• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas Wairasa untuk Pencegahan Stunting ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas Wairasa untuk Pencegahan Stunting ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Bantuan Operasional Kesehatan Puskesmas Wairasa untuk Pencegahan Stunting

Faris U.K. Dapamudang1, Dewi Ariyani Wulandari2, Tedy Candra Lesmana3 ABSTRAK

Realisasi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Wairasa Kabupaten Sumba Tengah untuk upaya percepatan pencegahan stunting selama 2017-2019 mengalami kenaikan, namun pada tahun terakhir masih terdapat kasus sebanyak 18,18% dari 1.859 balita. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi BOK pencegahan stunting dari segi input dan proses di Puskesmas Wairasa. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dengan studi kasus. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam melibatkan informan kunci yang berhubungan langsung dengan pembiayaan BOK. Data dianalisis menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Dana BOK Puskesmas Wairasa tahun 2019 untuk pencegahan stunting terintegrasi diketahui sebesar Rp402.050.000,00 (44,7%) dari total pagu. Pencegahan stunting di Puskesmas Wairasa tidak saja berfokus pada balita, namun juga memperhatikan kesehatan usia remaja putri, kesehatan ibu, budaya, kesehatan lingkungan, sosial ekonomi dan pendidikan. Proses pencairan dana BOK sudah sesuai dengan juknis BOK, namun terjadi keterlambatan pencairan. Terdapat kendala masih kurangnya dana BOK dan keadaan geografis pelayanan Puskesmas Wairasa yang sulit untuk dijangkau. Pembiayaan BOK pencegahan stunting sudah terintegrasi dengan program kesehatan lainnya. Proses implementasi BOK pencegahan stunting terintegrasi sesuai dengan POA di Puskesmas Wairasa.

Kata kunci: implementasi, BOK, pencegahan stunting

ABSTRACT

The The realization of Health Operational Assistance (BOK) at Wairasa Health Center, Central Sumba Regency for efforts to accelerate stunting prevention during 2017-2019 has increased, but in the last year there were still 18.18% cases of 1,859 children under five. This research is to know how the implementation of BOK for preventing stunting in terms of input and process at Wairasa Health Center. A qualitative approach in this research with case studies. Data were collected by in-depth interviews involving key informants who are directly related to BOK financing.. Data were analyzed using triangulation of data sources and techniques. The 2019 Wairasa Puskesmas BOK fund for integrated stunting prevention is known to be IDR 402,050,000.00 (44.7%) of the total ceiling. Prevention of stunting at Puskesmas Wairasa does not only focus on toddlers, but also pays attention to the health of young women, maternal health, culture, environmental health, socio-economic and education. The process of disbursing BOK funds was in accordance with the BOK technical guidelines, but there was a delay in disbursement. There are still obstacles in the lack of BOK funds and the geographic condition of Wairasa Puskesmas services that are difficult to reach. The funding of BOK for preventing stunting has been integrated with other health programs. The process of implementing BOK for preventing stunting is integrated in accordance with the POA at Wairasa Health Center.

Keywords: implementation, BOK, prevention of stunting

(2)

Latar Belakang

Stunting masih menjadi masalah di Indonesia, dimana Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stunting sebesar 42,6% (Adistie et al., 2018). Realisasi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas Wairasa Kabupaten Sumba Tengah untuk upaya percepatan pencegahan stunting selama 2017-2019 mengalami kenaikan, namun pada tahun terakhir masih terdapat kasus sebanyak 18,18% dari 1.859 balita.

Bantuan Operasional Kesehatan adalah bentuk kebijakan pemerintah di bidang kesehatan dalam rangka mendukung tercapainya pembangunan kesehatan yang merata. Tujuan dana BOK untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat utamanya promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas, melalui peningkatan kinerja puskesmas dan puskesmas pembantu dan jaringannya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu rencana strategis kementerian kesehatan untuk percepatan pencegahan stunting 2018-2024 (Aridiyah et al., 2015). Penelitian sebelumnya menunjukkan masih adanya masalah penerapan pembiayaan inovatif kesehatan yang tidak berdampak pada stunting meskipun tinggal di kabupaten dengan PBF (Performance-based financing) (Destiadi et al., 2015). Implementasi penggunaan BOK dipengaruhi oleh faktor sumber daya (Habibi,

et al., 2017). Penelitian ini adalah mengetahui input dan proses implementasi BOK dalam pencegahan stunting di Puskesmas Wairasa Kabupaten Sumba Tengah.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan bulan Januari-Juli 2020 di Kantor Puskesmas Wairasa. Data diambil pada bulan April 2020. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen untuk menggali informasi tentang implementasi BOK dalam pencegahan stunting di Puskesmas Wairasa Kabupaten Sumba Tengah. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam melibatkan informan kunci yang berhubungan langsung dengan pembiayaan BOK yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Bendahara BOK, Pengelola program gizi dan kader posyandu. Data dianalisis menggunakan trangulasi sumber data dan teknik.

Hasil

Input BOK pencegahan stunting terintegrasi Total anggaran yang dialokasi untuk pencegahan stunting terintegrasi sebesar Rp402.050.000,00 (44,7%) dari total pagu dana BOK Puskesmas Wairasa tahun 2019. Dana BOK tersebut tidak dikhususkan untuk pencegahan stunting, namun digunakan untuk keseluruhan program yang ada dan pembiayaan program promotif dan preventif.

(3)

Dalam proses pencairan dana BOK terjadi keterlambatan pencairan dari pusat. Untuk mengatasi keterlambatan dana, pihak Puskesmas Wairasa menggunakan sumber dana dari Dana Alokasi Umum (DAU) kabupaten sehingga membantu perputaran keuangan agar kegiatan dapat berjalan. Proses pencairan dana BOK Puskesmas Wairasa diilustrasikan seperti Gambar 1. Proses implementasi BOK pencegahan stunting terintegrasi

Perencanaan

Perencanaan alokasi BOK dalam pencegahan stunting terintegrasi di Puskesmas Wairasa dibuat berdasarkan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) berupa POA (Plan of Action) dari masing-masing pemegang program melalui minilokakarya tingkat puskesmas. Perencanaan ini dilakukan oleh semua pengelola program di Puskesmas Wairasa. Dana BOK digunakan

untuk membayar kegiatan, orang yang melakukan kegiatan, serta bahan habis pakai seperti ATK dan konsumsi yang dibutuhkan. POA terbagi menjadi POA tahunan dan bulanan. POA tahunan disusun berdasarkan jumlah uang yang ditetapkan untuk puskesmas tersebut, sehingga jumlah uang yang direncanakan dalam POA harus sesuai dengan jumlah uang yang telah ditetapkan. POA bulanan disusun berdasarkan POA tahunan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan atau program setiap bulannya. POA bulanan dapat berubah sewaktu-waktu jika terjadi kasus atau penyakit tertentu.

Pengorganisasian

Situasi tenaga kesehatan yang dimiliki oleh Puskesmas wairasa saat ini tidak mencukupi bila dibanding dengan luas wilayah pelayanan, letak geografis yang sulit untuk ditempuh dan jumlah penduduk sebanyak 24.410 jiwa.

Gambar 1 Alur alur pencairan dana BOK Puskesmas Wairasa Nasiona l RKUD Kabupaten Sumba Tengah Mengajukan SPP SP2D Puskesma s Verifikas i SPP Puskesmas Rekening

(4)

Pelaksanaan

Puskesmas Wairasa tidak memiliki program khusus dalam pencegahan stunting, namun dilakukan secara terintegrasi melalui program-program di pelayanan kesehatan lain. Pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting terintegrasi berpedoman kepada POA yang telah disusun oleh seluruh pengelola program di Puskesmas Wairasa. Dana yang digunakan bersumber dari dana BOK Puskesmas Wairasa tahun 2019 sebesar 44,7% untuk pelaksanaan upaya pencegahan stunting terintegrasi.

Kegiatan dalam program pencegahan stunting bersumber dana BOK meliputi PMT ibu hamil, pemberian tablet Fe, penyuluhan ASI eksklusif, imunisasi, pemberian Vitamin A, dan pemberian obat cacing.

Kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas bersama kader belum difokuskan untuk penanganan stunting. Kunjungan bagi balita stunting pernah dilakukan oleh bidan desa bersama petugas puskesmas tanpa melibatkan kader.

Pembahasan

Tidak adanya dana khusus untuk pencegahan stunting di Puskesmas Wairasa juga ditemukan Kabupaten Padang Pariaman dimana dinas kesehatan kabupaten belum memiliki anggaran dana khusus untuk pencegahan stunting (Syafrina et al., 2018). Pemanfaatan dana BOK lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat

promotif dan preventif (Untari et al., 2017). Lambatnya pencairan dana BOK di Puskesmas Wairasa juga dialami di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman dimana realisasi transfer dari pusat terjadi pada bulan keempat setiap tahun (Muthia et al., 2019).

Tidak adanya program khusus pencegahan stunting di beberapa kabupaten/kota banyak yang dilaksanakan secara terintegrasi melalui program-program di pelayanan kesehatan lain sebagai strategi dan rekomendasi kebijakan pemerintah (Atmarita, 2018). Hasil penelitian sejenis diketahui dalam pencegahan stunting dilakukan dengan melibatkan beberapa lintas program (Muthia et al., 2019).

Proses penyusunan perencanaan atau RUK di Puskesmas dilakukan sambil berjalan dengan menyesuaikan kegiatan bulan lalu. Pemegang program memberikan. Rencana Usulan Kegiatan tentang program apa saja yang akan dijalankan pada saat lokakarya mini, hasilnya terbentuk Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) atau Plan Of Action (POA) tahunan, untuk POA bulanan yaitu menyesuaikan dengan POA tahunan (Sepianessi et al., 2014) dan fungsinya perlu ditingkatkan (Habibi et al., 2017).

Hasil telaah dokumen menemukan bahwa di Puskesmas Wairasa masih terdapat kegiatan yang belum masuk dalam POA dana BOK, seperti kegiatan penyuluhan dan tata laksana gizi buruk yang belum didanai oleh

(5)

BOK Puskesmas dan masih menjadi program dari dinas/provinsi. Puskesmas Wairasa tetap melakukan edukasi bersamaan dengan kegiatan PMT gizi buruk, namun menggunakan dana dari dinas kesehatan kabupaten/provinsi. Hasil penelitian lain menyatakan bahwa, terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi, pemberian ASI eksklusif dan umur pemberian MP-ASI pertama kali dengan kejadian stunting (Aridiyah et al., 2015). Pemberian MP-ASI dini merupakan faktor risiko balita stunting (Najahah et al., 2013).

Proses penyusunan program BOK tahunan di puskesmas diusulkan oleh pemegang program kemudian akan dirangkum oleh bendahara BOK dan didiskusikan dalam lokakarya mini dengan mengundang seluruh staf puskesmas dan tokoh masyarakat untuk selanjutnya disetujui oleh penanggungjawab puskesmas (Kurnia

et al., 2018).

Pihak pengelola program sampai saat ini masih melakukan pembahasan terkait hal tersebut dengan bendahara Puskesmas Wairasa agar memungkinkan kegiatan tersebut dapat dimasukkan dalam POA dana BOK. Kegiatan pendidikan pola asuh bagi orang tua yang memiliki balita stunting dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan posyandu, namun masih belum memiliki anggaran sendiri dalam BOK. Sama halnya dengan kegiatan pendidikan gizi masyarakat yang belum didanai oleh BOK, sedangkan

pemberian tablet zinc hanya diberikan kepada bayi/balita yang sakit dan berkunjung/periksa di Puskesmas Wairasa.

Sumber daya manusia pencegahan stunting perlu tambahan koordinator gizi, meskipun dalam penatalaksanaan balita stunting sudah terintegrasi serta ada tim khusus sesuai dengan kompetensi (Khoeroh & Indriyanti, 2017). Pencegahan stunting perlu adanya penambahan tenaga gizi lebih memaksimalkan kegiatan dalam program intervensi gizi. Tenaga kesehatan juga berperan dalam kegiatan posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan balita (Muthia et al., 2019).

Dalam pencegahan stunting diketahui belum adanya pendampingan atau program khusus untuk kasus stunting. Hal itu dikarenakan kader posyandu belum mendapatkan sosialisasi terkait stunting. Pemberdayaan kader posyandu melalui pendampingan serta sosialisasi tentang stunting diharapkan membantu dalam upaya pencegahan stunting. Pemberdayaan kader melalui sosialisasi tentang kesehatan, terdapat perbedaan rata-rata skor pengetahuan kader sebelum dan sesudah sosialisasi (Adistie et al., 2018).

Kader posyandu banyak dilibatkan oleh puskesmas dalam kegiatan posyandu seperti penimbangan berat badan, pengukuran panjang/tinggi badan, imunisasi, PMT pada bayi/balita, edukasi kepada orang tua, serta penyuluhan kesehatan. Dalam hal

(6)

ini posyandu berperan penting dalam upaya pencegahan stunting, karena frekuensi kunjungan posyandu dan kenaikan berat badan merupakan faktor risiko terhadap kejadian stunting (Destiadi et al., 2015) Simpulan

Input implementasi BOK pencegahan stunting di Puskesmas Wairasa sebesar 44% dari total pagu dana BOK di tahun 2019. Proses implementasi BOK dalam pencegahan stunting terintegrasi di Puskesmas Wairasa dilakukan berdasarkan Plan of Action yang disepakati bersama melalui mini lokakarya. Pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting terintegrasi sesuai dengan program nasional melalui intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pelaksanaan ini melibatkan seluruh pemegang program dan lintas sektor. Dalam pelaksanaan kader belum melakukan pendampingan secara langsung kepada balita stunting tetapi hanya melakukan kegiatan di posyandu. Pendampingan balita stunting dilakukan oleh petugas puskesmas bersama dengan bidan desa.

Daftar Pustaka

Adistie, F., Lumbantobing, V. B. M., & Maryam, N. N. A. (2018). Pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini stunting dan stimulasi tumbuh kembang pada balita. Media

karya Kesehatan, 1(2), 173-184.

https://doi.org/10.24198/mkk.v1i2.188 63.

Aridiyah, F. O., Rohmawati, N., & Ririanty, M. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan perkotaan. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1), 163-170.

Atmarita. (2018). Asupan gizi yang optimal untuk mencegah stunting. Buletin

Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Semester I, 14-25.

Destiadi, A., Nindya, T. S., & Sumarmi, S. (2015). Frekuensi kunjungan posyandu dan riwayat kenaikan berat badan sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 3-5 tahun. Media Gizi Indonesia,

10(1), 71-75.

http://dx.doi.org/10.20473/mgi.v10i1. 71-75.

Habibi, Nurdiyanah, Surahmawati, Chaerunnisa, N. (2017). Gambaran pengelolaan pelayanan kesehatan berdasarkan fungsi manajemen pada program pengendalian penyakit menular (P2M) di Puskesmas Tamangapa Makassar tahun 2016.

Al-Sihah Jurnal Public Health Science

Journal, 9(1), 43-54.

https://doi.org/10.24252/as.v9i1.3144. Indonesia. (2019). Peraturan menteri

kesehatan nomor 3 tentang petunjuk teknis penggunaan dana alokasi khusus non-fisik bidang kesehatan.

Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Berita Negara Republik Indonesia tahun 2019 nomor 117.

Kementerian Kesehatan. (2018). Laporan

Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI.

Khoeroh, H., & Indriyanti, D. (2017). Evaluasi penatalaksanaan gizi balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Sirampog. Unnes Journal of Public

Health, 6(3), 189-195.

https://doi.org/10.15294/ujph.v6i3.117 23

Kurniati, D. N., Ridwan, & Kasim, M.Y. (2018). Analisis pengelolaan dana

(7)

bantuan operasional kesehatan di puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi. Jurnal

Katalogis, 142(6), 139-150.

Muthia, G., Edison, & Yantri, E. (2019). Evaluasi

pelaksanaan program pencegahan stunting ditinjau dari intervensi gizi spesifik gerakan 1000 HPK di Puskesmas Pegang Baru Kabupaten Pasaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(4), 100-108.

https://doi.org/10.25077/jka.v8i4.1125 .

Najahah, I., Adhi, K.T., Pinatih, G.N.I. 2013. Risk factors of stunting for 12-36 month old children in Dasan Agung Public Health Centre, Mataram, West Nusa Tenggara Province. Public Health and

Preventive Medicine Archive 1(2):

103-108.

https://doi.org/10.15562/phpma.v1i2.1 71.

Sepianessi, E., Febry, F., & Budi, I. S. (2014). Analisis pengelolaan program bantuan operasional kesehatan (BOK) di Puskesmas Sungai Pinang

Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2013.

Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,

5(3), 175-182.

Syafrina, M., Masrul., & Firdawati. (2018). Analisis komitmen Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman dalam mengatasi masalah stunting

berdasarkan nutrition commitment index 2018. Jurnal Kesehatan

Andalas, 8(2), 233-244.

https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.997. Untari, J., Zebua, M., & Luhadu, A. Y.

(2017). Pemanfaatan bantuan

operasional kesehatan (BOK) terhadap pencapaian kinerja program MDGs: studi kasus Puskesmas Kawangu Kabupaten Sumba Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2014.

Medika Respati Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(02), 12-31.

Gambar

Gambar  1  Alur  alur  pencairan  dana  BOK  Puskesmas Wairasa Nasional RKUD Kabupaten Sumba Tengah  Mengajukan SPP SP2D Puskesmas Verifikasi SPP  Rekening  Puskesmas

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan operasional BOK mulai direalisasikan sejak pertengahan tahun 2010 untuk membantu puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat

Pada setiap puskesmas telah disediakan alokasi anggaran berupa bantuan operasional kesehatan (BOK) oleh pemerintah pusat sesuai yang tertera dalam juknis bantuan operasional

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah dana Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Kementerian Kesehatan dan merupakan bantuan pemerintah

Bantuan Operasional Kesehatan adalah bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian target program prioritas nasional khususnya MDGs

Kebijakan BOK Prosedur Keuangan Kesiapan SDM serta Jumlah dan Peruntukan Dana Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Sosial Rekening Kepala Pusk Tugas Pembantuan

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap cakupan balita ditimbang berat badannya (D/S) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh realisasi dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) terhadap indikator Gizi KIA (cakupan kunjungan nenonatus

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan residensi dengan Topik “Strategi dalam upaya pencegahan stunting diwilayah kerja Puskesmas Dolo adalah Melakukan koordinasi dengan