• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Hasil Kondisi Umum

Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008.

Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm. Curah hujan cukup tinggi terjadi selama masa menjelang panen hingga pascapanen. Lama penyinaran berkisar antara 7 % - 61 %, intensitas cahaya 254 kal/m2 – 356 kal/m2, kelembaban udara berkisar antara 81 % - 90 % (Tabel Lampiran 1).

Hama yang menyerang tanaman padi hibrida selama percobaan dan tingkat serangannya pada tanaman padi hibrida disajikan pada Tabel 1. Hama keong mas (Pomacea canaliculata) merupakan hama utama dengan intensitas serangan yang tinggi pada awal pertumbuhan tanaman dengan intensitas serangan mencapai skor 5, disusul hama walang sangit (Leptocoria acuta), kepinding tanah (Scotinophara vermiculata). Penyakit yang menyerang tanaman padi hibrida adalah penyakit tungro yang disebabkan oleh N. Virescens dengan intensitas serangan mencapai skor 3.

Tabel 1. Skoring intensitas serangan hama penyakit pada lahan percobaan berdasarkan jumlah populasi

Hama dan Penyakit Nilai

Keong Mas (P. canaliculata) 5

Tungro (N. virescens) 3

Kepinding tindih (S. vermiculata) 1

Walang sangit (L. acuta) 3

Pengendalian keong mas dilakukan secara manual dengan cara mengambil individu keong mas yang berada di lahan. Pengendalian walang sangit dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif deltametrin dengan konsentrasi 1 cc/l. Hama kepinding tanah tidak dikendalikan, karena intensitas serangannya relatif rendah. Intensitas penyakit tungro rendah, namun tetap dikendalikan dengan cara mencabut dan membenamkan ke dalam tanah.

(2)

Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam (Tabel 2), perlakuan periode kompetisi gulma berpengaruh nyata terhadap bobot kering biomassa gulma total, bobot kering biomassa tajuk tanaman padi hibrida, jumlah anakan produktif, dan bobot gabah kering panen (GKP) dan bobot gabah kering giling (GKG).

Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan periode kompetisi gulma

Peubah Pengamatan Hasil Uji F KK

Pertumbuhan Gulma

Biomassa Gulma Total (g/0.25m2)

 4 MST * 37.38

 6 MST * 26.39

 8 MST * 26.51

 10 MST * 28.32

 12 MST * 34.33

 15 MST * 31.01

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi

Tinggi Tanaman tn

Jumlah Daun tn

Jumlah Anakan tn

Indeks Luas Daun tn

Pertumbuhan Generatif Tanaman Padi Hibrida

Saat Heading tn

Saat 50% Populasi Berbunga tn

Saat 80% Populasi Siap Panen tn

Jumlah Anakan pada Saat Panen *

Biomassa Tajuk Padi per Rumpun * 1.64

Biomassa Tajuk Padi Ubinan * 1.02

Biomassa Tajuk Padi per Hektar * 1.02

Produksi Padi Hibrida

Jumlah Anakan Produktif *

Panjang Malai dan Jumlah Gabah per Malai tn

Bobot Gabah per Malai tn

Bobot Gabah Kering Panen Ubinan * 4.75

Bobot Gabah Kering Giling Ubinan * 4.75

Bobot Gabah Kering Panen per Hektar * 4.75

Bobot Gabah Kering Giling per Hektar * 4.75

Mutu Hasil

Persentase Gabah Isi dan Gabah Hampa tn

Bobot Gabah 1000 Butir tn

Mutu Fisik Beras tn

(3)

Pertumbuhan Gulma Analisis Vegetasi Gulma Awal dan Akhir

Hasil analisis vegetasi pada awal pengamatan gulma berdasarkan perhitungan Sum Dominancy Ratio (SDR) menunjukkan bahwa gulma yang mendominasi lahan percobaan adalah gulma spesies Eriocaulon sieboldianum sebesar 24.41%, diikuti oleh gulma spesies Fimbristylis miliacea sebesar 21.46%, Cyperus diformis sebesar 19.74%, Cyperus iria sebesar 19.19%, Paspalum distichum sebesar 9.56%, dan Sphenoclea zeylanica sebesar 5.64% (Tabel 3).

Pada akhir pengamatan gulma, gulma yang mendominasi lahan percobaan adalah gulma spesies Eriocaulon sieboldianum dengan SDR sebesar 43.5%, diikuti oleh gulma spesies Cyperus diformis sebesar 17.3%, Cyperus iria sebesar 17.0%, Gratiola japonica sebesar 9.4%, Sphenoclea zeylanica sebesar 8.0%, dan Fimbristylis miliacea sebesar 4.8% (Tabel 4).

Tabel 3. Analisis vegetasi gulma pada awal pengamatan gulma (2 MST)

No. Spesies Golongan SDR (%)

1. Eriocaulon sieboldianum Teki 24.41

2. Fimbristylis miliacea Teki 21.46

3. Cyperus difformis Teki 19.74

4. Cyperus iria Teki 19.19

5. Paspalum distichum Rumput 9.56

6. Sphenoclea zeylanica Daun lebar 5.64

7. Gratiola japonica Daun lebar 0.00

Total 100.00

Tabel 4. Analisis vegetasi gulma pada akhir pengamatan gulma (12 MST)

No. Spesies Golongan SDR (%)

1. Eriocaulon sieboldianum Teki 43.5

2. Cyperus difformis Teki 17.3

3. Cyperus iria Teki 17.0

4. Gratiola japonica Daun lebar 9.4

5. Sphenoclea zeylanica Daun lebar 8.0

6. Fimbristylis miliacea Teki 4.8

7. Paspalum distichum Rumput 0.0

Total 100.00

(4)

Fimbristylis miliacea Paspalum distichum

Eriocaulon sieboldianum Sphenoclea zeylanica Gratiola japonica

Cyperus difformis Cyperus iria

Gambar 1. Spesies gulma dominan pada pertanaman padi sawah di lahan percobaan

(5)

Bobot Kering Gulma Total

Perlakuan periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap bobot kering gulma total (Tabel Lampiran 3). Rata-rata bobot kering gulma selama 15 minggu ditunjukkan dengan urutan terbanyak pertama oleh petak perlakuan Bersih Gulma 0-2 MST yaitu 152 g/0.25 m2, urutan terbanyak kedua oleh petak perlakuan Bergulma 0-Panen 126 g/0.25 m2, dan urutan terbanyak ketiga 105 g/0.25m2 pada petak perlakuan Bersih Gulma 0-4 MST (Gambar 2).

Gambar 2. Bobot kering gulma total pada saat 2 MST – 15 MST (Panen)

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Hibrida Tinggi Tanaman

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman padi hibrida mulai pengamatan 2 MST hingga pengamatan 7 MST (Tabel Lampiran 4). Tinggi tanaman padi hibrida rata- rata bertambah 10 cm setiap minggunya. Pada pengamatan 7 MST, tinggi tanaman padi hibrida berkisar antara 83.43 cm – 90.50 cm (Gambar 3).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

2 4 6 8 10 12 15

Bobot Kering Gulma (g/0.25m2)

Minggu Setelah Tanam

G 0-2 mst G 0-4 mst G 0-6 mst G 0-8 mst G 0-10 mst

G 0-12 mst G 0-panen BG 0-2 mst BG 0-4 mst BG 0-6 mst BG 0-8 mst BG 0-10 mst BG 0-12 mst BG 0-panen

(6)

Gambar 3. Rata-rata tinggi tanaman padi hibrida pada berbagai perlakuan periode kompetisi

Jumlah Daun

Periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi hibrida mulai pengamatan 2 MST – 7 MST (Tabel Lampiran 5).

Pertumbuhan jumlah daun meningkat mulai 2 MST hingga 7 MST. Jumlah daun pada 7 MST berkisar antara 50.0 daun hingga 85.3 daun per rumpun (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata jumlah daun per rumpun tanaman padi hibrida pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Jumlah Daun per Rumpun

2 MST 3 MST 4 MST 5MST 6 MST 7 MST

G 0-2 MST 5.3 9.0 18.3 43.0 58.6 55.1

G 0-4 MST 4.3 13.2 26.6 51.6 62.8 64.3

G 0-6 MST 5.0 9.3 19.2 41.9 53.4 62.4

G 0-8 MST 3.7 9.7 21.4 49.8 51.3 69.8

G 0-10 MST 4.6 11.4 25.4 50.5 53.1 58.7

G 0-12 MST 4.1 9.5 19.8 50.6 56.7 50.0

G 0-Panen 4.7 12.7 29.2 65.7 67.9 85.3

BG 0-2 MST 4.7 9.2 19.9 46.3 61.9 67.3

BG 0-4 MST 5.5 11.0 22.0 52.4 69.2 68.5

BG 0-6 MST 4.1 8.3 16.9 40.7 60.8 53.8

BG 0-8 MST 5.5 9.8 21.4 46.2 57.2 60.1

BG 0-10 MST 4.5 10.8 21.9 48.2 48.6 38.5

BG 0-12 MST 4.7 9.7 23.8 55.7 62.8 75.9

BG 0-Panen 4.1 10.3 22.6 54.3 63.6 76.2

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0

2 3 4 5 6 7

Tinggi (cm)

Minggu Setelah Tanam

G 0-2 mst G 0-4 mst G 0-6 mst G 0-8 mst

G 0-10 mst G 0-12 mst G 0-panen BG 0-2 mst

BG 0-4 mst BG 0-6 mst BG 0-8 mst BG 0-10 mst

(7)

Jumlah Anakan

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan pada saat pengamatan 2 MST – 7 MST (Tabel Lampiran 6). Pertumbuhan anakan terlihat lambat pada saat 2 MST hingga 4 MST. Fase pembentukan anakan cepat terjadi antara 4 MST – 6 MST, dan jumlah anakan maksimum dicapai pada saat 7 MST. Jumlah anakan maksimum berkisar antara 16.8 anakan – 21.8 anakan per rumpun (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata jumlah anakan padi hibrida per rumpun pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Jumlah Anakan per Rumpun

2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST

G 0-2 MST 1.8 3.2 6.4 14.6 17.8 17.1

G 0-4 MST 1.6 5.3 9.4 19.3 19.0 19.7

G 0-6 MST 1.6 3.7 7.0 14.1 17.7 18.4

G 0-8 MST 1.3 3.8 7.3 18.0 17.5 19.6

G 0-10 MST 1.6 4.7 8.7 17.3 16.7 20.4

G 0-12 MST 1.2 3.7 7.3 15.5 18.3 17.9

G 0-Panen 1.7 5.3 9.9 24.9 22.3 20.9

BG 0-2 MST 1.7 3.7 7.1 17.8 19.5 18.4

BG 0-4 MST 1.9 4.2 7.8 18.5 20.8 18.5

BG 0-6 MST 1.7 3.1 6.1 14.4 21.8 16.8

BG 0-8 MST 1.9 3.5 7.4 18.7 18.8 17.9

BG 0-10 MST 1.7 3.6 8.3 15.6 15.9 17.9

BG 0-12 MST 1.4 3.9 8.3 19.3 13.7 21.8

BG 0-Panen 1.6 3.9 7.8 18.8 19.8 20.6

Indeks Luas Daun

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap Indeks Luas Daun (ILD) (Tabel Lampiran 7). Hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata ILD dari seluruh perlakuan periode kompetisi gulma berkisar antara 1.3 sampai dengan 1.9. Namun demikian, terdapat kecenderungan bahwa semakin lama lahan bergulma maka ILD semakin menurun dan semakin lama lahan bersih gulma maka ILD cenderung semakin meningkat (Tabel 7).

(8)

Tabel 7. Rata-rata indeks luas daun tanaman padi hibrida pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Indeks Luas Daun

G 0-2 MST 1.9

G 0-4 MST 1.7

G 0-6 MST 1.5

G 0-8 MST 1.7

G 0-10 MST 1.5

G 0-12 MST 1.3

G 0-Panen 1.3

BG 0-2 MST 1.4

BG 0-4 MST 1.4

BG 0-6 MST 1.9

BG 0-8 MST 1.9

BG 0-10 MST 1.6

BG 0-12 MST 1.6

BG 0-Panen 1.6

Pertumbuhan Generatif Tanaman Padi Hibrida

Saat Heading, 50% Populasi Berbunga, dan 80% Populasi Siap Panen

Periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap saat heading.

Periode kompetisi gulma juga tidak berpengaruh terhadap saat 50% populasi berbunga dan saat 80% populasi siap panen (Tabel Lampiran 8).

Tabel 8. Saat heading, 50% populasi berbunga, dan 80% populasi siap panen pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma Perlakuan Saat Heading 50% Berbunga 80% Siap Panen

--- HST ---

G 0-2 MST 87 97.7 119

G 0-4 MST 87 97.7 119

G 0-6 MST 87 97.7 119

G 0-8 MST 87 97.7 119

G 0-10 MST 87 100.0 119

G 0-12 MST 87 100.0 119

G 0-Panen 87 100.0 119

BG 0-2 MST 87 97.7 119

BG 0-4 MST 87 97.7 119

BG 0-6 MST 87 97.7 119

BG 0-8 MST 87 97.7 119

BG 0-10 MST 87 97.7 119

BG 0-12 MST 87 100.0 119

BG 0-Panen 87 100.0 119

(9)

Saat heading dari semua perlakuan periode kompetisi gulma terjadi pada saat 87 Hari Setelah Semai (HSS). Saat 50% populasi berbunga terjadi antara 97 HSS – 100 HSS. Waktu 80% populasi siap panen rata-rata terjadi pada saat 119 HSS (Tabel 8).

Jumlah Anakan pada Saat Panen

Periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap jumlah anakan produktif dan jumlah anakan total per rumpun (Tabel Lampiran 9). Pada periode bergulma, perlakuan bergulma (G) 0-2 menghasilkan jumlah anakan produktif tertinggi yakni sebanyak 14.4 anakan per rumpun dan menghasilkan jumlah anakan total tertinggi yakni 14.5 anakan per rumpun, sedangkan jumlah anakan produktif dan jumlah anakan total terendah dihasilkan oleh perlakuan G 0-panen, yakni sebanyak 7.4 anakan dan 7.6 anakan per rumpun. Pada periode bersih gulma (BG), perlakuan BG 0-panen menghasilkan jumlah anakan produktif tertinggi dan jumlah anakan total tertinggi, yakni sebanyak 22.9 anakan per rumpun, sedangkan perlakuan BG 0-4 MST menghasilkan jumlah anakan produktif terendah yakni 10.5 anakan dan jumlah anakan total terendah, yakni sebanyak 10.6 anakan per rumpun (Tabel 9).

Tabel 9. Pengaruh periode kompetisi gulma terhadap jumlah anakan produktif per rumpun pada saat panen

Perlakuan Jumlah Anakan per Rumpun pada Saat Panen Produktif Tidak Produktif Total

G 0-2 MST 14.4bcd 0.1a 14.5bcd

G 0-4 MST 11.7cde 0.6a 12.2cde

G 0-6 MST 10.8cdef 0.5a 11.3cdef

G 0-8 MST 11.6cde 0.0a 11.6cde

G 0-10 MST 10.0ef 0.5a 10.5ef

G 0-12 MST 9.6ef 0.1a 9.8ef

G 0-Panen 7.4f 0.2a 7.6f

BG 0-2 MST 11.8cde 0.3a 12.1cde

BG 0-4 MST 10.5def 0.3a 10.6def

BG 0-6 MST 11.4cdef 0.2a 11.6cdef

BG 0-8 MST 13.0cde 0.2a 13.3cde

BG 0-10 MST 14.8bc 0.5a 15.3bc

BG 0-12 MST 17.2b 0.2a 17.4b

BG 0-Panen 22.9a 0.0a 22.9a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5%.

(10)

Jumlah anakan tidak produktif pada saat panen dari semua perlakuan rata- rata kurang dari 1 anakan per rumpun. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua anakan pada saat panen menjadi anakan produktif (Tabel 9).

Biomassa Tajuk Padi Hibrida

Biomassa padi hibrida mencerminkan efisiensi penangkapan energi matahari dan penimbunan fotosintat selama pertumbuhan tanaman. Ketersediaan sarana tumbuh sangat berpengaruh terhadap tingkat akumulasi fotosintat.

Periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap biomassa tajuk padi hibrida (Tabel Lampiran 10). Pada umur tersebut biomassa padi hibrida tertinggi dicapai pada perlakuan bersih gulma 0-15 MST (Panen) dan terendah pada perlakuan bergulma 0-15 MST (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama periode gulma berada di areal pertanaman padi hibrida maka pertumbuhan padi hibrida akan semakin terhambat karena terjadinya kompetisi antara tanaman padi hibrida dan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh (Radosevich et al., 2007)

Tabel 10. Rata-rata biomassa tajuk padi hibrida pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Biomassa Tajuk Padi Hibrida

Per rumpun

(g/tanaman) Per ubinan

(g/m2) Dugaan (ton/ha)

G 0-2 MST 48.29b 503.25bc 0.50bc

G 0-4 MST 46.17c 488.62d 0.49d

G 0-6 MST 43.86d 458.92e 0.46e

G 0-8 MST 43.59d 459.41e 0.46e

G 0-10 MST 42.16ef 443.02f 0.44f

G 0-12 MST 41.04f 424.84g 0.42g

G 0-Panen 38.98g 413.99h 0.41h

BG 0-2 MST 41.79f 438.82f 0.44f

BG 0-4 MST 43.31de 459.96e 0.46e

BG 0-6 MST 45.61c 485.55d 0.49d

BG 0-8 MST 46.36c 492.49d 0.49d

BG 0-10 MST 48.00b 502.16c 0.50c

BG 0-12 MST 48.19b 511.31b 0.51b

BG 0-Panen 49.84a 520.41a 0.52a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5%.

(11)

Produksi Tanaman Padi Hibrida Panjang Malai dan Jumlah Gabah per Malai

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap panjang malai dan jumlah gabah per malai, baik jumlah gabah isi, gabah hampa, maupun gabah total (Tabel Lampiran 11).

Panjang malai padi hibrida rata-rata dari semua perlakuan berkisar antara 20.60 cm hingga 21.69 cm. Jumlah gabah isi per malai rata-rata dari semua perlakuan berkisar antara 75.9 butir hingga 93.6 butir. Jumlah gabah hampa per malai rata- rata dari semua perlakuan berkisar antara 49.8 butir hingga 64.4 butir. Jumlah gabah total per malai rata-rata dari semua perlakuan berkisar antara 125.8 butir hingga 154.6 butir (Tabel 11).

Tabel 11. Panjang malai dan jumlah gabah per malai padi hibrida pada berbagai periode kompetisi gulma

Perlakuan Panjang Malai Jumlah Gabah per Malai

Isi Hampa Total

G 0-2 MST 20.96 80.5 59.5 140.0

G 0-4 MST 20.98 80.7 61.2 141.8

G 0-6 MST 21.69 91.8 55.9 147.7

G 0-8 MST 21.18 82.9 55.8 138.7

G 0-10 MST 21.51 93.6 61.0 154.6

G 0-12 MST 20.98 83.7 49.8 133.4

G 0-Pannen 21.64 85.4 56.0 141.4

BG 0-2 MST 21.09 77.1 55.1 132.1

BG 0-4 MST 21.55 86.2 64.4 150.6

BG 0-6 MST 20.85 75.9 49.9 125.8

BG 0-8 MST 20.98 90.2 54.9 145.1

BG 0-10 MST 20.60 85.7 63.9 149.6

BG 0-12 MST 21.25 78.0 54.0 132.0

BG 0-Panen 20.72 80.0 57.0 137.0

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Hasil panen tertinggi didapatkan pada perlakuan bersih gulma 0-12 MST karena sarana tumbuh tercukupi sehingga fotosintesis dapat berlangsung dengan baik. Pada saat tersebut fase pertumbuhan vegetatif padi hibrida, pembungaan, pembentukan bulir padi dan pengisian biji tidak terganggu oleh kompetisi gulma, sehingga penyimpanan asimilat oleh biji menjadi maksimal.

(12)

Bobot Gabah per Malai

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode bergulma dan bersih gulma tidak berpengaruh terhadap bobot gabah total per malai, bobot gabah isi per malai, dan bobot gabah hampa per malai (Tabel Lampiran 12).

Perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap bobot gabah total per malai, bobot gabah isi per malai, dan bobot gabah hampa per malai. Bobot gabah total per malai dari semua periode berkisar antara 131.96 butir - 154.62 butir, jumlah gabah isi berkisar antara 75.91 butir - 93.63 butir, dan jumlah gabah hampa berkisar antara 49.77 butir - 64.36 butir (Tabel 12).

Tabel 12. Rata-rata bobot gabah per malai dari berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Bobot Gabah per Malai

Total Isi Hampa

---gram---

G 0-2 MST 3.19 2.04 1.15

G 0-4 MST 3.59 2.29 1.29

G 0-6 MST 3.79 2.49 1.29

G 0-8 MST 2.49 1.72 0.77

G 0-10 MST 2.54 1.70 0.84

G 0-12 MST 3.28 2.14 1.15

G 0-Panen 3.83 2.54 1.29

BG 0-2 MST 3.71 2.50 1.19

BG 0-4 MST 4.22 2.83 1.39

BG 0-6 MST 3.46 2.29 1.17

BG 0-8 MST 2.97 2.03 0.94

BG 0-10 MST 3.06 2.02 1.03

BG 0-12 MST 3.51 2.31 1.20

BG 0-Panen 2.85 1.93 0.93

Bobot Gabah Isi per Rumpun

Perlakuan periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap bobot gabah per rumpun (Tabel Lampiran 13). Bobot gabah isi per rumpun semakin menurun dengan semakin lamanya periode bergulma berlangsung (Tabel 13). Hal ini disebabkan oleh hasil fotosintesis yang ditranslokasikan untuk pembentukan dan pengisian bulir berkurang. Hasil fotosintesis yang berkurang ini diakibatkan oleh laju fotosintesis tanaman menurun akibat terjadinya persaingan dengan gulma dalam memperoleh sarana tumbuh (Yang, et al., 2002).

(13)

Tabel 13. Bobot gabah per rumpun pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Bobot Gabah per Rumpun

G 0-2 MST 41.30a (g)

G 0-4 MST 34.31c

G 0-6 MST 33.23cd

G 0-8 MST 29.70de

G 0-10 MST 28.05ef

G 0-12 MST 25.78ef

G 0-Panen 21.15g

BG 0-2 MST 24.73fg

BG 0-4 MST 24.37fg

BG 0-6 MST 29.78de

BG 0-8 MST 32.79cd

BG 0-10 MST 35.89bc

BG 0-12 MST 38.89ab

BG 0-Panen 41.480a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5%.

Bobot Gabah Kering Panen (GKP) dan Bobot Gabah Kering Giling (GKG) Hasil percobaan menunjukan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma berpengaruh terhadap bobot gabah kering panen (GKP) ubinan dan bobot gabah ubinan kering giling (GKG) (Tabel Lampiran 14).

Tabel 14. Bobot gabah kering panen dan bobot gabah kering giling pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Bobot Gabah Dugaan Hasil

Basah Kering GKP GKG

---(kg/m2)--- ---(ton/Ha)---

G 0-2 MST 0.85bc 0.72bc 8.5bc 7.2bc

G 0-4 MST 0.75d 0.65d 7.5d 6.3d

G 0-6 MST 0.64e 0.55e 6.4e 5.5e

G 0-8 MST 0.56f 0.49f 5.8f 4.9f

G 0-10 MST 0.54fg 0.46fg 5.4fg 4.6fg

G 0-12 MST 0.54fg 0.46fg 5.4fg 4.6fg

G 0-Panen 0.49g 0.42g 4.9g 4.2g

BG 0-2 MST 0.66e 0.56e 6.6e 5.6e

BG 0-4 MST 0.79cd 0.65d 7.9cd 6.7cd

BG 0-6 MST 0.85bc 0.72bc 8.5bc 7.2bc

BG 0-8 MST 0.87b 0.74b 8.6b 7.4bc

BG 0-10 MST 0.87b 0.74b 8.7b 7.4b

BG 0-12 MST 0.85bc 0.72bc 8.5bc 7.2bc

BG 0-Panen 0.94a 0.80a 9.4a 8.0a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji taraf DMRT 5%.

(14)

Mutu Hasil Panen Persentase Gabah Isi dan Gabah Hampa

Bobot 1000 butir biji padi hibrida dan bobot kering 1000 butir biji padi hibrida tidak dipengaruhi oleh perlakuan periode kompetisi gulma (Tabel Lampiran 15). Hal ini disebabkan karena padi hibrida mampu mendapatkan cahaya secara optimal sehingga proses fotosintesis dan pengisian asimilat ke bulir padi tidak terganggu. Persentase gabah isi berkisar antara 81.43% - 90.96%, sedangkan persentase gabah hampa berkisar antara 9.04% - 21.96% (Tabel 15).

Tabel 15. Rata-rata persentase jumlah gabah isi dan gabah hampa per malai pada berbagai periode kompetisi gulma

Perlakuan Persentase Jumlah Gabah Isi

per Malai (%) Persentase Jumlah Gabah Hampa per Malai (%)

G 0-2 MST 81.43 18.57

G 0-4 MST 86.13 13.87

G 0-6 MST 90.96 9.04

G 0-8 MST 82.98 17.02

G 0-10 MST 87.94 12.06

G 0-12 MST 84.26 15.74

G 0-Panen 86.53 13.47

BG 0-2 MST 83.09 16.91

BG 0-4 MST 78.04 21.96

BG 0-6 MST 78.86 21.14

BG 0-8 MST 88.77 11.23

BG 0-10 MST 83.52 16.48

BG 0-12 MST 84.91 15.09

BG 0-Panen 85.41 14.59

Bobot Gabah 1000 Butir

Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap bobot gabah 1000 butir (Tabel Lampiran 16). Bobot gabah 1000 butir dari seluruh perlakuan periode kompetisi berkisar antara 23.57 g sampai dengan 24.36 g (Tabel 16). Hasil ini menunjukkan bahwa periode bebas gulma yang semaik lama tidak meningkatkan bobot gabah 1000 butir, demikian juga periode bergulma yang semakin lama juga tidak menurunkan bobot gabah 1000 butir.

(15)

Tabel 16. Bobot gabah 1000 butir pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Bobot Gabah 1000 Butir (g)

G 0-2 MST 24.27

G 0-4 MST 23.81

G 0-6 MST 23.92

G 0-8 MST 24.36

G 0-10 MST 24.30

G 0-12 MST 24.07

G 0-Panen 24.05

BG 0-2 MST 24.18

BG 0-4 MST 24.30

BG 0-6 MST 23.57

BG 0-8 MST 24.38

BG 0-10 MST 24.25

BG 0-12 MST 23.83

BG 0-Panen 23.78

Mutu Fisik Beras

Hasil penelitian menunjukkan bahwa periode kompetisi gulma tidak berpengaruh terhadap mutu fisik beras. Periode kompetisi gulma menghasilkan rendemen beras giling, beras kepala, beras pecah, menir, dan butir kapur yang tidak berbeda (Tabel Lampiran 17).

Tabel 17. Mutu fisik beras pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Perlakuan Rendeman

Beras Giling Beras

Kepala Beras Pecah Menir Butir Kapur ---%---

G 0-2 MST 78.80 46.61 51.23 2.17 1.42

G 0-4 MST 78.59 62.11 36.85 1.04 1.53

G 0-6 MST 79.05 49.12 49.21 1.68 1.70

G 0-8 MST 78.83 54.03 44.60 1.37 1.63

G 0-10 MST 79.29 62.14 36.86 1.00 1.35

G 0-12 MST 78.28 44.01 53.89 2.10 1.69

G 0-Panen 78.49 42.53 55.18 2.29 1.28

BG 0-2 MST 76.51 51.19 47.08 1.73 1.71

BG 0-4 MST 78.35 41.56 56.34 2.10 1.48

BG 0-6 MST 75.84 48.89 49.33 1.79 5.07

BG 0-8 MST 78.10 48.53 49.74 1.73 5.97

BG 0-10 MST 79.12 51.50 46.97 1.74 1.87

BG 0-12 MST 79.11 41.29 56.34 2.37 1.10

BG 0-Panen 79.17 55.78 42.57 1.67 1.76

(16)

Persentase rendemen beras giling berkisar antara 75.84 % - 79.29 %, persentase beras kepala berkisar 41.29 % - 62.14 %, persentase beras pecah berkisar antara 36.85% - 56.34%, persentase menir berkisar antara 1 % - 2.37%, dan persentase butir kapur berkisar antara 1.28% - 5.97% (Tabel 17).

Pembahasan Periode Kritis

Pertumbuhan tanaman padi hibrida secara umum dipengaruhi oleh kompetisi gulma dimana indikator besar kecilnya hasil padi hibrida ditunjukkan oleh jumlah anakan pada saat panen, biomassa tajuk padi hibrida, dan bobot gabah padi hibrida yang dihasilkan.

Berdasarkan bobot kering biomassa tajuk tanaman padi hibrida terlihat bahwa periode kompetisi gulma secara berkala mempengaruhi bobot kering biomassa tajuk. Bobot kering tajuk tanaman padi berhubungan dengan produksi gabah yang dihasilkan. Berdasarkan Gambar 4, semakin cepat gulma dikendalikan (2 MST) maka bobot kering tajuk tanaman padi hibrida semakin meningkat jika dibandingkan dengan jika gulma terlambat dikendalikan (6 MST). Berdasarkan Gambar 4, periode kritis terjadi antara 2 MST hingga 6 MST. Pada periode tersebut gulma di pertanaman padi hibrida harus dikendalikan agar tanaman padi tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang baik pula.

Gambar 4. Rata-rata bobot kering biomassa tajuk padi hibrida saat panen 0

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Bobot Kering Biomassa Padi Hibrida (ton/ha)

Minggu Setelah Tanam

G BG

(17)

Berdasarkan nilai dari rata-rata biomassa padi hibrida selama masa bergulma, diperoleh tingkat bobot tertinggi brangkasan di antara minggu kedelapan dan kesepuluh. Hal ini bersamaan dengan masa pematangan dan pemasakan bulir-bulir padi, yang akan membawa pengaruh nyata terhadap besarnya produksi panen.

Perlakuan periode kompetisi bersih gulma 0-6 MST mampu meningkatkan besarnya produksi padi hibrida sebesar 28.57% yaitu sebanyak 1.6 ton/ha bila dibandingkan dengan perlakuan periode kompetisi bersih gulma 0-2 MST. Namun pada perlakuan periode bersih gulma 0-8 MST hanya mampu meningkatkan produksi padi hibrida sebesar 2.7% yaitu sebanyak 0.2 ton/ha bila dibandingkan dengan perlakuan periode kompetisi bersih gulma 0-6 MST. Dengan hasil ini saat minggu awal tanam sampai minggu ke-6 adalah waktu dimana pentingnya penyiangan gulma, setelah dari masa tanam 6 minggu tidak diperlukan lagi penyiangan karena tidak akan memperoleh hasil yang tinggi seperti periode kontrol yaitu BG 0-panen.

Gambar 5. Dugaan produksi per hektar pada berbagai perlakuan periode kompetisi gulma

Dari perlakuan periode bersih gulma diketahui bahwa padi hibrida pada semua periode membutuhkan penyiangan selama 4 MST agar dominansi tanaman tercapai sehingga kehilangan hasil panen tidak nyata, tetapi jika dilihat dari perlakuan periode bergulma selama 2 minggu sejak tanam gulma belum menurunkan hasil secara nyata jika dibandingkan dengan perlakuan bersih gulma

0 1 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5

0 2 4 6 8 10 12 14 16

(ton/ha)

Minggu Setelah Tanam

G BG

(18)

0-12 MST. Dengan demikian dapat diduga periode kritis padi hibrida terhadap kompetisi gulma terjadi pada umur 2-4 MST (Gambar 5). Menurut Kasasian dan Seeyave dalam Zimdahl (1980) periode kritis tanaman terjadi pada saat 25%

sampai 33% pertama dari siklus hidup tanaman.

Penurunan produksi terjadi ketika masa bergulma saat periode Gulma 0-3 MST diduga saat itu terjadi persaingan unsur hara dan ruang lingkup antara tanaman padi hibrida dengan gulma. Adapun gulma yang menjadi dominan selama awal pertumbuhan vegetatif ialah Eriocaulon sielboldianum dengan bobot kering terbanyak selama minggu pertama dan ketiga.

Penurunan produksi dapat dihindari melalui penyiangan gulma yang dimulai saat awal tanam sampai 4 minggu setelah tanam. Dengan harapan hasil produksi yang diperoleh sebanyak dengan kontrol. Persaingan ini terjadi karena adanya interaksi antara tanaman padi hibrida dengan gulma yang hadir di lahan tersebut. Adanya persaingan cahaya, unsur hara, dan air. Dengan penyiangan secara berkala didapatkan sebuah dugaan yaitu penurunan terjadi karena gulma yang dibiarkan semakin banyak jumlahnya.d

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi hasil sidik ragam perlakuan periode kompetisi gulma
Tabel 3. Analisis vegetasi gulma pada awal  pengamatan gulma (2 MST)
Gambar 1. Spesies gulma dominan pada pertanaman padi sawah di lahan  percobaan
Gambar 2. Bobot kering gulma total pada saat 2 MST – 15  MST (Panen)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu pembaruan hukum Islam di Indonesia dilakukan oleh hakim peradilan Agama, dalam penelitian ini Mahkamah Agung melakukan pembaruan hukum Islam dalam hal

Kondisi ini mendorong calon peneliti tertarik untuk melihat ketahanan pangan pada kelompok masyarakat dengan mata pencaharian sebagai pedagang sayur eceran, dengan melihat

Berdasarkan Pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah unit Usaha Kecil Menengah yang ada di Pangkalpinang tahun 2011 sebanyak 563 unit di mana

Oleh sebab itu peneliti menggunakan wawancara terstruktur yaitu dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data

Mereka juga tidak memiliki kitab suci yang dijadikan pedoman seperti agama tradisional, pedoman mereka adalah nilai-nilai dari simbol dan ritual mereka. Ritual mereka juga

Kehadiran A.W yang kini telah pulih telah kembali berkumpul dengan Ibu dan kedua adik kandungnya dalam keluarga diterima oleh semua anggota keluarga dengan saling

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala

Tujuan penggunaan regresi linear berganda pada penelitian ini untuk melihat pengaruh variabel independen (Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak