• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti penulis pada penelitian ini adalah subsektor farmasi di Indonesia. Seluruh saham di Bursa Efek Indonesia (yang selanjutnya disingkat menjadi BEI) terbagi menjadi sembilan sub sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri, antara lain: agriculture; mining; basic industry and chemicals; miscellaneous industry; consumer goods industry; property, real estate, and building construction; infrastructure, utility, and transportation;

finance; trade, service, and investment. Berdasarkan klasifikasi pada BEI, subsektor farmasi termasuk ke dalam sektor consumer goods industry atau industri barang konsumsi, yang merupakan kegiatan usaha yang memproses barang mentah, bahan dasar, dan atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang dapat dikonsumsi secara pribadi (idx, 2020).

Subsektor farmasi yang terdaftar di BEI dipilih menjadi dasar penelitian dikarenakan fenomena yang terjadi belakangan ini sangat berkaitan dengan industri farmasi, yaitu pandemi COVID-19. Pandemi yang terjadi di tahun 2020 ini tentunya berdampak pada industri farmasi dan cenderung memberikan dampak positif terhadap industri farmasi di saat terdapat banyak industri lainnya yang mengalami penurunan pendapatan di masa pandemi ini, contohnya adalah kenaikan pendapatan penjualan kuartal I 2020 Sido Muncul dengan kenaikan sebesar 2,39% dan Kalbe Farma dengan kenaikan sebesar 8,01% jika dibandingkan dengan kuartal I tahun 2019, serta Kimia Farma selama kuartal I 2020 berhasil meraih pendapatan penjualan sebesar Rp1,8 Triliun akibat tingginya permintaan sejumlah produk saat pandemi COVID-19 (Suara, 2020). Berikut merupakan sepuluh perusahaan subsektor farmasi yang terdaftar di BEI.

(2)

2 Tabel 1.1 Perusahaan Sub Sektor Farmasi yang terdaftar pada Bursa

Efek Indonesia Sumber: sahamok, 2017 No. Kode

Saham

Nama Perusahaan Tanggal IPO

1 DVLA PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. 11/11/1994 2 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk. 17/04/2001 3 KAEF PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 04/07/2001

4 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk. 30/07/1991

5 MERK PT. Merck Indonesia Tbk. 23/07/1981

6 PEHA PT. Phapros Tbk. 26/12/2018

7 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. 16/10/2001

8 SIDO PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk

18/12/2013

9 SCPI PT. Merck Sharp Dohme Pharma 08/06/1990 10 TSPC PT. Tempo Scan Pasific Tbk. 17/01/1994

Industri sub sektor farmasi dalam menjalankan operasional bisnisnya, akan selalu berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam sehingga diwajibkan untuk melaksanakan corporate social responsibility sebagaimana diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang mengatur kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perusahaan. Regulasi tersebut dipertegas dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 yang mengatur pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan (Kliklegal, 2016).

Dari sepuluh emiten subsektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, terdapat tujuh perusahaan yang memiliki data yang lengkap berdasarkan laporan tahunan, dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, perusahaan tersebut adalah PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. (DVLA), PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF), PT. Kalbe Farma Tbk. (KLBF), PT.

(3)

3 Merck Tbk. (MERK), PT. Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO), PT. Indofarma (Persero) Tbk. (INAF), dan PT. Tempo Scan Pasific, Tbk.

(TSPC). Berdasarkan kelengkapan data keuangan per tahun, maka kedelapan perusahaan tersebut ditetapkan sebagai objek penelitian terhadap pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap harga saham industri sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019.

Industri farmasi pertama yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Darya Varia Laboratoria Tbk. yang pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 1976. Perusahaan ini memiliki dua pabrik yang berlokasi di Citeureup dan Gunung Putri, Kabupaten Bogor dan kedua pabrik tersebut memiliki sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) ASEAN atau cGMP ASEAN. Pabrik Darya Varia di Indonesia memiliki spesialisasi untuk memproduksi kapsul gelatin lunak, injeksi steril, serta produk cair dan padat lainnya. Contoh produk Darya Varia yang tersebar luas di pasaran antara lain Enervon-c, Diatabs, Decolgen, dan Natur-e, serta dalam pelaksanaan CSR, Darya Varia berfokus pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk kampanye “Sehat Indonesiaku”.

Industri farmasi kedua yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Kimia Farma (Persero) Tbk. yang merupakan industri farmasi pertama di Indonesia, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia pada tahun 1817. Kimia Farma memiliki kantor pusat di Jakarta dan memiliki enam pabrik yang tersebar di beberapa wilayah, antara lain Jakarta, Bandung, Semarang, Sarolangun (Jambi), Watudakon (Jawa Timur), dan Tanjung Morawa (Sumatera Utara). Contoh produk Kimia Farma antara lain Minyak Kayu Putih, Minyak Telon, dan Enkasari, serta dalam pelaksanaan CSR, Kimia Farma berfokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama bagi pihak- pihak yang membutuhkan bantuan segera, contohnya seperti kegiatan Kimia Farma Berbagi Kasih untuk Pengungsi Gunung Agung.

Industri farmasi ketiga yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Kalbe Farma Tbk. yang didirikan di Indonesia pada tahun 1966 oleh enam

(4)

4 bersaudara yaitu Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto yang saat ini memiliki kantor pusat di Jakarta. Kalbe Farma memiliki fokus bisnis pada empat divisi, yaitu Pharmaceutical, Consumer Health, Nutritionals, dan Distribution &

Logistics. Contoh produk Kalbe Farma antara lain Sakatonik, Fatigon, Procold, dan Neuralgin, serta dalam pelaksanaan CSR, Kalbe membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan, dan keberlangsungan ekosistem bisnis dan diimplementasikan dengan tagline “Bersama Sehatkan Bangsa”.

Industri farmasi keempat yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Merck Tbk. yang merupakan perusahaan asal jerman dan didirikan di Indonesia pada tahun 1970 yang memiliki kantor pusat di Jakarta. Merck merupakan perusahaan sains dan teknologi yang bergerak di bidang Health Care, Life Science, dan Performance Material. Contoh produk Merck yang beredar di pasaran adalah Neurobion dan Oral-B, serta dalam pelaksanaan CSR, tiga pilar utama yang difokuskan oleh Merck adalah Kesehatan, Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Pelaksanaan CSR pada bidang kesehatan antara lain adalah program cek hipertensi dan gula darah gratis serta pelaksanaan program PPP (Public-Private Partnership) untuk Tiroid antara Merck dan Kementerian Kesehatan, lalu pelaksanaan CSR pada bidang Lingkungan adalah program pengelolaan limbah dan polusi, serta untuk pelaksanaan CSR pada bidang Pemberdayaan Masyarakat adalah kegiatan penghargaan sekolah adiwiyata, serta penyediaan fasilitas sekolah darurat di Ambon.

Industri farmasi kelima yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Pyridam Farma Tbk. yang didirikan pada tahun 1972 di Indonesia dan memiliki kantor pusat di Jakarta. Perusahaan ini memiliki pabrik seluas 35.000 meter persegi yang terletak di Cianjur, Jawa Barat, dan Pyridam Farma memiliki sekitar 100 produk dalam bentuk tablet, kapsul, sirup krim, kaplet, dan salep.

Contoh produk Pyridam Farma yang tersebar luas di pasaran antara lain

(5)

5 Insoven dan Heva-Q. Pelaksanaan CSR perusahaan Pyridam Farma antara lain sumbangan obat-obatan secara rutin kepada puskesmas di sekitar pabrik, bantuan susu bubuk rutin untuk posyandu di dekat pabrik, sumbangan sepatu melalui balai desa untuk masyarakat sekitar yang membutuhkan, sumbangan kambing bagi masyarakat desa, serta aksi peduli sumbangan bagi korban kebakaran di wilayah Jakarta Barat.

Industri farmasi keenam yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul Tbk. yang didirikan pada tahun 1940 di Indonesia dan berkantor pusat di Yogyakarta dan Semarang. Saat ini, Sido Muncul merupakan industri jamu terbesar di Indonesia. Contoh produk Sido Muncul antara lain Tolak Angin, Kuku Bima, dan Alang Sari, serta pelaksanaan CSR di perusahaan ini berfokus pada kemanusiaan dan kesejahteraan masyarakat. Contoh dari pelaksaan CSR perusahaan Sido Muncul adalah mudik gratis, operasi katarak, dan bantuan air bersih serta sembako kepada masyarakat terdampak bencana alam.

Industri farmasi ketujuh yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Indofarma (Persero) Tbk. yang didirikan pada tahun 1918 dan saat ini berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Indofarma memiliki kantor pusat yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat dan saat ini memiliki 1.374 karyawan.

Contoh produk kesehatan yang diproduksi oleh Indofarma antara lain yaitu Amlodipine, Meloxicam, dan Lansoprazole yang jarang dikenal oleh masyarakat dikarenakan obat yang diproduksi oleh Indofarma mayoritas adalah obat keras yang membutuhkan resep dokter. Perusahaan berkomitmen untuk mendukung, mengimplementasikan, dan mengembangkan tanggung jawab sosial perusahaan melalui program-program pengembangan kemasyarakatan yang memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan menanggulangi isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat. Program tanggung jawab sosial perusahaan yang dijalani oleh Indofarma contohnya adalah pengembangan program filantropi yang bersifat dana sumbangan yang berasal dari dana internal perusahaan.

(6)

6 Industri farmasi kedelapan yang dijadikan sampel penelitian adalah PT.

Tempo Scan Pasific Tbk. yang didirikan pada tahun 1953 dan memiliki kantor pusat di Jakarta, Indonesia. Tempo Scan Pasific menjalani bisnis di bidang barang konsumen yang berupa obat-obatan, kosmetik, dan vitamin. Produk dari Tempo Scan Pasific yang dijual umum dan dikenal oleh masyarakat antara lain Bodrexin, Hemaviton, dan Oskadon. Tempo Scan Pasific memperhatikan nilai-nilai inti perusahaan yang salah satunya adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dilaksanakan perusahaan secara serius sejak tahun 2011 dengan membentuk CSR Center, dan pelaksanaan CSR berkala setiap tahunnya dilaksanakan dalam bentuk “Program Indonesia Tersenyum”, yang berupa bantuan ekonomi kepada masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah dan edukasi kepada anak- anak dan remaja mengenai pentingnya hidup sehat.

1.2 Latar Belakang

Industri di Indonesia baik industri yang bergerak di bidang farmasi maupun bidang lainnya pada umumnya memiliki pesaing bisnis dan bersaing untuk menghasilkan profit dalam jumlah yang besar, dan seringkali perusahaan tanpa disengaja maupun disengaja melakukan pelanggaran etika yang memberikan dampak negatif kepada berbagai pihak, antara lain masyarakat yang berada di lingkungan sekitar perusahaan, pemerintah, konsumen, perusahaan, serta tenaga kerja perusahaan itu sendiri. Berdasarkan investigasi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), fraud marak terjadi pada industri kesehatan, yang di dalamnya termasuk industri rumah sakit dan juga industri farmasi yang dikenal dengan istilah healthcare fraud atau medical fraud.

“Berdasarkan laporan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), KPK menerima laporan dari transaksi industri kesehatan sebesar Rp69 Triliun, terdapat uang senilai Rp800 Miliar yang diduga merupakan uang suap dari perusahaan farmasi kepada dokter agar bersedia untuk meresepkan obat dari perusahaan farmasi tersebut kepada pasien” (Tempo.co, 25 Oktober 2016). Peluang terjadinya fraud pada industri kesehatan akan besar apabila

(7)

7 terjadi kekosongan pasokan obat baik terjadi akibat penimbunan maupun pengiriman pasokan obat yang lama, hal ini terjadi berdasarkan penemuan LSM Indonesia Corruption Watch (ICW) di provinsi Aceh, Sumatera Utara, Banten, dan Jawa Timur terdapat kasus bahwa pasien harus mengeluarkan uang lebih banyak agar dapat mendapatkan obat lebih cepat, sekalipun pasien tersebut merupakan pasien penerima bantuan iuran (PBI). Dapat kita lihat bahwa fraud pada industri farmasi dapat berpotensi terjadi dalam skala kecil maupun besar, serta disengaja maupun tidak disengaja yang merugikan berbagai pihak. Kerugian tersebut dapat diminimalisasi oleh perusahaan dengan cara melakukan berbagai kegiatan yang berdampak positif, sehingga dapat mengurangi dampak negatif yang dihasilkan perusahaan terhadap pihak- pihak tertentu serta memberikan citra yang baik pada masyarakat terhadap perusahaan dengan melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) (Media Indonesia Online, 2019).

Berdasarkan Undang-undang No. 40 Tahun 2007 pasal 74, disebutkan bahwa perusahaan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) merupakan kewajiban perusahaan yang diperhitungkan dan dianggarkan sebagai biaya perusahaan, dan apabila tidak dilaksanakan, perusahaan dapat dikenakan sanksi oleh pemerintah. Secara lebih detil, peraturan mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2012 yang menjelaskan bahwa perusahaan merupakan subjek hukum dan mempunyai kewajiban untuk menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selanjutnya, tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib dilaksanakan oleh perusahaan baik di dalam maupun di luar perusahaan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dilaksanakan oleh direksi atas persetujuan dewan komisaris dan RUPS kecuali ada ketentuan lain, serta pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan wajib dicantumkan dalam laporan tahunan perusahaan dan

(8)

8 dipertanggungjawabkan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Dikarenakan pengungkapan CSR terdapat di dalam laporan tahunan perusahaan dan dilaporkan kepada RUPS dan masyarakat umum, pengungkapan CSR dapat berpotensi mempengaruhi keputusan masyarakat umum dalam menginvestasikan uangnya pada perusahaan tersebut sehingga dapat menimbulkan fluktuasi harga saham perusahaan.

Harga saham perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal perusahaan. Terdapat lima faktor eksternal yang mempengaruhi harga saham, yaitu kondisi fundamental ekonomi makro, fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing, kebijakan pemerintah, faktor panik, dan faktor manipulasi pasar. Selain faktor eksternal, terdapat faktor internal perusahaan yang menyebabkan terjadinya fluktuasi nilai jual saham perusahaan, antara lain faktor fundamental perusahaan, aksi korporasi perusahaan, dan proyeksi kinerja perusahaan pada masa mendatang. Aksi korporasi perusahaan berdampak pada citra perusahaan serta mempengaruhi demand saham perusahaan oleh publik, salah satu aksi korporasi perusahaan adalah tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) (OJK, 2019).

Implementasi CSR dapat memberikan dampak positif terhadap perusahaan, yaitu memberikan citra yang baik kepada perusahaan di mata publik yang berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap produk dan perusahaaan tersebut, berikut merupakan tabel yang mendeskripsikan harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015 sampai dengan 2019:

(9)

9 Tabel 1.2 Harga Saham Industri Sub Sektor Farmasi Periode 2015-2019

Sumber: Yahoo Finance, 2020 No Kode

Saham

Harga Saham (Rp)

2015 2016 2017 2018 2019

1 DVLA 1300 1755 1960 1940 2250

2 INAF 168 4680 5900 6500 870

3 KAEF 870 2750 2700 2600 1250

4 KLBF 1320 1515 1690 1520 1620

5 MERK 6775 9200 8500 4300 2850

6 PEHA - - - 2810 1075

7 PYFA 192 200 183 189 198

8 SIDO 550 520 545 840 1275

9 TSPC 1750 1970 1800 1390 1395

10 SCPI - - - - -

Berdasarkan data yang dipaparkan pada tabel 1.2, harga saham industri farmasi sangat beragam serta rata-rata perusahaan memiliki harga saham yang fluktuatif setiap tahunnya, maka dari itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh atau tidak terhadap harga saham suatu perusahaan.

Keterkaitan antara pengungkapan CSR terhadap harga saham perusahaan telah dibuktikan oleh penelitian yang telah ada diantaranya penelitian oleh Amah, Widhianningrum, dan Mawarni (2014), yang memaparkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham perusahaan. Berdasarkan pemaparan pada penelitian oleh Sulistiana (2017), terdapat pengaruh antara pengungkapan CSR terhadap harga saham perusahaan, serta berdasarkan penelitian oleh Hendrayani, Wiagustini, dan Sedana (2017), dijelaskan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara pengungkapan CSR terhadap harga saham perusahaan.

Untuk mengukur kekuatan hubungan antara pengungkapan CSR dan harga saham perusahaan, akan digunakan juga variabel moderator yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pendanaan internal dan eksternal, serta ukuran perusahaan

(10)

10 yang besar cenderung lebih dikenal oleh masyarakat yang mengakibatkan perbedaan harga saham antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil.

Ukuran perusahaan dapat diketahui dengan cara menghitung logaritma natural dari total aktiva/aset perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. (Kusuma, 2018).

Berdasarkan pemaparan penelitian terdahulu pada paragraf sebelumnya, terdapat pengaruh antara pengungkapan CSR terhadap harga saham perusahaan baik secara signifikan maupun tidak signifikan. Namun, terdapat pula penelitian yang memiliki hasil kontradiktif dengan penelitian yang dipaparkan pada paragraf sebelumnya, antara lain penelitian oleh Hidayansyah, Hubeis, dan Irwanto (2015), yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, serta pemaparan dari penelitian oleh Vijaya (2012) yang juga menyatakan bahwa pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis menetapkan judul penelitian ini adalah “Analisis Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Harga Saham Perusahaan dengan Ukuran

Perusahaan sebagai Pemoderasi pada Industri Subsektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2019”.

1.3 Perumusan Masalah Penelitian

Regulasi yang berkaitan dengan Corporate Social Responsibility sudah tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia dan telah diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan. Perusahaan yang melakukan operasional usaha yang memanfaatkan sumber daya alam dan atau memberikan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitarnya, perlu untuk melakukan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai timbal balik atas sumber daya alam yang telah dimanfaatkan oleh perusahaan dan atau sebagai ganti rugi atas dampak negatif yang dihasilkan perusahaan terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak terhadap pandangan publik

(11)

11 terhadap perusahaan tersebut, namun belum dapat disimpulkan seberapa signifikan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan dalam mempengaruhi harga saham perusahaan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya, dapat dirumuskan bahwa permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan sejauh mana pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam mempengaruhi harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi, pada periode 2015 sampai dengan 2019, serta timbul pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana implementasi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada industri sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019?

2. Bagaimana harga saham industri sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019?

3. Bagaimana ukuran perusahaan industri sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019?

4. Apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

5. Apakah ukuran perusahaan dapat memoderasi pengaruh signifikan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang diuraikan oleh penulis di poin sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(12)

12 2. Mendeskripsikan harga saham industri sub sektor farmasi pada periode

2015-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Mendeskripsikan ukuran perusahaan industri sub sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2015-2019.

4. Menjelaskan apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015-2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5. Menjelaskan apakah ukuran perusahaan dapat memperkuat pengaruh signifikan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap harga saham perusahaan pada industri sub sektor farmasi periode 2015- 2019 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu dan insight dalam menganalisis pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan dijadikan acuan pihak-pihak yang berencana atau sedang menyusun karya tulis ilmiah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai strategi perusahaan untuk meningkatkan harga sahamnya.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada investor dalam mengambil keputusan investasi pada suatu perusahaan.

(13)

13 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Pada sistematika penulisan tugas akhir ini dijelaskan secara ringkas mengenai penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

1. BAB I (Pendahuluan)

Isi bab ini merupakan pembahasan mengenai Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Pertanyaan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir.

2. BAB II (Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian)

Isi bab ini merupakan pembahasan mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian dan penelitian terdahulu, Kerangka pemikiran, dan Hipotesis penelitian.

3. BAB III (Metodologi Penelitian)

Isi bab ini merupakan pembahasan mengenai Karakteristik Penelitian, Alat Pengumpulan Data, Tahapan Penelitian, Pengumpulan Data dan Sumber Data, Validitas dan Reliabilitas, serta Teknik Analisis Data.

4. BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan)

Isi bab ini merupakan pembahasan mengenai Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

5. BAB V (Kesimpulan dan Saran)

Isi bab ini merupakan pembahasan mengenai Kesimpulan dan Saran.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan suatu kenyataan atau fakta sesuai dengan data

Penelitian yang akan dilakukan adalah menghitung secara numerik pelat isotropik bertumpu pada pondasi elastis winkler yang diakibatkan oleh kecepatan beban berjalan yang

 Pada pembiayaan preventive maintenance yang dilakukan pada saat nilai kenadalan mencapai 70%, 60% dan 50% berturut-turut diperoleh pada masing-masing komponen..

Alih-alih menjadi bagian yang produktif dari transisi ini, kebanyakan partai politik berubah menjadi alat kekua- saan bagi sekelompok kecil pengurusnya, jatuh sebagai kendaraan

Harga Satuan yang disampaikan Penyedia Jasa tidak dapat diubah kecuali terdapat Penyesuaian Harga (Eskalasi/Deskalasi) sesuai ketentuan dalam Instruksi Kepada Peserta Lelang 3

Pengembangan dan pemantapan jaringan jalan nasional yang terpadu dengan jaringan jalur kereta api nasional dan pelabuhan, meliputi : pengembangan dan pemantapan jaringan

Presipitasi mineral bijih sebagai komponen utama atau minor dari batuan beku, seperti endapan intan pada kimberlit, REE pada karbonatit di Zimbabwe Separasi

mengunggah ke SIM-BELMAWA softcopy laporan akhir (Lampiran 6) yang telah disahkan oleh pimpinan Perguruan Tinggi bidang kemahasiswaan maksimal 10 (sepuluh) halaman dengan jarak