• Tidak ada hasil yang ditemukan

Umur Petik Dan Kualitas Buah Pepaya (Carica papaya L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Umur Petik Dan Kualitas Buah Pepaya (Carica papaya L.)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

UMUR PETlK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA

(Carica

papaya

L.)

Oleh

lsyana Rafikasari

A34302025

PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ISYANA RAFIKASARI. Umur Petik dan Kualitas Buah Pepaya (Carica papaya L.) (Dibimbing oleh WINARSO DRAJAD WIDODO dan KETTY

SUKETI).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur petik dan kualitas buah

pepaya (Carzcapapayu L.) genotipe IPB 1, IPB 1 0 4 PB 174, STR 6-4, dan

Str 6-4 x PB 174 dengan mempelaja~i kualitas buah pada tiga umur petik dan uji kesukaan konsumen. Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2005 hingga

April 2006 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB,

Tajur, Bogor. Lokasi kebun terletak pada elevasi 250-300 mdpl. Analisis sifat

fisik dan kimia buah pepaya dilakukan di Laboratorium PKBT IPB

sertaLaboratorium Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, IPB.

Percobaan lapang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Percobaan dilakukan dengan faktor tunggal yaitu tiga umur petik sebagai

perlakuan dan enam ulangan untuk setiap perlakuan. Setiap tanaman (dalam

genotipe dan kelamin yang sama) diambil tiga contoh buah pepaya untuk setiap umur petik, sehingga tanaman yang diperlukan sebagai ulangan sebanyak enam

pohon. Buah pepaya yang dibutuhkan untuk ketiga umur petik adalah 18 buah

dengan genotipe dan kelamin yang sama dan terdapat delapan genotipe dan

kelamin yang sama, sehingga dihasilkan 144 buah sebagai satuan percobaan.

Buah pepaya dipanen pada tiga umur petik sesuai genotipenya, yaitu IPB 1

dipetik pada 130, 135, dan 140 hari setelah anthesis (HSA), PB 174, Str 6-4, dan Str 6-4 x PB 174 dipetik pada 140,145, dan 150 HSA, IPB 10A dipetik pada 160,

165, dan 170 HSA.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran buah setiap genotipe dan

kelamin yang sama tidak dipengaruhi oleh umur petik. Kekerasan kulit pada

(3)

Kandungan Padatan Terlamt Total (PTT) pada genotipe IPB 10A betina

dan hermaprodit, PB 174 betina, Str 6-4 x PB 174 betina serta hennaprodit, Vitamin C pada genotipe IPB 10A hermaprodit, nilai pH pada genotipe IPB I

hermaprodit, serta rasio PTTIATT pada genotipe PB 174 betina dipengamhi oleh

umur petik. Kadar Asam Tertitrasi Total (ATT) tidak dipengamhi oleh umw

petik.

Uji kesukaan konsumen terhadap wanla daging buah pada genotipe IPB

10A betina dan hermaprodit, kekerasan daging buah pada genotipe IP3 10A betina, Str 6-4 x PB 174 betina clan hemaprodit, serta rasa daging buah pada genotipe IPB 10A hermaprodit dan PB 174 betina dipengaruhi oleh umur petik.

Aroma pada uji kesukaan konsumen tidak dipengaruhi oleh umur petik. Nilai rata-

rata uji kesukaan konsumen pada genotipe IPB 1 hermaprodit, PB 174 betina, dan

Str 6-4 hennaprodit dipengaruhi oleh uinur petik.

Ukuran buah lima genotipe pepaya yang diamati tidak dipengaruhi oleh

tiga umur petik. Nilai kekerasan kulit semakin menurun serta wama kulit, warna

daging, dan PTT semakin meningkat pada genotipe IPB 10A betina seiring

dengan bertambahnya umur petik. Mutu fisik dan kimia yang baik diperoleh saat buah pepaya genotipe IPB 10A betina dipetik pada 170 HSA, genotipe

IPB 1 dipetik pada 130, 135, dan 140 HSA, genotipe PB 174, Str 6-4, serta Str 6-4 x PB 174 dipetik pada 140, 145, dan 150 HSA. Konsumen lebih menyukai

buah pepaya genotipe IPB 1 betina. Genotipe lain yang disukai adalah

(4)

UMUR PETlK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA

(Carica papaya

L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian lnstitut Pertanian Bogor

Oleh

lsyana Rafikasari

A34302025

PROGRAM STUDI HORTlKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul : UMUR PETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA (Caricu pupuAva

L.)

Narna : Isyana Rafikasari

NRP : A34302025

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Dr. Ir. W i r s o Dmiad Widodo, MS

NIP : 131 664 405

Ir. Kettv saketi, MSi

NIP

: 131 578 793

NIP. 130 422 698

(6)

Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 3 Februari 1984.

Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Suparman dan Ibu Siti Istiyah

Tahun 1990 penulis lulus dari TK Bhayangkara 42 Pati, kemudian pada tahun 1996 penuli menyelesaikan studi di SDN Pati Kidul 04. Selanjutnya

penulis lulus dari SLTPN 3 Pati pada tahun '1999 dan SMUN 1 Pati pada tahun 2002.

Tahun 2002 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya

penulis diterima sebagai mahasiswa Propram Studi Hortikultufq Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa pada tahun 2003/2004

sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagcon), Fakultas

Pertanian, P B di bidang Seni dan Olahraga; menjadi panitia Pelatihan Terarium Festa ke-24 dan Lintas Desa Tahun 2004 penulis mengikuti kegiatan magang liburan di Balai Pengembangan dan Promosi Agribisnis Pembenihan Hortikultura

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan ralunat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat rnenyelesaikan

penelitian ini yang bejudul Umur Petik dan Kualitas Buah Pepaya (Corica

PaPoyu L.1.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui umur petik

dan

kualitas buah

pepaya (Curicapapayu L.) genotipe IPB 1, IPB IOA, PB 174, STR 6 4 , dan Six 6-4 x PB 174 dengan mempelajari kualitas buah pada tiga umur petik dan uji kesukaan konsurnen terhadap buah pepaya pada masing-masing umur petik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dan

sebagai tugas akhir di Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

Ucapantenma kasih disarnpaikan kepada:

1. Pembimbing skripsi Dr. Ir. Winarso Drajad Widodo, MS dan Ir. Ketty Suketi, MSi yang sekaligus menjadi pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi.

2. Dr.

Ir.

Darda Efendi, MSi selaku dosen penguji.

3 . Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) atas penyediaan bahan kimia dan pemakaian lahoratorium

4. Kedua orang tuaku atas semua doa, dukungan, serta perhatiannya.

Semoga hasil penelitian ini dapat bennanfaat bagi yang mernerlukannya.

Bogor, September 2006

(8)

PENDAHUJXAN

...

1

Latar Belakang

...

1 Tujuan

...

2

...

TTNJAUAN PUSTAKA

...

Botani

Deskripsi Morfologi

...

Syarat Tumbuh

...

Urnur Panen

...

Perkernbangan Fisiologis Selama Pernasalcan Buah Pepaya

...

Padatan Terlarut Total

(PTT)

...

Asam Tehtrasi Total ( A m )

...

Vitamin C

...

Kulit Buah

...

Tekstur Buah ...

.

.

UJI Organoleptik

...

BAEIAN DAN METODE

...

11 Waktu dan Tempt

...

11 Bahan dan Alat

...

11

. .

Metode Penel~han.

...

11 Pelaksanaan

...

12 Pengamatan

...

13

...

HASU DAN PEMBAHASAN 17

.

.

Kondlsl Urnum

...

17

...

Pertumbuhan Buah 17

Ukuran Buah

...

...

19

. .

...

Mutu F~slk

. .

22

Mutu I m l a

...

23

...

Uji Kesukaan Konsumen 26

KESIMPULAN

...

29 Kesimpulan

...

29
(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1

.

Tiga Umur Petik Lima Genotipe Pepaya ... 12 2

.

Panjang (P). Diameter (D). Rasio PID. dan Volume Buah

...

19

3

.

Bobot

Utuh,

Bobot Kulif Bobot Biji. dan Bagian Dapat Dimakan (BDD)

..

21 4 . Kekerasan Kulif Warna Kulif dan Wama Daging

...

22 5

.

Derajat Kemasaman (pH). ATT. dan Rasio PTTIATT

...

25

Lampiran

1

.

Klimatologi

...

.

.

2

.

Sld~k Ragam Panjang Buah

...

3 . Sidik Ragam Diameter Buah ...

4

.

Sidik Ragam Rasio P/D

...

5 . Sidik

Ragam

Volume B u d

...

6 . Sidik Ragam Bobot Utuh

...

7

.

Sidik Ragam Bobot Kulit

...

. .

...

8

.

Sidik Ragam Bobot Bgi

...

9

.

Sidik Ragam Bagian Dapat Dimakan (BDD)

...

10

.

Sidik Ragam Kekerasan Kulit

...

11

.

Sidik Ragam

Wama

Kulit

...

12 . Sidik

Ragam

Wama Dagin g.

...

13

.

Sidik Ragam PTT

...

.

.

14

.

Sld~k Ragam Vitamin C

...

15

.

Sidik Ragam Derajat Kernasaman (pH)

...

16

.

Sidik Ragam ATT

...

17 . Sidik Ragam PTTIATT

...

18

.

Korelasi Antar Peubah pa& Genotipe IPB 10A Betina

...

...

19

.

Korelasi Antar Peubah pada Genotipe IPB 10A Hermaprodit
(10)

DAMTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1 . Warna Daging Buah Pepaya Genotipc P B 1. IPB 10A

.

dan Str 6-4 ... 14 2 . Warna Daging Buah Kuning pada Genotipe PB 174 dan Str 6 4

x

PB 174

.

14

...

3 . Grafik Pertumbuhan Panjang Buah Pepaya 18 4

.

Grafik Pertumbuhan Diameter Buah Pepaya

...

18

5

. Diagram Padatan Terlamt Total (PTT) pada Tiga Umur Petik

...

24 6 . Diagram Vitamin C pada Tiga Umur Petik

...

24

. .

7 . Diagram

UJI

Kesukaan Konsumen

...

27

Lampiran

...

1 . Gejala Serangan Phytophthorupulmivoru 55

(11)

Latar Beiakang

Buah pepaya (Cirricu pupuyu L.) merupakan salah satu komoditas buah

yang mempunyai berbagai manfaat dan mengandung vitamin. Pepaya banyak

dipilih konsumen karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik seperti

vitamin A, B, dan C (PKBT, 2004). Kandungan rata-rata per 100 g bagian yang

dapat dimakan bempa 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat,

0.79 g serat, 0.5 g abu, 0.204 g kalium, 0.034 g kalsium, 0.01 1 g fosfor, 0.001 g

besi. Nilai energinya 200 kj1100 g. Komposisi jenis gula dari pepaya masak adalah sukrosa (48.3%), glukosa (29.8%); dan fruktosa (21.9%) (Villegas, 1997).

Manfaat buah pepaya beraneka ragam. Buah yang masih muda dapat

dimanfaatkan untuk sayur atau untuk disadap papainnya yang memiliki berbagai

manfaat termasuk dalam industri farmasi dan kosmetika. Buah pepaya yang

matang dapat dikonsumsi sebagai manisan. Buah yang masak dapat dimakan

sebagai buah segar, campuran es sirup, dan campuran saus (Warisno, 2003).

Pepaya termasuk produk hortikultura yang mudah mengalami kehilangan

kuantitas dan kemunduran kualitas dari panen hingga dikonsumsi (Wills el ul.,

1989). Kays (1991) menyatakan bahwa stadia kematangan buah pa& saai buah

dipanen merupakan faktor penting yang menentukan ketahanan buah dari

kerusakan-kerusakan setelah panen. Menurut Pantastico el ui. (1989), mutu buah

tidak dapat diperbaiki melainkan dapat dipertahankan. Mutu yang baik akan

diperoleh jika pemanenan dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat. Buah-

buahan yang belum matang apabila dipetik akan menghasilkan mutu yang jelek

dan proses pemasakan yang salah.

Pantastico (l989b) menyatakan bahwa untuk buah yang berkualitas tinggi

dapat diperoleh dengan pemanenan yang dilakukan pa& waktu yang tepat. Penundaan waktu pemanenan buah akan meningkatkan kepekaan buah terhadap

proses pembusukan sehingga mutu dan nilai jualnya rendah. Thompson (1989)

menyatakan bahwa di dalam pemanenan dan penanganan dilakukan dengan hati-

(12)

Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika (PKB'T) merniliki koleksi buah pepaya

yang bertnacarii-macam. Penelitian mengenai umur petik buali peyaya koleksi

PKBT bclurn banyak dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

mengenai umur petik dcngan tiga macam pewanenan buah pepaya sesuai dengan

genotipenya.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk men~etahui umur petik dan kualjtas buah

pepaya (C:acn-icapapa,vaL.) genotipe IPB 1; IPB 10A; PB 174, STR 6-4: dan

Str 6-4 s PB 1 74 dengan mempelaja-:

1. Kua!itas buah pada tiga urntir petik.

(13)

TINJAUAN

PUSTAKA

Botani

Pepaya (Carrca papaya L.) mempakan salah satu komoditas buah-buahan

tropika yang berasal dari Meksiko Selatan. Tanaman pepaya telah dibudidayakan

serta dikembangkan di India. Sriiangka, Malaysia, Indonesia, Amerika Tengah

dan Selatan, A& Utara, seaa Hawai (Dieen BPH, 2003). Tatanama pepaya menurut Benson (1957) diklasifikasikan dalam Kingdom Plantae, Divisio

Spermatophyta, Class Angiospermae, Subclass Dicotyledonae, Familia

Caricaceae, Ordo Caricales, s m a dalam Genus Papaya.

Pepaya termasuk buab buni dengan daging buah yang tebal serta den@ rongga buab yang besar di tengahnya. (Pantastico, 1989a). Batang berbentuk

silinder dengan diameter 10-30 cm, dan berongga. Daun-daunnya tersusun spiral

berkelompok dekat den= ujung batang, tangkai daun dapat mencapai panjang

I tn, berongga dan berwania kelujauan, lernbami dautniya berbentuk butidar,

berdiameter 25-75 cm, bercuping 7-11, menjari dalam, serta tidak berbulu. Buah

berkulit tipis, halus, serta b e m a kekuning-kuningan atau jingga ketika masak. Daging buah yang b e m a kekuning-kuningan sampai dengan wama jingga

merah memiliki rasa yang manis dengan aroma yang Iembut dan sedap (Villegas,

1997).

Bunga pepaya terdiri dari tiga jenis yaitu bunga jantan, bu~iga betina, d a i

bunga l~ennaprodit. Ber~tuk buriga jaitan seperh tabung ramping dengan panjang

sekitar 2.5 cm tenusun atas malai yang mempunyai panjang 25-100 cm. Mahkota

bunga terdiri dm. lima malai dan letaknya saling melekat. Benang sari bejumlah

sepuluh dan ovarium mengalami mdimenter sehingga tidak akan mengbasilkan buah, karena tidak mempunyai bakal buah maupun putik (Kalie, 19%).

Bunga betina memiliki lima daun mahkota yang saling lepas satu sama

lainnya pada bagian atas dan saling melekat pada bagian dasar serta tidak

memiliki benang sari. Bakal buah terdiri atas lima daun buah, berbentuk agak

bulat, dan licin. Bunga betina dapat menjadi buah apabila diserbuki tepung sari

(14)

Menurut Chan (1995) ciri-ciri bunga hemaprodit terdiri atas putik, bakal

buah, dan benang sari dalarn satu kuntum, kecuali pada bunga hermaprodit

rudimenter tidak terdapat bakal buah dan putik. Bunga hermaprodit terdiri atas

empat tipe yaitu tipe elongats, pentandria, antara (infermediute), dan rudimenter.

Bunga hermaprodit elongata memiliki mahkota bunga bejumlah lima

helai, di b e a n bawah saling melekat membentuk tabung sepanjang tiga perempat bagian bakal b u d , dan di bagian ujungnya saling lepas. Bentuk bunga

hermaprodit tipe elongata mirip dengan bunga jantan, tetapi u k u m y a relatif

besar dan panjang. Bakal buah berbentuk panjang lonjong. Benang sari berjumlah

10 helai yang terdapat pada ujung tabung bunga. Lima belai bertangkai panjang,

melekat diantara daun bung& dan lima helai pendek, melekat pada bagian tengah

daun bunga, serta menghasilkan buah yang bentuknya panjang lonjong (Chan,

1995).

Tipe pentandria memiliki mahkota bunga berjumlah lima helai, terlepas

satu sama lain, sedangkan bagian bawahnya bersatu dan melekat pa& bakal buah.

Bentuk bakal buah bulat dengan tepi beralur lima. Benang sari lima helai

bertangkai pendek, letaknya diantara mahkota bunga dan bakal buah, sedangkan

tanghi sari melekat pada bakal buah atau pada tempat mahkota bunga menjadi

satu (Chan, 1995).

Bunga hermaprodit tipe antara (intermediute) mempunyai mahkota bunga

berjumlah lima helai. Jumlah benang sari 2-10 helai yang telah mengalami perubahan bentuk serta letaknya tidak beraturan. Bakal buah berbentuk mengkerut

dan menghasilkan buah yang bentuknya tidak beraturan (Chan, 1995).

Bunga hermaprodit tipe rudimenter mempunyai bentuk b u n g menyerupai

bunga sempurna elongata, tetapi tidak memiliki bakal buah. Muncul di musim kemarau atau saat tanaman mengalami kekeringan. Bunga hermaprodit tipe

rudimenter tidak menghasilkan buah (Chan, 1995).

Chandler (1958) menyatakan bahwa tipe bunga tergantung sifat kelamin

dirnana sifat kelamin tersebut ditentukan oleh gen tunggal yang diberi simbol MI,

M2, dan m. Zigot diploid Mlm akan menghasilkan tanaman jantan, zigot diploid

M2m akan menghasilkan tanaman hermaprodit, dan zigot diploid mm akan

(15)

Deskripsi

Morfologi

Menurut Magandhi (2005) dan Syahibullah (2006) genotipe IPB I

memiliki deskripsi morfologi wama batang dan petiol 100% hijau. Bentuk sinus

daun strongly closed dan bentuk tepi daun concave. Diameter batang 6.10 cm dan

tinggi tanaman 166.73 cm. Panjang buah 13.43 cm, diameter buah 9.37 cm, bobot

perbuah 644.50 g, dan tebal daging buah 2.13 cm. Wama kulit buah mentah

adalah hijau dan warna daging buah masak adalah merah.

Genotipe IPB IOA mempunyai deskripsi morfologi wama batang dan

petiol 68% ungu. Bentuk sinus daun strongly closed dan bentuk tepi daun

concave. Diameter batang 6.00 cm dan tinggi tanaman 1 17.37 cm. Panjang buah

19.70 cm, diameter buah 7.63 cm, bobot perbuah 850.80 g, dan tebai daging buah

2.13 cm. Warna kulit buah mentah adalah hijau dan wama dagiug buah masak

adalah merah (Magandhi, 2005; Syahibullah, 2006).

Deskripsi morfologi pada genotipe PB 174 yaitu wama batang dan petiol

100% hijau. Bentuk sinus daun sligl~tly closed dan bentuk tepi daun concuve.

Diameter batang 4.93 cm

dan

tinggi tanaman 173.80 cm. Panjang buah 18.20 cm,

diameter buah 9.87 cm, bobot perbuah 881.70g, dan tebal daging buah 2.10 cm.

Wama kulit buah mentah adalah hijau dan wama daging buah masak adalah kuning (Magandhi, 2005; Syahibullah, 2006).

Genotipe Str 6-4 ~nempunyai deskripsi morfologi wama batang dan petiol

100% hijau. Bentuk sinus daun sliglzfly closed dan bentuk tepi daun concuve.

Diameter batang 5.27 cm dan tinggi tanaman 123.80 cm. Panjang buah 25.57 cm,

diameter buah 8.90 cm, bobot perbuah 1335.40 g, dan tebal daging buah 2.17 cm.

Wama kulit buah mentah adalah hijau dan warna daging buah masak adalah

oranye tua (Magandhi, 2005; Syahibuiiah, 2006).

Deskripsi morfologi pada genotipe Str 6-4 x PB 174 yaitu warna batang dan petiol 100% hijau. Bentuk sinus daun strongly closed dan bentuk tepi daun

concuve. Diameter batang 5.10 cm dan tinggi tanaman 148.50 cm. Panjang buah

19.00 cm, diameter buah 10.50 cm, bobot perbuah 1090.00 g, dan tebal daging

buah 2.27 cm. Wama kulit buah mentah adalah hijau dan warna daging buah

(16)

Syarat

Tumbuh

Tanaman pepaya memiliki daya adaptasi yang cukup luas terfiadap

lingkungan. Tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal mulai dari dataran

rendah hingga dataran tinggi. Rasa manis buah dipenganlhi oleh intensitas sinar

matahari dan kelembaban udara. Semakin tinggi tempat penanaman akan

rnengmmgi rasa manis pada buah pepaya. Selain itu, banyak bunga yang gugur akibat kelanbaban yang terlalu turggi dan suhu yang terlalu rendah. Pepaya dapat

ditanam di datam rendah sampai ketinggian 700 mdpl (Asbari, 1995).

Menurut Nakasone dan Paull (1998) suhu udara optimal untuk

pertumbuhan tanaman pepaya adalah 22-23°C dan sensitif terhadap salju~ Perhunbuhan dan produksinya akm terganggn bila snhu huun sarnpai 12-14OC

beberapa jam di malam hari. Tanaman pepaya hemaprodit lebih sensitif terhadap

suhu dingin dan akan mengalami pembahan menjadi tanaman pepaya hermaprodit

yang karpeloid. Suhu dingin selama masa pertumbuhan akan sangat nyata berpengamh pada pemunbuhan dm perkembangan buah menjadi lebih lama dari

kondisi nomalnya 120-1 50 hari.

Tanaman pepaya akan tumbuh baik pada tanah-tanah yang ringan dan

subur, berdrainase baik, kaya akan bahan organik dan pH tanah berkisar 6-6.5 (Villegas, 1991). Mennrut Samson (1992) tanaman pepaya termlong tanaman

dengan budidaya yang cukup sederhana, karena tanaman ini dapat tumbuh pada berbagai jenis tau& baik jads tanah alunal, podzolik, organosol, maupun latosol.

Tanaman pepaya lebih cocok ditanam di areal yang terbuka dan rata.

Nakasone dan Paull (1998) menyatakan bahwa curah hujan yang sesuai

untuk pertumbuhan tanaman pepaya berkisar antara 1000-2000 mm/tahun.

Produksi yang bagus tergantung pada ketersediaan pengairan tambahan selama musim kering, tetapi tidak dapat tumbul~ pada tanah yang tergenang air. Tanah yaig tergenang oleh air akau maigakibatkan akar tamnan pepaya mengalami pembusukan dan mudah terserang penyakit.

Chandler (1958) menyatakan bahwa tanaman pepaya yang memiliki daun

yang lebar, batang yang lunak, dan buah yang berat, sangat rentan terhadap tiupan angin kencang. Oleh karena itu, tanaman pepaya membutuhkan penghalang yaitu

(17)

Nakasone dan Paul1 (1998) tanaman pepaya dengan perakaran yang dangkal

me~nerltikan penahan angin.

llmur Panen

Tanaman pepaya mulai berbunga pada umur 5-6 bulan setelah tanam

tergantung pada lokasi penanaman. Buah pepaya dapat dipanen

*

5-6 bulan setelah bunga mekar (Chay-Prove, 2000). Menurut Sankat dan Maharaj (1397)

perkembangan buah pepaya dari penyerbukan hingga wama kulit buah semburat

kuning adalah 135-140 hari untuk varietas Sunrise, 140-145 hari unhk varietas Thailand, d a ~ i 150-155 liari untuk varietas Wasliington pada kondisi iklim sejuk

di Iiidia. Pepaya varietas Washuigto~i memerlukati waktu 145-150 hari untuk

mencapai wama kulit buah semburat kuning pada kondisi iMim lembab.

Menurut Kays (1991) tingkat kematangan buah mempakan faktor penting

yang ~iien~pengan~hi ketal~anan b ~dari kenisakan mekanik. Kriteria pemanenan ~ i

yang tepat menurut Pantastico (1989b) dapat ditentukan dengan beberapa cara

antara lain:

a. Secara visual dengan m e l h t wanla pada kuiit bu& ukuran, masilt adanya sisa tangkai putik, adanya dam-daun tua di bagian luar yang kering.

b. Secara fisik, mu~dahnya buah lepas dari tangkai atau adanya lapisan absisi,

kekerasan kulit dan berat jenis.

c. Analisis kimia antara lain kandungan gula, asam, perbandingan gula

dengan asam dan kandungan zat pati. Komposisi kimiawi buah bervariasi

tergantung beberapa faktor lingkungan dan cara-cara bercocok tanam.

d. Penghitungan jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubmgan dengan

tanggal berbunga.

e. Secara fisiologi dengan mengukur respirasi pada tanggal pemanenan yang

berbeda-beda, dapat ditentukan wnktu yang terbaik.

Perkembangan Fisiologis seiama Pemasakan Buah Pepaya

Secara garis besar perkembangan buah dari mulai inisiasi bungs sa~npai

(18)

pematangan (n~arurarion), matang fisiologis (physiological malzrrity), pemasakan

(ripening), serta penuaan (senescence) (Reid, 1985).

Pemunbuhan melibatkan proses pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran ~naksimal sel. Selama

proses pemasakan terjadi terdapat pembahan-pembahan secara Gsik dan kimia

yang mempengamhi kualitas buah. Pembahan-perubahan yang terjadi diantaranya

kandungan Padatan Terlamt Total (PTT), Asam Terlarut Total (ATT), Vitamin C,

tingkat kekerasan, bobot buah, rasa, serta perubahan wama kulit dan daging buah (Santoso dan Punuoko, 1995).

Padatan Terlarut Total (PTT)

Menurut Kays (1991) dalam tanaman terdapat karbohidrat dengan jumlah melimpah dan mewakili 50-80% bobot kering tanaman. Karbohidrat sederhana

sepeni snkrosa dan fiuktosa menlpakan inti kualitas yang penting pada buali-

buahan. Buah klimaterik terjadi perubahan pati menjadi gula yang memberikan

rasa mnanis d;u~ berfin~gsi sebagai prekusor berbagai kornponeu aroma dan cita

rasa.

Asam Terlamt Total (ATT)

Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) selama pemasakan pada buah

akan terjadi peningkatan hadar gula untuk memberikan rasa manis. Penunman kadar asam organik serta senyawa fenolik untuk rnengurangi rasa asam dan sepat. Asam organik sehin mnanpengaruhi rasa juga tnempeugmlui aroma b u a l ~

sehingga digunakan u ~ m k ~nena~tukan mutu buah.

Vitamin

C

Pembahan asam organ&, proteiq asam amino, dan lipid dapat mempengamhi rasa pada buah pepaya. Kehilangau kandungan vitamin, terutama

Vitamin C merugikan kualitas nutrisi. Menurut Andawlan dan Koswara (1992)

asam askorbat juga bersifat sangat larut dalam air, akibatnya sangat mudah hilang

(19)

Kuiit Buah

l'ingkat kematangan buah pepaya paling baik ditentukan oleh perubahan

\+lama pada ujung buah. Jika sebagian kulit buah tampak wama kuning pada ujung

buahnya. maka buah pepaya segera dipetik (Pantastico er ( I / . , 1989). Wama

merupakan indikator utama yang digunakan oleh konsumen dalam menentukan

kematangan buah. Oleh karena itu, pembahan wama selama pematangan dan

penyimpanan buah rnenjadi indikator yang penting. Perubahan kulit buah terjadi

karena kulit buah kehilangan klorofilnya dan terjadi sintesis karotenoid serta

antosianin selama proses pemasakan buah (Kays, 1991 ).

Tekstur

Buah

Tekstur buah dapat diketahui secara fisik. Tekstur secara tidak langsung

dipengaruhi oleh kelembaban dan serat dalam produk (Kays, 1991). Secara umum

pektin terdapat di &lam dinding sel primer tanaman khususnya di sela-sela

selulosa dan hemiselulosa. Senyawa-senyawa pektin ini berfungsi sebagai bahan

perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lainnya. (Winamo dan

Wirakartakusumah, 1979).

Proses peinasakan &pat menambah jumlah zat-zat pelitin yang dapat l a ~ t

dan mengurangi bagian yang tidak terlarut sehingga inengakibatkan sel mudah

lerpisah-pisah. Hal ini mengakibatkan buah rnenjadi lunak (Matto er a/., 1989).

Kays (1991) inenyatakan bahwa terjadinya pembahan tekstur pada buah akan

~neningkatkan kelunakan sehingga menyebabkan buah akan cepat mengalami

kerusakan mekanik.

Uji Organoleptik

Komponen penampilan, tekstur, flavour, nilai nutnsi, dan keamanannya

inenentukan kualitas buah pepaya. Faktor yang mempengaruhi kualitas

penampilan diantaranya ukuran, bentuk, warna kilap, dan tingkat kecacatan.

Tekstur dapat dilihat dari kekerasan, sukulensi, dan juiciness. Buah ini harus

dipanen di bawah tingkat kematangan yang baik untuk kualitas flavour Evaluasi

kualitas tlavour melibatkan panca indera terhadap senyawa yang dapat

(20)

Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai matu komoditi

hasil pertanian dan makanan. Pelaksanaan penilaian organoleptik memerlukan

panel yang bertindak sebagai instnunen terdiri dari seorang atau beberapa orang yang bettugas menilai sifat atau mutu suatu benda (Soekarto, 1985). Penhian uji

organoleptik ini merupakan uji yang bersifiit subyektif (Rahayu, 2001).

Cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dua kelompok yaitu pengujian pembedaan (diffrrence test) dan pengujian pernilkin atau penerimaan

(preference test). Uji kesukaan (hedonik) merupakan salah satu bagian dari uji penerimaan (Soekarto, 1981). Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui produk

mana yang paling disukai konsumen. Informasi ini diperlukan untuk memilih

produk mana yang paling cocok untuk tujuan tertentu. Panel yang biasa digunakan

adalah panel tak terlatil~ dan anggota panel tidak tetap. Skala uji organoleptik yang

(21)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penetitian dimulai bulan September 2005 hingga April 2006.

l'enelitian dilaksanakan di kebun percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika

(PKBT) IPB, Tajur, Bogor. Lokasi kebun terletak pada elevasi 250-300 mdpl.

Analisis sifat fisik dan kimia buah pepaya dilakukan di Laboratorium PKBT IPB

dan Laboratorium Produksi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan dalarn percobaan ini terdiri atas etnpat

yenotipe tetua (IPB 1, IPB 10A, PB 174, dan Str 6-4) dan satu genotipe pepaya

hasil persilangan lzalfdialell (Str 6-4 x PB 174) yang bemmur rt 6 bulan. Genotipe

IPB I , IPB 1 OA, dan Str 6-4 x PB 174 yang diamati terdiri atas kelamin betina dan hermaprodit, sedangkan pada genotipe PB 174 hanya kelamin betina dan Str 6-4

hanya kelamin hermaprodit.

Bahan kirnia yang digunakan terdiri atas lamtan NaOH, perealrsi iodium,

indikator fenolptalein (PP), amilum, dan alkohol. Alat yang digunakan antara lain penggaris, jangka sorong, alat tulis, pisau, timbangan, sendok tnakan, ember, hand

refr-crk~oi~~e~er., hot~d,fruif hardt~ess resler., pH meter, blender, labu takar, alat-alat

titrasi, neraca analitik, dan corong pemisah.

Metode Penelitian

Percobaan lapang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

Percobaan dilakukan dengan faktor tunggai yaitu tiga umur petik sebagai

perlakuan dan enam ulangan untuk setiap perlakuan. Setiap tanaman (dalam

genotipe dan kelamin yang sarna) diambil tiga contoh buah pepaya untuk setiap

umur petik, sehingga tanaman yang diperlukan sebagai ulangan sebanyak enam

(22)

buah pepaya dengan genotipe dan kelamin yang sama dibutuhkan 18 buah untuk

tiga urnur petik, sehingga dihasilkan 144 satuan percobaan.

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian terdiri atas pelabelan bunga pepaya, pengamatan,

pemanenan, serta pengkajian sifat fisik dan kimia.

I . Pelabelan

Setiap pohon dipilih lebih dari tiga bunga pepaya untuk diamati dan diberi

label dengan menggunakan plastik label. Pelabelan bunga dilakukan

setelah anthesis. Setiap tanaman dipilih lebih dari tiga bunga untuk diberi

label agar bunga rontok akibat baik serangan hama dan penyakit tanaman

maupun angin serta hujan dapat diatasi

2. Pengamatan

Pengamatan di kebun percobaan dilakukan setiap minggu untuk melihat

pemmbuhan dan perkembangan buah pepaya hingga siap dipetik

3. Pemanenan

Pemanenan buah pepaya dilakukan pada tiga umur petik (Tabel 1)

Tabel I . Tiga Umur Petik Lima Genotipe Pepaya

Umur Petik

Genotipe 1 2 3

... hari setelah u/r/liesi.s (HSA). . . ..

IPB I 130 135 140

IPB 10A 160 165 170

PB 174 140 145 150

Str 6 4 140 145 150

Str 6 4 x PB 174 140 145 150

4. Pengkajian sifat fisik dan kimia.

Pengkajian sifat tisik dan kimia buah pepaya dilakukan di Laboratonurn

PKBT IPB dan Laboratorium Produksi Tanaman, Departemen Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Pengkajian sifat fisik dan kimia

dilakukan langsung setelah buah dipanen. Hasil pengkajian sifat fisik dan

(23)

Pengamatan

Pengamatan dilaln~kan tlntuk mengetahui pertumbnhan buah pepaya,

peneutuan ulnur petik setiap genotipe, serta sifat-sifat fisik dan kimia buah PePaYa.

1. Pertumbuhan buah.

Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan panjang dan diameter buah

yang dilakukan serninggu sekali.

2. Penentuan umur petik.

Percobaan pendahuluan dilakukan nntuk menentukan umur pet& pertama

dengan menghihmg waktu yang diperlukan setelah bunga menlplami anthesis hingga warna kulit buah berkisar i 20% semburat kuning. Selang waktu pananenan untuk setiap unur petik adalah lima hari. Penenhm umur petik dihitung berdasarkan HSA dan dipanen pada tiga umur petik.

Setiap gmtotipe buah pepaya me~niliki umur petik yang berbeda-beda.

3. Pengkajian sifat-sifat lisik meliputi :

Q Panjang buah (cm) diukur dengan menggunakan penggaris dimulai

dari pangkal buah sarnpai ujung buah.

o Pengukuran diameter buah (cm) pada bagian buah yang memiliki

diameter terbesar dengal jangka sorong.

o Rasio panjaugtdiameter.

o Volume buah (ml) diukur dengan mencelupkan buah kedalam gelas

ukur plastik bedcuran 2000 ml atau ember yang telah terisi penuh

air. Voltune buah dipemlell dari hasil pengukuuan tumpahan air yang telah ditampung.

o Tingkat kekerasan kulit, diukur deugan mnet~ggu~ukan hand fruit harhess tesjer. Pengukuran buah pepaya dilakukan sebelm kulit

dikupas pada enam bagian yang berbeda, masing-masing dua tusukan di bagian ujung, tengah, dan pangkal. Kekmsan kulit secara

keselun~han merupakan hasil rata-rata antara kekerasan kulit di bagian

(24)

o Bobot bush utuh (g) ditimbang dengan menggunakan timbangaa

o Bobot kulit (g) ditimbang setelah buah dikupas.

o Bobot biji ( g ) ditimbang setelah biji dipisalkan

o Bagian dapat dimakan dengan menggunakan rumus :

BDD (Oh) = Bobot buah utuh - bobot kulit - bobot biii

x

100% Bobot buah utuh

o Warua kulit bush diamati secara visual (Kader, 1985).

Pembahn w a r n kulit buah pepaya yaitu: 1 = hija11 penuh, 2 = hijau

dengan garis-gark kuning, 3 = 50% hijau dai~ 50% huning, 4 = lebih banyak ktining daripada hijau, 5 = kuning dengan garis-garis liija~g

o Wama dagiug buah diamati secara visual dengall penilaiau skoring

mtuk setiap genotipe yaug sama (Gambar 1). Genotipe PB 174 dan

Str 6 4 x PB 174 memiliki wama daging buah kuning pada tiga m w

[image:24.539.91.467.49.770.2]

petik sehingga tidak dilakukan penilaian dengan skoring (Gambar 2).

Gambar I. Warna Daging Buah Pepaya Genotipe IPB 1,

IPB 10A dan Str 6-4; (1) = kuning-merah, (2) = oranye, (3) = oranye-merak d m (4) = merah.

Gambar 2. Wama Daging B11ah Kuning pada Genotipe PB 174 dm

(25)

u Uji kesukaan konsutnen terhadap wama daging buah, aroma,

kekerasan, dan rasa buah pepaya. Penilaian parameter mutu buah

pepaya menurut intensitas kesukaan konsumen yaitu : skor 1 = sangat

tidak suka, skor 2 = tidak suka, skor 3 = suka, dan skor 4 = sangat suka

(Soekarto, 1985).

4. Pengkajian sifat-sifat kimia meliputi :

o Derajat kemasaman sari buah diukur dengan menggunakan pH meter metode kalibrasi (Apriyantono e! 01.. 1988). Sampel buah pepaya

mempakan padatan yang lamt dalam air (sebagian besar l a ~ t ) maka

sampel dilarutkan terlebih dahulu dalam air dengan perbandingan

tertentu yang salna untuk sampel yang sama. Alat pH meter dinyalakan

dan dibersihkan dengan air akuades. Elektroda dicelupkan pada larutan

sampel hingga diperoleh petnbacaan pH sampel yang stabil.

o Kandungan vitamin C, diukur dengan menggunakan metode titrasi

Iodium (Sudannaji el ul., 1984). Bagian buah yang akan digunakan

dikupas dan diblender sampai hancur, diambil serta ditimbang

sebanyak 25 g. Hancuran buah yang telah ditimbang dimasukkan

kedalam labu takar 100 ml dan ditambah aquades sampai tanda tera

sambil dikocok. Setelah penyaringan selesai, filtrat yang telah

diperoleh dipipet 5 ml dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 125 ml.

Sebagai indikator digunakan larutan amilurn lo%, ke~nudian dititrasi

dengan larutan lodium 0.01 N hingga timbul warna biru-ungu yang

stabil.

1 mlO.O1 N Iodium = 0.88 mg asam askorbat, sehingga

A (mg/100 g) = ml lod 0.01 N x 0.88 x faktor Denqenceran x 100 Bobot contoh (g)

o Kandungan asam tertitrasi atau Asam Tertitrasi Total (ATT) diukur

dengan menggunakan metode titrimetri (Sibarani et a/., 1986). Cara

pengukuran asam tertitrasi relatif sama dengan p e n s k u r a n kandungan

vitamin C, perbedaan terletak pada filtrat dalam erlemeyer 125 ml

dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N, dengan phenolptalein sebagai

(26)

Rumus yang diymakan addah sebagai herikut :

A X (md100 g bahan) = ml NaOH x N NaOH x fo x 100

Bobot contoh (g)

Ket : fp = Faktor pengenceran

o Padatan T e r l a ~ t Total ( P n ) diukur dengal met~gguuakau hand

rcfru/r/ometer (Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Pengukuran dildukan

pada buah yang diiris mernbujur dan dihancurkan dengan blender

kemudian disaring dengan menggmakan kertas saring. Filtrat

diteteskan secukupnya pada kaca hand refiakkrometer, kemudian PTT

dihitung sebagai nilai 'Bnx yang dapat dibaca pada skala yang telah

(27)

KASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Selama pengamatan berlangsung, curah hujan yang tinggi terjadi setiap

hari mulai 7 BST @dan Setelah Tanam) hingga mencapai 320 mm dengan

17 hari hujan (Tabel Lampiran 1). Curah liujan yang tinggi mengakibatkan tanaman pepaya di Tajw banyak terserang penyakit jamur Fuwrium sp. dan

busuk pada akar serta pangkal batang oleh jamur Phytophthora plmivora (Butl.). Hal ini menyebahkan banyak tanaman yang mati terutama pada genotipe Str 6-4 betina sehingga buah tidak dapat diamati. Menurut Semangun (1989) jamur

Phyiophihora pln~ivoru (Butl.) akan menyerang tanaman pepaya dengan gejala

awal daun-daun bawah l a p , menguning, dan menggantung di sekitar batang

sebelum rontok. Selanjutnya daundaun yang muda menunjukkan gejala yang

sama dan akllirnya tanaman mati (Garnbar Lampiran 1).

Balian taurunan pepaya yang diamati bejutnlah lima genotipe. Setiap

genotipe memiliki bunga betitla dan liennaprodit kecuali pada genotipe PB 174

hermaprodit yang tidak tersedia di lahan percobaan. Tanaman pepaya genotipe Str 6-4 x PB 174 hermaprodit yang tumbuh di lahan percobaan terdiri atas dua

tipe bunga yaitu elongata dan pentandria. Perbandingan antara tipe hunga elongata

dan pentandria yang diamati adalah 1.3. Menum~t Villegas (1997) perbandingan

dau macam bunga yang diilasilkan pada satu pol1011 dapat bervariasi. Hal ini bergautuug dari faktor genetik, faktor umur serta keadaan lirtgktmgat~

Pertumbuhan Buah

Laju perturnbuhan buah pepaya dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4. Buab

pepaya ~nengalami laju pertumbuhan panjang dan diameter setiap mU~ggu h g g a

siap dipanet~. Genotipe IPB 10A memiliki waktu pettuunbulm panjang dati

(28)

Pols! perit~mbuhan parijang setiap genotipe bual? he]-1r:aprodit lebih

inenyebar dibandingkan buab pepaya be:ina (Gainbar 3). Geno:ipe Str 6-4

ilennaprodit ntemiliki iaju pelTtt~nbuhari panjmg bvai~ paling cepat datr gellotipe

IPB 1 betina rnetlliiiiki lajii pertuil~buhiut pan;mg buai~ paling ia111921. Gelloripe

EPB 1 belina dan iPB IOA beliila ii~enpirrlyai persainaan lajic peritc~nbuhari

panjang buah.

Galnba- 3. Grafik Pertuinb~tlla~ Panjat~g BuaI1 Pepaya: B = Berina.

W

= Weinlapr~dit

Ga~nbav 4. Gra& P e ~ ~ ~ t ~ n b u h a n Diaineier Buah Pepaya: B = Beyha.

[image:28.541.91.460.189.380.2]
(29)

Bnah pepaya genotipe Str 6-4 x PB 174 betina dan hermaprodit rnemiliki laju pemunbuhan diameter yang hampir sarna (Garnbar 4) serta paling cepat

diantara genotipe yang lain. Genotipe IPB 1 betina dan IPB 10A hennaprodit

~nerniliki laju pertumbuhan diameter buah paling rendah. Genotipe IPB 10A

betina dan PB 174 betina memiliki laju pertumbuhan diameter yang bampir sama.

Ukuran Buah

Ukuran buah metiputi panjang, diameter, rasio panjang/diieter (PD),

volume bualh b b o t utuh, bobot kulit, bobot biji, dau bagiau dapar dimakan (BDD) diamti langsung setelah buah dipauen (Tabel 2 dan 3). Buah pepaya yang

diamati rnemifiki ukuran buah yang tidak berbeda nyata pada setiap umur pehi (Tabel Lampim 2-9). Hal

ini

disebabkan bahwa perbedaan umw pet& tidak

tnen~penganlhi ~ h u a n bnah. Oleh karena ihl penyajian data pada Tabel 2 dan 3,

uliluan b11ah yang dizunati tidak dibedakan berdasarkan tuntu petik.

Genotipe IPB 10A hermaprodit, Str 6-4 hermaprodit, dan Str 6-4 x PB 174

hennaprodit memiliki panjang buah lebih dari 20 cm. Panjang buah kurang dari 20 cm dimiliki oIeh IPB 1 betina dan hermaprodit, IPB 10A betina, PB 174 betina, dan Str 6-4 x PB 174 betina. Diameter buah Str 6-4

x

PB 174 betina lebih dari 12 cm, sedangkan genotipe IPB I betina dan hermaprodit, IPB IOA betina dan hermaprodit, PB 174 betina, Str 6 4 hermaprodit, serta Str 6 4 x PB 174

hennaprodit diameter buah berkisar 9.7-1 1.0 an

Tabel 2. Panjang (P), Diameter (D), Rasio P/D, dan Voiutne Bud1

P

*

sd D

*

sd Volume

*

Genotipe P D sd

... em.. . .. . (ml) IPB 1 Betina 12.9k2.3 10.0 *2.4 1.3 * 0 2 678

*

435 IPB 1 Hermaprodit 14.8 i 1.5 9.7

+

1.1 1.5 i 0.1 654

*

192

IPB 10A Betina 15.5

+

1.7 10.7

*

1.8 1.5 *0.1 871 &397 IPB I OA Hermaprodit 22.851.8 lO.Okl.1 2.3*0.2 1125*247 PB 174 Betina 13.4i1.8 11.0i1.9 1 2 0 . 1 %5*367 Str 6 4 Hemaprodit 26.5i1.6 1 0 . 3 i l . l 2.6h0.2 1330*285 Str 6-4 x PB 174 Becitla 17.1

*

1.1 13.0* 1.1 1.3 *0.1 1404*391 Str 6-4 x PB 174 Hennaprodit 22.3

*

3.4 12.6 rt 1.8 1.8

*

0.4 1724

*

506

--

(30)

Genotipe IPB 1 betina dan hennaprodit; IPB 10A betina, PB 174 betina,

sena Str 6-4 s PB 174 betina b e n d buah cendemng bulat (Gambar ILamp~ran 2 dan 3a). Bentuk buah yang cendemng bulat dapat dilihat dari rasio

I'iD yang dimiliki berkisar 1.2 sacnpai 1 .5 (Tabel 2). Bentuk buah pepaya genotipe

IPB IOA hermaprodit serta Str 6-4 hermaprodit cenderung lonjong dengan rasio

P/D 2 3 dan 2.6 (Ganibar Lampiran 3b dan 3c). Genotipe IPB 1 hermaprodit

bentuk buah cenderung bulat, ha1 ini mungkin disebabkan oleh faktor genetik dari

~ e n o t i p e tersebut. Samson (1986) menyatakan bahwa bentuk buah yang berasal

-

dari bunga betina bentuknya agak bulat, sedangkan buah yang berasal dari bunga

hennaprodit bentuknya bulat panjang atau lonjong.

Bentuk buah pada genotitx Str 6-4 x PB 174 hermaprodit masih terdapat

variasi antara bulat tnaupun lonjong dengan nilai P/D 1.8 dan standar deviasi

mcncapai 0.4. Hal ini disebabkan ketidakseragaman bentuk buah rnasih tinggi

pada genotipe Str 6-4 x PB 174 hennaprodit dimana &lam satu pohon

hermaprodit masih terdapat buah pepaya berbentuk bulat maupun lonjong

(Gambar Lampiran 3d). Menurut Nakasone dan Paull (1988) perbedaan bentuk

buah biasa terjadi pada pohon hermaprodit karena pengarull ikiim yang

menyebabkan pembahan pada struktur bunga dan berlanjut pada bentuk buah.

Volume buah disajikan pada Tabel 2. Genotipe IPB I betina dan

herinaprodit, IPB 10A betina, serta PB 174 memiliki volume buah kurang dari

I 000 ml. Genotipe IPB IOA hennaprodit, Str 6-4 hennaprodit, Str 6-4 x PB 174

betina dan Str 6-4 x PB 174 hermaprodit memiliki volume lebih dari 1 000 ml.

Bobot utuh, bobot kulit, bobot biji, dan perserttase bagian dapat dimakan

disa.jikan pada Tabel 3. Genotipe IPB 1 betina dan hermaprodif IPB 10A betina, sers I-'B 174 betina memiliki kisaran bobot utuh antara 584-902 g. Genotipe

IPB 10A hermaprodit, Str 6-4 hermaprodit, Str 6-4 x PB 174 betina dan

hennaprodit bobot buali kurang berkisar 1091-1361 g. Menurut Samson (1986)

bobot buah pepaya umumnya berkisar 0.5-2 kg. Saryoko (2004) menambahkan

bahwa terdapat liasil uji korelasi positif antara bobot buah dengan panJan& buah.

(31)

Tabel 3. Bobot Utuh, Bobot Kulit, Bobot Biji, dan BagianDapat Dimakan (BDD)

Bobot Bobot Bobot BDD

Genotipe Utuh i sd Kulit i sd Biji

*

sd it sd

... ...gr am.. . . ..

(%I

IPB 1 Betina 584

*

353 99*67 M i 3 6 7 6 * 5

IPB 1 Hermaprodit 621*157 92*23 59*18 7 5 * 5

IPB 10A Betina 7 2 8 i 3 2 9 9 3 i 4 2 63*32 7 8 3 ~ 5

IPB 10A Hermaprodit 1091*231 123*29 76-120 81*4

PB 174 Betina 9 0 2 i 3 0 7 l l l * 5 4 9 5 i 4 1 7 7 * 5

Str 6-4 Hermaprodit 1175*189 1 7 0 i 4 2 66*21 80*3

Str 6-4

x

PB 174 Betina 1127*276 132*36 91it31 81*5

Str 6-4 x PB 174 Hermaprodit 1361

*

330 139 -+ 27 94

*

41 82

*

5 Ket : sd = standar deviasi

Bobot kulit pada genotipe IPB 1 betina dan hermaprodit, serta IPB 10A betina berkisar 92-99 g. Genotipe IPB 10A hermaprodit, PB 174 betina, Str 6-4

hermaprodit, Str 6-4 x PB 174 betina dan hermaprodit memiliki bobot kulit berkisar 11 1-170 g. Bobot biji lima genotipe buah pepaya yang diamati berkisar

44-95 g.

Secara mum buah pepaya betina memiliki ukuran buah dengan standar

deviasi lebih besar dibandingkan buah pepaya hermaprodit kecuali pada genotipe Str 6-4 x PB 174 hermaprodit yang memiliki standar deviasi cukup tinggi. Hal ini

disebabkan pada bunga betina tejadi penyerbukan silang, sedangkan pada bunga

hermaprodit tejadi penyerbukan sendiri sehingga ukuran buah lebih seragam

dibandingkan ukuran buah betina. Genotipe Str 6-4 x PB 174 hermaprodit

memiliki standar deviasi cukup tinggi karena buah pepaya yang diamati berasal

dari bunga pentandria berbentuk bulat hingga mencapai 75%. Menurut Chan

(1994) penyerbukan sendiri pada bunga pepaya dapat menjaga keutuhan varietas

dan tidak berpengaruh pada kehilangan vigor.

Persentase BDD genotipe IPB 1 betina dan hermaprodit, P B 10A betina,

serta PB 174 betina kurang dari 80%. Genotipe IPB 10A hermaprodit, Str 6-4

hermaprodit, Str 6-4 x PB 174 betina dan hermaprodit memiliki persentase BDD

lebih dari 80%. Seeara umum jika semalun besar nilai panjang, diameter, volume,

(32)

Mutu

Fisik

Sifat-sifat h i k buah meliputi kekerasan kulit, wama kulit, dan wama daging buah disajikan pada Tabel 4. Umur pet& yang semakin bertambah

berpengaruh nyata terhadap penurunan nilai kekerasan kulit buah pada genotipe

IPB I OA betina (Tabel Lampiran 10). Secara umum semakin kecil nilai kekerasan

[image:32.544.66.463.189.761.2]

kulit maka kulit buah akan semakin lunak.

Tabel 4. Kekerasan Kuiit, Wama Kulic dan Wama Daging

Genotipe petik Kekerasan kulit

*

sd Wama hlit Wama daging

(HSA) (kg/det) isd *sd

130 3.64 i 0.79 2.3 i 0.5 3.7 i 0.5

IPB I Betina 135 3.18 i 1.05 2.7 i 1.2 3.5

*

0.5

140 2.77 rt 1.38 2.8 i 0 . 8 3.8it0.4 130 4.14 i 0.21 2.0 + 1.3 3.3 i 1.0

.

IPB 10A Betina 165 4.20 i 0.08a 2.2 i 0.4ab 1.0 i Ob

IPB IOA

- 7

..

Str 6-4 Hermaprodit 145 3.53 k 0.60 2.7 i 1 -5 3.5 i 0.5 150 3.04i0.5J 3.7*1.6 3.3 k 0.5 140 3.87 k 0.66 2.5

*

1.8

-

Str ' '

--

-

-Kei : Angka yang diikuti hurui ymg berbeda pada b l o m dm genotipe ymg sama berbeda

nvata berdawkm uii > - ~ - - ~~ Tukev taraf 5%: sd = standm deviasi; HSA = Hari Setelah

nrhsrir *)= ~ n m ; l d n l r i n n k i n g nnda genoti~e PB 174 dm Str &x IPB 174.

A. .. -...- r - ~ ~~ - ~

.

~ ~ .

Wama LUi: Warna daging genotipe IPB 1,

1 = Wiau wnth IPB 10A. dm Str M 2 <

3 =so? - -> ~ - r ---

= Hiiau dmgm &s-gnris Axning. I = Ahg-merah hhijau dan 500/0kaming. -2 = oranye

4 = Lebih banyak kuning daripada hijau. 3 = oranye-merah

5 = Kuning dengm @-garis hijau. 4 = merah

(33)

Wama kulit pada genotipe IPB 10A betina dan Str 6-4 x P B 174 hennaprodit menunjukkan perbedaan nyata antara ketiga umur petik (Tabel

Latnpiran I I). Hasil korelasi menunjukkan bahwa peningkatan wvarna kulit seiring

dengan bertambahnya umur petik dan berkurangnya kekerasan kulit pada genotipe

IPB 1OA betina dan Str 6-4 x PB 174 hermaprodit (Tabel Lampiran I7 dan 21).

Wama daging pada genotipe IPB 10A betina menunjukkan prbedaan nyata antara ketiga umur petik (Tabel Lampiran 12). Hasil u.ii korelasi bemilai

positif antara warna daging dan utnur petik pada genotipe IPB 10A (Tabel

Lampiran 18). Genotipe PB 174 betina, Str 6-4 x PB 174 betina dan hennaprodit Ivarna daging buah kuning dan ttdak mengalami perubahan wama saat dipanen

pada tiga umur petik (Tabel 4). Wama daging pada genotipe IPB 1 betina dan

hermaprodit, serta Str 6-4 hennaprodit antara oranye-merah dan merah. Menurut

Saryoko ( 2004) genotipe LPB 1 dan IPB 10 metniliki \varna daging redish oronye,

genotipe Str 6-4 memiliki warna daging buah deep yellow lo oranye, dan genotipe

Bulat tnetnpunyai wama daging brig111 yellou~. Syahibullah (2006) menyatakan

bahwa tetua lain yang disilangkan dengan tetua PB 174 yaitu salah satunya

genotipe Str 6-4 x PB 174 akan menghasilkan progeni dengan daging buah benvarna kuning, sehingga dapat diduga wama kuning mernpunyai sifat yang

dotninan

Mutu Kimia

Kandungan PTT lima genotipe buah pepaya disajikan pada Gambar 5.

Utnur petik pada genotipe IPB 1 betina dan hennaprodit, serta Str 6-4 hermaprodit

tidak berpengaruh nyata terhadap PTT (Tabel Lampiran 13). Kandungan PTT

pada genotipe IPB 10A betina berkorelasi positif dengan utnur petik dan warna

daging, serta pada genotipe IPB 10A hermaprodit berkorelasi positif dengan utnur

petik dan wama kulit (Tabel Lampiran I 8 dan 19). Peningkatan PTT pada

genotipe PB 174 betina, Str 6-4 x PB 174 betina dan hermaprodit seiring dengan bertambahnya umur petik dan warna kulit, serta berkurangnya kekerasan kulit

(Tabel Idampiran 20, 21, dan 22). Menurn1 Paul1 el 01. (1998) konsurnen

(34)

Gan~bar 5 . Diagram Padatan Terianii Total (PTT) pada Tiga UIIIU Petik: ?Iran~a yaiig sarna yang diikxti hrin~f yang beibeda aniaiii ketiga liiiiiii peiik

n~mtiiijukkau perbedaari nyata berdasakan tii Tnkey taraE55b.

---- ~. ~ -..-- --- ~ ,

8#! IDB 1 Betinn El 1PB 1 Hermaprc&

IPB IOA Beiia E I F 3 10A Hemaprodit

@ PB 174 Betina O Str 6-4 Hermaprodit

Ci Str 6-4 s FB i74 Betiiia El Str 6-4 s PB 174 tlen~~api-dh Gazzbar 6. Diagrarn Vitami11 C pada Tiga :r!111m. Peiik; Wama yang . u n a yang

diikttti ii~irtlf yang berbeda antara ketiga umur pet& m n l ~ ~ n j ~ i perbedaan ~ ~ y a i a berdasarkan uji Tukey taraf 5%.

Kandungan Vitatniti C pada genotipe IPB !OA hennaprodit menunjt~kkatl

(35)

pada genotipe IPB IOA hermaprodit menunjukkan bahwa peningkatan Vitamin C

seiring dengan bertambahnya umur petik dan kandtmgan PTT (Tabel Lampiran

19). Menund Muchtadi dan Sugiyono (1989) perbedaan kadar Vitamin C dapat dilihat pada Gambar 6 kemungkinan disebabkan oleh genotipe yang berbeda,

faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, cara pemanenan ataupun perbedaan

umut p& Andarwulan dan Koswara (1992) menambahkan bahwa jenis dm kesuburan tanah turut mempengamhi kandungan asam askorbat dalam tanaman

Tabel 5. Derajat Kernasaman (pH), ATT, dan Qsio PTTIATT

Umur

Genotipe Petik pH

+

sd ATT

*

5d PTTIATT

(HSA) (me11 OOg) i sd

130 5.65

*

0.53 1.4 i 0.4 7.9 i 2.9 IPB 1 Behm 135 5.50 i 0.92 1.3 i 0 . 4 9.3

*

2.2

140 5.82

*

0.75 1.3

*

0.3 9.3 i 1.8

IPB 1 130 6.15i0.16ab 1.250.4 8.7

+

2.7 Hermaprodit 135 5.90 i 0.24b 1.1

+

0.2 8.9

+

1.4 140 6.23i0.18a 1.12~0.2 9.3+ 1.6 160 6.24 +0.18 1.OiO.1 8.2

*

0.6 IPB 10 Betina 165 6.54

*

0.15 1.1 i 0.1 8.5 0.6 170 623rt0.46 1.2 i 0 . 2 8.9

*

1.7

IPB 10 160 6.25i0.31 1.1 i 0.2 8.1

*

1.5 Hermaprodit 165 6.08 i 0.19 1.2

*

0.2 8.2 i 1.5 170 6.27

*

0.1 5 1.2 5 0.2 8.3

*

1.9 140 5.26

*

0.74 1.2

*

0.1 8.3 0.7b PB 174 Betina 145 5.73 ~t0.37 1.1 *0.2 9.6

*

1 .Oa 150 5.56

*

0.31 1.1 i 0 . 2 11.5* 1.4a

Str 6-4 140 6.05

*

0.29 1.3

*

0.1 7.1

+

0.9

Hennaprodit 145 5.60 i 0.67 1.5

+

0.2 7.1 i 1.3 150 5.55 i 0.32 1.3

*

0.2 7.8& 1.5 140 5.83 i 0.48 1.2 i 0.6 9.2

*

2.6 Str6-4xpB 174 145 5.32 k 0.59

Beiina 1.4 i 0.7 10.1

*

6.9

150 5.37 i 0.82 1.8 *0.7 7.5 i 3.7 140 6.06 i 0.08 1.2 *0.2 6.8 i 1.2 Str6-4xPB 174 145 5.64 i 0.55

Hermaprodit 1.2

+

0.2 8.0 i 1.3

150 5.30

*

0.74 1.2

*

0.4 9.6

*

3.4

Ket : Angka yang diikuti huruf ymg berbeda pada kolom dan genotipe )ang sama berbeda

nyatz berdasarkan uji Tukey maf 5%; sd = standar dewasi, HSA = Hari Setelah

Anthesir

Derajat kemasaman sari buah (pH) disajikan pada Tabel 5. Umur petik

(36)

Derajat ke~nasa~nan sari buah (pH) disajikan pada Tabel 5. U ~ n u r petik

tidak berpengamh nyata temadap kisaran nilai pH lilna genotipe yang diamati

kecuali pada genotipe IPB 1 hermaprodit (Tabel Lampiran 15). Menurut Pantastico el ul. (1989) pada semua tingkat kematangan buah pepaya rnulai dari

3-100% warna kuning, pH (kira-kira 5.6) tidak terdapat perbedaan nyata.

Selanjutnya Broto el a/. (1991 ) menge~nukakan bahwa pH hancuran buah pepaya

lima varietas yaitu Dampit Bogor, Dampit Malang, Jingga, Paris, dan Sunrise

tidak jauh berbeda berkisar antara 5-5.5.

Asaln Tertitrasi Total (ATT) menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata

pada genotipe buah pepaya yang diamati antara ketiga umur petik (Tabel

Lampiran 16). Asam yang terkandur~g berkisar 1.0 sampai 1.8 1ne1lOO g bahan.

Genotipe Str 6-4 s PB 174 hermaprodit tnemiliki kandungan ATT yan,

-

sama setiap umur petik. Data ATT disajikan pada Tabel 5 .

Mutu buah dapat ditentukan dari mum fisiwvisual maupun kimia. Rasio

PTTIATT pada Tabel 5 menunjukkan bahwa genotipe PB 174 betina memiliki

nilai PTTIATT yang berbeda nyata antara ketiga umur petik (Tabel Lampiran 17).

Menurut Sugiarto e l a/. (1991) yang paling penting dalam menenrukan selera

konsumen adalah rasio gula~asam atau keseimbangan antara rasa manis dan asam,

jika semakin tinggi nilai rasio PTT/ATT rnaka buah menunjukkan rasa semakin

manis. Punvati er 01. (1991) menyatakan bahwa rasio PTTIATT menunjukkan

peningkatan dengan semakin tuanya umur buah.

Uji Kesukaan Konsumen

Wama daging buah pada uji kesukaan konsumen pada Gambar 7a

menunjukkan perbedaan nyata pada genotipe IPB 10A betina dan hermaprodit

antara ketiga umur petik. Nilai tertinggi untuk wama daging buah dimiliki oleh

genotipe S t r 6-4 hermaprodit pada saat umur petik ketiga. Menurut Muchtadi d m

Sugiyono (1989) wama dapat digunakan sebagai salah satu faktor yang

mempengaruhi permintaan konsumen. Syahibullah (2006) menyatakan bahwa

(37)

Gambar 7. Diagain Uji Kesukaan Konsumen; Warna yang sama yaug diikuiti huruf yang berbeda antara ketiga umur petik menmjulikan perbedaan nyata berdasarkan t ~ j i Tukey taraf 5%, (a) = wama, (b) = aroma,

[image:37.532.72.453.57.632.2]
(38)

Aroma daging b u d pada uji kesukaan konsumen disajikan pada Gambar

7b. Aroma pada genotipe yang diamat] antara ketiga umm petik tidak berbeda

nyata. Genotipe IPB 1 betina umm petik ketiga memiliki nilai aroma tertinggi.

Menurut PKBT (2004) konsumen akan memilih buah pepaya yang memiliki

arorna yang khas.

Genotipe IPB 10A betina, Str 6-4 x PB 174 betina dan hermaprodit rnenunjukkan perbedaan nyata untuk kekerasan daging buah antara ketiga umw

petik (Gambar 7c). Nilai kekerasan daging buall berkorelasi positif dengan umur

petik dan PTT pada genotipe IPB 10A betina dan Str 6-4 x PB 174 betina (Tabel Lampiran 18 dan 21).

Umuu petik genotipe IPB 10A hermaprodit dan PB 174 betina berpengan~h

liyata terhadap rasa daging bnah (Gambar 7d). Peningkatan nilai rasa daging buah

pada genotipe IPB 1OA hermaprodit seiring dengan bertambahnya umur petik dan

nilai kekerasan daging buah pada uji kesukaan konsumen (Tabel Lampim 19).

Genotipe PB 174 betina memiliki nilai rasa yang semakin rneningkat seiring

dengan bertambahnya umur petik, PTT, aroma, serta kekerasan daging buah pada

uji kesukaan konsumen (Tabel Lampiran 20).

Nilai rata-rata uji kesukaan konsumen pada Gambar 7e menmujukkan

bahwa genohpe IPB 1 hennaprodit. PB 174 betina, dan Str 6-4 hermaprodit tidak

berbeda nyata antara ketiga umur p e a . Rata-rata uji kesukaan konsumen,

genotipe IPB I betina memiliki nilai tertinggi pada saat umur ketiga dan di~kuti oleh genotipe Str 6-4 x PB 174 betina. Menurut Aisyah (2002) rasa manis pada

(39)

1. Ukuran buah lima genotipe pepaya yang diamati tidak dipengaruhi oleh tiga

umur petik. Nilai kekerasan kulit semakin menurun serta wama kulit, warna

daging, dan PTT semakin meningkat pada genotipe IPB 10A betina seiring

dengan bertambahnya umur petik. Mutu fisik dan kimia yang baik diperoleh

saat buah pepaya genotipe IPB IOA betina dipetik pada 170 HSA, IPB 1

dipetik pada 130, 135, dan 140 HSA, PB 174, Str 6 4 , serta Str 6 4 x PB 174

dipetik pada 140, 145, &an 1 50 !!-ISA.

2. Konsumen lebih menyukai buah pepaya genotipe IPB 1 betina. Genotipe

(40)

DAFTAR P U S T A U

Aisyah, S. 2002. Pengkajian Umur Petik dan Kualitas Buah Empat Varietas Pepaya (Caricapopaya L.). Skripsi Jurusan Budidaya Pertmian, Fakultas

Pertanian, IPB. Bogor. 40 hal.

Andawlan, N., S. Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali. Jakarta. 255 hal.

Apriyantono, A, D. Fardiaz, N. L. Puspitasari Sedarnawati, S. Budiyanto. 1988. Analisis Pangan. IPB Press. Bogor. 233 hal.

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal.

Benson, L. 1957. Plant Classification. D. C. Heat and Co. Boston, USA. 688 p.

Broto, W., Suyanti, dan Sjaifullah. 1991. Kamkterisasi varietas unruk standarisasi muhl bual~ papaya (Caricapapaya L.). Jurnal Hortikultura. 1 (2):41-44.

Chan, Y. K 1994. Seed Production p. 32-34. In: R M. Yon (Ed.). Papaya F ~ i t Development, Postharvest Physiology, Handling and Marketing in

ASEAN. Food. Tech Resh. Centre Mardi. Kuala Lumpur.

. 1995. Development of Fl Hybrids for Papaya (Curica p y a ) Seed Production and Performance of F1 Hybrids. Disertasi. University of Malaya Malaysia. 208 p.

Chandler, W. H. 1958. The Papaya and The Passion Fmit, p. 292-306. In: Lea and Febiger (Eds.). Evergreen Orchards. Philadelphia.

Chay-Prove, P. 2000. Papaw Information Kit. Queensland Horticulture, Institute Department of Primary Industries. Queensland. p. 5463.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikulhxa. 2003. Teknologi Budidaya Pepaya. Ditjen BPH, Departemen Pertanian. Jakarta. 69 hal.

Kader, A. A. 1985. Quality Factor: Definition and Evaluation for Fresh Horticultural Crops. p. 118-121. In: A. A. Kader, R. F. Kasmire, F. G.

Mitchell, M. S. Reid, N. F. Sounner, and J. F. Thornpson (Eds). Postharvest Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural Resources Publication, University of California. USA

Kalie, M. B. 1996. Bertanam Pepaya. Revisi 1. Penebar Swadaya. Jakarta. 120 hal .

(41)

Magandhl, M. 2005. Pendugaan Nilai Heterosis dan Daya Gabung serta Penampilan Beberapa Genotipe Pepaya (Carica papoya L.) Hasil Persilangan Half DiaNel. Slaipsi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 37 hal.

Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chan Chin, C. T. Phan. 1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan, hal. 160- 197. Dalmn: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan oleh Kamaryani dan G. Tjitrosoepomo. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1989. llmu Pengetah~m Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaau Direktmt Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. 412 hal.

Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1998. Papaya. p. 239-269. In: Jeff Atherton and Alun Rees (Eds.). Tropical Fruits. Centre for Agriculture and Bioscience. London.

Pantastico, Er. B. 1989a. Susunan buah-buahan dan sayur-sayuran, hal. 3-37. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan ole11 Kamaryani dan G. Tjitrosoepomo. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Pantastico, Er. B. 1989b. Faktor yang mempengamhi mutu

dan

fisiologi pasca pan- hal. 38-63. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan oleh Kamaryani dan G. Tji~osoepomo. Gadjah

Mada Universitas Press. Yogyakarta.

Pantastico, Er. B., H. Subramanyam, M. B. Bhatti, N. Ali, E. K &nine. 1989. Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal. 91-119. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-Buahan

dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Diterjemahkan oleh Karnaryani dan G. Tjitrosoepomo. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta

Paul4 R E., K. Gross, and Y. Qiu. 1998. Changes in papaya cells walk duting ripening. Postharv. Biol. And Tech. 16(1999):78-79.

Purwah, S. D. Sabrani, T. Haryati, H. S. Soemarno. 1991. Stadia pemanenan buah mangga arumanis (Yogyakarta) untuk konsumsi segar. Jurnal Hortikultura.

1(1):15-18.

(42)

Rahayu, W. P. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. 89 hal.

Reid, M. B. 1985. Product maturation and maturity indices. p. 8-1 1. In: A. A.

Kader (Ed.) Postharvest Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural Resources Publication, University of California. Barkeley.

Samson, 1. A. 1986. Tropical Fruits. Longman Inc, New York. 334 p.

1992. Papaya. p. 256-266. In: Tropical Fruits Second Edition, Longnan Singapore Publisher (Pte.) Ltd. Singapore.

Sankat, C. K. and R. Maharaj. 2001. Papaya. p. 167-190. in: S. K. Mitra (Ed.).

Postharvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. England.

Santoso, B. B. dan B. S. Punvoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia-Australia Eastern University Project. Indonesia. 187 hal.

Saryoko, A. 2004. Karakterisasi Morfologi dan Evaluasi Daya Hasil 20 Genotipe Pepaya. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 40 hal.

Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 850 hal.

Sibarani, S., F. Anwar, Rimbawan, dan B. Setioso. 1986. Penuntun Praktikum Analisa Zat Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 28 hal.

Soekano, S. T. 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan Teknologi Pangan, IPB. Bogor. 144 hal.

-- 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan d m Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta. 1 18 hal.

Sudam~aji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 138 hal.

Sugiarto, M., Hardimto, dan Suhardi. 1991. Sifat fisik dan kimiawi bebempa varietas jeruk manis (Citrus senensis L. Osbeck). Jurnal Hortikultura.

1 (3):39-43.

(43)

Thompson, A. K., M. B. Bham., P. P. Rubio. 1989. Pemanenan, hd. 371-387. Dolam: Er. B. Pantastiw, (El.). Fisiologi Pasca Panen dan Pmanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika Diterjemahkan oleh Kamaryani dan G. Tjitrosoepomo. Gadjah Mada Universitas Press. Yogyakarta

Villegas, V. N. 1991. Caricapopaya L., p. 125-131. In: E. W. M Vecheij and

R

E. Coronel (Eds.). Plant resources of South-East Asia: Edible Fruits and Nuts. PROSEA Foundation. Bogor. Indonesia.

. 1997. Cirrica papya L., p. 108-1 12. Dolam: E. W. M. Veheij dan R. E. Coronel (Eds.). Prosea Stnnber Daya Nabati Asia Tenggara 2, Buah- Buahan yang Dapat Dimakan. PT Gramedia fistaka Utama Jakarta.

Warisno, 2003. BudiDaya Pepaya. Kanisius. Yogyakarta. 95 hal.

Winmo, F. G. dan M. A. Wirakartakust~mali. 1979. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal.

(44)
(45)
[image:45.541.52.465.52.775.2] [image:45.541.65.465.261.743.2]

Tabel Lampiran 1. Klimatologi

Temperatur Kelembaban penguapan Hari Curah

Bulan (rata-rata C) Nisbi Hujan Hujan

Maks Min

(%I

(mm) (hari) (mm)

Sep-05 32.3 22.0 82 4.4 17 320

Apr-06 31.6 23.0 84 3.7 26 164

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah II Stasiun Klimatologi Klas I

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Panjang Buah

Genotipe SK db KT Pr>F KK (%)

Perlakuan 2 1.30 0.7939" 18.32

IPB 1 Betina Gaiat 15 5.56

Total 17

Perlakuan 2 1.76 0.4764" 10.17

P B 1 Hermaprodit Galat 15 2.26

Total 17

Perlakuan 2 1.60 0.6103" 11.41

IPB 10A Betina Galat 15 3.14

Perlakuan 2 3.35 0.3607" 13.40

PB 174 Betina Galat 15 3.23

Total 17

Perlakuan 2 2.79 0

Gambar

Gambar I. Warna
Grafik Pertuinb~tlla~ Panjat~g BuaI1 Pepaya: B = Berina.
Tabel 4. Kekerasan Kuiit, Wama Kulic dan Wama Daging
Gambar 7. Diagain Uji Kesukaan Konsumen; Warna yang sama yaug diikuiti
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pada uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas terhadap

Kecemasan ibu pada saat persalinan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh perawat, karena apabila kecemasan berlangsung terus-menerus

Dari hasil temuan peneliti selama melakukan penelitian ada dua hal yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam melakukan internalisasi nilai budaya lokal yaitu: pertama pada pembelajaran

[r]

Sedangkan jika digunakan untuk melayani beban campuran dimana generator biogas digunakan untuk beban AC dan sel surya untuk penyalaan beban lampu DC, maka generator biogas

Isto eleva o orçamento total do Fundo de Desenvolvimento de Capital Humano em 2013 para 42,5 milhões de dólares, conforme a Tabela 3.. MINISTÉRIO

Selain itu, tampak adanya peranan dari komponen utama dalam wedang tahu, yaitu tahu sutera dan minuman jahe yang menunjukkan efek sinergis terhadap