• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

TAHUN 2011-2015

Marisa & Muhammad Faisal Akbar, S.E.,M.S.E

Universitas Bangka Belitung Universitas Bangka Belitung

Marisanana19@gmail.com

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah minimum kabupaten/kota terhadap pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 sampai dengan 2015. Dengan menggunakan data panel.). Data panel merupakan gabungan dari data Time Series ( Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2015) dan Cross Section (kabupaten/kota) yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jumlah penganggguran (Dependen) dan upah minimum kabupaten/kota (independen). Penelitian ini menggunakan analisis metode Regresi Data Panel dengan model terbaik yang didapatkan yaitu Random Effect model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum kabupaten/kota memiliki hubungan positif terhadap jumlah pengangguran dan menunjukkan adanya hubungan inelastis antara upah minimum kabupaten/kota dengan jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Keywords: Penganguran, Upah Minimum,Bangka Belitung.

1. Pendahuluan

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi yaitu tercapainya kondisi kesempatan kerja penuh. Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang sudah diisi oleh angkatan kerja (Sadono:2007). Angkatan kerja adalah kelompok penduduk usia 15 tahun sampai 64 tahun yang mempunyai kesiapan masuk pasar tenaga kerja baik sekarang sedang mencari kerja maupun sedang bekerja. jumlah angkatan kerja pada Tahun 2011 sebesar 611.698 ribu/jiwa dan Tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 665.842 ribu/jiwa. Sehingga, semakin tinggi jumlah angkatan kerja yang memiliki kemampuan dan usaha mampu meningkatkan produktivitas. Sebaliknya, peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak disertai dengan kemampuan dan usaha dapat menghambat kesempatan kerja dan akan menimbulkan pengangguran.

Pengangguran merupakan masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan sulit diatasi pada negara berkembang(Mankiw:2003). Pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari Tahun 2011sampai dengan 2015.

(2)

2 Grafik 1.1

Jumlah Pengangguran Kabupaten/Kota

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (2018)

Tingginya tingkat pengangguran akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan masyarakat dan produktivitas tenaga kerja sehingga meningkatkan angka kemiskinan, kriminalitas dan masalah sosial lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengangguran yaitu adanya penetapan upah minumun yang dilakukan oleh pemerintah. Upah minimum merupakan standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja didalam lingkungan kerja. Upah minimum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan dari Tahun 2011 sampai 2015.

Grafik 1.1

Upah Minimum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2015

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung(2018)

Kenaikan tingkat upah selalu diikuti dengan kenaikan jumlah pengangguran selama kurun waktu 5 tahun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif atau berbanding lurus antara tingkat upah dengan jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

2011 2012 2013 2014 2015

Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangaka Selatan Belitung Timur PangkalPinang

Rp1,024,000 Rp1,110,000

Rp1,265,000

Rp1,640,000

Rp2,100,000

2011 2012 2013 2014 2015

(3)

3

Sesuai dengan teori keseimbangan pasar tenaga kerja yang menjelaskan bahwa ketika tingkat upah naik maka kesempatan kerja akan berkurang dengan jumlah penawaran tenaga kerja lebih banyak sehingga akan menyebabkan pengangguran. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin menguji hipotesis mengenai teori upah yang memiliki dampak terhadap pengangguran di pasar tenaga kerja dan seberapa besar pengaruh upah minimum kabupaten/kota yang ditetapkan pemerintah dengan tingkat pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama periode 2011 sampai dengan 2015.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Pengangguran

Menurut (Sukirno:2000) pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang di inginkannya. Menurut (Sukirno:2000) jenis- jenis pengangguran, yaitu:

1. Pengangguran tersembunyi adalah keadaan dimana suatu jenis ekonomi dijalankan oleh tenaga kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.

2. Pengangguran musiman adalah pengangguran pada masa-masa tertentu dalam suatu tahun.

3. Pengangguran setengah menganggur adalah keadaan pengangguran dimana seseorang pekerja itu melakukan kerja jauh lebih rendah dari jam kerja normal.

4. Pengangguran alamiah adalah pengangguran yang berlaku pada tingkat kesempatan kerja penuh.

5. Pengangguran friksional adalah suatu jenis pengangguran yang disebabkan oleh tindakan seorang pekerja untuk meninggalkan kerjanya dan mencari kerja yang lebih baik atau lebih sesuai dengan keinginannya. Terdapat tiga golongan penganggur yang dapat di klasifikasikan sebagai pengangguran friksional:

A. Tenaga kerja yang baru pertama sekali kerja.

B. Pekerja yang meninggalkan kerja dan mencari kerja baru.

C. Pekerja yang memasuki lagi pasaran buruh.

6. Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan ekonomi.

Tiga sumber utama yang menjadi penyebab berlakunya pengangguran struktural, yaitu sebagai berikut:

A. Perkembangan teknologi.

B. Kemunduran yang disebabkan persaingan dari luar negeri atau dari luar negeri.

C. Kemunduran perkembangan ekonomi suatu kawasan sebagai akibat dari pertumbuhan yang pesat di kawasan lain.

2.2. Upah dan Upah Minimum

Menurut (Sukirno:2015) upah merupakan pembayaran ke atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Menurut (Sukirno:2015) setiap perekonomian selalu terdapat faktor-faktor yang menimbulkan perbedaan upah tenaga kerja.

Faktor utama yang membedakannya yaitu Sifat permintaan dan penawaran setiap golongan pekerja, Perbedaan jenis pekerjaan, Perbedaan kemampuan, pendidikan dan pengalaman, Mobilitas tenaga kerja, Faktor yang bersifat bukan keuangan yang mempengaruhi sikap pekerja dalam memilih pekerjaan.

(4)

4

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan usaha atau kerjanya. Upah minimum provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten atau kota di satu provinsi. Upah minimum kabupaten atau kota adalah upah minimum yang berlaku di daerah kabupaten atau kota. Penetapan upah minimum kabupaten atau kota dilakukan oleh gubernur yang penetapannya harus lebih besar dari upah minimum provinsi. Penetapan upah minimum ini dilakukan setiap satu tahun sekali dan ditetapkan selambat-lambatnya 40 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum yaitu 1 januari.

2.3. Hubungan Tingkat Upah Dengan Kesempatan Kerja

Kurva keseimbangan tenaga kerja akan terbentuk jika kurva permintaan dan penawaran tenaga kerja saling berpotongan.

Grafik 2.1

Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Upah Dn kurva penawaran tenaga kerja

w* E*

Sn kurva permintaan tenaga kerja

Q* kesempatan kerja

Sumber :Ayu Lestari (2018)

Kurva penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam kerja dari pekerja pada berbagai tingkat upah. Sedangkan kurva permintaan tenaga kerja menunjukkan jumlah jam kerja yang digunakan oleh perusahaan pada berbagai tingkat upah. Keseimbangan terjadi pada saat penawaran tenaga kerja sama dengan permintaan tenaga kerja yaitu di titik upah keseimbangan w* dan jumlah jam kerja sebanyak E*. Setelah tingkat upah keseimbangan tercapai, setiap perusahaan di dalam industri berusaha mempekerjakan orang sampai pada titik dimana nilai marjinal produk tenaga kerja (value of marginal product of labor) sama dengan upah di pasar kerja yang kompetitif yaitu di titik E. Ketika tingkat upah diturunkan maka yang terjadi sebagaimana yang terlihat pada grafik 2.2.

Grafik 2.2

Penurunan dan Peningkatan Upah

(5)

5

Kurva diatas menggambarkan bahwa setelah adanya penetapan upah minimum dari pemerintah akan berdampak kepada jumlah permintaan dan penawaran tenaga kerja.

Keseimbangan terjadi ketika tingkat upah berada pada W2 dengan jumlah tenaga kerja sebesar TK2. Ketika terjadi penurunan tingkat upah maka penawaran tenaga kerja sebesar TK1 yang terletak pada titik A dengan jumlah permintaan tenaga kerja sebesar titik B maka terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja. Pada posisi ini tidak terjadi pengangguran karena penawaran tenaga kerja masih tertampung oleh perusahaan. Ketika upah minimum meningkat sebesar W3 maka jumlah penawaran tenaga kerja lebih tinggi yaitu sebesar titik D dengan kesempatan kerja yang tersedia sebesar titik C sehingga perusahaan tidak bisa menampung jumlah permintaan tenaga kerja dan akan mengakibatkan terjadinya pengangguran.

3. Metodelogi

Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh upah minimum terhadap pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode data panel (pooled data), yaitu gabungan data Time Series (2011 sampai dengan Tahun 2015) dan Cross Section (Kabupaten/kota )dengan data yang didapatkan dari pihak-pihak atau instansi yang bersangkutan, informasi dan publikasi yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam buku Bangka Belitung dalam angka, internet, buku, jurnal, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial pada periode 2011 sampai dengan 2015. Analisis data panel terbagi menjadi 3 macam yaitu sebagai berikut:

3.1. Common Effect Model

Teknik model regresi data panel dengan mengkombinasikan data time series dan cross section. Data dikombinasi tanpa memperhatikan perbedaan antar waktu dan individu. Secara umum model regresi dapat dinyatakan pada persamaan berikut:

...(1)

Dimana adalah unit cross section ke-i untuk periode waktu ke-t, menunjukkan vektor observasi pada variabel independen berukuran k x 1 dan (intersep) merupakan efek group/individu dari unit cross section ke-i yang bernilai konstan sepanjang waktu t atau bahkan berbeda-beda untuk setiap unit cross section ke-i dan adalah error regresi untuk group ke-i untuk periode waktu ke-t.

3.2. Fixed Effect Method

Pendekatan model efek tetap diasumsikan bahwa intersep dan slope dari persamaan regresi dianggap konstan baik antar unit cross section maupun antar unit time series. Model regresi dapat ditulis sebagai berikut:

...(2) Dimana:

adalah konstanta yang bergantung pada unit ke-i, tetapi tidak pada waku t. adalah konstanta yang bergantung pada waktu t, tetapi tidak pada unit i.

3.3. Random Effect Model

Dalam mengestimasi data panel melalui pendekatan FEM, variabel dummy menunjukkan ketidakpastian model yang digunakan. Untuk mengatasi masalah ini, digunakan variabel residual

(6)

6

yang dikenal dengan pendekatan random effect model (REM). Ide dasar dari REM adalah mengasumsikan error bersifat random sehingga dapat diestimasi dengan metode Generalized Least Square (GLS).

Y = a + ...(3)

Dimana Y adalah variabel pengangguran, X1(upah minimum kabupaten/kota), a (konstanta) dan b adalah koefisien regresi pada masing-masing variabel bebas.

Sebelum melakukan estimasi dengan data panel diperlukan untuk memilih dari ketiga model yang sudah disebutkan yaitu: Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Untuk memilih model terbaik untuk mengestimasi data panel ada beberapa uji yang dapat dilakukan sebagai berikut:

1.

Chow Test Atau Likelyhood Test

Chow test merupakan metode pengujian yang digunakan untuk memilih antara model fixed effect model dan common effect model dengan melihal hasil F statistik. Apabila nilai F statistik lebih kecil dari signifikansi maka Ho diterima dan berlaku sebaliknya. Hasil dari pengujian ini mengikuti nilai probailitas cross-section F jika probabilitas > maka metode yang digunakan adalah common effect model, sebaliknya jika probabilitas < maka metode yang digunakan adalah fixed effect model.

2.

LM test

LM test merupakan pengujian statistik untuk membandingkan apakah model random effect model dengan fixed effect model yang akan digunakan pada model regresi. Jika pengujian hipotesis yang digunakan dengan nilai probabilitas > maka model yang digunakan adalah random effect model, sebaliknya jika Ho ditolak model yang digunakan adalah common effect model.

3.

Hausman Test

Hausman test merupakan pengujian statistik untuk melihat apakah model Fixed Effect dengan Random Effect yang paling tepat digunakan. Uji hausman memerlukan estimasi variansi kali silang yang positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, hanya model efek tetap yang bisa digunakan. Jika pengujian hipotesis yang digunakan dengan nilai probabilitas > maka model yang digunakan adalah random effect model, sebaliknya jika Ho ditolak artinya nilai probabilitas < maka model yang digunakan adalah fixed effect model.

4. Hasil dan Pembahasan

Dari pengujian model yang telah dilakukan maka didapatkan random effect model sebagai model terbaik dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut:

(7)

7 Tabel 4.1

Regresi Data Panel Random Effect Model

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNUMK 0.793595 0.312806 2.537.020 0.0161

C -3.254.505 4.473.135 -0.727567 0.4720

R-squared 0.158923 Mean dependent var 2.628.356 Adjusted R-

squared 0.133436 S.D. dependent var 0.416589 S.E. of regression 0.387800 Sum squared resid 4.962.829 F-statistic 6.235.410 Durbin-Watson stat 1.724.347

Prob(F-statistic) 0.017688

Sumber: Data diolah (2018)

Berdasarkan tabel diatas maka analisis regresi data panel dengan pendekatan random effect model diperoleh persamaan sebagai berikut yaitu :

LNUNEMP = -3.254505 + 0.793595 LNUMK

Dari hasil persamaan diatas menjelaskan bahwa upah minimum kabupaten/kota memiliki hubungan positif terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini menunjukkan bahwa upah minimum kabupaten/kota dengan jumlah pengangguran bersifat inelastis seperti yang terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kurva Elastisitas Upah

1%

0.79%

Jumlah pengangguran

Sumber: Sudono Sukirno (2018)

Kurva diatas menggambarkan hubungan inelastis yang terjadi antara upah minimum kabupaten/kota dengan jumlah pengangguran. Artinya, ketika upah minimum kabupaten/kota naik sebesar 1 persen maka jumlah pengangguran akan ikut naik sebesar 0,793595 persen.

Sehingga kenaikan seberapapun upah minimum kabupaten yang ditetapkan oleh pemerintah hanya akan mempengaruhi peningkatan jumlah penganggurannya sebesar 0,793595 persen.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wayan dan Nyoman yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Upah Terhadap Tingkat Pengangguran Melalui Jumlah Investasi di Provinsi Bali” yang menyatakan bahwa tingkat upah berhubungan

(8)

8

positif dan signifikan secara langsung terhadap tingkat pengangguran pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

5. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh positif terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tahun 2011 sampai 2015. Artinya, ketika upah minimum naik maka jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan ikut naik.

Kemampuan variabel upah minimum kabupaten/kota dalam menjelaskan variabel jumlah pengangguran sebesar 0.158923 atau 15,8 persen dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Model persamaan yang didapatkan dari hasil penelitian ini yaitu LNUNEMP = - 3.254505 + 0.793595 LNUMK yang berarti bahwa ketika tidak ada penetapan upah minimum dari pemerintah maka jumlah pengangguran akan menurun sebesar 3,254505 dan sebaliknya jika ada penetapan upah minimum sebesar 1 persen maka jumlah pengangguran akan naik sebesar 0,793595 persen. Hal ini disebabkan oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sektor industri yang didominasi dengan smelter, pertanian dan pertambangan. Penyerapan tenaga kerja untuk laki-laki lebih besar daripada perempuan sehingga akan menyebabkan pengangguran bagi pihak perempuan, Kompentensi dan skill yang dimiliki oleh masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak bisa memenuhi persyaratan permintaan perusahaan hal ini disebabkan karena rata- rata lama sekolah masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada pada tingkat SMA/SMK sehingga akan menyebabkan terjadinya pengangguran, dan termasuk salah satu provinsi baru. Perusahaan yang baru didirikan merasa keberatan dengan penetapan upah minimum karena pihak perusahaan harus membayar tingkat upah yang tinggi sedangkan kondisi perusahaan masih baru yang kemudian akan mengakibatkan perusahaan akan mengurangi penawaran tenaga kerja. Berdasarkan hasil dari kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah harus lebih memperhatikan sistem pendidikan, menyalurkan dan mempersiapkan sehingga dapat tersalurkan sesuai dengan kebutuhan permintaan tenaga kerja.

2. Kenaikan tingkat upah harus disertai dengan bertambahnya lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

3. Kenaikan tingkat upah harus diikutsertakan dengan kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga para pengurusaha tetap mendapatkan keuntungan walaupun harus membayar besaran upah yang tinggi.

4. Pemerintah harus membuat kebijakan dalam penetapan upah yang berlaku untuk mengatasi bertambahnya jumlah pengangguran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

5. Pada penelitian selanjutnya penulis menyarankan untuk menambahkan variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian ini sehingga akan mendapatkan infomasi yang lebih baik.

(9)

9

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2012.

Badan Pusat Statistik. 2013. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2013.

Badan Pusat Statistik. 2014. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2014.

Badan Pusat Statistik. 2015. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2015.

Badan Pusat Statistik. 2016. Kepulauan Bangka Belitung Dalam Angka 2016.

Badan Pusat Statistik. 2017. Indikator Sosial Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2017.

Boer.i and Janvan. 2008. The Economics Of Imperfect Labor Markets. New Jersey :Princeton University Press.

Fitri dan Junaidi.2016. Pengaruh Pendidikan, Upah Dan Kesempatan Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik Di Provinsi Jambi. Jambi: jurnal ekonomi sumberdaya dan lingkungan. ISSN:2303-1220.

Hartanto dan Siti.2017. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendididkan, Upah Minimum Dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014. Surabaya: Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan.

ISSN 2541-1470.

Karmini, luh. Pengaruh Tingkat Inflasi, Laju Pertumbuhan Ekonomi Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi Bali. Bali: E-jurnal EP Unud. ISSN 2303-0178.

Lestari Ayu. keseimbangan pasar tenaga kerja. Diakses melalui:

https://www.academia.edu/5779/keseimbangan_pasar_tenaga_kerja. 22 Oktober 2018.

Mankiw, Gregory. 2003. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Rosadi, dedi. 2011. Analisis Ekonometrika & Runtu Waktu Terapan dengan R. Yogyakarta:

Andi.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori Dan Aplikasi Dengan Spss. Yogyakarta: Andi.

Sunengsih, Neneng. 2009. Kajian Analisis Regresi Dengan Data Panel. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

susanto, joko.2015.keseimbangan pasar tenaga kerja. Diakses Melalui : http://dinamikapengupahan.blogspot.com/2015/10/keseimbangan-pasar-tenaga kerja.html.

tanggal 20 Agustus 2018.

Wayan dan Nyoman.2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Dan Tingkat Upah Terhadap Tingkat Pengangguran Melalui Jumlah Investasi Di Provinsi Bali. Bali: junal EP Unud.

ISSN:2303-0178.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Gaji Anggota Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1977, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3103) sebagaimana telah enam kali diubah terakhir dengan

Dengan tidak mengurangi ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, terhadap perusahaan perasuransian yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan

modal dalam perhitungan dana jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), sampai dengan tanggal 31 Desember 2008, adalah modal disetor minimum yang dipersyaratkan

Keenam, pelaksanaan proyek (praktikum); pelaksanaan.. Ketujuh, presentasi hasil proyek; masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya di kelas untuk

11 Makrofag yang teraktivasi dalam proses killing ditandai dengan peningkatan kemampuan fagositosis dan produksi ROI sehingga penelitian ini

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat kepuasan siswa dalam menggunakan jasa pelayanan perpustakaan sekolah di MAN Yogyakarta III

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir ini yang

The D%STATCOM is a three phase and shunt connected power electronics based reactive power compensation equipment, which generates and /or absorbs the reactive power