• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN VISUAL BASIC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENALAN VISUAL BASIC"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

PENGENALAN VISUAL BASIC

Visual Basic adalah bahasa pemograman tingkat tinggi GUI (General User Interface) dimana pengguna computer berkomunikasi dengan computer tersebut menggunakan gambar/grafik. Salah satu cara untuk mengaktifkan Visual Basic adalah menjalankannya dari Menu Start, pilih Microsoft Visual Basic 6.0 dan akhirnya pilih shortcut Microsoft Visual Basic 6.0. Setelah itu pilihlah Standard EXE, kemudian klik pada tombol Open. Maka akan muncul gambar dibawah ini:

Menu Bar berisi daftar menu dan perintah yang bisa digunakan dalam Visual Basic, kemudian Main Toolbar berisi perlengkapan dan fasilitas yang terdapat di Visual Basic, Toolbox berisi tools-tools yang sering digunakan dalam membuat program dalam Visual Basic tools ini bisa ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan, Project Explorer adalah window yang berisi nama project nama-nama form dan digunakan untuk menambah dan mengurangi form, Properties Window digunakan untuk memodifikasi form atau objek yang aktif. Dibawah ini kita akan membahas beberapa tools yang kita gunakan dalam praktikum ini:

1. Label : Kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai program.

2. Text Box : Untuk menampilkan teks dan pemakai dapat berinteraksi dengannya.

3. Command Button : Untuk membuat sebuah tombol pelaksana perintah. 4. Line : Untuk menggambar garis.

Main Toolbar Project Explorer Menu Bar Form Window Toolbox Properties Window Code Windoww

(2)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

5. MaskEdBox : Untuk membuat kotak inputan. Cara Menambahkan Maskedbox Pada Toolbox

1. Klik kanan pada toolbox yang kosong.

2. Setelah itu pilih Components, cari dan beri tanda ceklis pada Microsoft Masked Edit Control 6.0

3. Setelah itu klik Apply lalu klik Ok.

Keterangan :

 Input merupakan tempat memasukkan data.

 Proses adalah inputan terakhir sebelum menghasilkan output (tempat memasukkan koding).

 Output adalah hasil yang didapat dari koding yang sudah dimasukkan dalam proses.

Mb 1 Mb 2 Mb 3 Mb 4 Mb 5 Mb 6 Mb 7 Input Proses Output

(3)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB I

HARGA POKOK PRODUKSI

A. Definisi Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk.

Suatu perusahaan perlu menentukan harga pokok produksi yang dihasilkan, karena harga pokok itu merupakan salah satu faktor yang ikut memengaruhi penentuan harga jual dasar penentuan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengolahan perusahaan.

Harga pokok produksi juga digunakan untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. Suatu harga dapat diketahui jumlahnya dari jumlah biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu produk tersebut.

Perhitungan harga pokok produksi dimulai dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, sehingga diperoleh total biaya yang dibebankan pada pekerjaan pada setiap periode.

Untuk menghitung harga pokok produksi secara tepat dan teliti, maka biaya yang harus dikeluarkan harus diklasifikasi menurut aliran-aliran biaya itu sendiri. Di dalam akuntansi yang konvensional, komponen harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

B. Komponen Biaya Harga Pokok Produksi

Komponen biaya produksi dimulai dengan menghubungkan biaya ke tahap yang berbeda dalam operasi suatu bisnis, total biaya produksi terdiri dari dua elemen yaitu, biaya manufaktur dan biaya komersial.

Biaya manufaktur dapat disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku sering disebut

(4)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

juga sebagai biaya utama sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut sebagai biaya konversi.

Sedangkan biaya komersial adalah biaya yang timbul diluar dari kegiatan produksi seperti biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum.

 Biaya Bahan Baku

Biaya ini timbul karena adanya pemakaian bahan baku. Biaya bahan baku merupakan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang atau produk. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang jadi yang akan dibuat.

 Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya ini timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan kepada tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang.

 Biaya Overhead Pabrik

Biaya ini timbul akibat pemakaian fasilitas untuk mengolah barang berupa mesin, alat-alat, tempat kerja dan sebagainya. Dalam kenyataannya dan sesuai dengan label tersebut, kemudian biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya selain dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

(5)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS HARGA POKOK PRODUKSI

PT. SAMBER bergerak di bidang pembuatan sepatu pria. Pada bulan November 2015 perusahaan memproduksi 500 pasang sepatu pria dengan harga Rp 150.000 per pasang, berikut ini adalah rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan :

1. Pembelian bahan baku Rp 5.000.000, dan bahan penolong 40% dari pembelian bahan baku.

2. Ongkos angkut pembelian Rp 150.000

3. Potongan pembelian 4,5% dari pembelian bahan baku langsung.

4. Perusahaan menggaji 25 orang karyawan dengan gaji Rp 350.000 per bulan dan seorang manajer sebesar Rp 1.000.000.

5. Perusahaaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 445.000, biaya depresiasi pabrik sebesar Rp. 190.000, biaya asuransi pabrik Rp 100.000, biaya pabrik lain-lain sebesar Rp 280.000.

6. Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 800.000, biaya pemasaran Rp 700.000 7. Pajak sebesar 10%

8. 2% dari penjualan adalah potongan penjualan.

Dibawah ini adalah data-data mengenai nilai persediaan perusahaan :

Persediaan (Inventory) Awal Akhir

Bahan baku Rp 485.000 Rp 222.000 Barang dalam proses Rp 445.000 Rp 525.000 Barang jadi Rp 680.000 Rp 430.000 Diminta :

1. Hitung besarnya biaya bahan baku! 2. Hitung biaya overhead parik! 3. Hitung biaya produksi! 4. Hitung harga pokok produksi! 5. Hitung harga pokok penjualan! 6. Buat laporan laba rugi!

(6)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JAWABAN :

1. Menghitung besarnya biaya bahan baku

Persediaan bahan baku awal Rp 485.000

Pembelian bahan baku Rp 5.000.000 Ongkos angkut pembelian Rp 150.000 + Rp 5.150.000

Potongan pembelian Rp 225.000 –

Pembelian bersih Rp 4.925.000 +

Bahan baku siap digunakan Rp 5.410.000

Persediaan bahan baku akhir Rp 222.000 –

Biaya Bahan Baku Rp 5.188.000

2. Menghitung besarnya biaya overhead pabrik

Bahan penolong Rp 2.000.000

Biaya tenaga kerja tak langsung Rp 1.000.000 Biaya listrik pabrik Rp 445.000 Biaya asuransi pabrik Rp 100.000 Biaya depresiasi pabrik Rp 190.000 Biaya pabrik lain-lain Rp 280.000 +

Biaya Overhead Pabrik Rp 4.015.000

3. Menghitung besarnya biaya produksi

Biaya bahan baku langsung Rp 5.188.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 8.750.000 Biaya overhead pabrik Rp 4.015.000 +

Biaya Produksi Rp 17.953.000

4. Menghitung besarnya harga pokok produksi

Persediaan BDP awal Rp 445.000

Biaya produksi Rp 17.953.000 +

(7)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Persediaan BDP akhir Rp 525.000 –

Harga Pokok Produksi Rp 17.873.000

5. Menghitung besarnya harga pokok penjualan

Barang jadi awal Rp 680.000 Harga pokok produksi Rp 17.873.000 + Barang tersedia untuk dijual Rp 18.553.000 Persediaan barang jadi akhir Rp 430.000 –

Harga Pokok Penjualan Rp 18.123.000

6. Membuat laporan laba rugi

PT. SAMBER INCOME STATEMENT NOVEMBER 2015 Penjualan 500 x Rp 150.000 Rp 75.000.000 Potongan penjualan 2% x Rp 75.000.000 Rp 1.500.000– Penjualan bersih Rp 73.500.000

Harga pokok penjualan Rp 18.123.000 –

Laba kotor Rp 55.377.000

Beban Usaha :

Beban pemasaran Rp 700.000 Biaya administrasi dan umum Rp 800.000 +

Jumlah beban Usaha Rp 1.500.000 –

Laba sebelum pajak Rp 53.877.000

Pajak (10% x Rp53.877.000) Rp 5.387.700 –

(8)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

HARGA POKOK PRODUKSI

PT. BEGATUL bergerak di bidang pembuatan jaket kulit. Pada bulan Pebruari 2015 perusahaan memproduksi 250 buah jaket kulit dengan harga Rp 300.000 per buah, berikut ini adalah rincian biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan :

1. Pembelian bahan baku Rp 5.000.000, dan bahan penolong 25% dari pembelian bahan baku.

2. Ongkos angkut pembelian Rp 200.000

3. Potongan pembelian 4% dari pembelian bahan baku langsung.

4. Perusahaan menggaji 15 orang karyawan dengan gaji Rp 200.000 per bulan dan seorang manajer sebesar Rp 1.500.000.

5. Perusahaaan mengeluarkan biaya listrik pabrik Rp 450.000, biaya depresiasi pabrik sebesar Rp. 200.000, biaya asuransi pabrik Rp 150.000, biaya pabrik lain-lain sebesar Rp 300.000.

6. Biaya administrasi dan umum sebesar Rp 850.000, biaya pemasaran Rp 750.000. 7. Pajak sebesar 10%.

8. 5% dari penjualan adalah potongan penjualan.

Dibawah ini adalah data-data mengenai nilai persediaan perusahaan :

Persediaan (Inventory) Awal Akhir

Bahan baku Rp 650.000 Rp 600.000 Barang dalam proses Rp 650.000 Rp 750.000 Barang jadi Rp 700.000 Rp 500.000 Diminta :

1. Hitung besarnya biaya bahan baku! 2. Hitung biaya overhead parik! 3. Hitung biaya produksi! 4. Hitung harga pokok produksi! 5. Hitung harga pokok penjualan! 6. Buat laporan laba rugi!

(9)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(10)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(11)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB II

HARGA POKOK PESANAN ( JOB ORDER COSTING )

Harga pokok pesanan (job order costing) adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang dibuat berdasarkan pesanan.

A. Karekteristik Usaha Perusahaan yang produksinya Berdasarkan Pesanan

1) Proses pengolahan produk terjadi secara terputus – putus. Jika pesanan yang satu selesai dikerjakan, proses produksi mulai dihentikan dan mulai dengan pesanan berikutnya.

2) Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasinya yang ditentukan oleh pesanan yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.

3) Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi persediaan di gudang.

B. Ciri Khusus Harga Pokok Pesanan

1) Tujuan produksi perusahaan adalah untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pesanan, sehingga sifat produksinya terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.

2) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relative teliti dan adil.

3) Biaya produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a) Biaya Langsung (direct cost) meliputi biaya bahan baku (raw material) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) yang dihitung berdasarkan biaya sebenarnya.

b) Biaya tidak langsung (indirect cost) meliputi biaya produksi diluar biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang dihitung berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

4) Harga Pokok pesanan untuk setiap pesanan dihitung pada waktu pesanan selesai diproduksi.

(12)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

5) Harga pokok satuan ditetapkan dengan cara membagi total biaya suatu pesanan yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.

6) Untuk mengumpulkan biaya produksi masing-masing pesanan, dipakai kartu harga pokok pesanan (job order cost method).

C. Manfaat Informasi Harga Pokok Pesan

Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, informasi harga pokok produksi per pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk:

1) Menentukan Harga yang akan dibebankan kepada pemesan 2) Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan 3) Memantau realisasi produksi

4) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan

5) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

D. Menentukan Harga Jual yang Akan Dibebankan Kepada Pemesan

Harga jual yang dibebankan kepada pemesan ditentukan oleh besarnya biaya produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan, dengan formula sebagai berikut :

Biaya produksi untuk pesanan Rp xxx Biaya non produksi yang dibebankan kepada pemesan Rp xxx + Total biaya pesanan /HP produk Rp xxx

Laba yang diinginkan Rp xxx +

Harga jual yang akan dibebankan kepada pemesan Rp xxx

Untuk menghitung biaya produksi suatu pesanan dihitung sebagai berikut : Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx +

(13)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

E. Mempertimbangkan Penerimaan atau Penolakan Pesanan

Untuk pengambilan keputusan, manajemen memerlukan informasi total harga pokok produksi pesanan yang bertujuan memberi perlindungan bagi manajemen agar dalam menerima pesanan tidak mengalami kerugian. Cara perhitungannya sebagai berikut :

Biaya produksi pesanan :

Taksiran biaya bahan baku Rp xxx Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Taksiran biaya overhead pabrik Rp xxx + Total taksiran biaya produksi Rp xxx

Biaya non produksi :

Taksiran biaya adm & umum Rp xxx Taksiran biaya pemasaran Rp xxx + Taksiran total biaya non produksi Rp xxx + Total taksiran harga pokok pesanan Rp xxx

F. Memantau Realisasi Biaya Produksi

Akuntansi biaya digunakan untuk mengumpulkan informasi biaya produksi tiap pesanan yang diterima. Hal ini digunakan untuk memantau apakah proses produksi untuk memenuhi pesanan tersebut menghasilkan total biaya produksi pesanan sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. Cara perhitungannya sebagai berikut :

Biaya bahan baku sesungguhnya Rp xxx Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx +

Total biaya produksi sesungguhnya Rp xxx

G. Menghitung Laba atau Rugi Tiap Pesanan

Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi, yang dihitung sebagai berikut :

(14)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Biaya produksi pesanan tertentu:

Biaya bahan baku Rp xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Biaya overhead pabrik Rp xxx +

Total biaya produksi pesanan Rp xxx -

Laba / rugi bruto Rp xxx

H. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan Dalam Neraca

Biaya yang melekat pada pesanan yang selesai diproduksi namun belum diserahkan kepada pemesan pada tanggal neraca, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya yang melekat pada pesanan yang belum selesai pada tanggal neraca, disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.

(15)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS

HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)

TOKO IKI SPORT menerima pesanan dengan nomor IKS3295 untuk membuat 9.500 Bola yang harus diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen, yaitu departemen X adalah departemen pemotongan bahan baku, Departemen Y adalah departemen penjahitan dan Departemen Z adalah departemen penyelesaian. Berikut ini informasi yang dibutuhkan :

Bahan baku utama Rp700.000/jam TKL Bahan baku tambahan Rp250.000/jam TKL

KETERANGAN DEPT. X DEPT. Y DEPT. Z

Jumlah jam TKL 4.500 jam 6.000 jam 7.200 jam Upah langsung Rp.26.500/jam Rp.35.000/jam Rp.40.000/jam Jam mesin yang digunakan 3.000 jam 4.500 jam 5.500 jam

Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen X sebesar Rp. 425.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 40.000 jam TKL, Departemen Y sebesar Rp.550.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 55.000 JM, dan Departemen Z sebesar Rp. 680.000.000 dengan kapasitas direncanakan 80.000 JM. Harga jual per unit 70% dari total biaya produksi per unit.

Diminta:

1. Hitung total harga pokok produksi 2. Hitung harga jual

(16)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JAWABANCONTOH KASUS :

1. MENGHITUNG TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI

BBB Utama : Rp. 700.000 x 4.500 = Rp. 3.150.000.000 Tambahan : Rp. 250.000 x 4.500= Rp. 1.125.000.000 + Total BBB Rp. 4.275.000.000 BTK Dept X : 4.500 x Rp. 26.500 = Rp. 119.250.000 Dept Y : 6.000 x Rp. 35.000 = Rp. 210.000.000 Dept Z : 7.200 x Rp. 40.000 = Rp. 288.000.000 + Total BTK Rp. 617.250.000

BOP Tarif dept X : Rp.425.000.000 / 40.000 = Rp. 10.625/jam Tarif dept Y : Rp. 550.000.000 / 55.000 = Rp. 10.000/jam Tarif dept Z : Rp. 680.000.000 / 80.000 = Rp. 8.500/jam

BOP dept X : Rp. 10.625 x 3.000 = Rp. 31.875.000 BOP dept Y : Rp. 10.000 x 4.500 = Rp. 45.000.000 BOP dept Z : Rp. 8.500 x 5.500 = Rp. 46.750.000

Total BOP RP. 123.625.000 +

Jumlah harga pokok produksi Rp. 5.015.875.000

2. MENGHITUNG HARGA JUAL PER UNIT

(17)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

3. KARTU HARGA POKOK PESANAN

TOKO IKI SPORT JL Pekan Raya Jakarta Telp : (021) 9887575

JOB ORDER COST SHEET

ORDER NO : IKS3295 To : M. F. Halariwibisono Production : Bola Quanttity : 9.500 Unit

Character : Directly Date : 02/03/2016

Subscription

1. Raw Material Cost

Prime Rp 3.150.000.000 Addition Rp 1.125.000.000

Total Cost Rp. 4.275.000.000

2. Direct Labor Cost

Dept X : 4.500 x Rp. 26.500 = Rp. 119.250.000 Dept Y : 6.000 x Rp. 35.000 = Rp. 210.000.000 Dept Z : 7.200 x Rp. 40.000 = Rp. 288.000.000 +

Total Cost Rp. 617.250.000

3. Factory Overhead Cost

Dept X : Rp. 10.625 x 3.000 = Rp. 31.875.000 Dept Y : Rp. 10.000 x 4.500 = Rp. 45.000.000 Dept Z : Rp. 8.500 x 5.500 = Rp. 46.750.000 +

Total Cost Rp. 123.625.000

(18)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COSTING)

FITS PROJECT menerima pesanan dengan nomor FPR17216 untuk membuat 1.500 Flannel yang harus diselesaikan selama 30 hari. Proses produksi dilakukan melalui 3 departemen, yaitu departemen B adalah departemen pemotongan bahan baku, Departemen R adalah departemen penjahitan dan Departemen O adalah departemen penyelesaian. Berikut ini informasi yang dibutuhkan :

Bahan baku utama Rp500.000/jam TKL Bahan baku tambahan Rp250.000/jam TKL

KETERANGAN DEPT. B DEPT. R DEPT. O

Jumlah jam TKL 2.000 jam 3.000 jam 4.500 jam Upah langsung Rp.4.000/jam Rp.6.000/jam Rp.9.000/jam Jam mesin yang digunakan 2.500 jam 3.000 jam 3.500 jam

Perencanaan BOP pertahun untuk Departemen B sebesar Rp. 120.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 20.000 jam TKL, Departemen R sebesar Rp.160.000.000 dengan kapasitas yang direncanakan 40.000 JM, dan Departemen O sebesar Rp. 180.000.000 dengan kapasitas direncanakan 90.000 JM. Harga jual per unit 85% dari total biaya produksi per unit.

Diminta:

4. Hitung total harga pokok produksi 5. Hitung harga jual

(19)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(20)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Total biaya produksi selama periode tertentu

jumlah satuan produk yang dihasilkan selama jangka waktu yang BAB III

HARGA POKOK PROSES – PENGANTAR

A. Definisi Harga Pokok Proses (Process Costing)

Harga pokok prooses (Process Costing) merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara :

Metode harga pokok proses pengantar ini merupakan metode harga pokok proses yang sederhana, yaitu :

1. Diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah hanya melalui satu departemen produksi.

2. Diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu departemen produksi.

3. Pengaruh terjadinya produk yang hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan, dengan anggapan :

 Produk hilang pada awal proses  Produk hilang pada akhir proses B. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

1. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar 2. Produk ysng dihasilan dari bulan ke bulan

3. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

C. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi 1. Menentukan harga jual produk

2. Memntau realisasi biaya produksi 3. Menghitung laba atau rugi periodik

(21)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

4. Menetukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam neraca.

(22)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS I

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) SATU DEPARTEMEN

PT. SUKA SUKA mengolah produk secara massa melalui satu departemen produksi, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkan. Data produksi bulan Agustus 2016 sebagai berikut :

Biaya bahan baku Rp. 5.000.000

Biaya bahan penolong Rp. 7.500.000

Biaya tenaga kerja Rp. 11.250.000

Biaya overhead pabrik Rp. 16.125.000

Total biaya produksi Rp. 39. 875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :

Produk jadi 2000 Kg

Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian 500 Kg

Biaya Bahan Baku 100% Biaya Bahan Penolong 100% Biaya Tenaga Kerja 50% Biaya Overhead Pabrik 30%

Diminta :

1. Buatlah perhitungan harga pokok produksi persatuan, harga pokok produksi jadi dan persediaan produk dalam proses untuk bulan Agustus 2016 !

(23)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JAWABAN

a. Perhitungan Harga Pokok Produksi Persatuan

Unit Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalensi Biaya Produksi per Satuan BBB 5.000.000 2000 + (100% x 500) = 2500 2.000 BB Penolong 7.500.000 2000 + (100% x 500) = 2500 3.000 BTK 11.250.000 2000 + (50% x 500) = 2250 5.000 BOP 16.125.000 2000 + (30% x 500) = 2150 7.500 Total Rp. 39.875.000 Rp.17.500

b. Perhitungan Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk Dalam Proses

Harga pokok produksi jadi : 2000 Kg x Rp. 17.500 Rp. 35.000.000 Harga pokok persediaan produk dalam proses :

BBB: 100% x 500 x Rp. 2.000 = Rp1.000.000 BBP: 100% x 500 x Rp. 3.000 = 1.500.000 BTK: 50% x 500 x Rp. 5.000 = 1.250.000 BOP: 30% x 500 x Rp. 7.500 = 1.125.000

4.875.000 Jumlah biaya produksi bulan Agustus 2016 Rp. 39.875.000

(24)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

PT. SUKA SUKA

LAPORAN BIAYA PRODUKSI BULAN AGUSTUS 2016

Data Produksi

Dimasukkan dalam proses 2500 Kg

Produk jadi yang ditransfer ke gudang 2000 Kg

Produk dalam proses akhir 500 Kg

Jumlah produk yang dihasilkan 2500 Kg

Biaya yang dibebankan dalam bulan Agustus 2016

Total Per Kg

Biaya Bahan Baku Rp. 5.000.000 2.000

Biaya Bahan Penolong 7500.000 3.000

Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000

Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500

Jumlah Rp. 39.875.000 Rp. 17.500

Perhitungan Biaya:

Harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang

2000 Kg @ Rp. 17.500 Rp. 35.000.000

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:

Biaya Bahan Baku Rp. 1.000.000 Biaya Bahan Penolong 1.500.000

Biaya Tenaga Kerja 1.250.000

Biaya Overhead Pabrik 1.125.000

4.875.000 Jumlah biaya produksi yang akan dibebankan dalam bulan

Agustus

(25)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS II

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) “ LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI “

PT. MOJO JOJO memulai produksinya tahun 2016 melalui 2 departemen. Departemen I sebagai Pengolahan dan Departemen 2 sebagai Penyelesaian. Adapun data produksi pada bulan Juni 2016, sebagai berikut :

( Dalam Unit )

Departemen I Departemen II

Jumlah Produk Masuk Proses 10.000 - (unit started)

Selesai Dikirim ke Departemen Berikut 9.000 - (finished goods and transfered out)

Diterima dari Departemen Sebelumnya - 9.000 (unit received)

Selesai Dikirim ke Gudang - 8.500 (finished goods and transfered out)

Produk dalam Proses Akhir

BBB 100%, BK 80 % 1.000 - BK 70 % - 500 Biaya Produksi untuk bulan Juni 2015 :

Departemen 1 Departemen II

BBB (raw material cost) 12.500.000 - BTK (direct labor cost) 10.780.000 9.735.000 BOP (factory overhead) 9.800.000 9.292.500 Pertanyaan !

(26)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Jawaban !

PT. MOJO JOJO

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN I (PRODUCTION COST REPORT DEPARTEMENT I)

JUNI 2016

Laporan Produksi (production report) Unit

Jumlah Masuk Proses (unit started) 10.000 Ditransfer ke Departemen Penyelesaian 9.000

Barang Dalam Proses (BBB 100%, BK 80%) 1.000 +

Jumlah Produk yang Dihasilkan 10.000

Biaya Dibebankan di Dept. I

Unsur Biaya Produksi Total Biaya Unit Ekuivalen HPP/unit BBB 12.500.000 9.000 + (1.000 X 100 %) = 10.000 1.250 BTK 10.780.000 9.000 + (1.000 X 80 %) = 9.800 1.100 BOP 9.800.000 + 9.000 + (1.000 X 80 %) = 9.800 1.000 + Jumlah Biaya 33.080.000 3.350

Perhitungan HP Produk Selesai di Transfer ke Dept. II

HP. Produk selesai untuk di Transfer ke Dept. II (9.000 unit X Rp 3.350) 30.150.000 Perhitungan HP Produk Dalam Proses Dept. I

BBB = 1.000 X 100% X 1.250 = 1.250.000 BTK = 1.000 X 80% X 1.100 = 880.000 BOP = 1.000 X 80% X 1.000 = 800.000 +

2.930.000 + Biaya Produksi Dept. I 33.080.000

(27)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

PT. MOJO JOJO

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPARTEMEN II (PRODUCTION COST REPORT DEPARTEMENT II)

JUNI 2016

Laporan Produksi (production report) Unit

Produk Diterima dari Dept. I 9.000

Ditransfer ke Gudang 8.500

Barang Dalam Proses Akhir (BK 70%) 500 +

9.000

Biaya Dibebankan di Dept. II

Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen HPP/unit H.P. dari Dept. I 33.080.000 3.350 Biaya Departemen Penyelesaian

BTK 9.735.000 8.500 + (500 X 70 %) = 8.850 1.100 BOP 9.292.500 + 8.500 + (500 X 70 %) = 8.850 1.050 + 19.027.500 + 2.150+ Biaya Kumulatif di Dept. II 52.107.500 5.500

Perhitungan HP Produk Selesai di Transfer ke Gudang

HP Produk Selesai di Transfer ke Gudang ( 8.500 unit X 5.500) 46.750.000 Perhitungan HP Produk Dalam Proses Dept. II

HP dari Dept. I = 500 X 3.350 = 1.675.000 BTK = 500 X 70 % X 1.100 = 385.000 BOP = 500 X 70 % X 1.050 = 367.500+

2.427.500 +

(28)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS I

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) SATU DEPARTEMEN

PT. RILAKKUMA mengolah produk secara massa melalui satu departemen produksi, dimana perusahaan ini menggunakan metode harga pokok proses dalam menentukan harga pokok produk yang dihasilkan. Data produksi bulan Oktober 2016 sebagai berikut :

Biaya bahan baku Rp. 7.000.000

Biaya bahan penolong Rp. 9.500.000

Biaya tenaga kerja Rp. 13.250.000

Biaya overhead pabrik Rp. 18.125.000

Total biaya produksi Rp. 47. 875.000

Jumlah produk yang dihasilkan selama bulan tersebut adalah :

Produk jadi 4000 Kg

Produk dalam proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian 700 Kg

Biaya Bahan Baku 100% Biaya Bahan Penolong 100% Biaya Tenaga Kerja 50% Biaya Overhead Pabrik 40%

Diminta :

1. Buatlah perhitungan harga pokok produksi persatuan, harga pokok produksi jadi dan persediaan produk dalam proses untuk bulan Agustus 2016 !

(29)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS II

HARGA POKOK PROSES (PROCESS COSTING) “ LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI “

PT. BAPER memulai produksinya tahun 2020 melalui 2 departemen. Departemen I sebagai Pengolahan dan Departemen 2 sebagai Penyelesaian. Adapun data produksi pada bulan Juli 2016, sebagai berikut :

( Dalam Unit )

Departemen I Departemen II

Jumlah Produk Masuk Proses 50.000 - (unit started)

Selesai Dikirim ke Departemen Berikut 40.000 - (finished goods and transfered out)

Diterima dari Departemen Sebelumnya - 40.000 (unit received)

Selesai Dikirim ke Gudang - 38.000 (finished goods and transfered out)

Produk dalam Proses Akhir

BBB 3/4, BK 1/2 10.000 -

BK 3/4 - 2.000

Biaya Produksi untuk bulan Juni 2015 :

Departemen 1 Departemen II BBB (raw material cost) 15.000.000 -

BTK (direct labor cost) 13.000.000 8.500.000 BOP (factory overhead) 12.000.000 8.000.000 Pada bulan Juli 2020 terjual 12.000 unit dengan harga jual Rp. 15.000, dimana diketahui biaya administrasi dan umum Rp. 9.321.140 dan biaya pemasarannya Rp. 5.210.020. Pertanyaan !

Buatlah laporan harga pokok produksi (production cost report) untuk bulan Juli 2020 ! SATU DEPARTEMEN

(30)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(31)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(32)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(33)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(34)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB IV

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

Harga pokok proses lanjutan adalah penguraian l;ebih lanjut metode harga pokok proses yang telah memperhitungkan harga pokok persediaan produk dalam proses awal periode. Harga pokok persediaan produk dalam proses yang dihitung harga pokoknya pada akhir periode akan menjadi harga pokok persediaan produk dalam proses pada awal periode dalam departemen produksi yang bersangkutan. Harga pokok produk dalam proses awal periode ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.

Karakteristik persediaan produk dalam proses awal :

 Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.

 Produk dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.

Metode penentuan harga pokok produksi yang digunakan untuk memperhitungkan harga pokok persediaan produk dalam proses awal ada 2, diantaranya adalah :

1. Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang

Dalam tiap harga pokok rata-rata tertimbang, tiap unsur harga pokok produk yang melekat pada persediaan produk dalam proses dijumlahkan dengan unsur biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang untuk menghitung harga pokok rata-rata tertimbang. Kemudian harga pokok rata-rata tertimbang ini dikalikan dengan kuantitas produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang untuk menentukan harga pokok produk tersebut.

(35)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

2. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama

Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP) menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan unit ekuivalensi, tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.

(36)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

PT. RI memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen R dan departemen I.

Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Januari 2016 : Departemen A Departemen B  Produk dalam proses awal :

BB = 100% ; BK = 40% 5.000 - TKL = 20 % ; BOP = 60% - 6.000  Produk Masuk Proses 40.000 -  Unit yang ditransfer ke Dept. A 39.000 -  Unit yang diterima dari Dept. B - 39.000  Produk yang ditransfer ke gudang - 40.000  Produk dalam proses akhir :

BB 100%; BK 70% 6.000 - TKL 40 %; BOP 80% - 5.000  Harga Pokok Produk Dalam Proses-Awal: Rp. 25. 000.000

Harga Pokok dari Dep. R - -

Biaya Bahan Baku Rp. 3.500.000

Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.560.000 Rp. 1.200.000 Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.880.000 Rp. 4.000.000  Biaya-biaya Produksi :

Biaya Bahan Baku Rp. 19.000.000 -

BTKL Rp. 32.000.000 Rp. 27.000.000

Biaya Overhead Pabrik Rp. 36.000.000 Rp. 35.000.000

Diminta :

Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-rata!

(37)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JAWABAN :

PT. MERDEKA

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. R BULAN JANUARI 2013

Laporan Produksi (Production Report) Unit Produk dalam proses awal :

BB = 100% ; BK = 40% 5.000

Produk Masuk Proses 40.000 +

45.000

Unit yang ditransfer ke Dept. I 39.000

Produk dalam proses akhir

BB 100%; BK 70% 6.000 +

45.000

Biaya yang dibebankan pada Dept. R Elemen Biaya HPP PDP Awal Biaya Bulan Januari Jumlah Unit Ekuivalen HPP / Unit BBB Rp. 3.500.000 Rp.19.000.000 Rp. 22.500.000 45.000 1) Rp. 500 BTK Rp. 2.560.000 Rp. 32.000.000 Rp. 34.560.000 43.200 2) Rp. 800 BOP Rp. 2.880.000 Rp. 36.000.000 Rp. 38.880.000 43.200 2) Rp. 900 Jumlah Rp. 8.940.000 Rp. 87.000.000 Rp. 95.940.000 Rp. 2.200 ** Ket : 1) 39.000+ ( 6.000 * 100% ) = 45.000 2) 39.000+ ( 6.000 * 70% ) = 43.200

(38)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Perhitungan Harga Pokok :

Harga pokok produk yang ditransfer ke Departemen I yaitu :

( Rp. 39.000* Rp. 2.200) Rp. 85.800.000

Perhitungan pokok produk dalam proses akhir : BBB 6.000 * 100% * 500 = Rp. 3.000.000 BTK 6.000 * 70% * 800 = Rp. 3.360.000 BOP 6.000 * 70% * 900 = Rp. 3.780.000 +

Rp. 10.140.000 + Total Harga Pokok Produk di Departemen R Rp. 95.940.000

PT. MERDEKA

LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI DEPT. I BULAN JANUARI 2013

Laporan Produksi (Production Report) : Unit

Produk dalam proses awal 6.000

TKL = 20%, BOP = 60%

Produk yang diterima dari Dept. R 39.000 + 45.000

Produk yang ditransfer ke Gudang 40.000

Produk dalam proses akhir

TKL = 40%, BOP = 80% 5.000 +

45.000 Biaya yang dibebankan pada Departemen I

Biaya Produksi HPP PDP Awal BP Bulan January (Rp.) Jumlah Unit Ekuivalen HPP / Unit HP Dept.G Rp 25.000.000 Rp. 85.800.000 Rp. 110.800.000 45.000 1) Rp. 2.462 TKL Rp. 1.200.000 Rp. 27.000.000 RP. 28.200.000 42.000 2) Rp. 671 BOP Rp. 4.000.000 Rp. 35.000.000 Rp. 39.000.000 44.000 3) Rp. 886 Rp. 5.200.000 Rp. 62.000.000 Rp. 67.200.000 Rp. 1557 Jumlah Rp. 30.200.000 Rp. 147.800.000 Rp. 178.000.000 Rp. 4019

(39)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017 ** Ket : 1) 40.000 + 5.000 = 45.000 2) 40.000 + ( 5.000 x 40% ) = 42.000 3) 40.000 + ( 5.000 x 80% ) = 44.000

Perhitungan Harga Pokok :

Harga pokok produk yang ditransfer ke ke Gudang yaitu :

(Rp. 40.000 * Rp. 4019) Rp. 160.760.000 Perhitungan pokok produk dalam proses akhir :

Dari Dept.R 5.000 * 100% * 2.462 = Rp. 12.310.000 TKL 5.000 * 40% * 671 = Rp. 1.342.000 BOP 5.000 * 80% * 1.557 = Rp. 6.228.000 +

Rp. 19.880.000 + Total Harga Pokok Produksi yang dibebankan pada Dept.I Rp. 180.640.000

(40)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

HARGA POKOK PROSES LANJUTAN

PT. JEYS memiliki 2 departemen produksi untuk menghasilkan produknya, yaitu departemen A dan departemen B.

Berikut ini merupakan data-data produksi yang terjadi selama bulan Februari 2016 : Departemen A Departemen B  Produk dalam proses awal :

BB = 100% ; BK = 40% 10.000 - TKL = 30 % ; BOP = 50% - 10.000  Produk Masuk Proses 95.000 -  Unit yang ditransfer ke Dept. B 80.000 -  Unit yang diterima dari Dept. A - 80.000  Produk yang ditransfer ke gudang - 60.000  Produk dalam proses akhir :

BB 100%; BK 60% 25.000 - TKL 40 %; BOP 80% - 30.000  Harga Pokok Produk Dalam Proses-Awal:

Harga Pokok dari Dep. A - Rp 27.550.000

Biaya Bahan Baku Rp.15.000.000 -

Biaya Tenaga Kerja Rp. 5.300.000 Rp. 5.780.000 Biaya Overhead Pabrik Rp.11.200.000 Rp. 5.360.000  Biaya-biaya Produksi :

Biaya Bahan Baku Rp. 42.750.000

BTKL Rp. 55.500.000 Rp. 38.500.000

Biaya Overhead Pabrik Rp. 56.250.000 Rp. 29.500.000

Diminta :

Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi (Production Cost Report) untuk masing-masing Departemen produksi dengan menggunakan Metode Rata-rata!

(41)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(42)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB V

VARIABEL COSTING

A. Definisi Variabel Costing

Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya-biaya produksi yang berperilaku variabel saja kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produknya terdiri dari :

1. Biaya bahan baku

2. Biaya tenaga kerja variabel 3. Biaya overhead pabrik variabel B. Manfaat Variabel Costing

 Laporan Laba/Rugi dengan contribusi margin hampir mengikuti pemikiran manajemen tentang prestasi laba sebagai fungsi penjualan.

 Informasi untuk analisis Biaya-Volume-Laba dapat diperoleh langsung dari laporan Laba/Rugi.

 Penentuan harga pokok variabel menyajikan dasar untuk menyiapkan anggaran fleksibel (yang memisahkan biaya variabel dan tetap).

C. Kelemahan Variabel Costing

 Pemisahan pola perilaku biaya menjadi biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dan hasilnya merupakan taksiran.

 Penentuan harga pokok variabel tidak dapat digunakan untuk pelaporan eksternal, maksudnya tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim (SAK).

 Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing akan menyajikan kerugian yang berlebihan dalam periode tertentu dan menyajikan labayang tidak normal pada periode lainnya.

 Tidak diperhitungkannya biaya overhead pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan .

Contribusi Margin = Hasil Penjualan – Biaya Variebel

(43)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS VARIABLE COSTING

Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2015 dari PT MOVE ON. 1. Produksi selama tahun 2015 sebanyak 250.000 unit.

2. 80% dari produksi tahun 2015 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir tahun.

3. BBB sebesar Rp 80.000.000 4. BTKL sebesar Rp 50.000.000

5. BOP (V) sebesar Rp 34.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp 27.000.000 6. Harga jual per unit Rp 5.000

7. Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 15.000.000 dan Biaya administrasi dan umum (T) sebesar Rp 10.000.000

8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 12.000.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp 15.000.000

Diminta :

a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing dan full costing!

(44)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Jawaban :

a. Menghitung nilai persediaan akhir

Produk terjual = 80% x 250.000 unit = 200.000 unit Persediaan akhir tahun 2015 = 20% x 250.000 unit = 50.000 unit

 Nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing : BBB Rp 80.000.000

BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 + HP. Produksi Rp 164.000.000

HP. Produksi per unit = . .

. = Rp 656

Nilai persediaan akhir tahun 2015 = 50.000 unit x Rp 656 = Rp 32.800.000

 Nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode full costing : BBB Rp 80.000.000

BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 BOP (T) Rp 27.000.000 + HP. Produksi Rp 191.000.000

HP. Produksi per unit = = Rp 764

Nilai persediaan akhir tahun 2015 = 50.000 unit x Rp 764 = Rp 38.200.000

Rp 191.000.000 250.000

(45)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

b. Laporan Rugi/Laba

PT. MOVE ON

LAPORAN L/R VARIABLE COSTING PER 31 DESEMBER 2015 Penjualan 200.000 unit x Rp 5.000 Rp1.000.000.000 HPP Variable BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 + HP. Produksi Rp 164.000.000 Persediaan akhir Rp 32.800.000 - HPP Variable Rp 131.200.000 By. Adm & Umum (V) Rp 15.000.000 By. Pemasaran (V) Rp 12.000.000 +

Total Biaya Variable Rp 158.200.000 -

Contribusi Margin Rp 841.800.000

Biaya Tetap

BOP (T) Rp 27.000.000

By. Adm & Umum (T) Rp 10.000.000 By. Pemasaran (T) Rp 15.000.000 +

Total Biaya Tetap Rp 52.000.000 -

(46)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

PT. MOVE ON

LAPORAN L/R FULL COSTING PER 31 DESEMBER 2013 Penjualan 200.000 unit x Rp 5.000 Rp 1.000.000.000 HPP Variable BBB Rp 80.000.000 BTKL Rp 50.000.000 BOP (V) Rp 34.000.000 BOP (T) Rp 27.000.000 + HP. Produksi Rp 191.000.000 Persediaan akhir Rp 38.200.000 - HPP Rp 152.800.000 - Laba Kotor Rp 847.200.000 Biaya Operasi

By. Adm & Umum (V) Rp 15.000.000 By. Pemasaran (V) Rp 12.000.000 By. Adm & Umum (T) Rp 10.000.000 By. Pemasaran (T) Rp 15.000.000 +

Total Biaya Operasi Rp 52.000.000 -

(47)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

VARIABLE COSTING

Berikut ini adalah data biaya dan persediaan akhir tahun 2015 dari PT. AKU DAN DIA 1. Produksi selama tahun 2015 sebanyak 300.000 unit.

2. 70% dari produksi tahun 2015 terjual dan sisanya masih tersimpan digudang pada akhir tahun.

3. BBB sebesar Rp 90.000.000 4. BTKL sebesar Rp 85.000.000

5. BOP (V) sebesar Rp 65.000.000 dan BOP (T) sebesar Rp 60.000.000 6. Harga jual per unit Rp 7.000

7. Biaya administrasi dan umum (V) sebesar Rp 30.500.000 dan Biaya administrasi dan umum (T) sebesar Rp29.500.000

8. Biaya pemasaran (V) sebesar Rp 28.500.000 dan Biaya pemasaran (T) sebesar Rp 34.500.000

Diminta :

a. Hitunglah nilai persediaan akhir tahun 2015 dengan metode variable costing dan full costing!

(48)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(49)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(50)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB VI

BIAYA OVERHEAD PABRIK

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung atau wujud rillnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri.

Biaya overhead pabrik dibebankan ke harga pokok produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Kemudian analisa dan perlakuan terhadap selisih antara BOP yang dibebankan ke produk berdasarkan tarif dengan BOP yang sesungguhnya.

Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk terbagi atas dasar pembebanan sebagai berikut :

a. Unit produksi b. Biaya bahan baku

c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin

Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume pabrik dapat dibagi menjadi tiga golongan :

1. Biaya Overhead Pabrik Tetap

Adalah biaya overhead yang tidak berubah dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu. Contohnya depresiasi pabrik.

2. Biaya Overhead Pabrik Variabel

Adalah biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan volume kegiatan. Contohnya bahan penolong.

3. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel

Adalah biaya overhead pabrik yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan (gabungan biaya tetap dan variabel). Contoh biaya listrik

Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungan dengan departemen, dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

1. Biaya Langsung Departemen, yaitu BOP yang terjadi pada departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. Contohnya biaya gaji mandor departemen produksi, biaya depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.

2. Biaya Tidak Langsung Departemen, yaitu BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contohnya biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung pabrik.

(51)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses penentuan tarif BOP adalah sebagai berikut :

1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut. 2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen produksi

yang bersangkutan.

(52)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS

BIAYA OVERHEAD PABRIK

PT. CONJURING menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk Agustus 2016 dengan kapasitas normal 5.000 jam mesin disajikan sebagai berikut :

JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 7.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.500.000 Biaya bahan penolong V Rp 1.150.000 Biaya depresiasi pabrik F Rp 750.000 Biaya bahan baker pabrik (Fuel) V Rp 1.000.000 Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik V Rp 550.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik F Rp 400.000 Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp . 750.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 900.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 975.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.100.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 750.000

Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 40.000 jam mesin (machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut :

(53)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 7.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.500.000 Biaya bahan penolong V Rp 950.000 Biaya depresiasi pabrik F Rp 600.000 Biaya bahan bakar pabrik (Fuel) V Rp 950.000 Biaya listrik pabrik (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik V Rp 500.000 Biaya reparasi &pemeliharaan pabrik F Rp 450.000 Biaya asuransi pabrik (insurance) F Rp . 650.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 850.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.050.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 750.000

Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 17.000 jam. Unit produksi (production units) 70.000 unit

Diminta :

1. Berapakah BOP Tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya ? 2. Hitunglah tarif BOP bulan Agustus 2016 yang dianggarkan berdasarkan :

a. Jam mesin (machine hours) (Rp) b. Biaya bahan baku (direct material) (%)

c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%) d. Jam kerja langsung (direct labor hours) (Rp) e. Unit produksi (production units) (Rp)

(54)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

JAWABAN:

1. BOP yang dianggarkan dan yang sesungguhnya (budgeted and realized FOH) :

BOP dianggarkan BOP sesungguhnya

BOP Tetap (Fixed FOH) Rp 3.750.000 Rp 3.500.000 BOP Variabel (Variable FOH) Rp 5.225.000 Rp 4.850.000 Total BOP (Total FOH) Rp 8.975.000 Rp 8.350.000

2. Menghitung tarif BOP yang dianggarkan berdasarkan : a. Tarif BOP Budgeted

Tarif BOP Tetap (Fixed rate of FOH) = = Rp 750 JM

Tarif BOP Variabel (Variabel rate) = =Rp1045/JM+

Total tarif BOP Rp.1795/JM

b. Tarif BOP berdasarkan biaya bahan baku :

Tarif BOP Tetap = * 100% = 53,57 %

Tarif BOP Variabel = * 100% = 74,64 % +

Total tarif BOP 128,21 %

c. Tarif BOP berdasarkan biaya tenaga kerja langsung :

Tarif BOP Tetap = * 100% = 83,33 %

Tarif BOP Variabel = * 100% = 116,11 % +

Total tarif BOP 199,44 %

Rp 3.750.000 5.000 Rp 5.225.000 5.000 Rp 3.750.000 Rp 7.000.000 Rp 5.225.000 Rp 7.000.000 Rp 3.750.000 Rp 4.500.000 Rp 5.225.000 Rp 4.500.000

(55)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

d. Tarif BOP berdasarkan jam kerja langsung :

Tarif BOP Tetap = = Rp. 220,59 / JKL

Tarif BOP Variabel = = Rp. 307,35 / JKL +

Total tarif BOP Rp. 527,94 / JKL

e. Tarif BOP berdasarkan unit produksi :

Tarif BOP Tetap = = Rp 53,57 / Unit

Tarif BOP Variabel = = Rp 74,64 / Unit +

Total tarif BOP Rp. 128,21 / Unit

Rp 3.750.000 17.000 Rp 5.225.000 17.000 Rp 3.750.000 70.000 Rp 5.225.000 70.000

(56)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

BIAYA OVERHEAD PABRIK

PT. SINISTER menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk Januari 2016 dengan kapasitas normal 12.000 jam mesin disajikan sebagai berikut :

JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000 Biaya bahan penolong V Rp 900.000 Biaya depresiasi mesin jahit F Rp 600.000 Biaya listrik mesin jahit (electric cost) V Rp 650.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit V Rp 950.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit F Rp 450.000 Biaya asuransi mesin jahit (insurance) F Rp 650.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 700.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.100.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 700.000

Pada akhir tahun BOP sesungguhnya terjadi pada kapasitas sesungguhnya 17.000 jam mesin (machine hours) yang dapat disajikan sebagai berikut :

JENIS BIAYA (EXPENSES) FIXED/VARIABLE TOTAL Biaya bahan baku (direct material) Rp 5.500.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.750.000 Biaya bahan penolong V Rp 850.000 Biaya depresiasi mesin jahit F Rp 550.000 Biaya listrik mesin jahit (electric cost) V Rp 600.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit V Rp 850.000 Biaya reparasi &pemeliharaan mesin jahit F Rp 450.000

(57)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Biaya asuransi mesin jahit (insurance) F Rp . 625.000 Biaya promosi dan iklan V Rp 800.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp 950.000 Biaya tenaga kerja tidak langsung F Rp 1.150.000 Biaya kesejahteraan karyawan pabrik F Rp 700.000

Data lain berkaitan dengan produksi: Jam kerja langsung (direct labour hours) 18.000 jam Unit produksi (production units) 70.000 unit

Diminta :

1. Berapakah BOP Tetap dan variabel yang dianggarkan dan yang sesungguhnya ? 2. Hitunglah tarif BOP bulan Januari 2016 yang dianggarkan berdasarkan :

a. Jam mesin (machine hours) (Rp) b. Biaya bahan baku (direct material) (%)

c. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor) (%) d. Jam kerja langsung (direct labor hours) (Rp) e. Unit produksi (production units) (Rp)

(58)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(59)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(60)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB VII

DEPARTEMENTALISASI BOP

(Factory Overhead Departmentalization)

Departementalisasi BOP adalah pembagian pabrik ke dalam bagian-bagian yang disebut Departemen dimana BOP akan dibebankan. Departementalisasi BOP bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk.

Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead departementalisasi adalah sebagai berikut :

1. Disusun terlebih dahulu anggaran biaya overhead pabrik per departemen.

Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik per departemen dibagi menjadi empat tahap utama berikut ini:

a. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran.

b. Penaksiran BOP tidak langsung departemen.

c. Distribusi BOP tidak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati manfaatnya.

d. Menjumlah BOP per departemen (baik BOP langsung maupun departemen tak langsung).

2. Mengalokasikan BOP departemen pembantu ke departemen produksi dengan cara a. Metode alokasi langsung

Dalam metode alokasi langsung BOP departemen pembantu di alokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya. Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departeman pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada departeman pembantu yang memakai jasa departemen pembantu lain.

b. Metode alokasi bertahap

Metode alokasi bertahap digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya dipakai oleh departemen produksi saja, tetapi digunakan oleh depatemen pembanti lainnya.

(61)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

 Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan jasa timbal balik antar departemen-departemen pembantu. Yang termasuk ke dalam metode ini adalah:

a. Metode alokasi kontinyu (continous allocation method)

Yaitu BOP departemen-departemen pembantu yang saling memberikan jasa di alokasikan secara terus menerus, sehingga jumlah BOP yang belum di alokasikan menjadi tidak berarti.

b. Metode aljabar (algebraic method)

Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar.

 Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbal balik antar departemen pembantu. Metode alokasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah ”metode urutan alokasi yang diatur” (specified order of closing).

3. Perhitungan Tarif Pembebanan BOP Per Departemen

Didalam memperhitungkan tarif pembebanan BOP per departemen terdapat istilah-istilah yang dipakai, yaitu :

a. Distribusi BOP

Menggambarkan pembagian BOP tak langsung departemen kepada departemen-departemen yang menikmati manfaatnya, baik departemen-departemen produksi maupun departemen pembantu.

b. Alokasi BOP

Menggambarkan pembagian BOP departemen pembantu ke deparatemen produksi, atau dari departemen pembantu ke departemen pembantu yang lain dan departemen produksi.

c. Pembebanan BOP

(62)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS

DEEPARTEMENTALISASI BOP

(Factory Overhead Departmentalization)

Didalam menghitung tarif BOP tahun 2016 PT. Perasaan menggunakan metode langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu D, I, dan A adalah sebagai berikut : PT. Perasaan menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk April 2016 dengan kapasitas normal 20.000 jam mesin disajikan sebagai berikut :

Departemen produksi (Production Department) C Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) I Rp 25,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) N Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) T Rp 30,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) A Rp 15,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) D Rp 22,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) I Rp 34,000,000.00 Departemen produksi (Production Department) A Rp 14,000,000.00

Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departemen pembantu untuk setiaap departemen produksi yang dirincikan sebagai berikut :

Departemen Pembantu Departemen Produksi

C I N T A

Departemen pembantu D 10% 20% 15% 35% 20% Departemen pembantu I 25% 30% 15% 20% 10% Departemen pembantu A 15% 10% 30% 20% 25%

Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing departemen produksi adalah sebagai berikut :

(63)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017 Departemen Produksi Kapasitas Normal C 214.000 / unit I 250.000 / unit N 142.000 / unit T 236.500 / unit A 105.200 / unit Diminta :

1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dati departemen pembantu ke departemen produksi menggunakan metode alokasi langsung (direct alocation method)! 2. Hitunglah tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila

pembebanan tarif BOP berdasarkan kapasitas normalnya (normal capasity)! JAWABAN :

1. Tabel Alokasi Budget BOP

2. Perhitungan Tarif BOP

Dep. Produksi Budgetr BOP Kapasitas Tarif /unit Setelah Alokasi Normal

C Rp 42,800,000 214,000 Rp 200 I Rp 41,000,000 250,000 Rp 164 N Rp 42,600,000 142,000 Rp 300 T Rp 47,300,000 236,500 Rp 200 A Rp 26,300,000 105,200 Rp 250 Keterangan Jumlah

Departemen Produksi Departemen Pembantu C I N T A D I A Budgety BOP sebelum Alokasi 130,000 30,000 25,000 30,000 30,000 15,000 22,000 34,000 14,000 Alokasi Departemen D 22,000 2,200 4,400 3,300 7,700 4,400 22,000 Alokasi Departemen I 34,000 8,500 10,200 5,100 6,800 3,400 34,000 Alokasi Departemen A 14,000 2,100 1,400 4,200 2,800 3,500 14,000 Alokasi dari Departemen Pembantu 70,000 12,800 16,000 12,600 17,300 11,300 22,000 34,000 14,000 Budget BOP setelah Alokasi 200,000 42,800 41,000 42,600 47,300 26,300 - - -

(64)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

KASUS

DEPARTEMENTALISASI BOP (Factory Overhead Departmentalization)

Di dalam menghitung tarif BOP untuk tahun 2016 PT. HELOKITY menggunakan metode langsung (direct alocation method) untuk masing-masing departemen produksi. Berikut ini jumlah BOP (FOH) sebelum adanya alokasi dari departemen pembantu I, T, dan Y adalah sebagai berikut : PT. HELOKITY menggunakan tarif BOP ditentukan dimuka. Adapun anggaran perusahaan untuk Agustus 2016 dengan kapasitas normal 20.000 jam mesin disajikan sebagai berikut :

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ Departmen Produksi (Prodution Departmen) H Rp 30.000.000

Departmen Produksi (Prodution Departmen) E Rp 12.000.000 Departmen Produksi (Prodution Departmen) L Rp 20.000.000 Departmen Produksi (Prodution Departmen) O Rp 26.000.000 Departmen Produksi (Prodution Departmen) K Rp 24.000.000 Departmen Pembantu (Service Departmen) I Rp 16.000.000 Departmen Pembantu (Service Departmen) T Rp 10.000.000 Departmen Pembantu (Service Departmen) Y Rp 20.000.000

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dasar alokasi adalah pemakaian jasa departmen pembantu untuk setiap departmen produksi yang dirinci sebagai berikut :

Jasa dari Departmen Pembantu Departmen Produksi

H E L O K

Departmen Pembantu I 25% 15% 20% 10% 30%

Departmen Pembantu T 15% 25% 20% 10% 30%

(65)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

Dasar pembebanan untuk menghitung tarif BOP masing-masing Departmen Produksi adalah sebagai berikut :

Departemen Produksi Kapasitas normal

H 200.000 / unit E 160.000 / unit L 150.000 / unit O 250.000 / unit K 120.000 / unit Diminta :

1. Buatlah Tabel Alokasi Budget BOP dari departemen pembantu ke departemen produksi menggunakan metode alokasi langsung (direct allocation method) ! 2. Hitunglah Tabel BOP untuk masing-masing departemen produksi, apabila

(66)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

(67)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

BAB VIII

BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

1. Teori Biaya Bersama dan Produk Sampingan

Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa. Biaya bersama dengan biaya bergabung.

Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik

Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (join Product), produk sampingan (by-product), dan produk sekutu (co-product).

a. Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kualitas kali harga per satuan). Masing – masing produk bersama ini relative sama, sehingga tidak ada diantara produk – produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun produk sampingan.

b. Produk sampingan adalah suatu produk atau lebih yang nilai jualnya relative lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. c. Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama.

(68)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

2. Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan Produk Sekutu a. Karakteristik Produk Bersama dan Produk Sekutu

 Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi.  Harga jual produk bersama atau produk sekutu relative lebih tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.  Dalam mengelolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari

diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama tersebut.

b. Karakteristik Produk Sampingan

 Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa memerlukan pengolahan lebih lanjut.

 Produk sampingan yang memerlukan pengolahan lebih lanjut setelah terpisah dari produk utama.

(69)

PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA PTA 2016 / 2017

CONTOH KASUS

BIAYA BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

(Joint Cost & By Product)

PT ROBIFPA selama satu periode mengeluarkan biaya bersama berjumlah Rp. 126.000.000,- dalam memproduksi 4 macam produknya. Data yang terkait adalah sebagai berikut : Produk Bersama Jumlah Produk yang Dihasilkan Harga Jual /Unit Biaya Pengolahan Lebih Lanjut /Unit Harga Jual/Unit Setelah Diproses Lebih Lanjut A 7.000 4.400 250 4.500 B 8.000 4.300 200 4.600 C 9.000 4.200 150 4.700 D 10.000 4.100 150 4.800 Data-data Tambahan : Satuan yang Terjual

Produk A Produk B Produk C Produk D

6.000 7.500 6.500 8.000

Diminta :

1. Hitunglah alokasi biaya bersama (joint cost) dan harga pokok produk per unit dengan metode :

a. Metode nilai pasar relatif (relative market value method); nilai pasar diketahui pada saat titik pisah (market value at split of point)

b. Metode nilai pasar relatif (relative market value method); nilai pasar diketahui setelah titik pisah (market value after split of point)

c. Berapa laba kotor perusahaan pada periode tersebut, bila perusahaan menggunakan nilai pasar relatif (relative market value); nilai pasar diketahui pada saat titik pisah (market value at split of point)

Referensi

Dokumen terkait

(6) Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan atas nama Kepala Daerah menerbitkan Sertifikat Laik Tangkap Operasional (SLTO) bagi kapal ikan yang dinyatakan Laik

Sistem penilaian di Perguruan Tinggi yang pada saat ini masih menggunakan cara manual, yaitu nilai mahasiswa yang telah dikoreksi oleh dosen diserahkan kepada

Berdasarkan hasil perhitungan nilai pentanahan peralatan transformator distribusi diperoleh sebesar 22,15 ohm, arus gangguan hubung singkat pada transformator

Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan ridho-nya, sehingga penyusun mampu menyelesaikan laporan ini tepat waktu dengan judul”KUNJUNGAN INDUSTRI

Setelah dilakukan penelitian pengola- han limbah cair crumb rubber dengan meng- gunakan lumpur aktif biakan campuran dari lumpur industri crumb rubber secara aerob dengan

Masyarakat lebih menerima, ka rena menjadi pelaku pariwisata, dalam hal jasa transportasi (ojek), pemandu wisata, penginapan, dan jasa kuliner. Di dalam suatu

Dugaan potensi biomassa pada semua jenis tutupan lahan baik secara total maupun pada seluruh tingkat vegetasi yang dihitung menggunakan persamaan W4, menunjukkan hasil

Namun kami menyadari bahwa rumusan Pasal 45 telah mencerminkan langkah-langkah yang perlu diambil oleh Pemerintah untuk menjelaskan apa~yang dimaksud dengan