• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Landasan Teori

1. Pengertian Biaya

“Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,

yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Widilestariningtyas

(2012:10).

Ada 4 unsur pokok dalam definisi biaya tersebut diatas:

a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi b. Diukur dalam satuan uang

c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Widilestariningtyas(2012:10)

Biaya adalah kos barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang digunakan untuk memperoleh pendapatan. Biaya akan dikurangkan dari pendapatan untuk menentukan laba atau rugi pada suatu periode sehingga biaya akan dicantumkan dalam laporan laba rugi. Pendapatan adalah nilai barang yang dijual atau jasa yang telah diberikan. Siregar, et.al (2013:23).

Bahwa dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya:

biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk kos produksi, yang digunakan untuk menghitung kos produk jadi dan kos produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada kos produksi untuk menghitung total kos produk. Mulyadi (2015:16).

(2)

2. Pengertian Akuntansi Biaya

“Akuntansi biaya didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian, pendefinisian, pengukuran, pelaporan, dan analisis berbagai unsur biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan memasarkan produk”.

Riwayadi (2014:25).

Akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan barang jadi (produk) atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu serta menafsirkan hasilnya. Apabila ditinjau dari fungsinya, akuntansi biaya dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menghasilkan informasi biaya yang dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan manajemen. Dewi (2015:1).

Proses pencatatan penggolongan, peringkasan dan penyajian serta penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan. Dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi dapat merupakan bagian dari akuntansi keuangan. Mulyadi (2015:7).

Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya di keluarkan untuk memproduksi satu satuan produk.

Akuntansi biaya kemudian melakukan analisis terhadap penyimpangan biaya sesungguhnya dengan biaya yang seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab terjadinya selisih tersebut. Dari analisis biaya penyimpangan dan penyebabnya tersebut manejemen akan dapat mempertimbangkan tindakan koreksi, jika hal itu perlu dilakukan. Dengan demikian akuntansi biaya untuk tujuan pengendalian biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen, lihat sistem biaya standar, baik dengan full costing maupun variable costing. Mulyadi (2015:7).

Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi masa yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan

(3)

datang (future costs). Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu proses peramalan. Karena keputusan khusus merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen. Untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam pengambilan keputusan, akuntansi biaya mengembangkan berbagai konsep informasi biaya untuk pengambilan keputusan seperti: biaya kesempatan (opportunity cost), biaya hipotesis (hypothetical cost), biaya tambahan (incremental cost), biaya terhindarkan (avoidable cost), dan pendapatan yang hilang (forgone revenues). Mulyadi (2015:8).

Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya- biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi yang lalu atau biaya historis.

Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok : a. Penentuan harga pokok produk

b. Pengendalian biaya

c. Pengambil keputusan khusus. Widilestariningtyas (2012:10).

2. Penggolongan Biaya

Mulyadi menyatakan bahwa biaya dapat digolongkan menurut fungsinya:

a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran

“Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran

merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar”.

Mulyadi (2015:13).

b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi umum.

(4)

Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:

1) Biaya produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan perlengkapan, biaya bahan baku, maupun biaya bahan penolong yang berhubungan dengan proses produksi.

2) Biaya pemasaran

Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi; biaya angkutan.

3) Biaya administrasi dan umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya photocopy. Widilestariningtyas (2012:12-15).

c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:

1) Biaya langsung (direct cost).

2) Biaya tidak langsung (indirect cost).

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs). Dalam hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Mulyadi (2015:12-15).

(5)

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktvitas.

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi:

1) Biaya variabel 2) Semivariabel 3) Biaya semifixed 4) Biaya tetap

Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variable.

Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. Mulyadi (2015:15-16).

e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua: pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan

1) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Periode akuntansi yang menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian modal tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi.

2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Widilestariningtyas (2012:14- 15).

4. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produk

Harga pokok dapat dikelompokkan menjadi 2 metode, yaitu metode harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses.

(6)

a. Metode Harga Pokok Pesanan

Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk di mana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya.

Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari langganan/pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan. Supriyono (2011:36)

Metode pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan yang digunakan dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya secara individual.

2) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

3) Biaya produksi langsung terdiri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Mulyadi (2012:38).

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

(7)

1) Menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan.

Penentuaan harga jual yang dibebankan kepada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

Tabel 2

Formula Untuk Menentukan Harga Jual Yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan

Taksiran biaya produksi untuk pemesan Rp xx

Taksiran biaya nonproduksi yang dibebankan kepada pemesan xx +

Taksiran total biaya pesanan Rp xx

Laba yang dinginkan xx

+ taksiran harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx Sumber: Mulyadi (2015:39)

Dari formula tersebut terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan yang diinginkan oleh pemesan dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan. Untuk melihat biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu perlu dihitung unsur- unsur biaya berikut ini:

Tabel 3

Unsur-Unsur Biaya Produksi Untuk Menghitung Pesanan

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx

Taksiran biaya tenaga kerja langsung xxx

Taksiran biaya overhead pabrik xxx +

Taksiran biaya produksi xxx

Sumber: Mulyadi (2015:40)

(8)

2) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan.

Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk dipasar, sehingga keputusan yang dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Total harga pokok pesanan dihitung dengan unsur biaya berikut ini:

Tabel 4

Total Harga Pokok Pesanan Dihitung Biaya produksi pesanan :

Taksiran biaya bahan baku Rp xx Taksiran biaya tenaga kerja xx Taksiran biaya overhead pabrik xx +

Taksiran total biaya produksi Rp xx Biaya nonproduksi :

Taksiran biaya adminitrasi & umum Rp xx Taksiran biaya pemasaran xx +

Taksiran biaya nonproduksi xx +

taksiran total harga pokok pesanan Rp xx Sumber: Mulyadi (2015:40)

3) Memantau realisasi biaya produksi.

Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manejemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan didalam memenuhi pesanan tertentu diterima untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan tertentu menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.

Pengumpulan biaya produksi per pesanan tersebut dilakukan dengan metode harga pokok pesanan, perhitungan biaya

(9)

produksi sesungguhnya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dilakukan dengan formula berikut ini:

Tabel 5

Perhitungan Biaya Produksi Sesungguhnya Yang Dikeluarkan Untuk Pesanan

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx Biaya tenaga kerja sesungguhnya xx Taksiran biaya overhead pabrik xx *+

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xx Sumber: Mulyadi (2015:41)

Pesanan dibebani dengan biaya overhead pabrik menurut tarif yang ditentukan di muka (taksiran) karena harga pokok pesanan harus dihitung pada saat pesanan selesai, padahal tidak semua biaya overhead pabrik dapat dihitung pada saat itu.

4) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan.

Informasi laba atau rugi setiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunakan oleh manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan.

Laba atau rugi bruto tiap pesanan dihitung sebagai berikut:

(10)

Tabel 6

Laba Atau Rugi Bruto Tiap Pesanan

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan Rp xx Biaya produksi pesanan tertentu :

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xx Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya xx

Taksiran biaya overhead pabrik xx +

Total biaya produksi pesanan xx-

Laba bruto Rp xx

Sumber: Mulyadi (2015:41)

5) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Untuk tujuan tersebut, manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap pesanan.

Berdasarkan catatan biaya produksi tiap pesanan tersebut manajemen dapat menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan yang telah selesai di produksi, namun pada tanggal neraca belum diserahkan kepada pemesan. Disamping itu, berdasarkan catatan tersebut, manajeman dapat pula menentukan biaya produksi yang melekat pada pesanan pada tanggal neraca masih dalam proses pengerjaan. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai pada tanggal neraca disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses. Mulyadi (2015: 41-42).

b. Metode Harga Pokok Proses

Metode harga pokok proses adalah pengumpulan biaya produksi yang digunakan pada saat perusahaan yang menghasilkan produk secara masa.

Karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok proses menurut Mulyadi adalah sebagai berikut:

(11)

1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar 2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama

3) Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk satndar untuk jangka waktu tertentu. (Mulyadi, 2015 :63-67).

c. Menurut Mulyadi perbedaan karakteristik metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan

Untuk memahami karakterisik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan. Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada:

a) Pengumpulan biaya produksi. Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumulkan biaya produksi per departmen produksi per periode akuntansi

b) Perhitungan harga pokok produksi persatuan. Metode harga pokok proses pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang akan dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.

Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan)

c) Penggolongan biaya produksi. Didalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya langsung dan biaya tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk. Karena harga pokok produk dihitung setiap akhir bulan,

(12)

maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.

d) Unsur yang digolongkan dalam biaya overhead pabrik. Didalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

Didalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu. Mulyadi (2015:64-65).

d. Pengendalian biaya

Pengendalian merupakan usaha manajemen untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara pelaksana dengan rencana. Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan program atau anggaran yang disusun, maka manajemen dapat melakukan penilaian atas efisiensi usaha dan kemampuan memperoleh laba dari berbagai produk. Disamping itu, para manajer dapat mengadakan tindakan koreksi jika terdapat penyimpangan-penyimpangan yang timbul dari hasil perbandingan tersebut. Wasilah (2009 :5).

Berdasarkan definisi diatas maka ada tiga elemen pengendalian biaya menurut Wasilah yaitu:

1) Biaya bahan adalah satu dari tiga elemen biaya dari suatu produk dan biasanya merupakan bagian yang besar dan berarti dalam jumlah biaya produksi dari suatu perusahaan manufaktur.

2) Metode harga pokok bahan

Harga pokok bahan adalah harga perolehan, yaitu harga untuk memperoleh bahan tersebut. Harga perolehan meliputi

(13)

harga beli ditambah dengan semua biaya yang terjadi sampai dengan bahan digunakan dalam proses produksi.

3) Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada para pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian produksi. Biaya ini terdiri dari atas dua elemen utama, adalah sebagai berikut:

a) Biaya tenaga kerja langsung (direct labour). Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat didefinisikan dengan suatu operasi atau proses tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan produk produk dari perusahaan. Semua biaya tenaga kerja langsung dibebankan (coversion cost). Secara langsung kepada komponen komponen, biaya bahan langsung disebut biaya utama (prime cost) dan dengan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi

b) Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labour). Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi, dengan demikian biaya ini tidak dapat didefinisikan dalam proses produksi. Biaya ini terdiri atas biaya biaya tenaga kerja yang terjadi dalam departemen departemen pendukung (service departements), seperti departemen pembelian,

(14)

pemeliharaan, pencatat waktu, disamping itu termasuk biaya tenaga kerja dari pekerja tertentu seperti mandor, pemeriksa, pengangkut bahan.

c) Biaya overhead pabrik penentuan tarif biaya overhead pabrik (factory overhead rate) dapat dilakukan apabila taksiran atau anggaran biaya overhead pabrik dan tingkat kegiatan telah diterpakan. Rumus untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik adalah sama, yaitu biaya overhead pabrik taksiran dibagi dengan kegiatan taksiran.

d) Sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) mengakumulasikan biaya berdasrkan proses produksi atau berdasarkan departemen. Departemen bisa saja ada dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan maupun perhitungan biaya berdasarkan proses, tetapi perbedaan yang penting adalah bahwa departemen merupakan fokus dari penelusuran biaya dalam perhitungan biaya berdasarkan proses. (Wasilah, 2009 :182-184).

Ada beberapa basis alokasi yang dapat digunakan untuk menghitung tarif biaya overhead pabrik.

(1) Untuk jumlah unit produksi.

= (1)

(2) Untuk biaya bahan penolong

BOP taksiran

biaya bahan langsung taksiranx 100%Persentase BOP dari biaya bahan langsung (2)

(15)

(3) Untuk biaya tenaga kerja langsung

100% = (3)

(4) Untuk jumlah tenaga kerja langsung

= (4)

(5) Untuk basis alokasi jumlah jam mesin

= (5)

e. Perbedaan karakteristik metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan

Untuk memahami karakteristik metode harga pokok proses, berikut ini disajikan perbedaan metode harga pokok proses dengan metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi. Perbedaan diantara dua metode pengumpulan biaya produksi tersebut terletak pada:

1) Pengumpulan biaya produksi. Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.

2) Perhitungan harga pokok produksi persatuan. Metode harga pokok proses pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya yang akan dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode akuntansi (biasanya akhir bulan).

3) Penggolongan biaya produksi. Didalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasar biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangakan biaya produksi tidak langsung dibebankan

(16)

kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya langsung dan biaya tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk. Karena harga pokok produk dihitung setiap akhir bulan, maka umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.

4) Unsur yang digolongkan dalam biaya overhead pabrik.

Didalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode biaya ini biaya overhead pabik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka.

Didalam metode harga pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi tertentu. Mulyadi (2015:64-65).

5. Pengertian Aset Tetap dan Depresiasi Aktiva Tetap

Pengertian aset tetap menurut Ikatan Akuntansi Indonesia melalui PSAK 16 Paragraf 6, yaitu:

“Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan

dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrasi dan diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode”. IAI (2015:16.1).

Suku cadang utama dan peralatan siap pakai termasuk aset tetap jika:

a. Digunakan lebih dari satu periode b. Hanya digunakan untuk aset tertentu c. Komponen yang diganti tidak diakui lagi.

(17)

Contoh dari aset tetap seperti tanah, bangunan, peralatan, dan kendaraan yang digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan.

“Depresiasi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga

perolehan aktiva ke periode-periode akuntansi. Istilah depresiasi di gunakan untuk menunjukkan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti, seperti gedung, mesin, alat-alat dan lain- lain”. Baridwan (2013:306).

Depresiasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau fungsional.

a. Penyusutan fisik terjadi karena penggunaan dan disebabkan oleh cuaca.

b. Penyusutan fungsional terjadi saat aset tetap tidak lagi dapat menyediakan jasa pada tingkat yang diharapka. Sebagai contoh, peralatan dapat menjadi kuno akibat perubahan teknologi. Warren (2015:499).

Menurut Baridwan tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode, yaitu:

a. Harga perolehan (Cost) yaitu uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul dan biaya biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan.

b. Nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi, dikurangi dengan biaya- biaya yang terjadi pada saat menjual/menukarkannya.

c. Taksiran umur kegunaan

(18)

Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) suatu aktiva dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijakan-kebijakan yang dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini bisa dinyatakan dalam satuan periode waktu.

1) Metode Garis Lurus (Staright-line method)

Metode ini adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam cara ini beban depresiasi tiap periode jumlahnya sama (kecuali kalau ada penyesuaian-penyesuaian)

Depresiasi = (6)

2) Metode Jam Jasa

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva (terutama mesin-mesin) akan lebih cepat rusak bila digunakan sepenuhnya (part time). Dalam cara ini beban depresiasi periodik besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang terpakai (digunakan).

Depresiasi = (7)

3) Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)

Dalam metode ini umut kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk

(19)

menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dapat dihasilkan.

Depresiasi = (8)

Baridwan (2013:306-310).

6. Elemen-Elemen Biaya Produksi

Menurut Widilestariningtyas elemen-elemen biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik.

a. Biaya Bahan Baku

“Biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang

membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk”. Widilestrainingstyas

(2012:3).

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

“Biaya tenaga kerja adalah tenaga kerja yang melakukan

konversi bahan baku langsung menjadi poduk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu”. Widilestrainingstyas

(2012:3).

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

“Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri langsung ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi”. Widilestrainingstyas (2012:3).

(20)

d. Biaya Overhead Pabrik

“Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya produksi tak langsung”. Widilestrainingstyas (2012:3)

e. Biaya Bahan Penolong

“Biaya bahan penolong adalah bahan baku yang diperlukan

untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk”. Widilestrainingstyas (2012:3).

7. Metode Penentuan Biaya Produksi

Metode perhitungan harga pokok menurut Mulyadi perhitungan harga pokok produksi dalam akuntansi biaya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a. Metode Full Costing

Full Costing atau sering pula disebut absorption atau convetional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berprilaku tetap maupun variabel kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode Full Costing terdiri dari:

(21)

Tabel 7

Harga Pokok Produk Menurut Full Costing

Biaya bahan baku Rp xx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xx Biaya overhead pabrik tetap Rp xx Biaya overhead pabrik variabel Rp xx

Harga Pokok Produk Rp xx

Sumber : Widilestariningtyas (2012:66)

Dalam metode Full Costing, biaya overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut siap dijual.

b. Metode Variabel Costing

Adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya membebankan biaya-biaya produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variabel costing terdiri dari:

Tabel 8

Harga Pokok Produk Menurut Variable Costing

Biaya bahan baku Rp xx

Biaya tenaga kerja variabel Rp xx Biaya overhead pabrik variabel Rp xx

Harga pokok produk Rp xx

Sumber : Widilestariningtyas (2012:67).

(22)

Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap diperlukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap didalam metode variabel costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Widilestariningtyas (2012:66-67) .

Perhitungan biaya produksi disajikan di dalam laporan biaya produksi dengan tabel berikut ini:

Tabel 9

Laporan Biaya Produksi Data Produksi:

Dimasukkan dalam proses Rp xxx

Produk jadi yang ditransfer ke gudang Rp xxx

Produk dalam proses akhir Rp xxx +

Jumlah produk yang dihasilkan Rp xxx

Biaya yang dibebankan dalam bulan Januari

Total Per kg

Biaya Bahan Baku Rp xx Rp xx

Biaya Bahan Penolong Rp xx Rp xx

Biaya Tenaga Kerja Rp xx Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Rp xx + Rp xx +

Jumlah Rp xx Rp xx

Harga pokok produk jadi yang ditransfer

ke gudang Kg @ Rp xx

Harga Pokok produk dalam proses akhir Rp xx

Biaya Bahan Baku Rp xx

Biaya Bahan Penolong Rp xx

Biaya Tenaga Kerja Rp xx

Biaya Overhead Pabrik Rp xx

Jumlah harga pokok dalam proses Rp xx +

Jumlah Produksi yang dibebankan dalam bulan Januari Rp xx Sumber: Mulyadi (2015:71)

(23)

c. Jurnal Pencatatan Biaya Produksi

Berdasarkan informasi yang disajikan dalam laporan biaya produksi, biaya produksi yang terjadi dalam bulan Januari 20X1, dicatat dengan jurnal berikut ini.

1) Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku:

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx

Persediaan bahan baku Rp xx

2) Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong:

Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx

Persediaan bahan penolong Rp xx

3) Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja:

Barang daam proses – biaya tenaga kerja Rp xx

Gaji dan Upah Rp xx

4) Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik:

Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx

Berbagai rekening yang dikredit Rp xx 5) Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer

kegudang

Persediaan produk jadi Rp xx

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xx Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx 6) Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses

yang belum selesai diolah pada akhir

Persediaan produk dalam proses Rp xx

Barang dalam proses – biaya bahan baku Rp xx Barang dalam proses – biaya bahan penolong Rp xx Barang dalam proses – biaya tenaga kerja Rp xx Barang dalam proses – biaya overhead pabrik Rp xx

(24)

d. Perbedaan metode full costing dengan metode variabel costing ditinjau dari sudut penyajian laporan rugi laba

Ditinjau dari penyajian rugi laba, perbedaan pokok antara metode variabel costing dan full costing adalah terletak pada klasifikasi pospos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut.

Laporan rugi laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi fungsi pokok yang ada dalam perusahaan.

Dilain pihak laporan rugi laba metode variabel costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.

Widilestainingtyas (2012: 67-68).

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang penulis lakukan dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya memiliki kesamaan dan perbedaan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 10

Hasil Penelitian Terdahulu Identifikasi

Penelitian

Syahrial 1301072055 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Padang

Putri Gemi Tri Hastuti

A03140050 Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin

Rini

A03150055 Jurusan Akuntansi

Politeknik Negeri Banjarmasin Judul Perhitungan Harga

Pokok Produksi Pada Tilah Bakery Dengan Metode Harga Pokok Proses

Penentuan Harga Pokok Produk Roti Per Bungkus Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada UD Yela Bakery Banjarmasin

Perhitungan Harga Pokok Produk Per Bungkus Dengan Menggunakan Metode Harga Pokok Proses Pada Alexa Bakery Banjarmasin Instansi/

Perusahaan yang ditiliti

Tilah Bakery UD Yela Bakery Banjarmasin

Alexa Bakery Banjarmasin

(25)

Permasalahan Tilah Bakery belum pernah menghitung harga pokok produksinya dengan tepat.

Perusahaan hanya menghitung biaya- biaya yang bersifat tunai seperti pembelian bahan baku, upah karyawan, dan biaya listrik.dan belum pernah memperhitungkan biaya non tunai seperti biaya penyusutan aset tetap.

UD Yela Bakery tidak melakukan penggolongan biaya yang sesuai dengan konsep akuntansi dan terjadi kesalahan dalam perhitungan biaya produksi karena perusahaan tidak

memperhitungkan biaya penyusutan terhadap aset perusahaan

Alexa Bakery Banjarmasin sudah menghitung biaya-biaya produksi tetapi dalam

penggolongan dan perhitungan masih kurang tepat sehingga kurang efisien dalam

menentukan harga pokok produk.

Tujuan Untuk membantu Tilah Bakery dalam menghitung harga pokok produksi dengan metode harga pokok proses.

Untuk mengetahui penggolongan biaya pada UD Yela Bakery Banjarmasin yang sesuai dengan konsep akuntansi biaya dan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi.

Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produk per bungkus dengan menggunakan metode harga pokok proses pada Alexa Bakery Banjarmasin Metode

Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses

Metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses

Metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses Hasil

Penelitian

Sebaiknya Tilah Bakery melakukan perhitungan yang sesuai konsep akuntansi biaya karena biaya berpengaruh dalam perhitungan harga pokok produksi yang lebih baik.

UD Yela Bakery tidak melakukan pemisahan biaya- biaya produksi yang dikeluarkan, dan perusahaan juga tidak melakukan perhitungan biaya penyusutan aset tetap.

Sumber : Syahrial (2017) dan Putri Gemi Tri Hastuti (2017)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan maksud dan tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode two stage least square (2 SLS) dalam mengatasi permasalahan endogenitas pada analisis regresi

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan bukti empiris tentang bagaimana manajemen pengelolaan klub bulutangkis PB TEHA Tulungagung tahun

Klaster 2 mempunyai ciri tingkat Angka Harapan Hidup (AHH), Rata-rata Lama Sekolah (RLS), Harapan Lama Sekolah (HLS) yang “rendah” dan tingkat Pengeluaran Per Kapita

Perhitungan harga pokok produksi dimulai dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik,

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan maka, tujuan pengembangan media ini adalah: 1) Menghasilkan produk media Computer Assisted Instruction (CAI) pada

Tujuan dari tahap penerimaan adalah untuk memberikan penyambutan kepada pelanggan, memastikan bahwa kendaraan pelanggan diperbaiki dengan benar pada waktu pertama kali, dengan

Setelah dilakukan penelitian pengola- han limbah cair crumb rubber dengan meng- gunakan lumpur aktif biakan campuran dari lumpur industri crumb rubber secara aerob dengan

Berdasarkan teori agency, tingkat kemakmuran pada kabupaten/ kota yang dapat dilihat dengan besarnya asset yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan menimbulkan