BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu
Taufiq et al. (2018) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa metode buku besar yang terdistribusi dalam Blockchain Technology adalah kunci sukses perkembangan terbaru dalam pembayaran sistem dalam industri perbankan. Peneliti menilai Blockchain Technology ini memiliki banyak keuntungan apabila diterapkan dalam industri perbankan, keuntungan tersebut meliputi; mudah digunakan, privasi, biaya transaksi murah, real time, butuh waktu cepat dan efisien. Keunggulan ini dapat digunakan sebagai keunggulan yang kompetitif. Dalam penelitian ini, peneliti juga menemukan sembilan faktor yang digunakan sebagai acuan dalam mengadopsi Blockchain Technology untuk kebutuhan sistem pembayaran di industri perbankan. Sembilan variabel tersebut meliputi; mudah digunakan, biaya transaksi, persepsi resiko, perilaku niat penggunaan, sikap terhadap, gaya kognitif, subyektif norma dan efektivitas. Berdasarkan faktor-faktor ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu referensi jika industri perbankan di Indonesia nantinya ingin mengadopsi Blockchain Technology untuk sistem pembayarannya.
Dalam rantai pasokan Blockchain Technology diharapkan membawa perubahan paradigma revolusioner dalam cara bertransaksi yang dilakukan dirantai pasokan. Menurut Kamble et al. (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Blockchain Technology ini memberikan visibilitas dan transparansi yang lebih baik dengan menghilangkan kerugian dari masalah terkait kepercayaan dalam rantai pasokan. Peneliti mengembangkan penerapan Blockchain Technology dalam rantai pasokan dan secara statistik memvalidasi model untuk memahami persepsi pengguna tentang adopsi Blockchain Technology. Model tersebut didasarkan pada integrasi dari tiga teori adopsi yakni model penerimaan teknologi (TAM), indeks
kesiapan teknologi (TRI) dan teori terencana perilaku (TPB). Model yang diusulkan ini diuji dengan menggunakan struktural pemodelan persamaan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa konstruksi TRI – Ketidaknyamanan memiliki efek yang tidak signifikan terhadap kemudahan penggunaan dan kegunaan yang dirasakan. Kegunaan yang dirasakan, sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan mempengaruhi perilaku niat. Norma subyektif memiliki dampak yang dapat diabaikan terhadap niat perilaku. Ini adalah salah satu studi pendahuluan tentang adopsi Blockchain Technology dalam rantai pasokan dan temuan menyiratkan bahwa praktisi rantai pasokan memandang adopsi BT tanpa upaya dan akan membantu mereka memperoleh manfaat maksimal untuk meningkatkan efektivitas rantai pasokan.
Jika dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Clohessy dan Acton (2019) berdasarkan literatur tentang adopsi blockchain mengidentifikasi adanya faktor teknologi, organisasi dan lingkungan tertentu. Temuan dari studi kasus mengidentifikasi tiga pola, yaitu dukungan manajemen puncak dan kesiapan organisasi merupakan pendorong dalam mengadopsi Blockchain Technology dan perusahaan yang lebih besar cenderung mengadopsi Blockchain Technology daripada perusahaan kecil hingga menengah (UKM). Penulis juga menjelaskan pola-pola tersebut dengan meneliti sifat dari Blockchain Technology dan karakteristik Irlandia sebagai negara maju. Hasilnya ditemukan; pertama, temuan mengungkapkan bahwa dukungan manajemen puncak dan keiapan organisasi adalah pendorong signifikan dari adopsi blockchain. Irlandia diakui sebagai negara teknologi maju, namun temuan terkait dukungan manajemen puncak bertentangan dengan literatur dari adopsi technology yang ada di negara maju; kedua, literatur dari adopsi inovasi technology sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran organisasi memiliki pengaruh positif pada proses adopsi inovasi technology perusahaan, dan hasilnya menunjukkan bahwa organisasi besar lebih cenderung tidak hanya mengadopsi blockhain namun juga lebih mungkin untuk melakukan peningkatan tingkat aktivitas penelitian dan pengembangan blockhain. Rendahnya tingkat kesadaran blockchain dan kurangnya informasi yang berkaitan dengan kasus
penggunaan bisnis yang layak menunjukkan pemerintah Irlandia dapat memainkan peran yang lebih signifikan dalam mempromosikan manfaat Blockchain Technology. Pengaruh positif dari dukungan manajemen puncak dan kesiapan organisasi pada adopsi Blockchain Technology menunjukkan bahwa membekali manajer dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan akan sangat penting dalam mengadopsi inovasi technology. Dan pada akhirnya, organisasi yang mengadopsi Blockchain Technology menggunakan platform dan alat blockchain berbasis cloud untuk mengatasi kendala tingkat kesiapan organisasi awal yang rendah.
Werner et al. (2020) melakukan penelitian terkait adopsi blockchain dari perspektif sistem antar organisasi dengan pendekatan metode campuran. Ada 81 tanggapan dari responden yang dikumpulkan dan hasilnya di evaluasi secara statistik. Peserta diminta untuk menilai daya saing organisasi atau kinerja organisasi dengan memberikan peringkat untuk (1) pangsa pasar, (2) profitabilitas, (3) pertumbuhan, (4) inovasi, (5) kepemimpinan biaya, (6) peralatan teknis, dan (7) peringkat keseluruhan pada skala 1 = “sangat lemah” diatas 3 = “rata-rata”, hingga 5 = “sangat kuat”. Nilai ekonomi teknologi blockchain terbilang masih baru dan belum dieksplorasi sepenuhnya. Metode campuran yang dilakukan peneliti memberikan wawasan yang berguna baik untuk teori pembuatan serta pengambilan keputusan tentang adopsi blockchain. Hasilnya menunjukkan bahwa potensi tinggi untuk teknologi blockchain dalam sebuah organisasi antar organisasi dalam meningkatkan kinerja kompetitif dengan menyediakan ketelusuran dan verifikasi transaksi, hingga terciptanya kepercayaan tanpa menggunakan perantara yang mahal. Namun, teknologi blockchain mungkin tidak akan mengganti sebagian besar sistem database yang ada, tetapi lebih mungkin menjadi salah satu dari beberapa alat dalam sistem antar organisasi.
2.2 Kajian Pustaka
Model TRI (Technology Readiness Index) atau indeks kesiapan teknologi diadaptasi dari Parasuraman (2000) TRI mengukur kecenderungan seseorang menerima dan menggunakan teknologi untuk menyelesaikan tujuan dalam kehidupan rumah tangga atau di tempat kerja. TRI merupakan sebuah rerangka yang menjelaskan tentang hubungan individu dengan teknologi, yaitu hubungan ragam karakteristik individu dan keyakinannya terhadap berbagai aspek teknologi. Kekuatan relatif dari setiap karakteristik mengindikasi keterbukaan seseorang terhadap teknologi Parasuraman (2000) Berdasarkan teori dari TRI (Technology Readiness Index), dapat disimpulkan bahwa model TRI memberikan dasar teoritis untuk mengukur risiko yang dirasakan bertindak sebagai faktor penghambat selama adopsi Blockchain Technology di perusahaan sektor perbankan. Integrasi TRI dapat menjelaskan dan memprediksi tingkat kesiapan adopsi individu dalam menerima teknologi informasi.
2. Kesiapan Adopsi Blockchain Technology
a. Cryptocurrency dan Bitcoin
Satoshi Nakamoto adalah panggilan anonim yang mengembangkan cryptocurrency pada tahun 2008. Uang ini menggunakan jaringan peer-to-peer sebagai media yang digunakan oleh pemakainya. Cryptocurrency adalah mata uang digital yang menggunakan sistem enkripsi dan sudah berbagai macam bentuk mata uang digital ini tersebar di dunia Ilyasa (2019). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cryptocurrency adalah suatu sistem transaksi yang terpusat berupa jaringan yang mampu menghubungkan seluruh penggunanya tanpa melalui perantara atau pihak ketiga seperti Bank dan Pemerintahan.
Bitcoin merupakan suatu uang digital yang dapat digunakan untuk bertransaksi baik sebagai penyimpanan maupun alat pembayaran yang penggunaanya menggunakan jaringan online Baswedan (2019). “Bitcoin adalah metode transfer nilai revolusioner yang menggunakan transaksi pembayaran ‘terdesentralisasi’ yang terdiri dari blockchain dan buku besar yang direplikasi dan dibagikan (Cai, 2019).
b. Blockchain Technology
Blockchain pada dasarnya merupakan database yang terdistribusi dari catatan atau buku besar publik dari semua transaksi atau peristiwa digital yang telah dieksekusi dan dibagikan di antara pihak yang berpartisipasi. Setiap transaksi dalam buku besar publik dilakukan verifikasi dengan konsensus mayoritas peserta dalam sistem, dan setelah dimasukkan, informasi tidak akan pernah bisa dihapus. (Crosby et al., 2016).
Pengertian yang serupa juga dijelaskan oleh Taufiq et al. (2018) “Blockchain merupakan database terdistribusi yang dimulai dengan diperkenalkannya bitcoin, yang menyimpan catatan setiap transaksi yang dicatat secara terus menerus dengan menggunakan fungsi hash di blockchain”. Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Blockchain Technology adalah database yang terdistribusi dan bersifat desentralisasi yang mana setiap transaksi yang dibagikan dalam buku besar diverifikasi dengan kesepakatan mayoritas peserta dalam sistem dan informasi apapun yang telah masuk kedalam blok tidak dapat diubah atau dihapus selamanya. Data-data yang ada di dalam blok berupa block number, timestamp, nonce, list transaksi yang ingin di validasi, hash block sebelumnya.
• Jenis Blockchain Technology
Adapun pandangan lain menurut Pathak dan Bhandari (2018) blockchain adalah sebuah teknologi revolusioner yang akan mengubah cara kita dalam bekerja dan berbisnis, serta terdapat beberapa jenis blockchain diantaranya adalah; 1) Public blockchains merupakan jaringan terdistribusi secara besar yang dijalankan melalui token asli, siapapun dapat mengakses kode yang dikelola oleh komunitas tersebut. Contohnya meliputi bitcoin, ethereum, vexanium. 2) Permissioned blockchains merupakan tipe seperti Ripple yaitu network yang memungkinkan pengiriman mata uang antara dua belah pihak dengan rentang waktu yang sangat
singkat. Blockchain jenis ini tetap menggunakan sistem terdistribusi yang menggunakan token asli. 3) Private Blockchain merupakan blockchain yang memiliki ruang lingkup lebih kecil dan tidak menggunakan token, sistem keanggotaan pada blockchain jenis ini diatur dengan ketat. Contohnya adalah sektor perbankan.
• Komponen Blockchain Technology
Hu et al. (2019) Setiap block memiliki cryptographic-hash yang berbeda. Hash tersebut dibentuk dari isi block itu sendiri antara lain timestamp, beberapa transaksi dan hash dari block sebelumnya sehingga membentuk sebuah rantai (chain) dari blocks. Didalam blok terdapat tiga komponen penting yaitu data, hash function dan hash dari blok sebelumnya.
Ada tiga keunikan atau fitur yang dimiliki oleh Hash Function, diantaranya; - Avalanche Effect, perubahan sekecil apapun akan merubah seluruh hasil dari
hash function.
- Deterministic, jika hash function dan inputnya sama, maka hasil outputnya pun selalu sama.
- One Way Function, hasil dari hashing tidak dapat dikembalikan menjadi input;
• Keuntungan Penerapan Blockchain Technology Bagi Perusahaan
Menurut Sutandi (2018), Blockchain Technology memiliki banyak sekali keuntungan, diantaranya seperti;
- Tidak Ada Jaringan Terpusat; Aspek penting dari Blockchain Technology yang menjadikannya solusi keamanan IoT yang sesuai adalah jaringan terdesentralisasi. Untuk memvalidasi perubahan dalam blok, semua sistem di jaringan (setidaknya 50%) perlu memverifikasi data.
- Ekosistem Tangguh; Karena teknologi bekerja dalam jaringan terdesentralisasi, tidak ada ruang untuk satu titik pun kegagalan.
- Database Yang Dapat Diperpanjang; Tidak ada kekurangan database dalam model Blockchain Technology.
- Karena Blockchain Technology dapat melacak dan memverifikasi pergerakan seluruh tahapan produksi, pengiriman dan arus barang, hal ini dapat menghilangkan banyak risiko dalam proses perpindahan barang dalam rantai pasok.
- Dalam tiap tahap, Blockchain Technology akan mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat. Setail seperti harga, tanggal lokasi, keadaan produk dan informasi lainnya dapat dilihat untuk mengetahui pengiriman tersebut. Ketersediaan buku besar dapat digunakan untuk melacak produk ke asal usul bahan baku digunakan.
- Karena sifatnya yang terdesentralisasi, membuat Blockchain Technology dapat dimanipulasi datanya.
- Informasi yang dibagikan akan meningkatkan visibilitas dan meminimalkan potensi human error. Hal ini dapat mengurangi waktu kegiatan, menghilangkan biaya tambahan, meminimalkan kesalahan dan mengurangi korupsi.
- Blockchain Technology menjamin keamanan dan transparansi untuk pelanggan. Hal ini dapat meminimalkan penipuan serta pengiriman menjadi tepat.
• Cara Kerja Blockchain Technology
Menurut Saragih dan Setyowati (2019) Blockchain Technology menggunakan mekanisme kriptografi dan kesepakatan untuk memverifikasi transaksi yang sudah dilakukan, yang dapat menjamin validitas suatu transaksi, mencegah terjadinya kelipatan transaksi dan mengamankan transaksi bernilai tinggi dalam lingkungan yang tidak pasti. Blockchain Technology memiliki sistem yang disebut “peer to peer” yang berarti sistem ini terdiri dari individu yang dapat membuat sumber daya
tersedia langsung untuk orang lain individu. Sistem ini memiliki keunggulan dari sistem terpusat karena akan terjadi interaksi langsung antara individu yang menjadi mitra dalam jaringan, tanpa perantara apapun sehingga dapat menghemat waktu pemrosesan dan dapat meningkatkan biaya yang terjadi. Meskipun setiap pengguna memiliki kontribusi sumberdaya dengan kapasitas yang berbeda namun masing-masing mitra memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang fungsional dan setara.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa di setiap blok memiliki informasi data dan juga hash atau kode yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, jika terdapat suatu kondisi dimana suatu blok tidak memiliki hash sebelumnya, maka hal ini disebut dengan genesis block. Yang menarik dari Blockchain Technology ini adalah apabila seseorang mencoba untuk mengubah hash atau data dari salah satu blok yang ada di dalam satu jaringan, maka data yang berada di blok setelah nya menjadi invalid. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan atau hubungan antara kotak yang satu dengan yang lain atau blok setelahnya menyimpan data yang dimiliki oleh blok sebelumnya. Data-data yang telah masuk atau di validasi di dalam blok tidak dapat diubah atau bersifat permanen.
Semakin pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini, membuat hash yang dimiliki oleh Blockchain Technology masih tergolong belum cukup aman, maka untuk meningkatkan keamanan dalam Blockchain Technology dikenal dengan istilah proof of work. Proof of work merupakan suatu sistem yang dirancang untuk memperlambat dalam menciptakan suatu blok baru sehingga hacker akan sulit melakukan pencurian data yang tersimpan di dalam blok. Ketika salah satu blok melakukan proof of work maka hash dari blok sebelumnya pun akan berubah. Keamanan dari Blockchain Technology ini diperkuat lagi dengan adanya sistem desentralisasi yang mana ketika ada blok baru yang baru bergabung dalam satu jaringan, maka blok tersebut harus melakukan verifikasi data terhadap blok sebelumnya atau konsensus mayoritas karena sistem desentralisasi dalam
Blockchain Technology mengharuskan setiap blok mendapatkan distribusi data yang sama sehingga sistem ini dinilai sangat sulit untuk diretas.
c. Desentralisasi
Hu et al. (2019) Decentralized system merupakan desain sistem yang terdiri dari beberapa komputer yang disebut nodes dalam sebuah jaringan dan memiliki kewenangan untuk mengatur fungsi sendiri untuk mencapai goal dari sistem pusat. Data yang disimpan dapat dimiliki oleh setiap pengguna dan data yang disimpan itu oleh setiap pengguna harus sama. Jika ada pengguna yang qualified untuk berada di jaringan blockchain bisa memiliki data yang sama dengan pengguna lain yang ada di jaringan itu. Sehingga seluruh transaksi yang terjadi harus dicatat dengan sama persis di masing-masing data base pengguna jaringan tersebut. Dalam blockchain tidak ada satu database besar atau server pusat yang dikontrol oleh satu perusahaan. Ilustrasi perbedaan sistem centralized, dan decentralized dapat dilihat pada gambar 2.1
Distribusi Sentralisasi Desentralisasi
Gambar 2.1 Ilustrasi Sistem
d. Konsensus
Konsensus merupakan kesepakatan bersama setiap pengguna untuk menentukan data yang akan dimasukkan kedalam blockchain. Semua pengguna harus setuju dengan data apa yang akan dimasukkan kedalam blockchain, tujuannya adalah agar data yang disimpan oleh setiap pengguna pasti sama.
e. Immutable Atau Data Tidak Dapat Diubah
Immutable merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Blockchain Technology. Segala data yang telah masuk atau terkonfirmasi tidak akan dapat diubah lagi dan akan ada didalam blockchain selamanya. Jika seseorang membuat kesalahan ketika bertransaksi mentransfer dana pada alamat yang salah, maka tidak dapat dibatalkan atau dana hilang, kecuali pemilik alamat tujuan mengembalikan dana tersebut. Sehingga dalam penggunaan blockchain perlu ketelitian dalam pengaplikasiannya.
f. Smart Contract
Menurut Firdaus (2020) Smart contract adalah metode menggunakan bitcoin untuk membentuk perjanjian dengan orang-orang melalui blockchain. Data smart contract dienkripsi pada satu buku besar bersama, sehingga keseluruhan informasi dapat terdata dan tersimpan dalam blok yang tidak mungkin hilang atau direkayasa oleh sebelah pihak. Bila ditinjau dari fungsi dan penerapannya dapat dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu basic token contract, crowd sale contract, mintable contract, refundable contract dan terminable contract. Dari kelima macam smart contract, empat bentuk pertama merupakan macam smart contract yang umum digunakan dalam jual beli cryptocurrencies, sedangkan terminable contract merupakan bentuk smart contract yang dapat digunakan untuk sistem blockchain dalam jual beli barang online dan eksekusi program blockchain dalam jasa keuangan. Smart contract tidak hanya menentukan aturan dan penalti seputar perjanjian kontrak, sama seperti kontrak tradisional, tetapi mereka juga menegakkan kewajiban tersebut secara otomatis. Smart contract memverifikasi sendiri dan mengeksekusi sendiri perjanjian yang dapat mengotomatiskan siklus hidup kontrak untuk meningkatkan kepatuhan, mengurangi risiko, dan meningkatkan efisiensi di seluruh perusahaan (Icertis, 2017)
3. Ukuran Perusahaan
Menurut Machfoedz (dalam Suwito dan Herawaty (2005) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset, penjualan, tenaga kerja dan lain-lain yang berkorelasi tinggi.r Sujoko dan Subiantoro (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang besar (yang diproksi dengan total assets) menunjukkan perusahaan lebih berkembang sehingga investor akan merespon positif dan kinerja pasar perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar yang relatif lebih besar menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya.
4. Peluang Pertumbuhan
Menurut Saputra et al. (2016) Peluang Pertumbuhan adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pertumbuhan memiliki pengaruh terhadap perubahan harga saham. Artinya bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan direspon positif oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham. Maka dari itu setiap pertumbuhan perusahaan harus dilaporkan dalam annual report perusahaan juga guna untuk menarik minat para investor untuk berinvestasi pada suatu perusahaan. Peluang pertumbuhan dapat diidentifikasi dari pendapatan perusahaan, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan maka semakin baik juga kinerja perusahaannya, dan ini tentu akan mempengaruhi peningkatan harga saham perusahaan sehingga mendapatkan respon positif dari investor.
5. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan keseluruhan biaya-biaya komersial yang dikeluarkan untuk menunjang atau mendukung kegiatan atau aktivitas perusahaan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Biaya operasional juga dapat didefinisikan sebagai biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses kegiatan operasional perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan lebih maksimal (Winarso, 2014). Biaya operasional ini dapat dilihat dari biaya administrasi dan biaya pemasaran perusahaan di laporan laba rugi. Dari informasi tersebut dapat dilihat jika suatu perusahaan memiliki biaya operasional yang tinggi, mereka cenderung akan mencari solusi untuk menurunkan biaya transaksi sehingga perusahaan tersebut akan lebih cenderung untuk mengadopsi teknologi blockchain.
6. Persepsi Risiko
Featherman dan Pavlou (2002) Persepsi resiko merupakan suatu persepsi-persepsi tentang ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan dari menggunakan produk atau layanan. Dalam penggunaan blockchain technology, informasi yang telah di input kedalam suatu blok akan terjamin keamanannya sehingga resiko yang dihasilkan pun sedikit. Sifat Immutable dan desentralisasi dalam blockchain menjadikan teknologi ini sulit untuk diretas.
2.3 Perumusan Hipotesis
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Menurut Machfoedz (dalam Suwito dan Herawaty (2005) Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil (small firm). Skala perusahaan merupakan suatu ukuran perusahaan yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan pada total aset
perusahaan. Informasi ini dapat dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Selain itu, total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besar kecilnya perusahaan karena perusahaan yang memiliki tingkat penjualan yang tinggi cenderung mengurangi laba dan besarnya total aktiva perusahaan dianggap mampu membiayai dalam penerapan blockchain technology karena dalam penerapan blockchain technology membutuhkan dana yang cukup besar dalam operasionalnya. Sehingga ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi blockchain technology.
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Pengaruh peluang pertumbuhan terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology.
Menurut Saputra et al. (2016) Peluang Pertumbuhan adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi akan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan tersebut pada masa yang akan datang. Peluang pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari penjualan perusahaan di akhir tahun. Menurut hasil penelitian dari Subangkit (2019) apabila perusahaan tahun ini lebih besar dari penjualan tahun lalu, maka peluang pertumbuhan perusahaan akan semakin besar. Perusahaan memiliki penjualan yang tinggi tiap tahunnya cenderung memiliki peluang pertumbuhan yang sehat. Perusahaan yang sehat cenderung dapat menerapkan blockchain technology dalam perusahaannya. Penelitian dari (Werner et al., 2020) juga menyatakan bahwa Smart contract berpotensi untuk meningkatkan fleksibilitas kemitraan. Ketika peluang pertumbuhan perusahaan tinggi maka ini juga akan meningkatkan fleksibilitas perusahaan.
H2 : Peluang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Pengaruh biaya operasional terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Biaya operasional merupakan unsur yang memiliki pengaruh besar dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan, karena dalam menjalankan operasional tentu diperlukan biaya. Menurut (Hansen dan Mowen, 2004) Biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi organisasi. Biaya operasional terdiri dari biaya administrasi dan biaya pemasaran. Munawir (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi biaya operasional yang dikeluarkan oleh perusahaan, maka semakin rendah laba yang diperoleh. Setiap perusahaan dituntut untuk mampu menekan biaya operasional perusahaan mereka serendah mungkin, hal ini disebabkan biaya operasional dapat dikendalikan oleh pihak manajemen perusahaan. Sehingga perusahaan yang memiliki biaya operasional yang tinggi biasanya akan menurunkan biaya transaksi nya sehingga mereka cenderung untuk mengadopsi blockchain technology. Karena penerapan blockchain technology dapat menekan biaya operasional perusahaan. H3 : Biaya operasional berpengaruh positif terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Pengaruh persepsi resiko terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
Persepsi resiko merupakan suatu persepsi-persepsi tentang ketidakpastian dan konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan dari menggunakan produk atau layanan (Featherman dan Pavlou, 2002). Penerapan blockchain technology tentunya harus dipertimbangkan dengan baik dan dipikirkan dengan matang, resiko-resiko apa saja yang mungkin akan terjadi ketika blockchain technology diterapkan oleh perusahaan.
H4 : Persepsi risiko berpengaruh positif terhadap kesiapan perusahaan sektor perbankan dalam mengadopsi Blockchain Technology
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis Ukuran Perusahaan (X1) Peluang Pertumbuhan (X2) Biaya Transaksi (X3) Persepsi Risiko (X4) Kesiapan Perusahaan Sektor Perbankan dalam
Mengadopsi Teknologi Blockchain di Indonesia