa untuk berinteraksi dengan mahasiswa serta dosen. Pada titik ini, metode pembelajaran mata kuliah yang didapat mahasiswa di perguruan tinggi dapat memberikan kontribusi penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dan bertanggung jawab sebagai agen perubahan dalam suatu bangsa.

Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melalui Permenristekdikti Nomor 44 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi; menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi lulusan PT diprioritaskan melalui proses pembelajaran yang mengembangkan kreativitas ilmiah dan tanggung jawab dalam mencari dan mencari ilmu (Menristekdikti) Pendidikan, 2015. Mengikuti Jatmiko, Widodo, Martini, Budiyanto, Wicaksono, dan Pandiangan tahun 2016 telah menunjukkan bahwa pembelajaran dan pemecahan masalah berdasarkan keputusan dapat meningkatkan keberhasilan belajar, kreativitas ilmiah untuk memecahkan masalah kehidupan,32 mengadaptasi secara fleksibel cara persyaratan baru33 dan inovasi teknologi.34 Mahasiswa juga harus bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas pembelajaran35 dan mengarahkan produk kreatif mereka untuk saling

32 OECD. (2014). PISA 2012 results: Creative problem solving: Student’s skills in tackling real-life problems (Volume V), PISA. Publishing: OECD.

33Greiff, S., Wustenberg, S., Csapo, B., Demetriou, A., Hautamaki, A., Graesser, A. C.,

& Martin, R. (2014). Domain-general problem solving skills and education in the 21st century. Educational Research Review, 13, 74–83

34ADB. (2014). Creative productivity index: Analysing creativity and innovation in Asia. A report by the economist intelligence unit for the Asian Development Bank August 2014. The Economist Intelligence Unit Ltd. and Asian Development Bank

35Saliceti, F. (2015). Educate for creativity: New educational strategies. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 197, 1174-1178. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.07.374

(37)

menguntungkan36;37. Kreativitas ilmiah meliputi keterampilan belajar dan inovasi, serta tanggung jawab sebagai bagian dari keterampilan hidup dan profesional di abad ke-21 (Blascova, 2014). Siswa harus dibekali dengan keterampilan abad 21 untuk memfasilitasi keberhasilan mereka dalam pekerjaan dan karir masa depan mereka (Sitti, Sooperak & Sompong, 2013; Blascova, 2014). Berdasarkan uraian di atas, pengembangan kreativitas dan tanggung jawab ilmiah dianggap sebagai faktor kunci munculnya negara-negara kuat.

Sherley, Eko Budi Santoso dan Stanislaus Adnanto Mastan / Menganalisis perbedaan metode pembelajaran tradisional dan mahasiswa Active Learning Akuntansi Universitas Ciputra 77 atau interaksi dengan profesor dalam Richter pada 2017. 4.444 metode pembelajaran aktif juga telah diterapkan dalam akuntansi di Universitas Ciputra karena bertujuan untuk menghasilkan 4.444 wirausahawan dengan keterampilan akuntansi khusus atau 4.444 lulusan akuntansi berjiwa wirausaha (uc.ac.id, 2015)

Learn to Think (LTT) dikembangkan secara khusus untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik.38 Kegiatan berpikir dalam LTT melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif melalui kegiatan berpikir konkrit, abstrak, dan kreatif. LTT menggunakan metode berpikir siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa secara langsung dalam proses belajar, merangsang minat dan motivasi belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran, mengembangkan metakognisi secara efektif, serta menciptakan suasana terbuka, demokratis, dan positif. Siswa disediakan lebih banyak waktu untuk membahas masalah dengan tim, berpikir secara mandiri, berani menyampaikan ide dan menilai pandangan orang lain.39 Hasil studi literatur menunujukkan kelebihan Learn to Think (LTT) sebagai berikut. 1) Dikembangkan

36 Velev, V. (2004). Digital creativity: Advantages, problems, responsibilities.

International Journal Information Theories & Applications, 11, 60-67

37 Ozdemir, G., & Dikici, A. (2017). Relationships between scientific process skills and scientific creativity: Mediating role of nature of science knowledge. Journal of

Education in Science, Environment and Health, 3 (1), 52-68

38Hu, W., Wu, B., Jia, X., Yi, X., Duan, C. & Meyer, W. (2013). Increasing student’s scientific creativity: The “learn to think” intervention program. The Journal of Creative Behavior, 47(1), 3–21

39ibid

(38)

untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada mata pelajaran fisika, kimia, biologi, geografi, matematika, dan disiplin ilmu lain. 2) Meningkatkan kemampuan dalam menemukan masalah sains secara kreatif, mendesain produk secara kreatif, meningkatkan kegunaan suatu produk secara teknis, pemecahan masalah sains secara kreatif, dan berimajinasi sains secara kreatif .40

Learn to Think (LTT) juga masih kelemahan sebagai berikut. 1) Kurang melatihkan kemampuan dalam menentukan kegunaan benda untuk tujuan ilmiah dan mendesain eksperimen secara kreatif. 2) Dikembangkan untuk sekolah menengah sehingga perlu ditinjau ulang jika diterapkan untuk pendidikan.41 Selain itu belum adanya penelitian yang mengimplementasikan LTT untuk meningkatkan aspek spiritual mahasiswa PIAUD secara by design.

E. KURIKULUM MERDEKA BELAJAR KAMPUS MERDEKA 1. PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA MAHASISWA

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak secara otomatis langsung dapat diterima di lingkup lembaga perguruan tinggi, namun masih diperlukan adaptasi dan penyesuaian terhadap adanya perkembangan IPTEK tersebut melalui penyesuaian metode pembelajaran. Pada perguruan tinggi metode pembelajaran ìI lecture sangat mewarnai saat proses pembelajaran.

pa. Tokoh sentral pada pembelajaran tersebuta adalah dosen, kurang lebih 80%

kegiatan belajar mengajar digunakan untuk untuk memindahkan (transfer) ilmunya secara konvensional (one-way traffic), sedangkan mahasiswa hanya mendengarkan penjelasan dosen dengan aktivitas minimal tanpa mengaktifkan prior knowledge yang relevan dengan pokok bahasan. Pada metode pengajaran one-way traffic sikap apatis dan tidak tertarik terhadap proses pembelajaran ditunjukkan oleh mahasiswa, selain itu kemampuan konseptualisasi sebagian besar mahasiswa menjadi terbatas dikarenakan belajar dalam struktur dan pengarahan yang kaku, mahasiswa tidak dapat think outside the box.

40 ibid

41 ibid

(39)

Metode 2 One-way traffic terjadi di dalam paradigma teacher-centered learning (TCL). Mahasiswa cenderung menjadi receiver, kurang berperan sebagai transformer dan/atau explorer pada penerapan metode pembelajaran tersebut, di samping itu mahasiswa masuk ke dalam situasi rote learning, bukan meaningful learning. Materi kuliah yang bersifat konseptual memperkuat situasi demikian. Mahasiswa merupakan sekelompok manusia yang beranjak dewasa dengan berbagai macam perubahan fisik, sosial dan psikologik. pada tahapan mahasiswa, seseorang sudah mulai dapat berpikir kritis, dapat menentukan keinginannya dan menetapkan prioritas. Teacher Centred Learning untuk mahasiswa tidak lagi sesuai karena membuat proses pembelajaran lamban dan mahasiswa tidak memiliki peluang untuk memilih ìmenuî yang sesuai.

Kelambanan proses pembelajaran selama penerapan metode TCL akan menyebab-kan peserta didik selalu tertinggal, tidak dapat segera menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Kelambanan dan ketertinggalan penerapan metode pembelajaran dapat diatasi dengan merubah proses pembelajaran dari one-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif. Pembelajaran interaktif mengajak mahasiswa bersamasama secara aktif untuk mencari, menemukan, mengolah, membangun dan memaknai ilmu pengetahuan. Pembelajaran interaktif merupakan salah satu karakteristik student-centered learning (SCL).

Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka dimana berisi beragam bentuk pembelajaran diluar program studi merupakan perwujudan dari model pembelajaran Student Centre Learning (SCL) yang sangat esensial dalam Buku Panduan MBKM tahun 2020. Bentuk pembelajaran tersebut memberikan tantangan dan kesempatan kepada mahasiswa untuk pengembangan inovasi, kreativitas, kapasitas dan kepribadian (intra dan interpersonal skills), serta mengembangkan kemandirian dalam mencari, menemukan dan mengkonstruksikan pengetahuan pada dunia nyata.

Dalam Standar Nasional-Pendidikan Tinggi (SN-Dikti) pasal 14 disebutkan beberapa metode pembelajaran, yang intinya adalah berpusat pada mahasiswa yaitu dalam bentuk diskusi kelompok, simulasi, studi kasus, pembelajaran kolaboratif, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis

(40)

proyek, pembeajaran berbasis masalah, atau metode pembelajaran lain, yang dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan.

Berikut ini contoh pemilihan bentuk, metode,dan penugasan pembelajaran ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 1 Contoh Pemilihan Bentuk, Metode,dan Penugasan Pembelajaran

No Bentuk

Pembelajaran

Metode Pembelajaran Contoh Penugasan

1 Kegiatan Proses Belajar

● Presentasi mahasiswa dalam kelas

● Diskusi kelompok

● Debat

Tugas pemecahan masalah (problem-solving), tugas kesenjangan informasi (information-gap task), tugas kesenjangan pendapat (opinion-gap task), tugas kesenjangan penalaran (reasoning-gap task),atau minute paper.

2 Kegiatan Penugasan Terstruktur

● Pembelajaran berbasis proyek

● Pembelajaran berbasis kasus

● Pembelajaran kolaboratif

membuat proyek,

mendiskusikan kasus tertentu yang dikerjakan secara kolaboratif

3 Kegiatan Mandiri

● tinjauan pustaka (literature review)

● meringkas (summarizing)

Membuat portofolio aktivitas mandiri

Referensi

Dokumen terkait

dan jenis kontrasepsi kontraspsi yang digunakan mempengaruhi faktor – faktor yang melatar belakangi kejadian keputihan pada Wanita Usia Subur karena sebagian besar dari

Dalam penyusunan anggaran melibatkan berbagai pihak baik manajer atasan (superior) maupun manajer bawahan (subordinat) yang memiliki peran penting dalam mempersiapkan dan

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan konsisten / kesamaan yang dilakukan oleh Farlen (2011), Paruru (2016), Ardiana (2014)yang menyatakan bahwa variabel

Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan meliputi kegiatan mengevaluasi informasi (fakta dan opini) dalam artikel opini, menyusun opini dalam bentuk artikel, menganalisis

Dengan berpegangan pada asas-asas Rochdale, para pelopor Koperasi Rochdale mengembangkan toko kecil mereka itu menjadi usaha yang mampu mendirikan

Pos Bantuan Hukum Pengadilan Negeri samarinda menghadapi berbagai macam kendala dalam memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu seperti

Jadi, produk hijau juga harus tampil kompetitif tidak hanya sesuai dengan aspek lingkungan, tetapi juga didasarkan pada karakteristik produk yang penting lainnya,

Keterangan Bebas Pinjaman Buku Perpustakaan.. Catatan :